Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH ANATOMI

ORGAN ABDOMEN
SLIDE 67—90

Disusun oleh:
Illa Billah
6130020024

Dosen Pembimbing:
Bambang Edi Suwito, dr., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
SURABAYA
2020

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadiran Allah Swt. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyusun tugas ini tepat waktu. Shalawat serta salam juga tidak lupa
dicurahkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa umatnya minadzulumati
ilannur, keluarga, shahabat-shohabiyah, beserta seluruh pengikut beliau.

Ucapan terima kasih juga tidak lupa saya sampaikan kepada dr. Bambang Edi Suwito,
M.Si selaku dosen mata kuliah Anatomi sebagai dosen pembimbing sehingga saya dapat
menyusun tugas ini dengan baik.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan tugas ini dan kepada penulis jurnal maupun karya ilmiah sebagai referensi dari
pembahasan tugas ini.

Adapun tujuan penulisan dari tugas ini untuk memenuhi tugas dr. Bambang Edi Suwito,
M.Si pada mata kuliah Anatomi. Selain itu, tugas ini juga bertujuan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca.

Dalam penyusunan tugas ini, saya menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan
karena pengetahuan dan pengalaman saya yang terbatas. Sehingga kritik dan saran yang
membangun saya harapkan guna kesempurnaan dari tugas ini.

Lumajang, 12 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

TUGAS MATA KULIAH ANATOMI ................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................ iv
TERMINOLOGI................................................................................................................................... v
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 1
I. INTESTINUM TENUE......................................................................................................... 1
1.1 Bagian-Bagian Intestinum Tenue ................................................................................. 1
1.2 Perbedaan Ekstra Jejenum dan Ileum ......................................................................... 5
1.3 Vaskulasrisasi (Arteri) .................................................................................................. 6
II. Intestinum Crassum .............................................................................................................. 6
2.1 Bagian-bagian Intestinum Crassum ............................................................................. 7
III. INNERVASI........................................................................................................................... 9
KESIMPULAN ................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 11

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Intestinum Tenue (Netter, 2014)……………………………………………1


Gambar 1.1.1.1 Duondenum (Netter, 2014)……………………………………………2

Gambar 1.1.1.2 Duondenum (Netter, 2011)……………………………………………3

Gambar 1.1.1.3 Ligamentum Treitz (Netter, 2011)…………………………………….3

Gambar 1.1.1.4 Vaskularisasi Duondenum (Netter, 2011)……………………………..4

Gambar 1.1.2.1 Jejenum (Netter, 2011)………………………………………………...4

Gambar 1.1.2.2 Ileum (Netter 2011)……………………………………………………5

Gambar II. Intestinum Crassum (Netter, 2014)…………………………………………6

Gambar 2.1.1.1 Ileocecal (Netter, 2014)………………………………………………..7

Gambar 2.1.2.1. Colon Segment (Netter, 2014)………………………………………...8

Gambar 2.1.3.1. Rectum dan Canalis analis (Netter, 2014)…………………………….8

Gambar 3.1. Persyarafan Otonom Usus Halus dan Usus Besar (Netter, 2014)………...9

Gambar 3.2. Pleksus Otonom Intrinsik Usus (Netter, 2014)……………………………10

iv
TERMINOLOGI

Terminologi Arti

Intestinum tenue Usus halus

Intestinum crissum Usus besar

Plica Lipatan

Ostium Lubang

Gaster Lambung

Regio Daerah

Superior Mengarah kearah cranial

Inferior Mengarah kearah tulang ekor

Descenden Menurun

Ascenden Naik atau menanjak

Ductus Pembuluh darah

Pelvis Panggul

Pars Bagian

Caecum Sekum

Ileum Usus penyerapan

Ampula Pembesaran

Lateral Menjauhi garis tengah tubuh

Dextra Kanan

Colon Usus besar

Jejenum Usus kosong

Rectum Anus

v
PEMBAHASAN
I. INTESTINUM TENUE

Gambar 1. Intestinum Tenue (Netter, 2014)


Sebagian besar proses pencernaan dan penyerapan dalam sistem pencernaan
berada di usus halus (Sherwood, 2011). Usus halus terletak berlipat-lipat di rongga
abdomen, termasuk bagian terpanjang dari gastrointestinal yaitu terbentang dari
ostium pyloricum gaster sampai plica ileocaecale. Bentuknya berupa tabung
dengan panjang sekitar 6-7meter dan diameternya menyempit dari ujung awal
sampai ujung akhir (Drake et al, 2014).

1.1 Bagian-Bagian Intestinum Tenue


Usus halus dibagi menjadi 3 bagian: (Drake et al, 2014)

1.1.1 Duondenum
Duondenum merupakan salah satu dari tiga bagian utama pada usus halus dan
berbentuk seperti huruf C yang menghubungkan lambung dengan bagian lain
dari usus halus. Secara anatomis, duondenum terletak pada regio epigastrica dan
umbilikalis. Panjangnya sekitar 20-25 cm dan memiliki lumen paling lebar
disbanding bagian lainnya. (Corwin, 2009).

1
Gambar 1.1.1.1 Duondenum (Netter, 2014)

Duondenum dibagi menjadi 4 bagian:


1) Pars superior: bagian ini terletak pada ostium pyloricum gaster sampai
collum vesicae fellea dan sering disebut ampulla. (Drake et al, 2014)
2) Pars descendens: bagian ini terletak pada collum vesicae fellea sampai ke
tepi bawah vertebra L3, pada pars descendens terdapat papilla duondeni
major dan papilla duondeni minor. Papilla duondeni major merupakan
pintu masuk ductus pancreaticus dan ductus choledochus, sedangkan pada
papilla duodeni minor merupakan pintu masuk ductus pancreaticus
accessories. (Drake et al, 2014)
3) Pars inferior: bagian ini merupakan bagian terpanjang dan menyilang pada
vena cava inferior, aorta dan columa vertebralis. (Drake et al, 2014)
4) Pars ascendens: bagian ini diperkirakan berjalan di sisi kiri atau naik dari
aorta sampai tepi atas vertebrata L2 dan berakhir menjadi flexura
duodenojejunalis yang tetap pada posisinya karena ditahan oleh ligamentum
Treitz (Snell 2014) dan (Drake et al, 2014)

2
Gambar 1.1.1.2 Duondenum (Netter, 2011)

Gambar 1.1.1.3 Ligamentum Treitz (Netter, 2011)

Struktur mukosa duodenum membentuk kerutan-kerutan yang berbentuk


sirkular, yang disebut plicae circulares. Struktur kerutan ini dijumpai di seluruh
bagian duondenm kecuali di bagian pertama, yang struktur mukosanya
cenderung halus. Pada plicae circulares di dinding pertengahan pada bagian
kedua duondenum, khususnya pada muara ductus choledochus dan ductus
pancreaticus, terdapat suatu peninggian kecil yang terbentuk bulat dan disebut
sebagai papilla duodeni major (Snell, 2014)

Sistem vaskularisasi pada duodenum terdiri atas arteri dan vena, yang
membagi duodenum menjadi bagian atas dan bagian bawah. Pada bagian atas
di suplai darah oleh arteri dan vena pancreaticoduodenalis superior, sedangkan

3
pada bagian bawah di suplai oleh arteri dan vena pancreaticoduodenalis
inferior (Pearce, 2010).

Gambar 1.1.1.4 Vaskularisasi Duondenum (Netter, 2011)

1.1.2 Jejenum
Jejenum terletak 2/5 bagian proksimal, diameternya lebih lebar dan memiliki
dinding yang lebih tebal dibandingkan ileum. Pada bagian dalam mukosanya
terdapat banyak lipatan yang menonjol mengelilingi humen yang disebut plicae
curculares. Ciri khas dari jejenum adalah terdapat arcade arteriae yang tidak
begitu terlihat dan vasa recta yang lebih panjang dibandingkan ileum. (Drake et
al. 2014)

Gambar 1.1.2.1 Jejenum (Netter, 2011)

4
1.1.3 Ileum
Ileum terletak 3/5 bagian distal, memiliki dinding yang lebih tipis, plicae
circulares yang kurang menonjol dan lebih sedikit, terdapat banyak arteriae
arcade dan lemak mesenterium. Ileum akan bermuara di usus besar, yang
merupakan tempat pertemuan sekum dan colon ascendens. Tempat tersebut
dikelilingi 2 lipatan yang menonjol ke dalam usus besar yang disebut plica
ileocaecale. (Drake et al, 2014)

Gambar 1.1.2.2 Ileum (Netter 2011)

1.2 Perbedaan Ekstra Jejenum dan Ileum


1) Lengkungan jejenum terletak dibagian atas cavitas peritonealis di bawah sisi
kiri mesocolon transversum. Sedangkan ileum terletak pada bagian bawah
cavitas peritonealis dan pelvis.
2) Dinding jejenum lebih lebar, tebal dan lebih merah daripada ileum. Dinding
jejenum lebih tebal karena lipatan mucosa permanen, plicae circulares lebih
besar, lebih banyak dan tersusun lebih rapat. Sedangkan pada ileum, plicae
circulars lebih kecil dan lebih jarang dan ileum tidak ada plicae circulares
dibagian bawah.
3) Mesenterium jejenum melekat pada dinding posterior abdomen di atas dan dikiri
aorta, sedangkan mesenterium dari ileum melekat dibawah dan kanan aorta.
4) Pembuluh darah mesenterium jejenum hanya membentuk satu atau dua arcade
dengan cabang-cabang yang panjang dan jarang berjalan ke dinding usus halus.

5
Sedangkan ileum banyak menerima pembuluh darah yang pendek, yang berasal
dari tiga atau empat atau lebih arcade.
5) Di ujung mesenterium jejenum, tapatnya di dekat radix merupakan tempat
penyimpanan lemak dan lemak jarang ditemukan didekat dinding jejenum.
Sedangkan pada ujung mesenterium ileum, lemak disimpan di seluruh bagian,
sehingga dapat ditemukan pada radix sampai dinding ileum.
6) Jaringan limfoid pada jejenum yaitu soliter atau rata, sedangkan pada ileum
yaitu plaque peyeri atau terkumpul (Snell, 2014)

1.3 Vaskulasrisasi (Arteri)


Dialiri oleh cabang-cabang a. mesenterica superior, yaitu aa. Jujunales dan aa ilei.
Arteri-arteri ini keluar dari sisi kiri yang cembung dari a. mesenterica superior yang
jumlahnya dapat mencapai 20 buah. (Santoso, 2016)

II. Intestinum Crassum

Gambar II. Intestinum Crassum (Netter, 2014)


Intestinum crassum (usus besar) merupakan tabung muscular berongga dengan
panjang sekitar 1,5 meter yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter
intestinum crassum rata-rata 6,5 cm, tetapi makin dekat dekat anus diameternya semakin
mengecil. Colon mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses
akhir isi usus. Fungsi colon yang paling penting adalah mengabsorbsi air dan elektrolit.
(Price & Wilson, 2002)
Struktur usus besar mulai caecum dan appendix vermiformis di regio inguinalis
dextra kemudian naik ke atas sebagai colon ascendens melewati regio lateralis dextra
menuju regio hypochondrium dextra, dibawah hepar belok kiri membentuk flexura coli

6
dextra (flexura hepatica) lalu menyebrangi abdomen sebagai colon transversum menuju
hypochondrium sinistra. Di posisi tersebut yakni tepat dibawah lien, belok ke bawah
membentuk flexura coli sinistra (flexura lienalis) lalu berlanjut sebagai colon descendens
melewati regio lateralis sinistra menuju regio inguinalis sinistra, saat masuk di bagian
atas cavitas pelvis sebagai colon sigmoideum lalu berlanjut sebagai rectum di dinding
posterior cavitas pelvis dan berakhir menjadi canalis analis. (Drake et al, 2014)

2.1 Bagian-bagian Intestinum Crassum


2.1.1 Caecum dan Appendix Vermiformis

Gambar 2.1.1.1 Ileocecal (Netter, 2014)

Caecum terletak didalam fossa iliaca dextra sampai linea terminalis,


dibungkus peritoneum viscerale jadi letaknya intraperitoneal, biasanya tidak
mempunyai appendix epiploicae dan tanpa mesocaecum karena pendek. Pada
dinding posteromedial melekat appendix vermiformis yakni di ujung ileum.
Appendix vermiformis berbentuk tabung sempit yang berongga dan ujungnya
buntu. Terdapat agregasi jaringan limfatik yang luas di dindingnya dan
menggantung pada ileum terminal oleh mesoappendix yang berisi vasa
appendicularis. (Drake et al, 2014)

2.1.2 Colon
Terletak di superior caecum dan terdiri dari colon ascendens, colon
transversum, colon descendens, dan colon sigmoideum. Terdapat flexura coli
dextra di tempat pertemuan colon ascendens dan colon transversum, flexura
coli sinistra berada di tempat pertemuan colon transversum dan colon

7
descendens. Terdapat sulcus paracollici dextra dan sinistra di lateral colon
ascendens dan colon descendens. Colon sigmoideum dimulai dari atas
aperture pelvis superior sampai ke vertebra S3, bentuknya seperti huruf S,
ujung awal berhubungan dengan colon ascendens dan ujung akhir
berhubungan dengan rectum. (Drake et al, 2014)

Gambar 2.1.2.1. Colon Segment (Netter, 2014)

2.1.3 Rectum dan canalis analis

Gambar 2.1.3.1. Rectum dan Canalis analis (Netter, 2014)


Merupakan lanjutan dari colon sigmoideum, daerah pertemuan
rectosigmoideum terletak pada vertebra S3. Canalis analis merupakan

8
lanjutan dari usus besar yang terletak di inferior rectum. (Drake et al,
2014)

III. INNERVASI
Persarafan traktus gastrointestinal diinervasi oleh sistem saraf otonom yang dapat
dibedakan menjadi ekstrinsik dan intrinsik (sistem saraf enterik). Inervasi ekstrinsik dari
duodenum adalah parasimpatis yang berasal dari nervus Vagus dan simpatis yang berasal
dari nervus Splanikus pada ganglion celiac. Inervasi intrinsik dari plexus myenterikus
Aurbach’s dan plexus submucosa Meissner. Sel sel saraf ini menginervasi terget sel seperti
sel-sel otot polos, sel-sel sekretorik dan sel-sel absorbtif, dan juga sel-sel saraf tersebut
berhubungan dengan reseptor-reseptor sensoris dan interdigitatif yang juga menerima
inervasi dari sel-sel saraf lain yang terletak baik didalam maupun di luar plexus, sehingga
pathway dari sistem saraf enterik bisa saja multisinaptik, dan integrasi aktifitasnya dapat
berlangsung menyeluruh bersamaan dengan sistim saraf enterik (Sanusi, 2011).

Gambar 3.1. Persyarafan Otonom Usus Halus dan Usus Besar (Netter, 2014)

9
Gambar 3.2. Pleksus Otonom Intrinsik Usus (Netter, 2014)

KESIMPULAN
Sebagian besar proses pencernaan dan penyerapan dalam system pencernaan berada di
usus halus (Sherwood, 2011). Usus halus terletak berlipat-lipat di rongga abdomen, termasuk
bagian terpanjang dari gastrointestinal yaitu terbentang dari ostium pyloricum gaster sampai
plica ileocaecale. Bentuknya berupa tabung dengan panjang sekitar 6-7meter dan
diameternya menyempit dari ujung awal sampai ujung akhir. Usus halus dibagi menjadi 3
bagian yaitu: Duondenum, Jejenum dan Ileum (Drake et al, 2014).

Intestinum crassum (usus besar) merupakan tabung muscular berongga dengan panjang
sekitar 1,5 meter yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter intestinum crassum
rata-rata 6,5 cm, tetapi makin dekat dekat anus diameternya semakin mengecil. Colon
mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir isi usus. Fungsi
colon yang paling penting adalah mengabsorbsi air dan elektrolit. (Price & Wilson, 2002)

10
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya
Media.

Evelyn C, Pearce 2010. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis Cetakan 34.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Netter, F. H. (2014). Atlas of Human Anatomy (Hansen & E. Al (eds.); 6th Edition).
Elsevier’s Health Science Licensing Department.

Netter, F.H. (2011). Atlas of Human Anatomy. 5th ed. Philadelphia, PA:
Saunders/Elsevier.

Price, S.A. & Wilson, L.M. 2002. Pathophysiology: Clinical Concept of Disease
Processes. 3th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC.

Richard L Drake; Wayne Vogl; Adam W M Mitchell. 2014. Gray’s Anatomy:


Anatomy of the Human Body. Elsevier; 2014.

Santoso, Mochammad W.A., dr., MS. 2016. Anatomi 1 Edisi 14. Surabaya.
Departemen Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga.

Sanusi, I. A. 2011. Tukak Lambung. In A. A. Rani, M. S. K., & A. F. Syam (Eds.),


Buku Ajar Gastroenterologi (328–345). Jakarta: Interna Publishing.

Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem: Edisi 6. Jakarta: EGC;
2011.

Snell, R.S. 2014. Anatomi Klinik Berdasarkan Regio. Dialihbahasakan oleh


Suguharto L. Edisi ke-9. Jakarta: EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai