Karakter secara internal dan eksternal menunjukkan sifat-sifat individu. Karena itu karakter
didefinisikan sebagai, sifat-sifat positif yang tercermin dalam pikiran, perasaan dan perilaku ‘
(Park, et al., 2004: 613). Terdapat 24 kekuatan karakter, termasuk harapan, rasa syukur,
kerendahan hati, apresiasi terhadap keindahan, rasa ingin tahu, dan cinta belajar. Menurut Eysenck
(1991), karakter diakui secara universal sebagai kualitas moral untuk kelangsungan hidup
manusia. Bukti-bukti penelitian yang tersedia sampai saat ini, bahwa kualitas moral yaitu harapan,
semangat, rasa syukur, cinta, dan rasa ingin tahu berkorelasi tinggi dengan ukuran kepuasan hidup
termasuk kualitas kesopanan, apresiasi keindahan dan cinta belajar (Park, et al., 2004).
24 kekuatan karakter diklasifikasikan ke dalam enam kategori yaitu: (1) kebijaksanaan dan
pengetahuan: kreativitas, rasa ingin tahu, penilaian, cinta belajar, pemahaman; (2) keberanian:
keberanian, ketekunan, kejujuran, semangat; (3) kemanusiaan: cinta, kebaikan, kecerdasan social;
(4) keadilan: kepemimpinan, keadilan, kerja sama tim; (5) integritas (temperance): regulasi diri,
kerendahan hati, pengampunan, kehati-hatian; (6) transendensi: spiritualitas, humor, harapan, rasa
terima kasih, apresiasi keindahan & keunggulan (Park, et al., 2004).
b) Definisi Kepribadian
Asumsi bahwa “Self” (pribadi) seseorang termasuk di antaranya adalah komponen sosial
merupakan identitas pribadi. Identitas pribadi memungkinkan seorang individu untuk tampil unik
melalui karakteristik kepribadiannya. Kepribadian adalah identitas pribadi yang terorganisir dari
karakteristik yang dimiliki oleh seseorang, yang secara unik mempengaruhi kognisi, emosi,
motivasi, dan perilaku dalam berbagai situasi. Kata “kepribadian” berasal dari bahasa Latin
persona, yang menggambarkan identitas seseorang.
Lima kategori berikut adalah beberapa asumsi-asumsi filosofis yang paling mendasar dari
kepribadian: (1) kebebasan versus determinisme. Setiap pribadi mempunyai kebebasan tetapi di
sisi lain manusia memiliki kontrol atas perilakunya sendiri dan memahami motif di balik itu; (2)
keturunan vs lingkungan.
Kepribadian adalah pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang ditentukan baik oleh genetika dan
biologi, juga oleh lingkungan dan pengalaman. Penelitian kontemporer menunjukkan bahwa
sebagian besar ciri-ciri kepribadian didasarkan pada pengaruh gabungan genetika dan lingkungan.
Salah satu pelopor dalam bidang ini adalah C. Robert Cloninger, yang merintis Temperamen dan
Karakter; (3) keunikan vs universalitas. Kepribadian menggambarkan keunikan yang membedakan
dirinya dengan orang lain, tetapi di sisi lain ada banyak kesamaan dirinya dengan orang lain.
Semua orang sama dalam beberapa hal, namun berbeda dalam dirinya dengan orang lain.
Pernyataan ini membahas sejauh mana individualitas masing-masing manusia itu mempunyai
keunikan tetapi punya kesamaan secara universalitas; (4) aktif vs reaktif. Kepribadin adalah
identitas pribadi yang bertindak melalui inisiatif individu (aktif) tetapi juga melalui rangsangan
luar (reaktif). Teori perilaku tradisional biasanya percaya bahwa manusia secara pasif dibentuk
oleh lingkungan mereka, sedangkan teori humanistik dan kognitif, percaya bahwa manusia lebih
aktif dalam peran mereka. Kebanyakan teori modern setuju bahwa keduanya penting, dengan
perilaku agregat yang terutama ditentukan oleh sifat dan faktor-faktor situasional menjadi
prediktor utama dari perilaku dalam jangka pendek; (5) optimis vs pesimis
Kepribadian merupakan bagian integral dengan penekanan pada belajar tetapi membutuhkan
pengalaman dan bantuan orang lain sebagai mahkluk sosial.
Kepribadian juga mengacu pada pola pikiran, perasaan, penyesuaian sosial, dan perilaku
secara konsisten dari waktu ke waktu, sangat mempengaruhi harapan seseorang, persepsi diri,
nilai-nilai, dan sikap. Hal ini juga memprediksi reaksi manusia untuk orang lain, masalah, dan
stres. Sedangkan karakteristik kepribadian seseorang membedakannya dari orang lain, bagaimana
orang berpikir, merasa dan bertindak, yang memungkinkannya untuk tampil unik. Pada saat yang
sama, karakteristik kepribadian menentukan perilaku, sikap dan emosi untuk hal-hal tertentu
(Pervin 2000: 24). Reaksi orang yang berbeda untuk situasi yang sama dapat ditelusuri kembali
melalui karakteristik kepribadian. Sebagai contoh, seseorang dapat mempelajari mengapa
beberapa orang memiliki lebih banyak kontak sosial, lebih puas daripada yang lain dengan
keadaan mereka, atau lebih optimis pandangan hidup. Karakteristik sosio-demografis
berkontribusi terhadap hal tersebut, bahwa individu-individu yang tergabung dalam kondisi sosial
yang sama dapat menunjukkan karakteristik kepribadian yang paling beragam. Karakteristik
kepribadian ditentukan secara genetik dan dibentuk kembali secara sosial melalui kemampuan,
minat, atribut fisik dan biografi, sehingga orang dapat berbicara tentang dialektika antara alam dan
masyarakat (Berger & Luckmann 1974: 192).
Menurut Pervin (2000: 30) atribut peran utama antara karakteristik yang berbeda melalui
Intelijensi dan temperamen sangat ditentukan oleh faktor genetik. Di sisi lain, aspek sosiologis
yang relevan seperti nilai-nilai, cita-cita dan keyakinan hampir tidak dapat ditelusuri kembali
secara langsung pada faktor genetik seseorang dalam arti sempit, tetapi merupakan bagian dari
konsep Diri. Karakteristik kepribadian adalah bagian dari identitas pribadi dan karena itu
merupakan komponen utama dari identitas secara keseluruhan. Tiga aspek membedakan konsep
identitas pribadi dari karakteristik kepribadian yaitu: (1) berbagai aspek identitas pribadi tidak
terisolasi dari satu sama lain, tetapi terintegrasi secara keseluruhan (terintegrasi vs self
detachment): (2) aspek kognitif, seperti kesadaran diri seseorang, preferensi target dan nilai-nilai,
memainkan peran sentral, dimana aspek emosional (harga diri, kebanggaan atau malu) sama sekali
tidak dikesampingkan (transcendence vs transformasi dan modifikasi); (3) konsep ini
memungkinkan untuk menghasilkan hubungan yang lebih konklusif antara karakteristik individu
dan lingkungan social (self awareness vs konklusi individu plus lingkungan). Oleh karena itu,
asumsi dasar dari teori identitas pribadi adalah bahwa setiap orang berusaha untuk menciptakan
gambaran positif dari dirinya sendiri dengan sesama dan lingkungan dalam rangka untuk
mengembangkan self-esteeem (Scheff 1990).
Masalah dalam membentuk penilaian tentang kesesuaian seseorang untuk peran penting
dalam hidup sebagai karyawan, teman, kekasih, pasangan bahwa kita semua memiliki
kecenderungan luar biasa untuk mengamati ciri-ciri kepribadian yang menarik. Beberapa ciri-ciri
kepribadian positif: (1) menjadi jujur tidak peduli apa konsekuensinya: (2) memiliki tanggung
jawab untuk semua tindakan dan menjadi sedikit perfeksionisme; (3) adaptasi dan kompatibilitas
yang besar dan dapat membantu dalam pergaulan dengan orang lain; (4) memiliki dorongan untuk
terus berjalan, dan memiliki kasih sayang dan pengertian; (5) kesabaran adalah suatu kebajikan
dan membangun keberanian untuk melakukan apa yang benar dalam situasi sulit serta loyalitas
kepada teman dan orang yang dicintai adalah ciri-ciri kepribadian.
e. Jujur
f. Disiplin dan Tanggung Jawab
g. Patriotik
Saeful Fachri, “Membentuk Kepribadian Islam”, di akses pada tanggal 05 Nopember 2012 dalam
http://dakwahkampus.com/pemikiran/pendidikan/1444-pendidikan-islam-membentuk-kepribadian-
islam.html