Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

TU MAMMAE (TUMOR MAMMAE)

OLEH :
SYAHRINSYAH
KELOMPOK 3
2014301147

FAKULTAS KESEHATAN
PRODI D-IV KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2020
A. Definisi
Tumor mammae adalah adalah karsinoma yang berasal dari parenkim,
stroma, areola dan papilla mamma (Lab. UPF Bedah RSDS, 2010). Sedangkan
Kanker payudara dimulai di jaringan payudara, yang terdiri dari kelenjar untuk
produksi susu, yang disebut lobulus, dan saluran yang menghubungkan lobulus ke
puting. Sisa dari payudara terdiri dari lemak, jaringan ikat, dan limfatik
(American Cancer Society, 2011).
Macam-macam tumor :
a. Tumor jinak
Hanya tumbuh membesar, tidak terlalu berbahaya dan tidak menyebar
keluar jaringan.
b. Tumor ganas
Tumor ganas (kanker) adalah sel yang telah kehilangan kendali dan
mekanisme normalnya sehingga mengalami pertumbuhan tidak wajar , lair , dan
kerap kali menyebar jauh ke sel jaringan lain serta merusak.

B. Etiologi
1. Faktor Genetika
Faktor genetik pada kanker payudara memiliki pengaruh. Terutama bila
ada riwayat generasi sebelumnya ada yang terkena kanker payudara, maka
resiko menderita kanker payudara akan lebih besar. Terdapat dua gen yang
berperan dalam pembentukan kanker payudara, yaitu gen BRCA1 dan
BRCA2.
2. Pengaruh Hormon
Hormon adalah zat yang dihasilkan oleh kalenjar tubuh yang berfungsi
untuk mengatur kegiatan alat-alat tubuh dan selaput tertentu. Hormon
memicu terjadinya pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama masa
reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal
karena kehamilan, meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang secara
genetik telah mengalami kerusakan dan menyebakan kanker.
3. Bahan Kimia
Bahan kimia untuk industri serta asap yang mengandung senyawa karbon
dapat meningkatkan kemungkinan terkena kanker payudara.
4. Pola makan, terutama makanan yang banyak mengandung lemak
5. Pengaruh Radiasi di Daerah Dada
Biasanya penderita mengeluh adanya benjolan di payudara, rasa sakit di
payudara, keluarnya cairan dari puting susu, adanya eksim di sekitar areola
puting susu, adanya ulserasi atau borok di daerah payudara, pembesaran 7
kalenjar getah bening atau sekelan disekitar ketiak.

C. Tanda dan Gejala


1. Gatal, sakit dan memerah.
2. Nyeri punggung bagian atas.
3. Perubahan puting.
4. Perubahan bentuk payudara.
5. Pembengkakan atau benjolan di ketiak

D. Pemeriksaan Diagnostik dan Penunjang


a. Penatalaksanaan Terapi
1. Radioterapi
Pilihan pengobatan lain bagi pasien kanker payudara adalah
radioterapi atau terapi radiasi dengan menggunakan sinar berkekuatan
tinggi, seperti sinar-X dan proton. Radioterapi bisa dilakukan dengan
menembakkan sinar ke tubuh pasien menggunakan mesin (radioterapi
eksternal), atau dengan menempatkan material radioaktif ke dalam tubuh
pasien (brachytherapy)
Radioterapi eksternal biasanya dijalankan setelah pasien selesai
menjalani lumpektomi, sedangkan brachytherapy dilakukan jika kecil
risikonya untuk muncul kanker payudara kembali. Dokter juga bisa
menyarankan pasien untuk menjalani radioterapi pada payudara setelah
mastektomi, untuk kasus kanker payudara yang lebih besar dan telah
menyebar ke kelenjar getah bening. Radioterapi atau terapi radiasi pada
kanker payudara dapat berlangsung selama 3 hari hingga 6 minggu,
tergantung dari jenis terapi yang dilakukan. Radioterapi bisa menimbulkan
komplikasi seperti kemerahan pada area yang disinari, serta payudara juga
mungkin dapat menjadi keras dan membengkak.

2.Terapi Hormon

Pada kasus kanker yang dipengaruhi hormon estrogen dan


progesteron, dokter bisa menyarankan pasien menggunakan penghambat
estrogen, seperti tamoxifen. Obat ini bisa diberikan pada pasien selama 5
tahun. Sedangkan obat penghambat aromatase, seperti anastrozole,
letrozole, dan exemestane, diresepkan dokter untuk menghambat produksi
hormon estrogen pada wanita yang telah melewati masa menopause. Pada
wanita yang belum mencapai menopause, hormon pelepas gonadotropin,
seperti goserelin, bisa digunakan untuk mengurangi kadar estrogen pada
rahim. Pilihan lain adalah dengan mengangkat indung telur atau
menghancurkannya dengan radioterapi agar hormon tidak terbentuk.
Obat lain pada kanker ER positif atau PR positif adalah
everolimus, yang menghambat fungsi protein mTOR agar sel kanker tidak
bertumbuh dan membentuk pembuluh darah baru. Efek samping dari
everolimus antara lain adalah diare dan muntah, bahkan bisa
meningkatkan kadar kolesterol, trigliserida, dan gula dalam darah.

3. Kemoterapi

Kemoterapi yang dilakukan setelah bedah (adjuvant


chemotherapy), bertujuan untuk membunuh sel kanker yang mungkin
tertinggal saat prosedur bedah, atau sel kanker sudah menyebar namun
tidak terlihat meski dengan tes pemindaian. Sel kanker yang tertinggal
tersebut bisa tumbuh dan membentuk tumor baru di organ lain.Sedangkan
kemoterapi yang dilakukan sebelum bedah (neoadjuvant chemotherapy)
bertujuan untuk menyusutkan ukuran tumor agar bisa diangkat dengan
pembedahan. Kemoterapi jenis ini biasanya dilakukan untuk menangani
kanker yang ukurannya terlalu besar untuk dibuang melalui operasi.
Kemoterapi juga bisa digunakan pada kanker stadium lanjut,
terutama pada wanita dengan kanker yang telah menyebar hingga ke area
ketiak. Lama terapi tergantung pada seberapa baik respon pasien. Jenis
obat yang umumnya digunakan adalah vinorelbine, capecitabine, dan
gemcitabine. Untuk kanker stadium lanjut, dokter bisa menggunakan satu
obat, atau mengombinasikan dua obat.

b. Penatalaksanaan Operatif
1 .Bedah Lumpektomi

Bedah lumpektomi dilakukan untuk mengangkat tumor yang tidak


terlalu besar beserta sebagian kecil jaringan sehat di sekitarnya. Prosedur ini
umumnya diikuti radioterapi untuk mematikan sel kanker yang mungkin
tertinggal di jaringan payudara. Pasien dengan tumor yang besar bisa
menjalani kemoterapi terlebih dahulu untuk menyusutkan ukuran tumor,
sehingga tumor bisa dihilangkan dengan lumpektomi.

2. Bedah Mastektomi
Pilihan prosedur bedah yang lain adalah mastektomi, yaitu bedah yang
dilakukan oleh dokter bedah onkologi untuk mengangkat seluruh jaringan di
payudara. Mastektomi dilakukan jika pasien tidak bisa ditangani dengan
lumpektomi.

3. Biopsi Bedah
Biopsi adalah prosedur pengambilan sampel jaringan atau sel untuk
melakukan pemeriksaan lebih dekat. Umumnya biopsi dilakukan setelah tes
atau pemeriksaan sebelumnya yang menemukan adanya jaringan yang
abnormal di tubuh. Jaringan abnormal yang ditemuakan namun belum
diketahui penyebabnya dapat disebut sebagai lesi, tumor, atau massa.
Biopsi bedah akan dilakukan jika hasil biopsi lain dianggap kurang
meyakinkan. Ahli bedah akan membuat sayatan di kulit untuk dapat
mengakses area sel atau jaringan abnormal. Biopsi bedah dapat dilakukan
untuk mengangkat keseluruhan jaringan abnormal (biopsy eksisi) atau
mengangkat sebagian jaringan saja (biopsy insisi).

2.1 Pertimbangan Anestesi


1. Definisi Anestesi
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa
sakit ketika dilakukan pembedahan dan berbagai prosedur lain yang
menimbulkan rasa sakit, dalam ha lini rasa takut perlu ikut dihilangkan
untuk menciptakan kondisi optimal bagi pelaksanaan pembedahan
(Sabiston, 2011).

2. Jenis anestesi yang dipakai untuk pembedahan TU mamae:


a. General anastesi
General anestesimerupakan tindakan menghilangkan rasa sakit
secara sentral disertai hilangnya kesadaran (reversible). General anestesi
yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi
yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau
mesin anestesi langsung keudara inspirasi, dengan menggunakan ETT atau
LMA. (Mangku dan Senapathi 2010).

3. Teknik Anestesi
a. General Anestesi Inhalasi dengan ETT
Teknik general anestesi dengan ETT (Endotracheal Tube), yaitu tindakan
untuk memasukan pipa endotracheal kedalam trachea. Pada teknik
anestesi dengan menggunakan ETT, Gas anestesi di masukan melalui
ETT.
b. General anastesi inhalasi dengan LMA
Laringeal mask airway (LMA) adalah alat supra glotis airway didesain
untuk memberikan dan menjamin tertutupnya bagian dalam laring untuk
ventilasi spontan dan memungkinkan ventilasi kendali pada mode level
tekanan positif.

4. Rumatan Anestesi
Obat-obatan :
1.Pre-medikasi : - Midazolam (0.1 – 0.2 mg/kgBB IV)
2. induksi : - Propofol (2 – 2.5 mg/kgBB IV)
- Fentanyl (1-2 mcg/kgBB IV)
- Ketamine (1-2 mg/kgBB IV)
3. pelumpuh otot : - Atracurium (0.5 – 0.6 mg/kgBB IV)
4. analgetik : - Ketorolac 30 mg IV
5. obat antiemetic : - Ondansetron 4mg IV
6. obat emergency : - Ephedrine 5 - 20 mg IV
- Epinefrin 0.2 mg/kgBB IV
5. Rumatan selama anestesi menggunakan
N2O : O2 = 50% : 50% dan sevoflurane 2-4Vol%

2.2 Tinjauan teori ASKAN Pre Intra Pasca Anestesi dan Pembedahan Umum
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan oleh klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatusituasi dan kejadian.
b. Data Objektif
Data yang didapat oleh pencatat dari pemeriksaan dan dapat diukur
dengan menggunakan standar yang diakui.
2. Masalah Kesehatan Anestesi
a. PRE
1. Ansietas
2. Nyeri
b. INTRA
1. PK disfungsi kardiovaskuler
2. PK disfungsi respirasi
3. Resiko cedera trauma pembedahan
c. POST
1. Hipotermi
2. Resiko jatuh
3. Mual/muntah
3. Rencana Intervensi
A. PRE OPERASI
1) Ansietas
a) Tujuannya adalah agar cemas pasien berkurang atau hilang dan pasien
tampak rileks.
b) Kriteria hasil :
- Pasien tenang dan tidak gelisah
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
c) Rencana Tindakan
- Observasi tanda-tanda vital
- Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien termasuk
reaksi fisik.
- Berikan edukasi tentang gejala cemas
- Lakukan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang biasanya dialami
selama prosedur.
- Kolaborasi pemberian terapi untuk menurunkan ansietas jika
diperlukan.
2). Nyeri
a) Tujuannya nyeri hilang atau terkontrol dan pasien tampak tenang
dan tidak gelisah.
b) Kriteria hasil:
- Pasien mampu tidur dan istrahat
- TTV dalam batas normal
- Pasien tampak rileks
- Nyeri hilang atau terkontrol
c) Rencana Tindakan
- Observasi TTV pasien
- Kaji tingkat nyeri, lokasi
- Ajarkan teknik nafas dalam
- Delegasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik

B. INTRA OPERASI
1) PK disfungsi Respirasi
a) Tujuannya adalah agar tidak ada obstruksi dalam jalan nafas
b) Kriteria Hasil :
1. Memperlihatkan irama dan frekuensi napas yang normal
2. Auskultasi suara napas yang jernih
c) Rencana Tindakan
1. Kaji dan dokumentasikan frekuensi, dan kedalaman pernapasan
2. Auskultasi adanya suara napas tambahan
3. Lakukan suction endotrakea atau nasotrakea
4. Lakukan management airway
5. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan
2) PK disfungsi kardiovaskuler
a) Tujuannya adalah agar tidak terjadi penurunan curah jantung selama proses
operasi.
b) Kriteria Hasil :
1. Efektivitas pompa jantung : keadekuatan volume darah yang di pompa
keseluruh tubuh untuk mendukung tekanan perfusi sistemik
2. Keadekuatan aliran darah serebral untuk mempertahankan fungsi otak
3. Status tanda-tanda vital : TD, Nadi, pernapasan dalam batas normal
c) Rencana Tindakan
1. Observasi dan dokumentasikan tanda tanda vital (setiap 5 menit)
2. Ubah posisi (supine/trendelenburg) ketika tekanan darah pasien berada
pada rentang lebih rendah di bandingkan dengan yang biasanya
3. Pertahankan akses intravena yang adekuat untuk pemberian cairan atau
obat intravena untuk meningkatkan tekanan darah
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemeliharaan anestesi

3) Resiko cedera trauma pembedahan


a) Tujuan pasien tersedasi, relaksasi otot cukup dan tidak menunjuk kan
respon nyeri
b) Kriteria hasil
1. tanda-tanda vital dalam batas normal
2. saturasi oksigen>95%
3. pasien tidak menunjukkan respon nyeri
c) Rencana tindakan
1. kaji tanda-tanda vital pasien
2. siapkan peralatan monitor dan obat-obatan sesuai dengan perencanaan
teknik anestesi
3. monitoring blockade neuromuscular
C. POST ANESTESI
1. Hipotermi
a) Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama operasi
berlangsung 1x60 menit diharapkan tidak terjadi hipotermi
b) Kriteria Hasil
1. Suhu normal (36 – 37derajat)
2. Akral hangat
c) Rencana Tindakan
1. Observasi TTV
2. Berikan selimut tebal
3. Delegasi berikan cairan Kristaloid

2. Resiko jatuh
a) Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan anestesi diharapakan risiko
jatuh tidak terjadi.
b) Kriteria hasil
1. Keadaan umum pasien baik
2. Tidak ada tanda akan jatuh
c) Rencana intervensi
1. Kaji keadaan umum pasien
2. Pasang handle/penyangga kiri dan kanan pasien
3. KIE penyebab jatuh
4. Pasang gelang warna kuning pada pasien
4. Evaluasi
No Masalah Kesehatan Evaluasi
Anestesi
1 Ansietas S : Pasien mengatakan tidak merasa cemas lagi

O : pasien tampak rileks

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi
2 Nyeri S : Pasien mengatakan merasa nyaman dan nyeri
berkurang

O : wajah pasien tampak lebih tenang dan rileks

A : Masalah teratasi

P : Hentikan intervensi

3 PK disfungsirespirasi S:-

O : - suara nafas pasien kembali normal


- terlihat tidak ada penumpukan sekret
- TD : 110-120/70-80 mmHg
- RR : 16-20 x/mnt
- Nadi : 60-100 x/mnt

A : Masalah teratasi

P : Pertahankan intervensi
4 PK disfungsikardiovaskuler S:-
O: - TD : 110-120/70-80 mmHg
- RR : 16-20 x/mnt
- Nadi : 60-100 x/mnt

A:Masalah teratasi

P:Pertahankan intervensi

5 Resikocedera trauma S: -
pembedahan
O: - pasientersedasi
- TD : 110-120/70-80 mmHg
- RR : 16-20 x/mnt
- Nadi : 60-100 x/mnt

A: masalah teratasi

P: hentikan intervensi
6 Hipotermi S : pasien mengatakan tidak kedinginan lagi

O: - Akral mulai teraba hangat


- suhu 36,5 - 37,5oC

A: Masalah teratasi

P : intervensi dihentikan

7 Resiko jatuh S :pasien mengatakan dapat melakukan mobilisasi


ringan

O :pasien terlihat dapat mengikuti arahan perawat


A :masalah teratasi sebagian

P :lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai