Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN:.

2338-0020
E-ISSN :. 2615-8604

EFEKTIFITAS JADUAL AKTIVITAS SEHARI-HARI TERHADAP


KEMAMPUAN MENGONTROL
PERILAKU KEKERASAN
Anton Surya Prasetya
Akademi Keperawatan Panca Bhakti Bandar Lampung
Email : anton@pancabhakti.ac.id

ABSTRAK
Data statistik direktorat kesehatan jiwa menunjukan bahwa pasien gangguan jiwa terbesar yaitu skizofrenia
sebesar 70% (Dep.Kes, 2003). Pasien dibawa kerumah sakit karena perilaku kekerasan sekitar 68% . Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui efektifitas pemberian jadual kegiatan sehari-hari terhadap kemampuan
mengontrol perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung. Metode penelitian quasi experiment,
desain pre-post test design with control group. Sampel penelitian secara purposive sampling berjumlah 56
responden, terdiri 28 responden kelompok intervensi dan 28 responden kelompok kontrol. Instrumen
penelitian untuk mengetahui kemampuan mengontrol perilaku kekerasan menggunakan format kemampuan
perilaku kekerasan. Hasil penelitian didapatkan tingkat kemampuan mengontrol perilaku kekerasan lebih
meningkat atau bermakna pada kelompok intervensi dibanding kelompok kontrol yang tidak terapi jadual
kegiatan sehari-hari yaitu selisih 1,64 poin (p < 0,005). Rekomendasi :terapi jadual kegiatan sehari-
haridalam kemampuan mengontrol perilaku kekerasan menjadi bagian program yang ditekankan dalam
pemberian pelayanan kesehatan jiwa di RSJ Provinsi Lampung.

Kata kunci: Resiko perilaku kekerasan, terapi generalis,tingkat atau kemampuan mengontrol perilaku
kekerasan

ABSTRACT
Statistical data of the directorate of mental health showed that the largest mental disorder patients were
schizophrenia by 70% (Dep.Kes, 2003). Patients were admitted to hospital for violent behavior about
68%.The purpose of this study to determine the effect of giving schedule of daily activities for ability to
control violent behavior in psychiatric hospital, Provincial Lampung. The research method was quasi
experiment by using pre-post test design with control group. The research sample was obtained by purposive
sampling of 56 respondents, consist of 28 respondents to the intervention group and 28 respondents to the
control group. The Research instrument that used to determine the level of ability to control violent behavior
using formability to control violent behavior. The result of the research showed that the level of abilityto
control violent behavior more or more meaningful, and it happened significantly in the intervention group
who received exercising than the control group is not get ability control violent behavior therapy, with 1,64
points as the differences (p <0.005). This study recommended to be part violent behavior work plan in
psychiatric hospital.

Keywords: Violent behavior, general therapy, ability to control violent behaviordepression, level or abilityto
control violent behavior

18
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN:. 2338-0020
E-ISSN :. 2615-8604
PENDAHULUAN depresi sebesar 6% untuk usia 15 tahun keatas
atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan
Kesehatan jiwa saat ini menjadi prioritas prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
masalah kesehatan global bagi setiap negara, skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk
dimana Kemampuan Mengontrol saat ini atau sekitar 400.000 orang. Dari data tersebut
adanya krisis global, perubahan sosial dapat disimpulkan bahwa masalah kesehatan
ekonomi yang sangat cepat, perkembangan jiwa baik gangguan jiwa ringan hingga berat
ilmu pengetahuan dan teknologi serta situasi cukup tinggi dan cenderung meningkat dari
politik yang tidak menentu menyebabkan tahun ke tahun.
semakin tingginya angka pengangguran,
kemiskinan, perilaku kekerasan atau tindakan
Gangguan jiwa menurut Townsen, (2009)
kriminalitas meningkat. Kemampuan
merupakan respon maladaptif baik dari faktor
Mengontrol dan perubahan ini memerlukan
intrinsik maupun ekstrinsik yang
proses adaptasi untuk mengatasinya,
berhubungan perilaku yang tidak sesuai
sementara tidak semua orang mempunyai
dengan norma kebiasaan, kegiatan, fungsi
kemampuan yang sama untuk menyesuaikan
ubuh serta mempengaruhi interraksi sosial
dengan berbagai perubahan tersebut. Individu
individu. Menurut American Psychiatric
yang tidak mampu dalam beradaptasi dalam
Association (2013)gangguan jiwa
mengatasi perubahan-perubahan yang terjadi
didefinisikan sebagai kumpulan gejala
ini dapat mengalami stress, kecemasan atau
(sindrom) atau pola klinik yang signifikan
masalah psikososial hingga gangguan jiwa.
dari perilaku dan psikologis yang terjadi pada
Untuk menghadapi situasi ini diperlukan kerja
individu dan dikaitkan dengan stress dan
sama antar semua pihak khususnya tenaga
ketidakmampuan (kerusakan fungsi dalam
kesehatan (dokter, perawat jiwa, psikolog dan
satu area atau lebih) atau meningkatan resiko
psikiater).
penderitaan, ketidakmampuan atau kehilangan
kebebasan.
Data WHO (2006) mengungkapkan 26 juta
penduduk Indonesia mengalami gangguan
Data statistik direktorat kesehatan jiwa
jiwa. Panik dan cemas adalah gejala paling
menunjukan bahwa pasien gangguan jiwa
ringan dan dari total populasi, sekitar 13,2
terbesar yaitu skizofrenia sebesar 70%
juta orang mengalami. Hasil data Riset
(Dep.Kes, 2003). American Psychiatric
Kesehatan Dasar (RisKesDas, 2013),
Association (2000) menyebutkan dari
menunjukkan prevalensi gangguan mental
beberapa penelitian melaporkan bahwa
emosional seperti gangguan kecemasan dan
kelompok individu yang didiagnosa
19
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN:. 2338-0020
E-ISSN :. 2615-8604
mengalami skizofrenia mempunyai insiden diri sendiri, orang lain dan lingkungannya,
lebih tinggi untuk mengalami perilaku sehingga keluarga menjadi takut dan
kekerasan (APA, 2000, dalam Putri, 2010). termotivasi untuk membawa klien ke rumah
Dari survey yang dilakukan oleh The National sakit.
Institute of Mental Nursing Health’s
Epidemiologic Catchment Area terhadap
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu
10.000 orang yang pernah melakukan perilaku
yang dapat membahayakan orang, diri sendiri
kekerasan di temukan 11,7% terdiagnosis
baik secara fisik, emosional, dan atau
skizofrenia (Kaplan & Saddock, 1995 dalam
sexualitas (Nanda, 2009).Perilaku kekerasan
Wahyuningsih, 2009).
merupakan salah satu respon maladaftif dari
marah. Marah merupakan perasaan jengkel
Berdasarkan survey serta pengalaman yang yang timbul sebagai respon terhadap
dilakukan dalam melakukan perawatan kecemasan/kebutuhan yang tidak terpenuhi
kepada klien di rumah sakit jiwa khususnya yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart &
ruang psikiatri ditemukan beberapa masalah Sundeen,1995). Perasaan marah normal bagi
keperawatan, yaitu halusinasi, harga diri individu namun prilaku yang dimanifestasikan
rendah, isolasi sosial, waham, resiko bunuh oleh perasaan marah dapat berfluktuasi
diri, perilaku kekerasan/risiko perilaku sepanjang rentang adaptif dan maladaptif.
kekerasan (RPK), defisit perawatan diri dan Apabila perasaan marah diekspresikan dengan
dari tujuh masalah keperawatan tersebut yang perilaku agresif dan menentang, biasanya
paling sering ditemukan adalah masalah dilakukan individu karena ia merasa kuat.
perilaku kekerasan. Perilaku kekerasan Cara demikian dapat menimbulkan
merupakan salah satu gejala yang paling kemarahan yang berkepanjangan dan dapat
banyak ditemukan dan menjadi alasan bagi menimbulkan tingkah laku yang destruktif
keluarga untuk merawat klien di rumah sakit dan tidak dapat dikendalikan. Menurut
jiwa (Keliat, 2003).Kemampuan Mengontrol Purwanto (2006, dalam Putri, 2010) individu
ini juga didukung oleh penelitian yang tidak dapat mengontrol perbuatannya
Wahyuningsih (2009) yang juga mendapatkan adalah orang yang mengalami gangguan jiwa.
bahwa perilaku kekerasan merupakan Perilaku kekerasan yang terjadi pada pasien
penyebab utama klien dibawa ke rumah sakit gangguan jiwa merupakan situasi kedaruratan
yaitu 68%. Perilaku kekerasan menjadi alasan psikiatri yang memerlukan penanganan segera
bagi keluarga untuk membawa klien ke rumah karena dapat membahayakan pada diri sendiri,
sakit dikarenakan klien dengan perilaku orang lain dan lingkungan.
kekerasan beresiko untuk mencederai pada

20
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN:. 2338-0020
E-ISSN :. 2615-8604
Dampak perilaku klien dengan perilaku Tindakan keperawatan generalis yang
kekerasan ini dapat berakibat fatal bagi klien, dilakukan yaitu klien diajarkan dan dilatih
dan orang-orang yang ada disekitarnya baik untuk mengenal dan mengontrol perilaku
itu perawat, klien lain atau keluarga. Menurut kekerasan secara fisik, verbal, sosial, spiritual
Hillbrand (1995, dalam Sulastri, 2007) bahwa dan patuh minum obat sedangkan keluarga
klien yang merusak diri dan melakukan diajarkan juga cara mengenal perilaku
tindakan percobaan bunuh diri berhubungan kekerasan yang dialami klien dan bagaimana
dengan perilaku sikap agresif terhadap diri mengontrol perilaku kekerasan yang klien
maupun orang lain. Perawat yang bertugas di lakukan. Tindakan generalis yang lain yaitu
unit kegawatan dan unit intensive juga sering klien dilibatkan dalam aktivitas kegiatan
mengalami dampak dari perilaku kekerasan kelompok atau dikenal TAK. Dimana dalam
klien. Mereka setiap harinya mengalami aktivitas kegiatan kelompok ini klien
dampak negative dari perilaku kekerasan mendapat dukungan dari kelompoknya dalam
lebih sering dibandingkan dengan profesi lain upaya untuk mengatasi masalah perilaku
(Carrlson, 2000, dalam Fauziah, 2009) karena kekerasan.
merekalah yang kontak dengan pasien selama
24 jam. Keluarga juga sering kali menjadi Intervensi pada pasien dengan perilaku
korban kekerasan pasien dirumah. kekerasan dapat dilakukan dengan pemberian
Ketidakmampuan keluarga dalam mengatasi tehknik mengontrol perilaku kekerasan
perilaku kekerasan dirumah juga sangat dengan cara fisik yaitu relaksasi tarik nafas
berhubungan dengan alasan klien dibawa ke dalam serta penyaluran energi, obat, verbal
rumah sakit. Berdasarkan beberapa akibat atau social dan spiritual. Intervensi tersebut
yang ditimbulkan oleh perilaku klien dengan dilakukan kepada pasien lalu pasien diberikan
perilaku kekerasan tersebut maka perawat jadual kegiatan sehari dalam upaya
harus menaruh perhatian lebih dalam mengevaluasi kemampuan klien mengontrol
memberikan intervensi keperawatan baik itu perilaku kekerasan pasien tetapi sejauh mana
ke klien atau keluarga. jadual kegiatan sehari-hari tersebut efektif
menjadi pertanyaan. Hasil pengalaman dan
Intervensi keperawatan yang tepat baik pengamatan peneliti pasien dengan perilaku
ditatanan pelayanan rumah sakit atau di kekerasan secara kemampuan kognitif setelah
masyarakat sangat diperlukan dalam dilakukan intervensi mengalami peningkatan
mengatasi masalah perilaku kekerasan ini. tetapi pasien terkadang sering merasa lupa
Intervensi yang sudah dikembangkan dalam dan perilaku kekerasan masih sering
mengatasi perilaku kekerasan ini terdiri dari dilakukan kembali, Oleh karena hal tersebut
tindakan keperawatan generalis dan spesialis. peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
21
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN:. 2338-0020
E-ISSN :. 2615-8604
sejauh mana efektifitas jadual kegiatan sehari- HASIL
hari dapat membuat pasien mengontrol Uraian hasil penelitian sebagai berikut:
perilaku kekerasan secara mandiri dan 1. Karakteristik pasien dengan RPK
menjadi kebiasaan. a. Usia dan Lama sakit pasien dengan
RPK
METODOLOGI Tabel 1.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Analisis Usia dan Lama sakit pasien
“Quasi Experimental Pre-Post Test With dengan RPKpada Kelompok Intervensi dan
Control Group” dengan intervensi terapi Kelompok Kontrol di RSJ Provinsi
general dan Jadual Kegiatan Sehari-hari. LampungTahun 2017 (N = 56)
Besar sampel penelitian ditetapkan dengan Jenis
Variabel N Mean SD
menggunakan purposive sampling dengan Kelompok

jumlah total sampel sebanyak 56 orang, 28 Intervensi 28 34,86 8,150


Usia Kontrol 28 33,57 6,350
orang untuk kelompok intervensi dan 28
Total 56 34,21 7,268
orang untuk kelompok kontrol. Sampel dipilih
Intervensi 28 22,82 8,811
berdasarkan kriteria inklusi, yaitu berusia Lama
Kontrol 28 22,36 9,908
sakit
lebih dari 20 tahun, terdiagnosa resiko Total 56 22,59 9,293
perilaku kekerasan dan tidak mengalami
penurunan kesadaran, komunikatif secara Hasil analisis pada tabel 1 menjelaskan bahwa
verbal dan koperatif. dari total 56 pasien dengan RPKdalam
penelitian ini rata-rata berusia34,21 tahun
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan rata-rata memiliki waktu lama sakit
A yang terdiri dari data karakteristik 22,59 bulan.
responden yang meliputi usia, jenis kelamin,
pekerjaan, tingkat pendidikan, status b. Jenis Kelamin, Pekerjaan, dan
perkawinan, dan lama sakit dan form B PendidikanPasien dengan RPK
tentang kemampuan mengontrol perilaku Tabel 2.
kekerasan. Instrumen sudah diuji validitas dan Distribusi Frekuensi Pasien dengan
realibilitanya. RPKmenurut Jenis Kelamin, Pekerjaan, dan
Pendidikan,di RSJ Provinsi LampungTahun
Analisis data diolah dengan menggunakan 2017(N = 56)
program statistik (SPSS) yang meliputi
analisis univariat dan bivariat.

22
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN:. 2338-0020
E-ISSN :. 2615-8604
Jumlah N
Variabel Kelompok N Mean p value
Karakteristik (n = 56) o
n % 1 Usia 1. Intervensi 28 34,86
1. Jenis Kelamin Pasien . 0,526
2. Kontrol 28 33,57
a. Laki-laki 41 73,2
2 Lama
b. Perempuan 15 26,8 1. Intervensi 28 22,82
. sakit fisik 0,548
2. Pekerjaan Pasien 2. Kontrol 28 22,36
a. Bekerja 9 16,1
b. Tidak bekerja 47 83,9
3. Pendidikan Pasien
Hasil uji statistik pada tabel 3. didapatkan
a. SD 8 14,3 bahwa karakteristik usia dan lama sakit fisik
b. SMP 28 50,0 antara kelompok intervensi dengan kelompok
c. SMA 18 32,1 kontrol memiliki varian yang sama atau setara
d. PT 2 3,6
dengan p >α 0,05.

Hasil analisis pada tabel 2. didapatkan bahwa


b. Kesetaraan karakteristik Pasien dengan
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki
RPKberdasarkan jenis kelamin,
sebanyak 41 orang (73,2%), tidak bekerja
pekerjaan, dan pendidikan.
sebanyak 47orang (83,9%), serta memiliki
Tabel 4.
latar belakang pendidikan SMP 28 orang
Analisis Kesetaraan Karakteristik Jenis
(50,0%).
Kelamin, Pekerjaan, danPendidikan, pasien
2. Kesetaraan Karakteristik Pasien dengan
dengan RPKdi RSJ Provinsi Lampung
RPKpada Kelompok Intervensi dan
terhadap Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kelompok Kontrol.
Kontrol Tahun 2017 (N = 56)
a. Kesetaraan Karakteristik Pasien
Klp Intervensi
dengan RPK berdasarkan Usia, & dan Klp.Kontrol
Karakteristik p value
Lama sakit fisik (n = 56)
Tabel 3. N %
Analisis KesetaraanKarakteristik Usia dan 1. Jenis Kelamin

Lama sakit pada Pasien dengan RPK di RSJ Pasien dg RPK


a. Laki-laki 41 73,2 0,768
Provinsi Lampung terhadap Kelompok
b. Perempuan 15 26,8
Intervensi dan Kelompok Kontrol Tahun 2. Pekerjaan Pasien
2017(N = 56) dengan RPK
c. Bekerja 9 16,1 0,029
d. Tidak bekerja 47 83,9
3. Pendidikan pasien
dg RPK

23
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN:. 2338-0020
E-ISSN :. 2615-8604
a. SD 8 14,3 Kemampuan Mengontrolpasien dengan
b. SMP 28 50,0 0,723 RPKsebelum dilakukan intervensi adalah 1,05
c. SMA 18 32,1
b. Kesetaraan Karakteristik
d. PT 2 3,6
Kemampuan MengontrolPasien
dengan HD sebelum dilakukan
Hasil analisis uji statistik pada tabel 4.
intervensi pada kelompok intervensi
menunjukkan bahwa karakteristik Pasien
dan kelompok kontrol

p Tabel 6.
Karakteristik Kelompok n Mean
value Analisis Kesetaraan Kemampuan
Kemampuan 1. Intervensi 28 1,00 MengontrolPasien dengan RPKSebelum
Mengontrol 0,571
perlakuan di RSJ Provinsi LampungTahun
(Pre Test) 2. Kontrol 28 1,11
2017 ( N = 56 )
dengan RPKberdasarkan jenis kelamin,
pekerjaan,dan pendidikan antara kelompok
Analisis Kemampuan MengontrolPasien
intervensi dan kontrol secara statistik adalah
dengan RPKsebelum dilakukan intervensi
setara atau memiliki varian yang sama (p >α
antara kelompok intervensi dengan kelompok
0,05).
kontrol pada tabel 6 adalah setara atau
memiliki varian sama dimana kedua variabel
tersebut memiliki p >α 0,05.
3. Tingkat atau Kemampuan Mengontrol
c. Perubahan Kemampuan
pasien dengan RPK
MengontrolPasien dengan RPKsebelum
a. Kemampuan MengontrolPasien
dan sesudah dilakukan Terapi.
dengan RPKsebelum dilakukan
terapi Tabel 7.
Tabel 5.
Karakteristik Kelompok N Mean SD
Analisis Kemampuan MengontrolPasien
1. Intervensi 28 1,00 0,667
dengan RPKSebelum dilakukan terapidi RSJ Kemampuan 2. Kontrol 28 1,11 0,737
Provinsi Lampung Tahun 2017 Mengontrol Total 56 1,05 0,699
(N = 56)
Analisis Perubahan Kemampuan
Hasil analisis Kemampuan MengontrolPasien dengan RPKSebelum
MengontrolPasien dengan RPK pada tabel5. dan Sesudahperlakuanpd kelompok
diatas memperlihatkan dari jumlah total 56 Intervensi dan kontrolTh 2017(N = 56)
pasien dengan RPKmenunjukkan rata-rata

24
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN:. 2338-0020
E-ISSN :. 2615-8604
p Hasil tersebut juga menunjukkan bahwa
Kelompok Variabel N Mean
value tingkat atau Kemampuan Mengontrol pada
Kemampuan
Intervensi Mengontrol kelompok Pasien dengan RPK yang
28 1,00
a. Sebelum 0,000 mendapatkan terapi (kelompok intervensi)
28 2,96
b. Sesudah
1,96 lebih baik/ lebih tinggi dibandingkan dengan
Selisih
Kemampuan
kelompok yang tidak mendapatkan terapi
Kontrol Mengontrol
28 1,11
a. Sebelum 0,026 jadual kegiatan sehari-hari (kelompok
28 1,43
b. Sesudah
0,32 kontrol).
Selisih

Hasil uji statistik pada tabel 7. dapat PEMBAHASAN


disimpulkan bahwa pada α 5% ada perubahan 1. Pengaruh Terapi Jadual kegiatan
yang lebih bermakna (perubahan lebih baik) Sehari-hari terhadap Kemampuan
rata-rata Kemampuan Mengontrolpasien MengontrolPasien dengan resiko
dengan RPK sebelum dengan sesudah perilaku kekerasan (RPK)
terapi(kelompok intervensi) dibandingkan
a. Kemampuan Mengontrolpasien
(kelompok kontrol) selisih 1,64point.
dengan resiko perilaku
kekerasansebelum Terapi (Kelompok
d. Kemampuan MengontrolPasien
Intervensi) dan (Kelompok kontrol).
dengan RPKsesudah dilakukan
terapi. Hasil analisis terhadap Kemampuan
Tabel 8. mengontrol RPK rata-rata Pasien baik pada
Analisis Kemampuan MengontrolPasien keseluruhan jumlah responden di kedua
dengan RPKSesudahdilakukan terapi di RSJ kelompok sebelum dilakukan pemberian
Provinsi LampungTahun 2017 (N = 56) jadual kegiatan sehari-hari pada kelompok

Karakteristik Kelompok n Mean SD


Analisis Kemampuan MengontrolPasien
Kemampuan
dengan RPK pada tabel 8. diatas 1. Intervensi 28 2,96 0,693
Mengontrol
memperlihatkan hasil rata-rata Kemampuan 2. Kontrol 28 1,43 0,742

MengontrolPasien dengan RPK pada intervensi serta tanpa terapi pemberian jadual
kelompok intervensi sesudah dilakukan terapi pada kelompok kontrol menunjukkan
adalah 2,96yang menunjukkan bahwa Kemampuan mengontrol RPK yaitu rata-
kemampuan mengontrol perilaku kekerasan rata sebesar 1,05. Untuk uji kesetaraan kedua
Pasien dengan RPKsesudah mendapatkan kelompok sebelum dilakukan pemberian
terapi pemberian jadual lebih meningkat jadual kegiatan sehari-hari pada kelompok
sedangkan pada kelompok kontrol adalah 1,43
25
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN:. 2338-0020
E-ISSN :. 2615-8604
intervensi serta tanpa terapi pemberian jadual sakit dikarenakan klien dengan perilaku
pada kelompok kontrol menunjukkan hasil kekerasan beresiko untuk mencederai pada
bahwa rata-rata kemampuan mengontrol diri sendiri, orang lain dan lingkungannya,
resiko perilaku kekerasan memiliki varian sehingga keluarga menjadi takut dan
yang sama. termotivasi untuk membawa klien ke rumah
sakit
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk Hasil penelitian ini semakin mendukung
perilaku yang bertujuan untuk melukai tentang uraian data tentang kemampuan
seseorang, baik secara fisik maupun mengontrol RPK pada pasien tersebut diatas
psikologis (Keliat, 2003). Menurut Stuart yaitu bahwa pasien belum sepenuhnya
(2009), perilaku kekerasan merupakan salah mengetahui bagaimana mengontrol perilaku
satu respon terhadap stresor yang dihadapi kekerasana yang dialaminya. Pasien lebih
oleh seseorang, yang ditunjukkan dengan banyak mengetahui secara kognitif tetapi
perilaku aktual melakukan kekerasan, baik tidak menjadi pola kebiasaan. Dari
pada diri sendiri, orang lain maupun kemampuan mengontrol perilaku kekerasan
lingkungan, secara verbal maupun nonverbal. tersebut maka sangat tepatlah pemberian
Menurut Berman dan Coccara, (1998, dalam jadual ini dilakukan untuk mengatasi resiko
Fauziah, 2009) pelaku kekerasan dua kali perilaku kekerasan karena dengan terapi
lebih sering pada usia muda (rata-rata pemberian jadual kegiatan sehari-hari dapat
dibawah 28 tahun) berkisar 57 % dibanding meningkatkan kemampuan mengontrol
usia tua 30%. Jenis kelamin juga merupakan perilaku kekerasan sebagai pola kebiasaan
salah satu predisposisi terjadinya perilaku .
kekerasan. Menurut penelitian karakteristik b. Perubahan Kemampuan
jenis kelamin berhubungan dengan kejadian Mengontrolpasien dengan resiko
perilaku kekerasan verbal, yaitu klien laki-laki perilaku kekerasansetelah mendapatkan
dua kali lipat lebih banyak dari klien Terapi
perempuan (p value 0,001), serta usia yang
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
paling banyak 30 tahun ke bawah (Keliat,
peningkatanyang bermakna nilai kemampuan
2003). Kemampuan Mengontrol ini juga
mengontrol resiko perilaku kekerasan
didukung oleh penelitian Wahyuningsih
sebelum dan sesudah mendapatkan terapi
(2009) yang juga mendapatkan bahwa
pemberian jadual (kelompok intervensi dan
perilaku kekerasan merupakan penyebab
kelompok kontrol) yaitu rata-rata tingkatnya
utama klien dibawa ke rumah sakit yaitu 68%.
pada kelompok intervensi (sebelumnya 1,0
Perilaku kekerasan menjadi alasan bagi
menjadi 2,96Terdapat peningkatan 1,96) dan
keluarga untuk membawa klien ke rumah
26
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN:. 2338-0020
E-ISSN :. 2615-8604
kelompok kontrol (sebelumnya 1,11 dan pemberian jadual kegiatan yang dimonitoring
sesudahnya 1,43Terdapat peningkatan 0,32). kemandiriannya dalam melakukannya selama
Hasil penelitian ini mendukung beberapa satu minggu yang diharapkan menjadi
penelitian sebelumnya seperti penelitian yang kebiasaan, sehingga klien tidak mudah
dilakukan oleh Zelianti (2012) yaitu pengaruh menjadi lupa dan hasilnya kemampuan klien
tehnik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat menjadi mandiri.
emosi klien perilaku kekerasan, dimana 2. Pengaruh Jadual Kegiatan Sehari-hari
penelitian tersebut juga menyatakan klien terhadap Kemampuan
dengan perilaku kekerasan setelah dilakukan MengontrolPasien dengan resiko
terapi akan mengalami pernurunan dan perilaku kekerasan
kemampuan mengontrol perilaku
a. Perubahan Kemampuan
kekerasannya semakin meningkat, tetapi
Mengontrolpasien dengan resiko
kemampuan mengontrol perilaku
perilaku kekerasansetelah
kekerasannya sebatas kemampuan kognitif
mendapatkan TerapiJadual Kegiatan
yang meningkat sedangkan kemampuan
Sehari-hari
secara psikomotornya terkadang lupa dan
tidak dilakukan untuk mengatasi perilaku Hasil penelitian ini menunjukkan adanya
kekerasannya karena tidak menjadi pola peningkatanlebih tinggi Kemampuan
kebiasaan. mengontrol resiko perilaku kekerasan
yang mendapatkan pemberian jadual
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan sehari-hari (kelompok
terapi pemberian jadual kegiatan sehari-hari intervensi)secara psikomotor
merupakan terapi yang tepat untuk mengatasi dibandingkan dengan yang tidak
klien dengan resiko perilaku kekerasan mendapatkan terapi pemberian jadual
sehingga kemampuan yang diajarkan menjadi kegiatan (kelompok kontrol) yaitu selisih
suatu kebiasaan yang dampaknya pasien tidak 1,64.
akan cepat lupa kemampuan mengontrol Hasil penelitian ini menunjukan dan
resiko perilaku kekerasan karena sudah mendukung beberapa pernyataan serta
menjadi kebiasaan. penelitian yang menyatakan bahwa terapi
pemberian jadual akan lebih baik
Pasien dilakukan tindakan untuk mengontrol memberikan kemandirian dalam
perilaku kekerasan dengan terapi yaitu teknik mengontrol perilaku kekerasan
pukul bantal, relaksasi nafaas dalam, khususnya dalam kemampuan
pemberian obat, teknik verbal dan secara psikomotor.
spiritual. Tindakan tersebut dilengkapi dengan
27
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN:. 2338-0020
E-ISSN :. 2615-8604
Hasil penelitian ini menunjukan pemberian menjadi bagian yang penting dan tidak
jadual kegiatan sehari-hari secara signifikan diabaikan sebagai program perawatan
bermanfaat dalam menurunkan kemampuan kesehatan jiwa di Rumah Sakit Jiwa.
mengontrol resiko perilaku kekerasan.
Pengalaman dan pengamatan peneliti Pasien KEPUSTAKAAN
yang mengalami resiko perilaku kekerasan
sering ditandai dengan perilaku gelisah, American Psychiatric Association. (2000).
Diagnostic and Statisfical Manual of
mondar-mandir, mata melotot, tangan
Mental Disorder, (4th edition) :
mengepal, berteriak-teriak. Pasien setelah Arlington
Depkes RI. (2003) Riset Kesehatan Dasar.
dilakukan tindakan keperawatan cara
Jakarta :BadanPenelitian dan
mengontrol perilaku kekerasan akan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan, Republik
mengalami penurunan emosi dan secara
Indonesia.
kognitif pasien akan tahu cara mengontrol Kemenkes RI. (2013) Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta :BadanPenelitian dan
perilaku kekerasan tetapi pasien akan cepat
Pengembangan KesehatanDepartemen
lupa karena tidak menjadi suatu pola Kesehatan, Republik Indonesia.
Kaplan & Sadock. (2007). Sinopsis psikiatri:
kebiasaan. Setelah dilakukan terapi pemberian
ilmu pengetahuan psikiatri klinis.
jadual kegiatan sehari-hari kognitif pasien (Jilid 1). Jakarta: Bina Rupa Aksara.
NANDA. (2009). Nursing diagnoses:
akanmeningkat, psikomotor klien meningkat
definition &classification 2009 – 2011.
dan kamandirian pasien dalam mengontrol Indianapolis: Willey – Balckwell.
resikoperilaku kekerasan meningkat karena
Putri, D.,E. (2010). Pengaruh Rational
sudah menjadi kebiasaan. Emotive Behaviour Therapy terhadap
penurunan perilaku kekerasan di
ruang rawat inap RSMM Bogor,Tesis.
KESIMPULAN Jakarta. FIK UI. Tidak dipublikasikan
Stuart, G.W & Laraia, M.T (2005). Principles
Uraian dalam pembahasan, memberi
and practice of psychiatric nursing.
kesimpulan bahwa terapi pemberian Jadual (7th edition). St Louis: Mosby
Stuart, G.W (2009). Principles and practice of
Kegiatan Sehari-harimemiliki pengaruh yang
psychiatric nursing. (9th edition). St
cukup bermakna dalam perubahan Louis: Mosby
Stuart, G.W & Sundeen. (1995), Principles
kemampuanpasienmengontrol perilaku
practice psychiatric nursing (5th
kekerasan jika dibandingkan klien yang tidak edition). St. Louis : Mosby
Sulastri (2007) Manajemen kasus spesialis
mendapatkan terapi yaitu selisih 1,64 point.
keperawatan jiwa pada pasien dengan
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan risiko perilaku kekerasan dengan
pendekatan model adapatasi Roy di
keperawatan jiwa sehingga diharapkan
ruang utari RSMM Bogor. KTI. Jakarta.
Rumah Sakit Provinsi Lampung dapat FIK UI. Tidak dipublikasikan
Townsend, C.M. (2009). Psychiatric mental
menetapkan bahwa terapi generalisdengan
health nursing : consepts of care in
monitoring Jadual Kegiatan Sehari-hari dapat
28
Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 1, April 2018 P- ISSN:. 2338-0020
E-ISSN :. 2615-8604
evidance base practice. (6th Ed.).
Philadelphia: F.A. Davis Company
Videbeck, S.,L. (2006). Psychiatric mental
health nursing. (3rd edition).
Philadhelpia: Lippincott Williams &
Wilkins.
Videbeck, S.,L.(2008), Buku ajar
keperawatan jiwa. Jakarta: EGC.
Wahyuningsih, D.( 2009).Pengaruh
assertiveness training terhadap
perilaku kekerasan pada klien
skizoprenia di RSUD Banyumas,
Tesis. Jakarta. FIK UI. Tidak
dipublikasikan
WHO. (2006). Investing in mental health.
http://www.who.int/mental_health/en/i
nvestig_in_mnh_final.pdf. diperoleh
tanggal 15 November 2017.
WHO. (2011). Skizofrenia.
http://www.who.int/mental_health/enti
ty/. diperoleh tanggal 12 Desember
2017

29

Anda mungkin juga menyukai