Anda di halaman 1dari 17

Mercatoria Vol. 3 No.

2 Tahun 2010

PERANAN HAKIM DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM


TERHADAP ANAK KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
(STUDI PENGADILAN NEGERI LUBUK PAKAM)

Marsaulina Nainggolan
Elvi Zahara
Saparuddin

ABSTRAK

Pada saat ini, pemerintah sedang gencar-gencarnya memerangi


penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba sudah sampai pada tingkat yang
mengkhawatirkan. Pengguna narkoba sangat beragam dan menjangkau semua lapisan
masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, orang awam hingga artis
bahkan hingga pejabat publik. Efek negatif yang ditimbulkan akibat penggunaan
narkotika secara berlebihan dalam jangka waktu lama serta tidak diawasi oleh
ahlinya, dapat menimbilkan berbagai dampak negatif pada penggunanya, baik secar
fisik maupun psikis. Tidak jarang penggunaan narkotika dapat memicu terjadinya
berbagai tindak pidana. Perlindungan terhadap anak korban penyalahgunaan
narkotika oleh hakim adalah dengan menempatkan pengguna/ pecandu narkotika
sebagai korban dan memasukkannya ke dalam proses rehabilitasi.

Kata Kunci: Anak, Penyalahgunaan Narkotika, Hakim

I. PENDAHULUAN yang dapat menyebabkan penurunan


Salah satu bentuk atau perubahan kesadaran, hilangnya
penyalahgunaan narkoba adalah rasa, mengurangi sampai menghilangkan
penyalhgunaan narkotika, pada awalnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan
narkotika untuk kepentingan umat ketergantungan.”
manusia, khususnya unt pengobatan dan Tujuan penggunaan narkotika
pelayanan kesehatan. Namun dengan yaitu untuk kepentingan pelayanan
semakin berkembangnya zaman, kesehatan dan pengembangan ilmu
peruntukan narkotika mengalami pengetahuan. Untuk mencapai tujuan
perluasan hingga kepada hal-hal yang tersebut, Pasal 3 UU Narkotika
negatif.1 Pasal 1 butir 1 Undang-undang menyebutkan bahwa Undang-undang
Nomor 22 Tahun 1997 tentang dibuat untuk menjamin ketersediaan
Narkotika (selanjtnya disebut dengan narkotika untuk kepentingan pelayanan
UU Narkotika), menyebutkan: kesehatan dan/atau pengembangan ilmu
“Narkotika adalah zat atau obat yang pengetahuan. Tanpa ada jaminan seperti
berasal dari tanaman atau bukan tanaman itu, akan terjadi kekhawatiran adanya
baik sintetis maupun semi umat sintetis stock narkotika yang seimbang dengan
tujuan di atas, walaupun penggunaan
1
Dikdik, M Arif Mansur dan Elisatris narkotika telah dibatasi oleh Undang-
Gultom, Urgensi Perlindungan Kejahatan, Raja undang. Kemudian UU Narkotika juga
Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 100.

116
Mercatoria Vol. 3 No. 2 Tahun 2010

member kelancaran dalam rangka Nomor 3086), Undang-undang ini tidak


mencapai tujuan dimaksud, yaitu dapat dipertahankan lagi keberadaannya
mencegah terjadinya penyalahgunaan karena adanya perkembangan kualitas
narkotika dan memberantas peredaran kejahatan narkotika yang sudah menjadi
gelap narkotika. Dua hal ini sering ancaman serius bagi kehidupan umat
berkaitan dengan satu sama lain. manusia.”2
Mencegah penyalahgunaan narkotika Reformasi hukum pidana dalam
merupakan tindakan yang menutup pintu Undang-undang Narkotika tersebut
bagi konsumen narkotika yang tidak sah, menurut OC Kaligis berproses dalam
sehingga peredaran gelap narkotika suatu dinamika perkembangan social dan
terputus, tidak sampai beredar sampai ke teknologi yang mempengaruhi
tingkat paling bawah. Demikian pula perkembangan kriminalitas di
3
sebaliknya dengan memberantas Indonesia. Pengguna narkotika sangat
peredaran gelap narkotika tersebut tentu beragam dan menjangkau semua lapisan
akan mengalami kesulitan mendapatkan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga
narkotika lagi. Oleh karena itu, agar orang dewasa, orang awam hingga artis
penggunaan narkotika dapat memberikan bahkan hingga pejabat public. Efek
manfaat bagi kehidupan umat manusia, negatif yang ditimbulkan akibat
peredarannya harus diawasi serta penggunaan narkotika secara berlebihan
sebagaimana diatur dalam Pasal 3 UU dalam jangka waktu lama serta tidak
Narkotika, yang menyebutkan, diawasi oleh ahlinya, dapat
pengaturan narkotika bertujuan untuk: menimbulkan berbagai dampak negative
1. Menjamin ketersediaan narkotika pada penggunaannya, baik secara fisik
untuk kepentingan pelayanan maupun psikis. Tidak jarang penggunaan
kesehatan dan/atau pengembangan narkotika dapat memicu terjadinya
ilmu pengetahuan; berbagai tindak pidana. Oleh karena itu
2. Mencegah terjadinya penyalahgunaan untuk mencegah semakin meluasnya
narkotika; dan dampak negative yang ditimbulkan dari
3. Memberantas peredaran gelap penggunaan narkotika, pengawasan tidak
narkotika. hanya terbatas pada pada peredaran
narkotika, tetapi juga pada mereka yang
Peredaran narkotika secara illegal
menjadi korban,misalnya seorang anak
harus segera ditanggulangi mengingat
yang menderita ketergantungan
efek negative yang akan ditimbulkan
narkotika (pecandu).
tidak saja pada penggunaannya, tetapi
Di dalam ketentuan Undang-
juga keluarga, komunitas, hingga bangsa
undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
dan negara. Sehingga narkotika perlu
Perlindungan Anak (selanjutnya
diatur secara khusus seperti yang
disingkat dengan UU Perlindungan
dinyatakan oleh Gatot Supramono
Anak) juga bagian yang mengatur
bahwa: “Sebelum lahirnya Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1997,
narkotika diatur dalam Undang-undang 2
Gatot Supramono, Hukum Narkoba
Nomor 9 Tahun 1976 tentang Narkotika Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2007, hal. 155.
3
(Lembaran Negara Republik Indonesia OC Kaligis, Narkoba dan
Tahun 1976 Nomor 36, Tambahan Peradilannya di Indonesia (Reformasi Hukum
Pidana Melalui Perundangan dan Peradilan),
Lembaran Negara Republik Indonesia Alumni, Bandung, 2007, hal. 28.

117
Mercatoria Vol. 3 No. 2 Tahun 2010

mengenai perlindungan terhadap anak Pemasyarakatan maupun Rumah


yang menjadi korban dari Tahanan di tanah air sekarang adalah
penyalahgunaan narkotika, perlindungan karena kasus narkotika.
tersebut dilakukan oleh pihak Alasan inilah yang mendasari
pemerintah maupun untuk membatasi permasalahan
masyarakat.Berkaitan dengan masalah penyalahgunaan narkotika dan
perlindungan hukum anak korban perlindungan anak sebagai korbannya
penyalahgunaan narkotika tersebut maka yang merupakan korban karena
dikaitkan dengan peranan victimologi perbuatannya sendiri dalam rangka
yang pada hakekatnya merupakan suatu mewujudkan rasa keadilan dan
pengetahuan yang mengkaji semua persamaan hak yang difokuskan pada
aspek yang berkaitan dengan korban perlindungan yang direalisasikan dalam
pada penelitian ini. bentuk bagaimana sebaiknya peranan
Di pengadilan negeri Lubuk Hakim dalam memberikan putusan
Pakam pada tahun 2007 terdapat 19 terhadap anak pelaku penyalahgunaan
kasus, tahun 2008 terdapat 32 kasus, dan narkotika dengan diberikannya
tahun 2009 terdapat 22 kasus, sumbangan pemikiran oleh victimologo
penyalahgunaan narkotika yang yang meninjau pengguna narkotika
dilakukan oleh anak yang telah diputus sebagai korban. Dimana di satu sisi anak
oleh hakim. Sebaiknya dalam hal ini sebagai pelaku penyalahgunaan
sebagai pengguna narkotika tidak harus narkotika, maka penggunaan narkotika
di penjara, tapi dikirim ke pusat harus tetap di hukum, namun di sisi lain
rehabilitasi, salah satu langkah yang pengguna juga sebagai korban yang
dapat ditempuh untuk mengatasi berhak mendapatkan perlindungan.
masalah kelebihan kapasitas Lembaga
Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan II. Anak Sebagai Korban
saat ini. Berdasarkan Pasal 47 UU Penyalahgunaan Narkotika
Narkotika, penggunaa narkoba tidak Untuk mengetahui mengenai
harus dimasukkan ke Lembaga bagaimana anak pengguna narkotika
Pemasyarakatan tapi dikirim ke Pusat dikatakan sebagai korban, maka
rehabilitasi. Kalau ini diterapkan dapat pengertian korban penting diberikan
mengurangi masalah kelebihan kapasitas untuk membaantu dalam menentukan
di Lembaga Pemasyarakatan, secara jelas batas-batas yang dimaksud
sebagaimana diutarakan oleh Direktur oleh pengertian tersebut sehingga
Jenderal Pemasyarakatan Departemen diperoleh kesamaan cara pandang.
Hukum dan Hak Asasi Manusia, Untung Korban suatu kejahatan tidaklah selalu
Sugiyono seusai peluncuran Buku harus berupa individu atau orang
Pedoman Perawatan Terapi Rumatan perorangan, tetapi juga bisa berupa
Metadon di Hotel Millenium Jakarta.4 kelompok orang, masyarakat atau juga
Langkah tersebut menjadi cukup penting badan hukum. Bahkan pada kejahatan
karena hampir sepertiga dari jumlah tertentu, korbannya bisa juga berasal dari
narapidana maupun tahanan di Lembaga bentuk kehidupan lainnya seperti
tumbuhan, hewan, ataupun ekosistem.
4
http://www.aidindonesia.or.id/index.ph Korban semacam ini lazimnya ditemui
p?ophtm=com-content&task=view&id. Diakses dalam kejahatan lingkunga. Korban
pada tanggal 2 April 2008.

118
Mercatoria Vol. 3 No. 2 Tahun 2010

seperti hal tersebut merupakan korban berat, termasuk korban adalah


dalam bentuk jamak, bukan tunggal. adalah ahli warisnya.
Beberapa pengertian korban 4. Peraturan Pemerintah Nomor 2
banyak dikemukakan baik oleh para ahli Tahun 2002 tentang Tata Cara
meupun bersumber dari konvensi- Perlindungan Terhadap Korban dan
konvensi internasional yang membahas Saksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi
mengenai korban kejahatan, sebagian Manusia.
diantaranya disebutkan dalam buku Korban adalah orang perseorangan
Dikdik, M Arif Mansur, dan Elisatris atau kelompok orang yang
Gultom, adalah sebagai berikut:5 mengalami penderitaan sebagai
1. Arief Gosita akibat pelanggaran hak asasi
Menurutnya korban adalah mereka manusia yang berat yang
yang menderita jasmani dan memerlukan perlindungan fisik dan
rohaniah sebagai akibat tindakan mental dari ancaman. Gangguan,
orang lain yang mencari pemenuhan teror dan kekerasan pihak manapun.
kepentingan diri sendiri atau orang Menurut Muladi, perkembangan
lain yang bertentangan dengan ilmu victimologi selain mengajak
kepentingan hak asasi pihak yang masyarakat untuk lebih memperhatikan
dirugikan. posisi korban juga memilah-milah jenis
2. Muladi korban hingga kemudian muncul sebagai
Korban (victim) adalah orang-orang berikut:6
yang baik secara individual maupun 1. Mereka yang tidak peduli terhadap
kolektif telah menderita kerugian upaya penanggulangan kejahatan;
fisik atau mental, emosional, 2. Mereka yang mempunyai sifat
ekonomi atau gangguan substansi karakter tertentu sehingga cenderung
terhadap hak-haknya yang menjadi korban;
fundamental, melalui perbuatan atau 3. Mereka yang menimbulkan
komisi yang melanggar hukum rangsangan terjadinya kejahatan;
pidana di masing-masing negara, 4. Mereka yang dengan prilakunya
termasuk penyalahgunaan memudahkan dirinya menjadi korban;
kekuasaan. 5. Mereka yang menjadi korban karena
3. Undang-undang Nomor 22 Tahun perbuatannya sendiri.
2004 tentang Komisi Kebenaran dan Ada beberapa hak umum yang
Rekonsiliasi disediakan bagi korban atau keluarga
Korban adalah orang perseorangan korban kejahatan, meliputi:
atau kelompok orang yang 1. Hak untuk memperoleh ganti
mengalami penderitaan, baik fisik, kerugian atas penderitaan yang
mental, maupun kerugian ekonomi, dialaminya. Pemberian ganti rugi ini
atau mengalami pengabaian, dapat diberikan oleh pelaku atau
pengurangan, atau perampasan hak- pihak lainnya, seperti negara atau
hak dasarnya, sebagai akibat lembaga khusus yang dibentuk untuk
pelanggaran hak asasi manusia yang

5 6
Dikdik, M Arif Mansur dan Elisatris Muladi, Hak Asasi Manusia Dalam
Gultom, Urgensi Perlindungan Kejahatan, Raja Perspektif Sistim Peradilan Pidana, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 47. Grafindo Persada, Jakarta, hal. 49.

119
Mercatoria Vol. 3 No. 2 Tahun 2010

menangani masalah ganti kerugian penolakannya atau kelakuan itu dalam


korban kejahatan; bentuk nestapa dengan sengaja
2. Hak untuk memperoleh pembinaan diberitahukan karena kelakuan tersebut.
dan rehabilitasi; Anak sebagai pengguna
3. Hak untuk memperoleh perlindungan narkotika yaitu mereka yang menjadi
dari ancaman pelaku; korban karena kejahatan yang
4. Hak untuk memperoleh bantuan dilakukannya sendiri yang merupakan
hukum; tipologi korban yang diidentifikasi
5. Hak untuk memperoleh kembali hak menurut keadaan dan status korban.
(harta) miliknya; Pengguna narkotika di satu sisi
6. Hak untuk memperoleh akses atau dikatakan sebagai pelaku kejahatan yang
pelayanan medis; harus dihukum karena bertingkah laku
7. Hak untuk diberitahu bila pelaku yang bertentangan dengan moral
kejahatan akan dikeluarkan dari kemanusiaan, melakukan perbuatan atau
tahanan sementara, atau bila pelaku tungkah laku yang snagat ditentang oleh
buron dari tahanan; masyarakat dan paling tidak disukai oleh
8. Hak untuk memperoleh informasi rakyat dan melakukan perbuatan seperti
tentang oenyidikan polisi berkaitan pendapat Van Bemmelan merumuskan
dengan kejahatan yang menimpa kejahatan adalah tipe kelakuan yang
korban; tidak bersifat asusila dan merugikan,
9. Hak atas kebebasan yang menimbulkan begitu banyak
pribadi/kerahasiaan pribadi, seperti ketidaktenangan dalam suatu masyarakat
merahasiakan nomor telepon atau itu berhak untuk mencelanya dan
identitas korban lainnya. menyatakan penolakannya atas kelakuan
itu dalam bentuk nestapa dengan sengaja
Mengenai kejahatan
diberikan karena kelakuan tersebut.
pengertiannya sangatlah beragam, tidak
Di sisi lain, pengguna narkotika
ada defenisi baku yang di dalamnya
juga sebagai korban dari suatu kejahatan
mencakup semua aspek kejahatan secara
yang memiliki hak-hak yang telah
komprehensif. Ada yang memberikan
disebutkan di atas, meskipun kejahatan
pengertian kejahatan dilihat dari aspek
yang dilakukannya sendiri. Oleh karena
yuridis, sosiologis, maupun
itu, maka pengguna/pecandu narkotika
kriminologis. Secara etimologi kejahatan
sebagai korban juga berhak untuk
adalah bentuk tingkah laku yang
mendapatkan perlindungan berupa
bertentangan dengan moral
pengobatan dan/atau perawatan melalui
kemanusiaan. Kejahatan merupakan
fasilitas pusat rehabilitasi.
suatu perbuatan atau tingkah laku yang
sangat ditentang oleh masyarakat dan
paling tidak disukai oleh rakyat. Van III. Faktor Penyebab Terjadinya
Bammelan sebagaiman dikutip oleh Penyalahgunaan Narkotika Oleh
Topo Santoso merumuskan kejahatan Anak
Penyalahgunaan narkotika
adalah tiap kelakuan yang tidak bersifat
merupakan suatu fenomena yang terjadi
susila dan merugikan yang menimbulkan
karena beberapa faktor yang secara
begitu banyak ketidaktenangan dalam
kebetulan telah terjalin menjadi satu,
suatu masyarakat itu berhak untuk
sehingga berakibat demikian. Menurut
mencelanya dan menyatakan

120
Mercatoria Vol. 3 No. 2 Tahun 2010

Dwi Yanny L, faktor-faktor ini dapat dianggap benar oleh


dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu: komunitasnya. Membuat alasan-
Faktor individu, faktor lingkungan, dan alasan yang dianggap benar
faktor karena tindak pidana lainnya di menurut penalarannya sendiri guna
bidang narkotika.7 membenarkan perilakunya yang
menyalahi norma-norma yang
A. Faktor Individu berlaku. Prinsipnya asal ada alas
Sudah merupakan suatu kodrat an, maka tindakannya dapat
bahwa manusia terdiri dari roh, jiwa, dan dibenarkan, termasuk tindakan
raga. Idealnya roh, jiwa dan raga harus menyalhgunakan narkotika.
berfungsi secara seimbang. Jiwa manusia b. Gangguan emosi
terdiri atas tiga aspek, yaitu kognisi Dengan adanya gangguan emosi,
(pikiran), afeksi (emosi, perasaan), antara lain: labil, mudah marah,
konasi (kehendak, kemauan, mudah sedih, seringkali mudah
psikomotor). Selain mengalami putus asa, ingin menuruti gejolak
pertumbuhan fisik, manusia juga hati, maka kemampuan
mengalami perkembangan kejiwaannya, engontrolan atau penguasaan
menurut Dwi Yani L, dalam masa dirinya akan terhambat. Gangguan
perkembangan kejiwaan inilah emosi juga dapat terwujud melalui
kepribadian terbentuk, dan sangat perasaan rendah diri, tidak dapat
dipengaruhi oleh dinamika mencintai diri sendiri maupun
perkembangan konsep dirinya. orang lain, tidak mengenal cinta
Perkembangan ini dialami secara kasih dan simpati, tidak dapat
berbeda antara individu yang satu berempati, rasa kesepian dan
dengan yang lain. Karenanya, tidak aka merasa terbuang. Pengalaman yang
nada orang-orang yang persis sama, sifat menyakitkan hati yang
bawaan lahir berpengaruh besar.8 Dalam berkepanjangan, luka batin yang
kaitannya dengan penyalahgunaan sangat dalam dapat menimbulkan
narkotika, factor-faktor individu yang gangguan emosi. Misalnya, luka
menyebabkan seseorang dapat dengan hati karena perlakuan orang tua
mudah terjerumus antara lain: yang terlalu keras atau tidak
1. Gangguan kepribadian adanya perhatian dari orang tua
Gangguan kepribadia terdiri dari: yang terlalu keras atau tidak
a. Gangguan cara berpikir adanya perhatian dari orang tua,
Gangguan cara berpikir ini dapat diringgalkan orang yang
terjadi dalam beberapa bentuk, dikasihinya atau karena
antara lain pandangan atau cara pertengkaran dalam rumah tangga
berpikir yang keliru atau bagi yang telah berkeluarga. Hal
menyimpang dari pandangan tersebutlah yang mempengaruhi
umum yang terjadi norma atau seseorang tidak mampu
nilai-nilai hakiki dari apa yang mengontrol perbuatannya
menyalahgunakan narkotika.
7
Dwy Yan L, Narkoba, Pencegahan dan c. Gangguan kehendak dan perilaku
Penanganan, Elex Media Komputindo, Jakarta, Kehendak dan perilaku seseorang
2001, hal. 35. selain dipengaruhi oleh fungsi
8
Ibid., hal. 37.

121
Mercatoria Vol. 3 No. 2 Tahun 2010

fisiologis fisik, juga dipengaruhi Ada orang-orang yang mempunyai


oleh pikiran dan perasaannya. Jadi keyakinan yang keliru dan
kalau pikiran dan emosinya sudah menganggap enteng hal-hal yang
mengalami gangguan, maka dapat membahayakan, sehingga
dipastikan perilaku atau mengabaikan pendapat orang lain,
keinginannya juga akan menganggap dirinya pasti dapat
mengalami dampak dari gangguan mengatasi bahaya tersebut, atau
pada pikiran dan emosinya. Sikap merasa yakin bahwa pendapatnya
dan perilakunya akan terpengaruh sendiri yang benar, akibatnya mereka
dan biasanya dapat terjadi dapat terjerumus ke dalam tindakan
kehilangan control sehingga penyalahgunaan narkotika.
bertindak tidak terkendali atau
bertindak tidak sesuai dengan 4. Religious yang rendah
norma yang ada dalam Seseorang yang tumbuh dan
lingkungannya, salah satunya berkembang di dalam keluarga yang
adalah penyalahgunaan narkotika. religiusitasnya rendah, bahkan tidak
2. Faktor usia pernah mendapat pengajaran dan
Dengan mendekati masa usia remaja pengertian mengenai Tuhan secara
misalnya, maka kelenjar kelamin benar, maka biasanya memiliki
mulai menghasilkan hormone yang kecerdasan spiritual yang rendah.
akan mempengaruhi pertumbuhan Sehingga tidak ada patokan untuk
dan perkembangan seksual anak yang mengontrol perilakunya, sehingga
meningkat remaja. Dalam masa aqil perilakunya sesuka hatinya, tidak tahu
baligh ini banyak perubahan terjadi. masalh mana yang baik mana yang
Perubahan secara fisik jelas terlihat buruk dan tidak takut berbuat dosa.
dan diikuti oleh perubahan emosi, Salah satu perbuatan dosa/negative
minat, sikap dan perilaku, yang yang tidak sungkan-sungkan
dipengaruhi oleh perkembangan dikerjakan adalah perbuatan kejahatan
kejiwaan anak remaja itu. Pada saat- penyalahgunaan narkotika.
saat itu remaja mengalami perasaan
ketidakpastian, di satu sisi merasa B. Faktor Lingkungan
sudah bukan anak-anak lagi, akan Lingkungan hidup
tetapi juga belum mampu menerima mempunyai pengaruh besar terhadap
tanggung jawab sebagai orang dewasa jatuhnya seseorang ke dalam
memang masih sangat muda dan penyalahgunaan narkotika, terutama
kurang pengalaman. Rasa ingin tahu factor keluarga dan lingkunagn
besar dan suka coba-coba, kurang sekitar tempat tinggal, pengaruh
mengerti resiko disebabkan teman, dan keadaan masyarakat pada
kurangnya pengalaman dan umumnya.
penalaran. Dalam keadaan demikian 1. Faktor Keluarga
ini, biasanya remaja mudah terjebak Keluarga mempunyai peranan yang
dalam kenakalan remaja atau sangat penting di dalam pendidikan
penyalahgunaan narkotika. dan pembentukan karakter. Keluarga
3. Pandangan atau keyakinan yang yang tidak mengenal Tuhan, tidak
keliru harmonis atau mempunyai tuntutan

122
Mercatoria Vol. 3 No. 2 Tahun 2010

terlalu tinggi, tidak ada pendidikan mudahnya melakukan hal-hal yang


keluarga, tidak ada dorongan dan dianggap menyenangkan
bimbingan bagi anak dan sesame kelompoknya. Mereka tidak
anggota keluarga, misalnya antara memikirkan baik buruknya, tetapi
suami dan istri tidak mengenal rasa hanya memikirkan apakah itu
cinta dan kasih saying, kurang menyenangkan atau tidak. Juga tidak
perhatian, keuangan yang berlebihan dipertimbangkan akan adanya resiko-
atau kekurangan, hal ini dapat resiko bagi dirinya. Bahkan untuk
menjadi salah satu factor yang memenuhi keinginannya agar
menyebabkan seseorang secara diterima kelompoknya, mereka tidak
kejiwaan atau secara emosi tidak segan-segan melakukan hal
berkembang dengan baik. Akhirnya sebenarnya disadari merupakan
dapat dengan mudah terjerumus ke perbuatan yang tidak baik.
dalam berbagai tindakan kriminal 4. Keadaan masyarakat
termasuk penyalahgunaan narkotika. Dengan memasuki era globalisasi,
Dan hal tersebut bias juga terjadi teknologi informatika berkembang
akibat kurangnya suasana dengan cepat dan sedemikian
keharmonisan (ketidakakuran) dalam canggih, juga media cetak dan media
keluarga bagi yang telah berumah audio visual memiliki jangkauan yang
tangga. jauh lebih luas dari pada sebelumnya,
2. Faktor Lingkungan Sekitar Tempat dan akibatnya banyak budaya asing
Tinggal yang masuk ke Indonesia melalui
Tempat tinggal di daerah hitam atau media-media tersebut. Bagi seseorang
terlalu padat penduduk, suasana yang belum kukuh keimanannya,
hiburan yang menggoda, bagi maupun kurang pengertian akan nilai-
seseorang kebiasaan hidup orang- nilai luhur kebudayaan Indonesia,
orang yang mempunyai aktifitas di akan dengan mudah mengadaptasi
tempat-tempat hiburan dan gayanya budaya-budaya luar yang kadang-
yang kurang baik, sudah jelas hal ini kadang kurang sesuai dengan
berdampak negative. kebudayaan bangsa Indonesia. Di
3. Pengaruh teman dalam hiruk pikuk diskotik dan
Lingkungan pergaulan/pertemanan tempat-tempat mencari hiburan,
sangat berpengaruh terhadap pengedaran narkotika juga semakin
seseorang. Setiap orang memiliki meningkat sehingga narkotika sangat
teman dalam lingkungan mudah diperoleh dan harganya juga
pergaulannya, hubungan pertemanan bervariasi, ada yang murah dan ada
ini mempunyai pengaruh yang sangat pula yang mahal. Dimulai dari iseng-
besar bagi kehidupan seseorang, iseng dan coba-coba akhirnya
mereka merasa dekat satu sama lain terjerumus ke jurang penyalahgunaan
dan tidak sedikit yang membentuk narkotika.
suatu kelompok (genk) mereka
mempunyai rasa senasib C. Faktor Tindak Pidana Lain di
sepenanggungan, rasa solidarits antar Bidang Narkotika
sesame teman yang tinggi. Dengan Menurut Dani Krisanty, tindak
demikian, mereka akan dengan pidana penyalahgunaan narkotika dapat

123
Mercatoria Vol. 3 No. 2 Tahun 2010

juga terjadi karena dipicu/didorong oleh memiliki fungsi dan akibat yang
terjadinya tindak pidana di bidang berbeda.
narkotika yang lainnya, yaitu berupa
tindak pidana yang menyangkut IV. Dampak Penyalahgunaan
produksi narkotika, tindak pidana yang Narkotika Oleh Anak
menyangkut jual beli narkotika, dan Penyalahgunaan narkotika
tindak pidana yang menyangkut mempunyai dampak sebagai berikut:
penguasaan narkotika.9 1. Yuridis
1. Tindak pidana yang menyangkut Pelaku yaang melibatkan diri dalam
produksi narkotika penyalahgunaan narkotika, disamping
Tindak pidana penyalahgunaan sebagai korban juga sebagai subjek
produksi narkotika diatur dalam Pasal dari hukum, walaupun pelaku yang
80 UU Narkotika, namun yang diatur menderita dari akibat buruk
dalam pasal tersebut bukan hanya penyalahgunaan narkotika maka yang
perbuatan tanpa hak dan melawan bersangkutan juga diancam oleh
hukum melakukan produksi saja hukuman sebagaimana ketentuan
melainkan perbuatan yang sejenis Perundang-undangan (UU
10
dengan itu, berupa mengolah, Narkotika).
mengekstrasi, merakit dan 2. Masa depan Bangsa
menyediakan narkotika untuk semua Remaja/generasi muda adalah sebagai
golongan secara tanpa hak dan penerus bangsa dan juga sebagai
melawan hukum. calon pemimpin bangsa masa depan
2. Tindak pidana yang menyangkut jual yang diharapkan mampu memimpin
beli narkotika bangsa ini di segala sektor kehidupan
Penggolongan tindak pidana yang membawa bangsa ini mencapai tujuan
menyangkut jual beli narkotika disini, nasional serta dapat bersaing dengan
bukan hanya jual beli dalam arti negara-negara di dunia.11 Melihat
sempit, akan tetapi termasuk pula betapa besarnya peranan generasi
perbuatan ekspor, impor dan tukar muda dalam pembangunan nasional
menukar narkotika secara tanpa hak baik sebagai subjek maupun sebagai
dan melawan hukum. Tindak pidana obkej dalam pembangunan pada masa
ini diatur dalam Pasal UU Narkotika. kini dan masa yang akan datang
3. Tindak pidana yang menyangkut namun dengan berkembangnya ilmu
penguasaan narkotika pengetahuan dan teknologi serta
Dalam tindak pidana ini Undang- kemajuan informasi dan transportasi
undang membedakan antara tindak yang selain membawa dampak positif
pidana menguasai narkotika golongan juga hal-hal yang negatif terutama
1 dengan tindak pidana menguasai merebaknya peredaran gelap
narkotika golongan II dan III, di lain narkotika di tengah-tengah
pihak karena dipengaruhi adanya masyarakat, yang akan dapat
penggolongan narkotika tersebut yang berdampak negatif kepada generasi

10
Satgas Luhpen Narkoba Mabes Polri,
9
Dani Krisanty, Bunga Rampai Tindak Penaggulangan Penyalahgunaan Narkoba,
Pidanan Khusus, pena Pundi Aksara, Jakarta, Subdit Bintibnas Polri, Jakarta, 2001, hal. 6.
11
2006, hal. 80. Ibid., hal. 11.

124
Mercatoria Vol. 3 No. 2 Tahun 2010

muda. Hal ini perlu secara dini V. UpayaPenanggulangan


mendapat perhatian secara serius, Penyalahgunaan narkotika
dalam rangka mengamankan generasi Menurut Barda Nawawi Arif,
muda terhadap serangan upaya atau kebijakan untuk melakukan
penyalahgunaan narkotika. Nerkotika pencegahan atau penanggulangan
langsung menyerang ke segenap termasuk kebijakan kriminal (criminal
lapisan masyarakat terutama generasi policy). Kebijakan criminal ini tidak
muda. Sehingga akan berdampak terlepas dari kebijakan yang lebih luas
strategis terhadap kehidupan yaitu kebijakan sosial (social policy)
berbangsa dan bernegara. yang terdiri dari kebijakan/upaya-upaya
Penyerangan melalui penyalahgunaan untuk kesejateraan sosial.14 Hoelnagels
narkotika tidak mustahil digunakan yang dikutip Barda Nawawi Arif
sebagai sarana untuk mencapai tujuan menyatakan penaggulangan kejahatan
oleh pihak yang bermusuhan. perlu ditempuh dengan pendekatan
3. Medis kebijakan, dalam arti:15
Penyalahgunaan narkotika sangat 1. Ada keterpaduan (integralitas)
berdampak buruk terhadap antara politik dalam politik sosial.
penggunanya dan sangat merusak 2. Ada keterpaduan (integralitas)
masa depan yang bersangkut. antara upaya penanggulangan
Dampak yang diakibatkan adalah kejahatan penal dan non penal.
gangguan terhadap kesehatan bersifat
kompleks karena dapat mengganggu 1. Upaya Penal
dan merusak organ tubuh seperti Upaya penanggulangan kejahatan
jantung, ginjal, susunan saraf, paru- dengan menggunakan sanksi (hukum)
paru dan lainnya, serta gangguan pidana merupakan cara yang paling tua,
mental yang merubah sikap dan setua peradaban manusia itu sendiri.
perilaku yang drastis, karena Menurut Barda Nawawi Arif, sanksi
gangguan persepsi daya pikir, kreasi (hukum) pidana sebagai salah satu
dan emosi sehingga perilaku menjadi kebijakan dalam hal menaggulangi
menyimpang, dan tidak mampu untuk masalah kejahatan merupakan kebijakan
hidup wajar, yang sering diteruskan kriminal (sebagai salah satu sarana
dengan kematian bila pemakaiaannya kebijakan kriminal).16 Politik kriminal
overdosis.12 atau disebut juga criminal policy
4. Kehidupan sosial sebagian dari pada kebijakan sosial
Narkotika akan mempunyai manfaat dalam hal menanggulangi masalah
yang besar sekali bila digunakan kejahatan. Dalam menggunakan sarana
untuk pengobatan maupun penelitian
ilmu pengetahuan, tetapi sebaliknya 14
Barda Nawawi Arif, Masalah
apabila disalahgunakan khususnya Penegakan Hukum dan Kebijakan
oleh kaum generasi muda akan Penaggulangan Kejahatan, Citra Aditya Bakti,
berbahaya sekali bagi mat manusia, Bandung, 2001, hal. 32.
15
Barda Nawawi Arif, Bunga Rampai
bangsa dan negara.13 Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1996, hal. 4.
16
Barda Nawawi Arif, Beberapa Aspek Kebijakan
12
Ibid., hal. 12. Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana,
13
Ibid. 1996, hal. 39.

125
Mercatoria Vol. 3 No. 2 Tahun 2010

penal, tidak lain adalah dengan cara terhadap kasus penyalahgunaan


menggunakan hukum pidana sebagai narkotika, agar dapat memperoleh bukti-
sarana utamanya, baik hukum pidana bukti yang dapat membuat terang suatu
materiil, maupun hukum pidana formil perkara, dan polisi juga dapat melakukan
untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan upaya-upaya pemberantasan peredaran
dalam jangka pendek adalah resosialisasi gelap narkotika dengan cara menangkap
(memasyarakatkan kembali) pelaku para pelaku dan memusnahkan barang
tindak pidana, jangka panjang adalah haram narkotika tersebut. Hakim dalam
mencegah terjadinya kejahatan dan menangani kasus penyalahgunaan
dalam jangka panjang merupakan tujuan narkotika, hendajnya dalam menjalankan
akhir adalah untuk mencapai sanksi dalam putusan, harus lebih
kesejahteraan sosial. mengkaji ketentuan-ketentuan hukum
Dengan demikian upaya hukum yang ada, guna memberikan suatu
yang bersifat penal itu menitikberatkan keputusan yang tepat selain itu dalam
kepada sifat refresif sesudah kejahatan menjatuhkan sanksi, hakim dalam
terjadi, memiliki keterbatasan dalam memberikan putusan juga dapat
membatasi masalah-masalah yang sosial. memutuskan untuk dilakukannya suatu
Upaya ini merupakan suatu usaha yang bentuk tindakan disamping sanksi
paling tepat karena memuat suatu pidana. Dan jaksa selaku penuntut
peraturan yang mencantumkan umum, juga dalam menjalankan
pemidanaan. Menurut M. Hamdan, tugasnya terutama dalam memberikan
hukum sebagaiman ini dikatakan perlu dakwaan dan tuntutan, juga harus
karena:17 mengkaji unsur-unsur hukum dan
1. Sanksi pidana merupakan suatu peraturan-peraturan hukum yang ada,
sanksi yang sangat dibutuhkan; agar dakwaan dan tuntutannya tersebut
2. Sanksi pidana merupakan sarana yang tepat. Apabila polisi, hakim dan jaksa
terbaik atau merupakan alat yang selaku aparat penegak hukum telah
terbaik dalam menghadapi kejahatan; menjalankan tugasnya dengan baik,
3. Walaupun di satu sisi sanksi pidana maka secara otomatis juga akan turut
merupakan penjamin yang terbaik, di mndukung upaya penanggulangan
satu sisi lain merupakan pengancam penyalahgunaan narkotika, sebagaimana
utama terhadap kebebasan manusia. pengungkapan perkara narkotika dan
pemberian keputusan dapat membuat
Aparat penegak hukum memiliki
jera untuk melakukan penyalahgunaan
tanggung jawab yang cukup besar dalam
narkotika lagi dan mencegah agar orang-
upaya penanggulangan penyalahgunaan
orang tidak berani untuk melakukan
narkotika. Diharapkan agar aparat
perbuatan yang sama, karena takut akan
hukum yang ada (polisi, jaksa, dan
hukumannya.
hakim) benar-benar konsisten dalam
menangani kasus penyalahgunaan
narkotika. Polisi sebagai penyidik, 2. Upaya Non penal
Upaya penaggulangan kejahatan
benar-benar melaksanakan tugasnya
lewat jalur non penal lebih bersifat
dengan baik dalam upaya penyidikan
tindakan pencegahan (preventif)
terhadap terjadinya suatu kejahatan,
17
M. Hamdan, Politik Hukum Pidana, maka syarat-syarat utamanya adalah
Raja Grafndo Persada, Jakarta, 1997, hal. 50

126
Mercatoria Vol. 3 No. 2 Tahun 2010

menangani factor-faktor kondusif seseorang akan dapat berpikir bahwa


penyebab terjadinya kejahatan, yang perbuatan penyalahgunaan narkotika
antara lain berpusat pada masalah- adalah perbuatan dosa yang dilarang
masalah atau kondisi-kondisi social yang agama sehingga takut untuk
secara langsung atau tidak langsung melakukannya.
yang dapat menimbulkan atau 4. Penanggulangan oleh masyarakat
menumbuhsuburkan kejahatan. Supaya mencapai sukses dalam
Mengenai factor terjadinya penanggulangan penyalahgunaan
penyalahgunaan narkotika dapat narkotika, masyarakat dapat berperan
ditempuh beberapa cara: aktif misalnya dengan
1. Penanggulangan oleh diri korban mengadakan/membentuk suatu
sendiri gerakan-gerakan yang memiliki
Diri sendiri merupakan pihak yang agenda dan mengadakan penyuluhan-
paling berperan penting terhadap penyuluhan tentang bahaya
upaya menanggulangi penyalahgunaan narkotika.
penyalahgunaan narkotika, karena Masyarakat juga dapat
yang paling bias mengenali diri membentuk/mendirikan lembaga
sendiri adalah diri pribadi, dan dapat yang bergerak di bidang pelayanan
mengawasi diri sendirirnya tersebut dalam perawatan/pengobatan
kapanpun dan dimanapun ia berada terhadap pecandu narkotika.
dibanding dengan orang lain. 5. Penanggulangan oleh pemerintah
2. Penanggulangan oleh pihak keluarga Pemerintah bertanggung jawab dalam
Keluarga memegang peranan penting upaya penanggulangan masalah
di dalam pembentukan kepribadian penyalahgunaan narkotika,
seorang anak, sejak lahir dan tumbuh pemerintah dapat melakukan
berkembang menjadi remaja, beberapa upaya, yaitu:
kehidupan keluarga itulah yang telah a. Merumuskan kebijakan tentang
memberikan pola, corak dasar pidana di bidang narkotika
pendidikan, dan pembentukan b. Menyelenggarakan komunikasi,
kepribadiannya. Keluarga sangat edukasi dan sosialisasi tentang
berperan penting dalam membimbing penyalahgunaan narkotika dan
atau membina seorang anak agar bahayanya, misalnya melalui
tidak terjerumus ke dalam hal-hal pembentukan Badan Narkotika
yang negative, termasuk Nasional yang memiliki visi untuk
penyalahgunaan narkotika. menentukan kebijakan nasional
3. Penanggulangan melalui penerapan dan peredaran gelap narkoba,
nilai-nilai religious melalui upaya-upaya pencegahan
Kembali kepada nilai-nilai agama yang lebih efektif dan efisien,
dapat mencegah terjadinya tindak penegakan hukum di bidang
penyalahgunaan narkotika, karena narkoba secara jelas dan tuntas,
pemahaman agama yang benar akan metode terapi dan rehabilitasi
membentuk suatu kepribadiannya dalam merehanilitasi
yang baik, dapat membedakan mana penyalahgunaan narkotika,
yang baik dan mana yang buruk. membangun system informatika
Melalui ajaran-ajaran agama, sesuai dengan perkembangan

127
Mercatoria Vol. 3 No. 2 Tahun 2010

teknologi, meningkatkan peran dan “Sebagai konsekuensi dari ide


fungsi satgas operasional, individualisasi pidana, maka sistem
meningkatkan peran dan fungsi pemidanaan dalam hukum pidana
Badan Narkotika modern pada gilirannya berorientasi
Propinsi/Kabupaten/Kota, pada pelaku dan perbuatan, Jenis sanksi
meningkatkan peran serta BNN yang diterapkan tidak hanya meliputi
dalam pemberantasan peredaran sanksi pidana, tetapi juga sanksi
gelap narkotika. Dan gerakan- tindakan. Pengakuan tentang kesetaraan
gerakan yang turut berpartisipasi antara sanksi pidana dan sanksi tindakan
dalam upaya pencegahan bahaya inilah merupakan hakikat asasi atau ide
narkoba yang berperan melalui dasar dari konsep double track system.18
beberapa penyuluhan-penyuluhan. Double track system adalah
c. Menyelenggarakan pelayanan kedua-duanya, yakni sanksi pidana dan
dalam perawatan/pengobatan para sanksi tindakan. Double track system
korban pecandu narkotika. tidak sepenuhnya memakai satu diantara
dua jenis sanksi itu. System dua jalur ini
VI. Penerapan Double Track System menempatkan dua jenis sanksi tersebut
Oleh Hakim Dalam Rangka dalam kedudukan yang setara.
Mewujudkan Perlindungan Penekanan pada kesetaraan sanksi
Terhadap Anak Korban pidana dan sanksi tindakan dalam
Penyalahgunaan Narkotika kerangka double track system
Berbicara tentang ide dasar sesungguhnya terkait dengan fakta
double track system bermakna berbicara bahwa unsur pencelaan/penderitaan
tentang gagasan dasar mengenai sistem (lewat sanksi pidana) dan unsure
sanksi yang menjadi dasar kebijakan dan pembinaan (lewat sanksi tindakan)
penggunaan sanksi dalam hukum pidana. sama-sama penting. Dari sudut double
Dalam hal ini, sistem dua jalur mengenai track system f kesetaraan kedudukan
sanksi dalam hukum pidana. Walaupun sanksi pidana dan sanksi tindakan sangat
dalam literatur yang ada tidak pernah bermanfaat untuk memaksimalkan
ditemukan penegasan eksplisit soal penggunaan kedua jenis sanksi tersebut
gagasan dasar double track system secara tepat dan proporsional. Double
namun dilihat dar latar belakang track system merupakan system dua jalur
kemunculannya dapat disimpulkan mengenai sanksi hukum pidana, yakni
bahwa ide dasar double track system sanksi pidana di satu pihak dan jenis
tersebut adalah kesetaraan antara sanksi sanksi tindakan di pihak lain. Menurut
pidana dan sanksi tindakan. Ide Teguh Prasetyo dan Abdul Halim
kesetaraan ini dapat ditelususri lewat Baratullah, keduanya bersumber dari ide
perkembangan yang terjadi dalam sistem dasar yang berbeda. Sanksi pidana
sanksi hukum pidana dari aliran klasik bersumber pad aide dasar mengapa
ke aliran modern neo klasik. diadakan pemidanaan. Sedangkan sanksi
Pendekatan humanistik dalam tindakan bertolak dari ide dasar untuk
kebijakan atau pembaharuan hukum
pidana terlihat pula pada pendapat 18
Barda Nawawi Arif, Beberapa Aspek
Sudarto yang dikutip dari Barda Nawawi Kebijakan Penegakan Hukum dan
Arif, yang menyatakan: Pengembangan Hukum Pidana, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1998, hal.43.

128
Mercatoria Vol. 3 No. 2 Tahun 2010

apa diadakan pemidanaan. Dengan kata terbukti bersalah melakukan tindak


lain, sanksi pidana sesungguhnya pidana narkotika;
bersifat reaktif terhadap suatu perbuatan b. Masa menjalani pengobatan dan/atau
sedangkan sanksi tindakan bersifat perawatan bagi pecandu narkotika
antisipatif terhadap pelaku perbuataan sebagaimana diatur dalam ayat (1)
tersebut.19 huruf a, diperhitungkan sebagai masa
Berdasarkan hal tersebut di menjalani hukuman.
ataslah double track system dalam Seperti telah diuraikan di atas
perumusan sanksi terhadap tindak pidana bahwa UU Narkotika menganut double
penyalahgunaan narkotika adalah paling track system dalam perumusan sanksi
tepat, karena berdasarkan tinjauan terhadap tindak pidana penyalahgunaan
victimologi bahwa pengguna/pecandu narkotika, dikatakan merupakan
narkotika adalah korban sebagai pelaku, kebijakan hakim dalam menjatuhkan
meskipun korban dari tindak dalam menjatuhkan sanksi melalui
pidana/kejahatan yang dilakukannya putusannya dalam menangani perkara
sendiri. Oleh karena itu, maka pecandu narkotika (dalam hal
pengguna/pecandu narkotika yang juga memberikan sanksi tindakan) karena
sebagai korban patut untuk mendapatkan dapat dilihat dari adanya kata dapat pada
perlindungan. Namun, karena redaksi ketentuan Pasal 47 (1); Hakim
pengguna/pecandu narkotika juga yang memeriksa perkara pecandu
sebagai pelaku suatu tindak narkotika dapat…..”. Hal ini dengan kata
pidana/kejahatan maka ia juga harus lain yang merupakan kebebasan hakim
tetap dihukum, oleh karena hal inilah memutuskan apakah akan menerapkan
maka dikatakan bahwa double track ketentuan tersebut atau tidak. Mengenai
system dalam perumusan sanksi ketentuan penyelenggaraan pengobatan
terhadap tindak pidana penyalhgunaan dan/atau perawatan pecandu narkotika
narkotika aadalah paling tepat. Dalam tersebut, diatur dalam UU Narkotika,
hal penegakan hukum terhadap pecandu Pasal 48, 49, 50, dan 51.
narkotika yang juga dipandang sebagai Berdasarkan wawancara dengan
korban termuat dalam ketentuan Pasal 47 beberapa Hakim pada Pengadilan Negeri
ayat (1) huruf a dan b UU Narkotika Lubuk Pakam yang menangani kasus
sebagai suatu bentuk perlindungan
anak yang melakukan tindak pidana
terhadap korban suatu kejahatan, penyalahgunaan narkotika, mereka
berbunyi sebagai berikut: mengatakan bahwa hanya menjatuhkan
(1) Hakim yang memeriksa perkara vonis berupa pidana penjara dan tidak
pecandu narkotika dapat: memerintahkan untuk dilaksanakan
a. Memutuskan untuk memerintahkan pengobatan dan/atau perawatan karena
yang bersangkutan menjalani selain ketentuan Pasal 47 UU Narkotika
pengobatan dan/atau perawatan, masih merupakan kebebasan bagi Hakim
apabila pecandu narkotika tersebut karena adanya dapat dalam redaksinya.
Juga karena apabila dijatuhkan vonis
berupa penjatuhan pidana penjara dan
19
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim tindakan pengobtan dan/atau perawatan,
Barkatullah, politik Hukum Pidana (Kajian maka timbulnya efek jera yang
Kebijakan Kriminalisasi dan Dekriminalisasi),
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, hal. 88. diinginkan dari penjatuhan sanksi kurang

129
Mercatoria Vol. 3 No. 2 Tahun 2010

efektif, dan tindakan pengobatan penculikan, penjualan dan perdagangan,


dan/atau perawatan terhadap pecandu anak korban kekerasan baik fisik
narkotika lebih dipandang sebagai dan/atau mental, anak yang menyandang
tanggung jawab dari keluarga pecandu. cacat, dan anak yang menjadi korban
Dalam hal ini setelah mereka menjalani penyalahgunaan narkotika diberikan
masa hukuman di penjara, baru keluarga perlindungan khusus upaya rehabilitasi
pecandu memasukkan mereka ke pusat terhadapnya.
rehabilitasi untuk dirawat. Mengenai Dalam kasus-kasus yang terjadi,
pertimbangan-pertimbangan Hakim jenis pidana yang dijatuhkan tunggal
dalam menjatuhkan putusan terhadap yaitu hanya dalam bentuk pidana
kasus penyalahgunaan narkotika dapat penjara, karena adanya beberapa
diketahui bahwa hal-hal yang menjadi pertimbangan hakim, untuk tidak
pertimbangan bukanlah merupakan memberikan sanksi tindakan. Dengan
pendorong ataupun alasan yang demikian berarti anak para pecandu
berkaitan tentang perlunya para narkotika dalam kasus tersebut masih
pengguna/pecandu narkotika tersebut, diperlakukan sebagai pelaku kriminal
membutuhkan untuk menjalani tindakan belaka, tanpa mereka sebagai korban.
pengobatan dan/atau perawatan. Peranan victimologi dalam memberikan
Pertimbangan-pertimbanga Hakim dasar pemikiran mengenai bagaimana
dalam menjatuhkan putusan hanyalah harus memperlakukan pelaku pecandu
mempengaruhi terhadap lamanya pidana narkotika sebagai korban yaitu dengan
penjara yang dijatuhkan terhadap pelaku adanya double track system dalam
penyalahgunaan narkotika, belum perumusan sanksi terhadap tindak pidana
merupakan alasan yang mempengaruhi penyalahgunaan narkotika, yang
terhadap jenis sanksi yang diberikan. menginginkan untuk dijatuhkan sanksi
Dimana pelakunya yang masih dalam pidana tindakan belum diterapkan di
usia anak-anak hanya digunakan sebagai Pengadilan Negeri Lubuk Pakam.
hal-hal yang meringankan terdakwa
dalam hal lamanya pidana penjara, usia VII. KESIMPULAN
anak tersebut tidak dijadikan sebagai 1. Faktor-faktor yang menyebabkan
bahan pertimbangan untuk meninjau terjadinya penyalahgunaan
Pasal 49 UU tentang Perlindungan Anak, narkotika, yang akhirnya
yang menyatakan bahwa pemerintah dan menimbulkan korban, dan yang
lembaga negara lainnya berkewajiban khusus dibahas dalam penelitian ini
dan bertanggung jawab untuk adalah perlindungan hukum
memberikan perlindungan khusus terhadap anak korban
kepada anak dalam situasi darurat, anak penyalahgunaan narkotika adalah
yang berhadapan dengan hukum, anak factor individu yang terdiri dari
dari kelompok minoritas, dan terisolasi, gangguan kepribadian, factor usia,
anak tereksploitasi secara ekonomi pandangan atau keyakinan yang
dan/atau seksual, anak yang keliru, dan religiusitas yang rendah.
diperdagangkan, anak yang menjadi Factor lingkungan yang terdiri dari
korban penyalahgunaan narkotika, factor keluarga dan lingkungan
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif sekitar tempat tinggal, pengaruh
lainnya (NAPZA), anak korban teman, dan keadaan masyarakat.

130
Mercatoria Vol. 3 No. 2 Tahun 2010

Serta factor karena terjadiya tindak DAFTAR PUSTAKA


pidana lainnya di bidang narkotika
seperti tindak pidana yang A. Buku
menyangkut produksi narkoba, Dikdik, M.A 2007. Mansur dan Elisatris
tindak pidana yang menyangkut jual Gultom. Urgensi Perlindungan
beli narkoba, dan kejahatan yang Kejahatan. 2007: Raja Grafindo
menyangkut penguasaan narkoba. Persada. Jakarta.
2. Penyalahgunaan narkotika Hamdan, M. 1997. Politik Hukum
mempunyai dampak yuridis diaman Pidana. Jakarta: Raja Grafndo
anak yang melibatkan diri dalam Persada.
penyalahgunaan narkotika,
Kaligis, OC. 2007. Narkoba dan
disamping sebagai korban juga
Peradilannya di Indonesia
sebagai subjek dari hukum,
(Reformasi Hukum Pidana
walaupun pelaku yang menderita
Melalui Perundangan dan
dari akibat buruk penyalahgunaan
Peradilan). Bandung: Alumni.
narkotika maka yang bersangkutan
juga diancam oleh hukuman Krisanty, D. 2006. Bunga Rampai
sebagaimana ketentuan Perundang- Tindak Pidanan Khusus. Jakarta:
undangan. Merusak masa depan Pena Pundi Aksara.
bangsa, gangguan kesehatan dan Luhpen, Satgas. 2001. Narkoba Mabes
mental, dan menimbulkan berbagai Polri. Penaggulangan
keresahan di masyarakat karena Penyalahgunaan Narkoba.
sebagai sumber terjadinya Jakarta: Subdit Bintibnas Polri.
kejahatan. Mansur, M.A. Dikdik danGultom, E.
3. Perlindungan terhadap anak korban 2007. Urgensi Perlindungan
penyalahgunaan nerkotika adalah Kejahatan. Jakarta: Raja
dengan menempatkan Grafindo Persada.
pengguna/pecandu nerkotika Muladi. Hak Asasi Manusia Dalam
sebagai korban dan memasukkannya Perspektif Sistim Peradilan
sebagai salah satu pemikiran dalam Pidana. Jakarta: Raja Grafindo
pembuatan peraturan yang berkaitan Persada.
dengan narkotika. Dalam UU Nawawi, B.A. 2001. Masalah
Narkotika perlindungan dengan Penegakan Hukum dan
penerapan double track system oleh Kebijakan Penaggulangan
Hakim dalam perumusan sanksinya. Kejahatan. Bandung: Citra
Misalnya disamping pidana penjara,
Aditya Bakti.
anak sebagai korban
---------------------------. 1996 Bunga
penyalahgunaan narkotika di
Rampai Kebijakan Hukum
tempatkan di pusat rehabilitasi.
Pidana. Bandung: Citra Aditya
Bakti.
---------------------------. 1996. Beberapa
Aspek Kebijakan Penegakan dan
Pengembangan Hukum Pidana.

131
Mercatoria Vol. 3 No. 2 Tahun 2010

---------------------------. 1998. Beberapa


Aspek Kebijakan Penegakan
Hukum dan Pengembangan B. Peraturan Perundang-undangan
Hukum Pidana. Bandung: Citra Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Aditya Bakti. Undang-undang Nomor 23 tahun 2002
Prasetyo, T. dan Barkatullah, A.H. 2005. Tentang Perlindungan Anak
Politik Hukum Pidana (Kajian Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997
Kebijakan Kriminalisasi dan Tentang Narkotika
Dekriminalisasi). Yogyakarta: Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981
Pustaka Pelajar. Tentang Hukum Acara Pidana
Supramono, G. 2007. Hukum Narkoba
C. Internet
Indonesia. Jakarta: Djambatan.
http://www.aidindonesia.or.id/index.php
Yan. L.D. 2001. Narkoba. Pencegahan
?ophtm=com-
dan Penanganan. Jakarta: Elex content&task=view&id. Diakses
Media Komputindo. pada tanggal 2 April 2008.
.

132

Anda mungkin juga menyukai