Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH EMPIRISME

(Untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat keperawatan)

Oleh Kelompok 1:

1. Erwin Nata Bora


2. Anastasia Elvina Day
3. Gabriella K. Manafe
4. Gregorius Gelu
5. Santi Snae
6. Intami Tameses
7. Ronaldo Ximenes Atallo

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Makalah
Empirisme”. Meskipun banyak tantangan dan hambatan yang kami alami dalam
proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


meluruskan penulisan makalah ini, baik dosen maupun teman-teman yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi positif dalam proses
pengerjaannya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini
untuk ke depannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi peningkatan proses
belajar mengajar dan menambah pengetahuan kita bersama. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.

Kupang, Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

A.  Latar Belakang................................................................................................4

B.  Rumusan masalah...........................................................................................4

C.  Tujuan.............................................................................................................4

BAB II......................................................................................................................5

PEMBAHASAN......................................................................................................5

A. Thomas Hobbes.............................................................................................5

B. John Locke..................................................................................................11

C. David Hume................................................................................................15

BAB III..................................................................................................................24

PENUTUP..............................................................................................................24

A. Kesimpulan.................................................................................................24

B. Saran............................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Empirisme adalah salah satu aliran dalam filosofi yang menekankan
pengalaman pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan
itu sendiri, dan mengecilkan peran akal. Istilah empirisme diambil dari kata
yunani yaitu empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman sebagai suatu
doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme.
Penganut empirisme berpandangan bahwa pengalaman merupakan
sumber pengetahuan bagi manusia, yang jelas-jelas mendahului rasio. Tanpa
pengalaman, rasio tidak memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran
tertentu. Walau menggambarkan rupa rupa, tanpa pengalaman hanyalah
khayalan belaka.banyak tokoh-tokoh empirisme ini banyak di antaranya ada
francis bacon (1210-1292 m) thomas hobbes (1588-1679 m) john locke (1632-
11704 m) george berkeley (1665-1753 m) david hume (1711-1776 m) spencer
herbert (1820-1903 m).
Pada makalah ini dari kelompok yang ada akan menyajikan materi atau
pemikiran-pemikiran para filosof diatas yakni thomas hobbes, john locke, dan
daavid hume. Semoga isi makalah dapat dilaksanakan para pembaca.

B.  Rumusan masalah
1.    Bagaimanakah pemikiran-pemikiran thomas hobbes?
2.    Bagaimanakah pemikiran-pemikiran john lock?
3.    Bagaimana pemikiran-pemikiran david hume?

C.  Tujuan
1.    Dapat melihat pemikiran-pemikiran yang dimiliki Thomas Hobbes
2.    Memahami pemikiran-pemikiran dari John Locke
3.    Mengetahui pemikiran pemikiran yang dikeluarkan oleh David Hume
BAB II
PEMBAHASAN

A. Thomas Hobbes

Thomas Hobbes (1588-1679) dikembangkan di  Malmesbury , sebuah kota


kecil yang berjarak 25 kilometer dari  London . Ia pada tanggal 15 April 1588.
Ketika Hobbes berkembang, armada  Spanyol  sedang menyerbu Inggris. Ayah
Hobbes adalah seorang pendeta di  Westport , bagian dari
Malmesbury. Ayahnya bermasalah dengan pihak gereja sehingga melarikan
diri dari kota tersebut dan meninggalkan Hobbes untuk diasuh oleh pamannya.
Pada tahun 1603-1608, Hobbes belajar di  Magdalen Hall , Oxford  pada
usia 14 tahun. Menurut kesaksian pribadi Hobbes, ia
tidak memperhatikan pelajaran  fisika  dan  logika Aristoteles . Ia lebih suka
membaca mengenai eksplorasi terhadap penemuan tanah-tanah baru serta
mempelajari peta-peta bumi dan bintang-bintang. Karena,  astronomi  adalah
bidang sains yang mendapat perhatian dari Hobbes, dan terus digeluti oleh
Hobbes. 
Ketika belajar di Universitas Oxford dia menjadi pengajar pada suatu
keluarga yang terpandang. Hubungan dengan keluarga tersebut memberi
kesempatan kepadanya untuk membaca buku-buku, bepergian ke dalam negeri
dan bertemu dengan tokoh-tokoh penting. Simpatinya pada sistem kerajaan
terjadi saat Inggris dilanda perang saudara yang mendorongnya untuk lari ke
Prancis. Disanalah dia pemahaman filsafat Descartes dan pemikir-pemikir
Prancis lainnya. Karena sangat cocok dengan ketepatan sains, ia berusaha
menciptakan inspirasi atas dasar Matematika. [1]
Hobbes dikenal sebagai salah seorang perintis kemandirian
filosofi. Hobbes berpendapat bahwa selama ini, filosofi banyak disusupi
gagasan religius. Hobbes area bahwa obyek-obyek adalah obyek-obyek
lahiriah yang bergerak beserta ciri-cirinya. Menurutnya, substansi yang tak
dapat berubah, seperti  Allah , dan substansi yang tak dapat diraba secara
empiris, seperti  roh ,  malaikat , dan sebagainya, entri obyek dari
filosofi. Hobbes menyatakan bahwa bahwa peraturan harus mengatur diri pada
kontrol alam.

Berdasarkan pemikiran tersebut, Hobbes menyatakan hanya ada empat


bidang di dalam filsafat, yakni:
1.      Geometri, yang merupakan refleksi atas benda-benda dalam
ruang.
2.      Fisika, yang merupakan refleksi timbal-balik benda-benda dan
gerak mereka.
3.       Etika , yang dalam pengertian Hobbes dekat
dengan  psikologi . Maksudnya, refleksi atas hasrat dan perasaan
manusia serta gerak-gerak mentalnya.
4.      Politik, yang adalah?

Menurut Hobbes, filosofi adalah suatu ilmu pengetahuan yang bersifat


umum, sebab suatu pengetahuan adalah suatu ilmu tentang efek-efek atau
akibat-akibat, atau tentang penampakan-panampakan yang kita peroleh dengan
merasionalisasikan pengetahuan yang semula kita miliki dari sebab-
konsekuensi atau asalnya.

Sasaran filosofi adalah fakta-fakta yang diamati untuk mencari sebab-


berlayar. Alatnya adalah pengertian-pengertian yang menggambarkan fakta-
fakta yang menggambarkan fakta-fakta itu. Di dalam pengamatan fakta-fakta
yang dikenal dalam pengertian-pengertian yang ada dalam kesadaran
kita. Tujuan yang dihasilkan dengan perantaraan-pengertian; ruang, waktu,
bilangan dan gerak yang diamati pada benda-benda yang bergerak.

Menurut Hobbes, tidak semua yang diamati pada benda-benda itu adalah
nyata, tetapi yang benar-benar nyata adalah gerak dari bagian-bagian kecil
benda-benda itu. Segala gejala pada benda yang menunjukkan sifat benda itu
ternyata hanya perasaan yang ada pada si pengamat saja. Segala yang
ditentukan oleh sebab yang hukumnya sesuai dengan hukum ilmu pasti dan
ilmu alam. Dunia adalah akibat sebab akibat termasuk situasi kesadaran kita.
Sebagai penganut empirisme, pengenalan atau pengetahuan yang diperoleh
melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan, juga
awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh
pengalaman. Segala pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Dengan
demikian, hanya pengalamanlah yang menjamin jaminan kepastian.
Berbeda dengan kaum rasionalis, Hobbes memandang bahwa pengenalan
dengan akal hanyalah fungsi mekanis semata-mata. Ketika melakukan proses
penjumlahan dan berhala, pengalaman dan akal yang mewujudkannya. Yang
dimaksud dengan pengalaman adalah total atau totalitas pemantauan yang
disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu pengharapan akan
masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lalu.
Pengamatan terjadi karena gerak benda-benda di luar kita menciptakan
suatu gerak di dalam indera kita. Gerak ini diteruskan ke otak kita kemudian ke
jantung. Di dalam jantung timbul reaksi, yaitu suatu angan dalam kalender
yang Agak. Pengamatan yang sebenarnya terjadi pada awal reaksi tadi .
Untuk mempertegas pandangannya, Hobbes menyatakan bahwa tidak ada
yang universal kecuali nama belaka. Konsekuensinya ide dapat digambarkan
melalui kata-kata. Dengan kata lain, tanpa kata-kata ide tidak dapat
digambarkan. Tanpa bahasa tidak ada kebenaran atau kebohongan. Sebab, apa
yang dikatakan benar atau tidak benar itu hanya sekedar sifat saja dari kata-
kata. Setiap benda diberi nama dan membuat ciri atau identitas-identitas di
dalam pikiran orang.
Hobbes juga Berbicara tentang filsafat politik. Hobbes ingin membangun
filosofi politik yang daapat membantu menciptakan negara yang aman dan
adil. Ia mencoba menciptakan dalil-dalil dasar yang pasti (model matematika)
untuk membangun masyarakat yang aman itu. Untuk itu, bagi Hobbes
masyarakat harus dilihat sebagai arloji, tidak memiliki kebebasan dan tidak
bertindak menurut akal budinya, melainkan menurut psikis yang ada di dalam
dirinya. Karena manusia dikuasai oleh nafsu-nafsu dan persaingan, bagi
Hobbes, maka negara haruslah seperti Leviatan dengan kekuasaan mutlak dan
menakutkan setiap warga negara tunduk pada kehendak negara. [3]
Disini Hobbes menolak tradisi skolastik dalam filsafat dan mencoba
menerapkan konsep-konsep mekanik dari alam fisika kepada pikirannya
tentang manusia dan kehidupan mental. Hal ini mendorongnya untuk menerima
materalisme, ahl, dan determinisme. Karya utama dalam filsafat adalah
Laviathan pada tahun 1651, mengespreksikan pandangannya tentang hubungan
antara alam, manusia dan masyarakat. Hobbes menyusunkan manusia ketika
mereka hidup dalam keadaan yang ia namakan State of Nature(keadaan
alamiah) yang merupakan kondisi manusia sebelum dicetuskannya suatu
negara atau masyarakaat beradab. Kehidupan pada masa alamiah adalah buas
dan singkat, karena maerupakan keadaaan perjuangan dan peperangan yang
terus-menerus. Karena manusia menginginkan kelangsungan hidup dan
perdamaian, ia mengalihkan kemauannya pada kemauan negara dalam suatu
kontrak sosial yang berkuasa mutlak yang mutlak.
Adapun bagian ajaran ajaran Hobbes yang termasyhur adalah pendapatnya
tentang filsafat politik. Ia mengingkari bahwa manusia menurut kodratnya
adalah makhluk sosial. Satu-satunya kecenderungan kodrati manusia yaitu
mempertahannkan adanya. Hal tersebut mengakibatkan suatu egoisme
radikal: homo homoni lupus (manusia adalah manusia bagi manusia). Akan
tetapi dalam keadaan demikian justru manusia justru mempertahannkan
adanya. Itulah yang terjadi manusia mengadakan perjanjian, yaitu bahwa
mereka akan takluk pada suatu kewibawaan. Dengan demikian timbul
negarapun. Namun setelah negara itu timbul, perjanjian itu tidak lagi bisa
dicabut, sehingga dengan demikian negara yang mempunyai kekuasaan yang
absolut terhadap warga negara. [4]
Filsafat Hobbes mewujudkan suatu sistem yang lengkap mengenai
keterangan tentang “yang ada” secara mekanis. Dengan demikian ia merupakan
seorang materialis dibidang ajaran tentang antropogi serta seorang absolut
dibidang ajaran tentang negara.
1.      Filsafat Materialisme
Materialisme yang dianut Hobbes dapat melayani sebagai
berikut. Segala sesuatu yang ada itu bersifat bendawi. Yang di maksut
dengan bendawi adalah segala sesuatu yang tidak dipercaya gagasan
kita. Doktrin atau ajarannya menyatakan bahwa segala kejadian adalah
gerak, yang berlangsung karena keharusan. Realitas segala yang
bendawi, yaitu yang tidak berwujud gagasan kita, terhisab didalam
gerak itu. Dengan demikian pengertian substansi diubah menjadi suatu
teori aktualitas. Segala objektivitas didalam dunia luar bersandar pada
suatu proses tanpa pendukung yang berdiri sendiri. Ruang atau keluasan
tidak memiliki “ada” sendiri. Ruang adalah   gagasan tentang hal yang
berada itu sendiri. Waktu adalah gagasan tentang   gerak. Berdasarkan
pandangannya, ia melahirkan filsafatnya.
2.      Manusia
Manusia tidak lebih dari suatu bagian dalam bendawi yang
mengelilinginya. Oleh karena itu, segala sesuatu yang terjadi pada diri
manusia pun dapat diterangkan seperti cara-cara yang terjadi pada
kejadian alamiah, yaitu secara mekanis.
3.      Jiwa
Ajaran Hobbes tentang jiwa itupun sejalan dengan ajaran
filosofi, sehingga jiwa manusiawi merupakan komplek dari proses-
proses mekanik didalam tubuh. Akal pembawaan, melainkan hasil
perkembangan dari kerajinan. Ikhtiar adalah suatu awal gerak yang
kecil. Awal gerak yang kecil ini kalu diarahkan untuk menuju pada
sesuatu disebut keinginan yang sama dengan kasih, jika diarahkan
untuk meninggalkan sesuatu disebut dengan keseganan yang sama
dengan keinginan atau kengganan, tetapi hal yang sama dengan itu.
Namun demikian, yang terkuat adalah jika terjadi bentrokan-
bentrokan. Oleh sebab itu Hobbes merupakan orang yang tidak setuju
kehendak bebas.
4.      Teori pengenalan
Teori pengenalan ini atau bisa disebut dengan pengetahuan
menurut Hobbes diperoleh karena adanya pengalaman. Pengalaman
adalah awal dari pengetahuan. Segala ilmu pengetahuan diturunkan dari
pengalaman. Dengan demikian hanyalah pengalaman yang memberi
jaminan kepastian.

Yang dimaksud dengan pengalaman disini ialah keseluruhan atau


totalitas pengamatan yang disimpan didalam ingatan atau digabungkan
dengan sesuatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah
diamati pada masa lain. Pengamatan inderawi terjadi karena gerak benda-
benda diluar kita menyebabkan adanya suatu gerak didalam indera
kita.gerak ini diteruskan ke otak dan dari otak diteruskan ke jantung.
Didalam jantung timbullah suatu reaksi, suatu gerak dalam jurusan yang
sebaliknya. Pengamatan yang sebenarnya terjadi pada awal gerak reaksi
tadi.
Sasaran yang diamati adalah sifat-sifat inderawi. Penginderaan yang
disebabkan oleh tekanan objek atau sasaran. Kualitas didalam objek-objek,
yang sesuai dengan pengindraan kita, bergerak dalam indera kita. Warna
yang kita lihat, suara yang kita dengar, bukan berada dalam gambaran
tentang sebab yang menimbulkan pengindraan. Ingatan, rasa senang atau
tidak senang dan segala gejala jiwa, bersandar sendiri-mata pada sisi
gambaran yang murni yang bersifat mekanis.
Thomas Hobbes berpendapat bahwa pengalaman inderawi sebagai
permulaan segala pengenalan hanya sesuatu yang dapat disentuh dengan
indralah yanag merupakan kebenaran. Pengetahuan intelektual (rasio) tidak
lain merupakan penggabungan data-data indrawi belaka.
Orang-orang Thomas Hobbes berpendapat bahhwa pengalaman
indrawi sebagai permulaan segala pengenalan. Hanya sesuatu yang dapat
disentuh dengan indralah yang kebenaran. Pengetahuan intelektual (rasio)
tidak lain merupakan penggabungan data-data indrawi belaka.
B. John Locke

John Locke adalah filosof yang berasal dari Inggris.Beliau boost di


Wrington Somerst pada tanggal 29 Agustus 1632. Locke belajar di
Westminster School selama lima tahun yaitu pada tahun 1647-1652 Pada
tahun itu juga hingga tahun 1656 ia melanjutkan studinya di Christ Church,
Oxford untuk belajar agama dan mendapat gelar BA disana. Kemudian ia
melanjutkan studinya lagi untuk mendapatkan gelar MA
Tahun 1664 Locke diangkat sebagai pejabat penyensor buku-buku
filsafat moral.Ia juga belajar ilmu kedokteran dan mahir dalam bidang
ini. Pada tahun 1665 bersama Sir Walter Vane ia mengikuti sebuah misi
diplomatik ke Elector Of Brandenburg tetapi kemudian menolak tawaran
kerja diplomat dan kembali ke Oxford. Di sana ia mengonsentrasikan
seluruh perhatiannya pada filsafat dan menemukan minat yang sama pada
Earl of Shaftesbury yang mengundang Locke untuk tinggal di London
house-nya. Di sana Locke mengembangkan ilmu politik dan filosofi
menjadi dokter pribadi Bangsawan Shaftesbury.
Pada tahun 1683 Shaftesbury terancam akan di-impeacchment karena
telah melakukan pengkhianatan. Pada saat itu juga Locke lari ke Belanda
dan di sana ia menulis esai yang berjudul An Essay Concerning Human
Understanding yang diterbitkan pada tahun 1690. Setelah revolusi tahun
1688, Locke kembali ke Inggris untuk mengiringi raja Orange yang akan
menjadi Queen Mary.
Setelah tahun 1690, kesehatan Locke menurun, tetapi beliau masih
terus menulis dan melaksanakan tugasnya. Selama tiga belas tahun terakhir,
ia tinggal di Oates dan ia meninggal di sana pada tanggal 28 Oktober 1704.
Karya-karya John Locke, antara lain:
1.      A letter Concerning Toleration (Karangan-karangan tentang
toleransi) pada tahun 1689.
2.      An Essay Concerning Human Understanding (Karangan tentang
pengertian manusia) pada tahun 1690.
3.      Two Treatises of Government (Dua karangan tentang
pemerintahan) pada tahun 1690

Kata empirisme berasal dari bahasa Yunani emperia


yang berarti pengalaman. Jadi empirisme merupakan sebuah paham yang
menganggap bahwa pengalaman adalah sumber pengetahuan. Empirisme
juga berarti sebuah paham yang menganggap bahwa pengalaman manusia
didapat dari pengalaman-pengalaman yang nyata dan faktual. Pengalaman
yang nyata didapatkan dari tangkapan panca indra manusia. Sehingga
pengetahuan yang didapat melalui pengalaman merupakan sebuah
kumpulan fakta-fakta.
Doktrin empirisme tersebut adalah lawan dari
rasionalisme. Empirisme berpendapat bahwa pengetahuan tentang
kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan di
peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah,
telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang
sesuai dengan pengalaman manusia.

Ajaran-ajaran pokok dari empirisme, yaitu:


1. Pandangan bahwa semua ide atau gagasan merupakan abstraksi yang
dibentuk dengan menggabungkan apa yang terjadi.
2. Pengalaman inderawi adalah satu-satunya sumber pengetahuan, dan bukan
akal atau rasio.
3. Semua yang kita ketahui pada akhirnya pada data inderawi.
4. Semua pengetahuan turun secara langsung, atau di simpulkan secara tidak
langsung dari data inderawi (kecuali kebenaran definisional dan
matematika).
5. Akal budi sendiri tidak dapat memberikan kita pengetahuan tentang
realitas tanpa acuan pada pengalaman inderawi dan penggunaan panca
indera kita. Akal budi mendapat tugas untuk mengolah bahan yang di
peroleh dari pengalaman.
6. Empirisme sebagai 62 pengalaman, bahwa pengalaman sebagai satu-
satunya sumber pengetahuan .

John Locke dikenal sebagai salah seorang peletak dasar empirisme.Ia,


pandangan keilmiahan Newton dan filosof Descartes.Setelah membaca
tulisan Descartes, ia tertarik pada filosofi, tetapi justru mengambil jalan
yang berbeda dengan mengkritik pandangan rasionalisme Descartes.
Dari tahun 1674 sampai tahun 1679 Locke berada di Prancis dan
membaca karya Descartes.Locke menolak gagasan Descartes mengenai ide
dan pengetahuan bawaan.Dengan pernyataan, segala sesuatu yang ada pada
pikiran kita, menurut Locke, berasal dari pengalaman inderawi (Teori
Tabularasa). seperti kertas putih, dan pengalaman inderawilah yang mengisi
otak (pikiran) itu (Raiper, 2000). Semua ide, menurut Locke, berasal dari
pengalaman, dan itu sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Ide-ide yang berasal dari pengalaman lahiriah atau eksternal (sentasi
eksternal), seperti: penglihatan, pendengaran, sentuhan atau rabaan,
penciuman, atau rasa yang masuk ke otak melalui rangsangan pengamatan
dunia eksternal.Dalam proses pengamatan, akal budi kita menurut Locke
bersifat pasif, dan hanya menerima rangsangan dunia luar apa adanya.
2. Ide yang berasal dari pengalaman batin atau internal (perasaan atau
refleksi internal); Bila pengalaman lahir memberi informasi tentang dunia
eksternal, maka pengalaman batin memberi informasi tentang dunia dalam
(jiwa). Informasi yang dihasilkan adalah hasil pemikiran pemikiran atas
ide-ide kompleks.
Terkait dengan pengalaman eksternal, pengalaman eksternal tersusun
dari sifat-sifat yang berhubungan dengan res-extensa: 'keluasan', 'bentuk,'
jumlah ',' gerak '(data yang terkuantifikasi). Sementara itu pengalaman
batin   (reflextion) berupa aktfivitas batin seperti: 'mengingat,'
menggabungkan ', membandingkan', menghendaki ',', memutuskan ', dan
lain-lain.
Menurut Locke, isi otak manusia terdiri dari ide-ide. Ide-ide tersebut
terdiri dari 'gagasan sederhana dan gagasan kompleks'. Gagasan
sederhana   diartikan sebagai gagasan sederhana atau pengalaman langsung,
sedangkan gagasan kompleks   diartikan sebagai hubungan-hubungan dari
ide-ide tunggal / gagasan-gagasan simpel itu.Gagasan kompleks itu,
misalnya ' sebab, relasi dan syarat.
Dari pernyataan Locke bahwa 'semua ide datang dari sensasi dan
refleksi', maka dapat ditafsirkan bahwa suatu ide hanya merupakan suatu
“gambaran mental” atau suatu pengertian yang di tarik dari
pengalaman. Maksudnya, yang kita tangkap melalui sensasi adalah ide dan
bukan bendanya. Sensasi berarti memersepsi melalui indra sedangkan
refleksi muncul mengikuti sensasi. Locke menyatakan bahwa tanpa mata
tidak akan ada warna, tanpa telinga tidak akan ada suara, tanpa hidung tidak
akan ada bau. Jadi, sifat-sifat   yang kita tangkap harus di satukan di dalam
substansi materi (objek), karena itu materi harus ada.pada kunci di
mungkinkan untuk melihat "diri" melalui observasi. Kita menangkap ide
tapi bukan bendanya. Akibat ilmu pengetahuan pada akhirnya ternyata di
dasarkan pada  Keyakinan atau dugaan. Dengan demikian, kebenran ilmu
pengetahuan pada persepsi yang saling bersinggungan. Jadi, persepsi
diandaikan sama pada setiap orang dan tidak menipu kita sebagai mana
dikemukakan Plato dan Descartes.
Locke percaya akan adanya tiga macam pengetahuan, yaitu:
1. Pengetahuan intuitif   , yang kita peroleh melalui pengetahuan diri kita
sendiri.
2. Pengetahuan demonstratif, yang melaluinya memperoleh pengetahuan
tentang Allah.
3. Pengetahuan indrawi, yang diperoleh melalui pengetahuan tentang dunia
luar.
Locke berpendapat bahwa hanya pengetahuan intuitif yang bersifat
pasti secara absolut.Yang kedua (pengetahuan demonstratif) juga bersifat
pasti.Sedangkan pengetahuan indrawi bersifat problematik.Akan tetapi,
pengetahuan indrawi memadai untuk keperluan hidup sehari-hari.
C. David Hume

Hume lahir di Edinburg tahun 1711. Ayahnya meninggal ketika ia


masih bayi, mewariskan pada keluarga sebuah perkebunan kecil. Hume
adalah seorang murid yang sukses, dan sebagai anak muda, ia memiliki
perhatian yang tinggi terhadap sastran dan filosofi. Ia cenderung mengejar
karir penelitian ilmiah dan menulis, tetapi pernah terlepas dari jalan ini oleh
keluarga yang mengajarkan bahwa ia cocok untuk profesi di bidang hukum
dan membujuknya untuk belajar hukum. Usaha yang tidak berhasil ini
hanya berumur singkat.Karena dihadapkan pada kebutuhan keuangan, Pergi
ke Bristol dan bekerja di dunia bisnis selama beberapa
bulan.Bagaimanapun, pekerjaan ini tidak disukainya. Maka, pada  Umur 23
tahun, Hume menerima uang dari keluarganya dan pergi ke Perancis untuk
belajar dan menulis. Ia tinggal di sana hingga tahun 1737 dan menulis A
Treatise of Human Nature.
Hume memiliki harapan yang tinggi pada karya ini, tetapi publikasi
karya ini tidak banyak mendapat perhatian.
Meskipun patah semangat, karena buruknya penerimaannya terhadap
Risalah, Hume yang terus menulis. Di tahun 1741-1742 saat di Skotlandia,
ia menerbitkan Esai, Moral dan Politik. Karya ini mendapatkan kesuksesan,
dan Hume bersemangat untuk merevisi Treatise. Sementara itu, ia melamar
profesor profesor di Universitas Edinburg, tetapi reputasinya sebagai
seorang yang skeptis dan atheis telah membintangi pengangkatan tersebut.
Pada tahun 1751, revisi terakhir bagian pertama dan ketiga karya
Risalah yang diterbitkan masing-masing dengan judul An Inquiry
Concerning Human Understanding dan An Inquiry Concerning The
Principles of Morals. Kira-kira pada saat yang sama, Hume menulis karya
yang berjudul Dialog Tentang Agama Alam. Dialog menjelaskan sikap
Hume tentang eksistensi Tuhan dan sifat agama.Namun atas saran teman
yang memiliki perhatian terhadap pandangannya yang radikal, Hume tidak
jadi menerbitkan Dialog. Dengan ketetapan dari kehendak Hume, karya itu
diterbitkan setelah Hume meninggal di tahun 1779. Antara tahun 1752-
1757, Hume mengabdi sebagai petugas perpustakaan di Fakultas Advokat di
Edinburg.Setelah mendapatkan sumber-sumber dari perpustakaan ini, Hume
menulis tentang sejarah Inggris. ini tidak hanya panjang, tetapi juga
kontroversial. Karena akibatnya, semua tulisan Hume menjadi lebih dikenal
dan karya-karya itu mendapat pujian luas dari beberapa kalangan. Pujian
tersebut terutama datang dari kalangan intelektual Perancis dan ketika Hume
pergi ke sana pada tahun 1763 sebagai sekretaris Duta Besar Inggris, ia
menerima sambutan hangat. Ia kembali ke London di tahun 1766 bersama
Rousseau, meskipun hubungan antara selang segera menegang. Setelah
mengabdi selama tiga tahun di Wakil Menteri Luar Negeri, Hume pensiun
di Edinburg dan meninggal di sana tahun 1776. ia menerima sambutan
hangat. Ia kembali ke London di tahun 1766 bersama Rousseau, meskipun
hubungan antara selang segera menegang. Setelah mengabdi selama tiga
tahun di Wakil Menteri Luar Negeri, Hume pensiun di Edinburg dan
meninggal di sana tahun 1776. ia menerima sambutan hangat. Ia kembali ke
London di tahun 1766 bersama Rousseau, meskipun hubungan antara selang
segera menegang. Setelah mengabdi selama tiga tahun di Wakil Menteri
Luar Negeri, Hume pensiun di Edinburg dan meninggal di sana tahun 1776.
[5]

David hume (1711-1776) adalah tokoh empirisme


terkemuka. pemikirannya disebut sebagai puncak empirisme modern. Dia
lahir dekat Eidinburg, sc. Hume belajar hukum, sastra dan filsafat dan
bekerja sebagai diplomat di inggris, prancis Australia, dan italia. Sewaktu
hume tinggal di paris ia bertemu dengan jeanjacques Rousseau, seorang
hume seorang yang selalu bekerja keras untuk terkenak melaluai pemikiran
dan tulisannya. Bukunya, risalah kodrat manusia, sedikit dibaca dan
diimplementasikan di masanya. Karena itu, dianggap, ”buku ini sudah mati
sejak masih dipercatakan” (Lavin, 2002; 139, roninson Dave dan Bill
Mayblin, 2004: 60-111). Tulisan-tulisannya yang terpenting (1) A Treatise
On Human Nature (karangan tentang kodrat manusia) (1738-1740). (2)An
Enquiry Concerning Human Understanding (tentang pengertian manusia)
(1748). (3) An Enquiry In to The Principles Of Morals (pemeriksaan tentang
dasar-dasar moral) (1753) (hamersma, 1983: 22).
Hume mengemukakan pandangannya salah satunya lewat
buku risalah tentang kodrat manusia, yang ditulis semasa ia berumur 26
tahun. Buku ini terdiri dari tiga bagian. Pertama, bahas epistemologi
masalah. Kedua , membahas masalah emosi. Ketiga , membahas prinsip-
prinsip moral. Hume sudah mempertanyakan yang suda menjadi perhatian
kaum empiris sebelumya. Masalah utama yang dia pertanyakan adalah (1)
bagaimana kita (anda) tahu? Dan (2) apa yang menjadi sumber atau asal
ilmu pengetahuan?
Untuk menolak tentang sumber pengetahuan yang telah dibicarakan
oleh kaum empiris dan rasionalis, menyatakan bahwa sumber pengetahuan
hanya satu, yaitu: persepsi pancaindra. Hume berusaha untuk meruntuhkan
filsafat lama yang berpendapat bahwa ada dua sumber pengetahuan. Dua
sumber pengetahuan itu dapat menyatakan seperti ini. Plato dan Descartes
menganggap bahwa rasio adalah   sebagai sumber pengetahuan yang   tinggi
dalam istilah yang   disebut episteme.episteme.(pengetahuan yang tidak
berubah) bersumber dari rasio atau penalaran deduktif sebagai dapat
memperoleh pengetahuan yang pasti mengenai ide dunia. Bagi plato
pengetahuan yang bersumber dari empiri adalah pengetahuan yang renda
(opini), sementara bagi menghiasi pengetahuan yang dikirimkan. Bagi
mendeklarasikan pengetahuan yang   pasti harus bersumber dari gagasan
yang jelas dan terpilah. Bagi menghiasi ide kejelasan dan kejelasa menjadi
kriteria kepastian   dan kebenaran ilmu pengetahuan (lavine, 2002:
140). Jadi bagi, ada dua jenis pengetahuan: pertama , pengetahuan biasa
(tingkat rendah) yang bersumber dari pengalaman
pancaindra; kedua, pengetahuan rasional yang  mengatasi pengetahuan
tingkat pertama (pengetahuan yang abadi dan sempurna). Inilah dua sumber
yang tadi.
Hume penghentian dengan mengemukakan, pengetahuan yang dicapai
melalui rasio tentang ide dunia (metafisika) seperti yang dikemukakan plato
adalah ilusi, kebohongan (anti metafisika) metafisika yang mengaku oleh
plato, Decrates, atau Thomas Aquinas, bagi hume adalah suatu
“kesombongan yang gegabah” dari orang-orang yang meyakininya. Hume
mengemukakan bahwa kita tidak akan pernah tahu alam realitas yang
sebenarnya. Gagasan-gagasan yang kita peroleh adalah, menurut hume,
gambaran kesan-kesan pengalaman indrawi, yang tinggal dalam penalaran,
pemikiran, dan pengingatan kita. Ketika kita berada di dalam ruangan atau
kamar tidur umpamanya, maka yang kiya lihat adalah sensasi tentang
ukuran (panjang, lebar, tinggi, volume, berat) dari: meja, buku, lampu, dan
lain-lain. Kita disini memperoleh pesan-pesan mengenai kamar tidur. Hume
mengemukakan: “Ketika aku menutup mataku dan mengukur kamarku,
gagasan yang kubentuk representasi kesan yang kurasakan; dan tidak ada
sesuatupun yang tidak berhubungan …… gagasan dan kesan selalu
berkaitan dengan satu sama lain.

Perbedaan antara dua macam persepsi: kesan ( kesan -kesan) dan


gagasan. Kesan-kesan adalah persepsi indrawi yang masuk ke akal budi,
kesan ini bersifat kuat dan hidup. Sementara idea merupakan gambaran
yang kabur dari kesan-kesan pemikiran kita. Jadi, ada kesan antara kesan-
kesan dengan ide-ide kita.selanjutnya, perbedaan antara kesan-ksan tunggal
dengan kesan-kesan majemuk serta ide tunggal dengan ide majemuk. Kesan
tunggal adalah kesan tentang objek tunggal dan kesan-kesan majemuk
terdiri dari kumpulan dan objek. Setiap persepsi menghasilkan kesan, dan
kesan itu menghasilkan ide-ide. Idea tunggal itu mempresentasikan   kesan
kesan (tentang objek) dengan tepat.
Memberi kesan kesan kesan atas kesan kesan alami dan kesan kesan
refleksi / ide-ide (bersifat rohani). Meja kita tidak diketahui secara langsung,
tetapi melalui tentang meja. Di sini dibedakan antara: 1) objek yang
diketahui (meja); 2) subyek yang melihat, dan 3) realitas yang mengisi
objek kita simpulkan. Pandangan ini adalah realisme kritis yang tidak
menerima begitu saja, kesejajaran antara objek (realitas) yang diketahui
dengan penampakannya melalui indera kita)
Pemikiran hume merupakan penantangan terhadap rasionalisme,
terutama tentang gagasan ide-ide bawaan   yang selalu dijadikan landasan
ontologisme bagi kaum rasionalis dalam memahami dunia sebagai satu
kesatuan yang berinterrelasi. Hume menolak empirisme   dengan
menyatakan adanya keterbatasan metode empiris itu. Hume mengemukakan
bahwa seluruh ilmu pengetahuan tentang denga hakikat manusia.bahkan, ia
menganggap pengengetahuan tentang manusia merupakan pusat ilmu
pengetahuan. Meskipun demikian, ia beranggapan bahwa metode-metode
ilmu-ilmua alam / eksperimen adalah metode yang paling tepat untuk ilmu
pengetahuan tentang manusia, karna metode ini telah dibuktikan
kebenarannya oleh ilmu-ilmu alam (Copleston, 1959)
Hume mencoret 'subjek' atau 'aku' sebagai pusat pengalaman, pusat
kesadaran, pemikiran, perasaan dengan menyatakan   bahwa itu semua
hanya rangkaian kesan-kasan 'saja. Impresi atau kesan-kesan itu juga
merupakan bahan dasar dimana isi ilmu pengetahuan   kita susu
(konstruksi). pikiran-pikiran kita hanya sisa-sisa pengalaman indrawi yang
menghasilkan kesan-kesan. Dari kesan-kesan itu, disusun hubungan dan
asosiasi oleh keaktifan kehendak kita. Jadi, ilmu pengetahuan itu, adalah
gagasan yang kita kaitkan melalui hukum penggabungan.
Bila pengetahuan kita adalah penggabungan gagasan, bagaimana
dengan hukum kausalitas, misalnya gravitasi, hukum mekanik? Bagi Hume,
hukum kausalitas juga bukan hukum fenomena yang kita tarik dari
pengalaman kita secara langsung. Jika kita mencoba batu ke kaca dan kaca
pecah, maka yang terjadi sebenarnya, menurut Hume, adalah rangkaian
peristiwa:
1. Batu kita ambil,
2.  Kita lemparkan,
3. Batu melayang lalu kaca pecah.
Jika setelah berpuluh tahun kita melihat matahari yang terbi dari timur
dan tenggelam di barat, maka itu buka gejala kausalitas, tetapi, dalam
pandangan, rangkaian peristiwa yang memeng sudah semestinya berjalan
begitu.
Jadi menurut Hume, apa yang kita sebut kausalitas itu sebab penyebab
yang sebenarnya, karena kita sebut sebab-akibat juga adalah rangkaian
peristiwa saja, dan buka kausalitas. Kita tidak akan pernah tahu alam atau
realita sebenarnya, kita tidak akan pernah tahu apa yang menyebabkan
pengindraan kita, kita tidak pernah tahu sifat sejati benda-benda dan
mengapa benda tersebut seperti itu. rasio tidak akan pernah mampu
menyingkapkan rahasia alam, tujuan atau rencana dunia, karena itu berada
di luar jangkauan pengamatan kita.
Mengetahui bahwa pengalaman lebih memberi logika pada logika atau
kemestian sebab-akibat. Sebab akibat hanya hubungan yang saling
berurutan saja dan secara konstan terjadi seperti, api membuat api
mendidih. Padahal dalam api tidak dapat diamati adanya daya aktif yang
mendidihkan udara. Jadi daya aktif yang disebut hukum kausalitas itu
selamat yang dapat diamati, bukan hal yang dapat dilihat dengan mata
sebagai benda yang berada di dalam udara yang direbus. Dengan demikian
kausalitas tidak bisa digunakan untuk menetapkan peristiwa yang akan
datang berdasarkan peristiwa yang terdahulu. Menurut Hume,
pengalamanlah yang memberi informasi langsung dan pasti terhadap objek
yang diamati sesuai waktu dan tempat. Roti yang telah saya makan, kata
Hume, mengenyangkan saya, artinya bahwa tubuh dengan bahan ini dan
pada waktu itu memiliki rahasia kekuatan untuk mengenyangkan. Namun,
roti tersebut belum tentu bisa menjadi jaminan yang pasti pada waktu yang
akan datang karena roti itu unsurnya telah berubah karena tercemar dan
polusi dan situasipun tidak sama lagi dengan makan roti yang pertama. Jadi,
pengalaman adalah sumber informasi bahwa roti itu mengenyangkan, untuk
selanjutnya hanya kemungkinan belaka bukan kepastian.
Teori hume tentang eksistensi tuhan. Hume mengkritik keras dugaan
keberadaan Tuhan yang disampaikan Descartes.Dua bukti pertama
Descartes mengenai keberadaan Tuhan adalah bukti sebab-akibat.Keduanya
membuktikan bahwa Tuhan ada sebagai satu-satunya sebab sebab
gagasanku mengenai Dia dan gagasan tentang keberadaanku sebagai benda
yang berpikir.Namun kita tidak mempunyai kesan indera mengenai Tuhan
sebagai suatu sebab, kita juga tidak mempunyai kesan apapun mengenai
suatu benda berpikir sebagai akibat. Apalagi, pada bukti sebab-akibat
mengenai keberadaan Tuhan ini, Descartes mendasarkan diri pada kejelasan
dan kejernihan pemikiran bahwa sebab harus sama nyatanya dengan
akibatnya. Bagi Descartes gagasan ini sangat jelas sehingga tidak ada
pikiran rasional apapun yang bisa meragukannya, Bukti ontologis Saint
Anselm mengenai keberadaan Tuhan yang menyatakan bahwa ide
ketuhanan itu dengan sendirinya terbukti dalam akal pikiran: Tuhan
mempunyai segala kesempurnaan, Dia Maha Tahu, Maha Kuasa, dan Maha
Baik. Oleh karena itu, Dia tak mungkin kurang sempurna dalam
keberadaan-Nya. Hume menjawabnya dengan uji empiris atas gagasan: jika
tidak ada kesan dalam pengalaman, gagasan itu berwujud, tak
berarti. Namun kita tidak bisa mempunyai kesan indera atas zat
supranatural, dengan demikian ide ketuhanan tidak lulus dalam uji empiris.
Hume menyangkal dalam bukunya “Dialogues Concerning Natural
Religion”, dia menggunakan bentuk dialog Plato untuk menjatuhkan
Deisme. Tiga karakter memerankan masing-masing sebagai seorang
penganut Kristen yang alim, dan sangat ortodok; seorang pengikut Deisme
yang mendukung agama yang alami, rasional dan memiliki keterkaitan
dengan sains; Serta seorang penganut skeptisme yang meremehkan
kelebihan.Suara Hume tertuang dalam Philo yang skeptis, yang suka
mempermainkan orang, khususnya penganut Deisme yang memiliki agama
yang alami dan rasional. Kesan dari indera kita, kata Philo si skeptis,
menjadi landasan bagi pengetahuan ilmiah kita, dan kesan ini tidak
memberikan bukti bagi pernyataan bahwa alam semesta ini secara sempurna
teratur dan harmonis, juga tidak menjamin bahwa keteraturan semacam itu
akan terus berlanjut.
Hume mengungkapkan, laporan dengan seksama dunia ini dan lihat
apakah ini merupakan karya arsitek yang Maha Kuasa dan Maha Bisa. Jika
seorang menunjukan pada anda “sebuah rumah atau istana dimana tidak ada
satu ruangpun yang layak, dimana jendela, pintu, tungku, gang, tangga dan
total bangunan ekonominya merupakan sumber keributan, kebingungan,
stres, kegelapan, dan ekstremnya panas dan dingin, anda tentu akan
menyalahkan alatnya, anda akan mengemukakan pembelaan yakni jika saja
arsiteknya memiliki keahlian dan maksud yang baik, mungkin dia telah
membetulkan semua atau sebagian besar ketidaklayakan ini ”. Dalam alam
manusia, tambah Hume, apakah Anda menemukan bukti bahwa dunia ini
dirancang dengan baik oleh perancang yang baik dan penyayang? Lalu
bagaimana Anda menjelaskan kesedihan, rasa sakit, dan kejahatan dalam
kehidupan manusia? Perhatikan sekeliling alam ini, survei lebih dekat
makhluk hidup ini betapa mereka saling menjahati dan merusak, betapa
terkutuk dan jahatnya bagi yang melihat alam yang buta, menyembul dari
pengakuan tanpa ada perhatian dan kepedulian, anak yang terluka dan
buruk. Dengan ungkapan Hume ini, maka dia sebenarnya telah meragukan
eksistensi akan keberadaan Tuhan itu sendiri karena menurut Hume,
eksistensi Tuhan itu tidak dapat ditangkap lewat kesan pengalaman,
sehingga eksistensi tidak dapat diragukannya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan empirisme diatas dapat menyatakan bahwa empirisme
menurut Thomas Hobbes sebagai penganut empirisme, pengenalan atau
pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal dari
segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh
dan diteguhkan oleh pengalaman. Segala pengetahuan diturunkan dari
pengalaman. Dengan demikian, hanya pengalamanlah yang menjamin jaminan
kepastian.
Berbeda dengan kaum rasionalis, Hobbes memandang bahwa pengenalan
dengan akal hanyalah fungsi mekanis semata-mata. Ketika melakukan proses
penjumlahan dan berhala, pengalaman dan akal yang mewujudkannya. Yang
dimaksud dengan pengalaman adalah total atau totalitas pemantauan yang
disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu pengharapan akan
masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lalu.
Sedang menurut John Locke dengan teorinya tabula rasa. Bahwa manusia
pembangunan seperti kertas putih, dan pengalaman inderawilah yang mengisi
otak (pikiran) itu (Raiper, 2000). Semua ide, menurut Locke, berasal dari
pengalaman, dan itu sendiri dibagi menjadi dua macam, yaitu: Ide-ide yang
berasal dari pengalaman lahiriah atau eksternal (sentasi eksternal), seperti:
penglihatan, pendengaran, sentuhan atau rabaan, penciuman, atau rasa Yang
masuk ke otak melalui rangsangan pengamatan dunia eksternal.Dalam proses
pengamatan, akal budi kita menurut Locke bersifat pasif, dan hanya menerima
rangsangan dunia luar apa adanya .Ide yang berasal dari pengalaman batin atau
internal (indra atau refleksi internal); Bila pengalaman lahir memberi informasi
tentang dunia eksternal, maka pengalaman batin memberi informasi tentang
dunia (jiwa). Informasi yang dihasilkan adalah hasil pemikiran pemikiran atas
ide-ide kompleks.
Dan selanjutnya pemikiran hume merupakan penantangan terhadap
rasionalisme, terutama tentang gagasan ide-ide bawaan   yang selalu dijadikan
landasan ontologisme bagi kaum rasionalis dalam memahami dunia sebagai
satu kesatuan yang berinterrelasi. Hume menolak empirisme   dengan
menyatakan adanya keterbatasan metode empiris itu. Hume mengemukakan
bahwa seluruh ilmu pengetahuan tentang denga hakikat manusia.bahkan, ia
menganggap pengengetahuan tentang manusia merupakan pusat ilmu
pengetahuan. Meskipun demikian, ia beranggapan bahwa metode-metode ilmu-
ilmua alam / eksperimen adalah metode yang paling tepat untuk ilmu
pengetahuan tentang manusia, karna metode ini telah dibuktikan kebenarannya
oleh ilmu-ilmu alam (Copleston, 1959)
B. Saran
Makalah ini terselesaikannya demi menjalankan tugas tentang empirisme
dan juga tidak lupa untuk menambahkan pengetahuan, serta Perluas wawasan
keilmuan.
Mungkin itu penutup dari makalah yang telah kami buat. Jika ada
kesalahan kesalahan yang kita miliki. Dan tak lupa kami sampaikan mohon
maaf dan terimakasih.Sekian.
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Athang Abdul, Filsafat Umum. (Bandung.Pustaka Setia: 2008)


268
http://sangperaihimpian.blogspot.com/2012/02/empirisme-thomas-
hobbes.html
Lubis, Akhyar Yusuf, Filsafat Ilmu: Klasik hinnga Kontemporer. (Jakarta:
Kharisma Putra Utama Offset, 2014) 118
[1] Hakim, Athang Abdul,Filsafat Umum. (Bandung.Pustaka Setia: 2008)
268
[2] http://sangperaihimpian.blogspot.com/2012/02/empirisme-thomas-
hobbes.html
[3] Lubis, Akhyar Yusuf, Filsafat Ilmu: Klasik hinnga Kontemporer.
(Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2014) 118
[4] Ibid 3.269
[5] https://aminulbahri.wordpress.com/2010/10/17/empirisme.david.hume

Anda mungkin juga menyukai