Oleh Kelompok 1:
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Makalah
Empirisme”. Meskipun banyak tantangan dan hambatan yang kami alami dalam
proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................4
B. Rumusan masalah...........................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
A. Thomas Hobbes.............................................................................................5
B. John Locke..................................................................................................11
C. David Hume................................................................................................15
BAB III..................................................................................................................24
PENUTUP..............................................................................................................24
A. Kesimpulan.................................................................................................24
B. Saran............................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Empirisme adalah salah satu aliran dalam filosofi yang menekankan
pengalaman pengalaman dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan
itu sendiri, dan mengecilkan peran akal. Istilah empirisme diambil dari kata
yunani yaitu empeiria yang berarti coba-coba atau pengalaman sebagai suatu
doktrin, empirisme adalah lawan rasionalisme.
Penganut empirisme berpandangan bahwa pengalaman merupakan
sumber pengetahuan bagi manusia, yang jelas-jelas mendahului rasio. Tanpa
pengalaman, rasio tidak memiliki kemampuan untuk memberikan gambaran
tertentu. Walau menggambarkan rupa rupa, tanpa pengalaman hanyalah
khayalan belaka.banyak tokoh-tokoh empirisme ini banyak di antaranya ada
francis bacon (1210-1292 m) thomas hobbes (1588-1679 m) john locke (1632-
11704 m) george berkeley (1665-1753 m) david hume (1711-1776 m) spencer
herbert (1820-1903 m).
Pada makalah ini dari kelompok yang ada akan menyajikan materi atau
pemikiran-pemikiran para filosof diatas yakni thomas hobbes, john locke, dan
daavid hume. Semoga isi makalah dapat dilaksanakan para pembaca.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah pemikiran-pemikiran thomas hobbes?
2. Bagaimanakah pemikiran-pemikiran john lock?
3. Bagaimana pemikiran-pemikiran david hume?
C. Tujuan
1. Dapat melihat pemikiran-pemikiran yang dimiliki Thomas Hobbes
2. Memahami pemikiran-pemikiran dari John Locke
3. Mengetahui pemikiran pemikiran yang dikeluarkan oleh David Hume
BAB II
PEMBAHASAN
A. Thomas Hobbes
Menurut Hobbes, tidak semua yang diamati pada benda-benda itu adalah
nyata, tetapi yang benar-benar nyata adalah gerak dari bagian-bagian kecil
benda-benda itu. Segala gejala pada benda yang menunjukkan sifat benda itu
ternyata hanya perasaan yang ada pada si pengamat saja. Segala yang
ditentukan oleh sebab yang hukumnya sesuai dengan hukum ilmu pasti dan
ilmu alam. Dunia adalah akibat sebab akibat termasuk situasi kesadaran kita.
Sebagai penganut empirisme, pengenalan atau pengetahuan yang diperoleh
melalui pengalaman. Pengalaman adalah awal dari segala pengetahuan, juga
awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh
pengalaman. Segala pengetahuan diturunkan dari pengalaman. Dengan
demikian, hanya pengalamanlah yang menjamin jaminan kepastian.
Berbeda dengan kaum rasionalis, Hobbes memandang bahwa pengenalan
dengan akal hanyalah fungsi mekanis semata-mata. Ketika melakukan proses
penjumlahan dan berhala, pengalaman dan akal yang mewujudkannya. Yang
dimaksud dengan pengalaman adalah total atau totalitas pemantauan yang
disimpan dalam ingatan atau digabungkan dengan suatu pengharapan akan
masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa lalu.
Pengamatan terjadi karena gerak benda-benda di luar kita menciptakan
suatu gerak di dalam indera kita. Gerak ini diteruskan ke otak kita kemudian ke
jantung. Di dalam jantung timbul reaksi, yaitu suatu angan dalam kalender
yang Agak. Pengamatan yang sebenarnya terjadi pada awal reaksi tadi .
Untuk mempertegas pandangannya, Hobbes menyatakan bahwa tidak ada
yang universal kecuali nama belaka. Konsekuensinya ide dapat digambarkan
melalui kata-kata. Dengan kata lain, tanpa kata-kata ide tidak dapat
digambarkan. Tanpa bahasa tidak ada kebenaran atau kebohongan. Sebab, apa
yang dikatakan benar atau tidak benar itu hanya sekedar sifat saja dari kata-
kata. Setiap benda diberi nama dan membuat ciri atau identitas-identitas di
dalam pikiran orang.
Hobbes juga Berbicara tentang filsafat politik. Hobbes ingin membangun
filosofi politik yang daapat membantu menciptakan negara yang aman dan
adil. Ia mencoba menciptakan dalil-dalil dasar yang pasti (model matematika)
untuk membangun masyarakat yang aman itu. Untuk itu, bagi Hobbes
masyarakat harus dilihat sebagai arloji, tidak memiliki kebebasan dan tidak
bertindak menurut akal budinya, melainkan menurut psikis yang ada di dalam
dirinya. Karena manusia dikuasai oleh nafsu-nafsu dan persaingan, bagi
Hobbes, maka negara haruslah seperti Leviatan dengan kekuasaan mutlak dan
menakutkan setiap warga negara tunduk pada kehendak negara. [3]
Disini Hobbes menolak tradisi skolastik dalam filsafat dan mencoba
menerapkan konsep-konsep mekanik dari alam fisika kepada pikirannya
tentang manusia dan kehidupan mental. Hal ini mendorongnya untuk menerima
materalisme, ahl, dan determinisme. Karya utama dalam filsafat adalah
Laviathan pada tahun 1651, mengespreksikan pandangannya tentang hubungan
antara alam, manusia dan masyarakat. Hobbes menyusunkan manusia ketika
mereka hidup dalam keadaan yang ia namakan State of Nature(keadaan
alamiah) yang merupakan kondisi manusia sebelum dicetuskannya suatu
negara atau masyarakaat beradab. Kehidupan pada masa alamiah adalah buas
dan singkat, karena maerupakan keadaaan perjuangan dan peperangan yang
terus-menerus. Karena manusia menginginkan kelangsungan hidup dan
perdamaian, ia mengalihkan kemauannya pada kemauan negara dalam suatu
kontrak sosial yang berkuasa mutlak yang mutlak.
Adapun bagian ajaran ajaran Hobbes yang termasyhur adalah pendapatnya
tentang filsafat politik. Ia mengingkari bahwa manusia menurut kodratnya
adalah makhluk sosial. Satu-satunya kecenderungan kodrati manusia yaitu
mempertahannkan adanya. Hal tersebut mengakibatkan suatu egoisme
radikal: homo homoni lupus (manusia adalah manusia bagi manusia). Akan
tetapi dalam keadaan demikian justru manusia justru mempertahannkan
adanya. Itulah yang terjadi manusia mengadakan perjanjian, yaitu bahwa
mereka akan takluk pada suatu kewibawaan. Dengan demikian timbul
negarapun. Namun setelah negara itu timbul, perjanjian itu tidak lagi bisa
dicabut, sehingga dengan demikian negara yang mempunyai kekuasaan yang
absolut terhadap warga negara. [4]
Filsafat Hobbes mewujudkan suatu sistem yang lengkap mengenai
keterangan tentang “yang ada” secara mekanis. Dengan demikian ia merupakan
seorang materialis dibidang ajaran tentang antropogi serta seorang absolut
dibidang ajaran tentang negara.
1. Filsafat Materialisme
Materialisme yang dianut Hobbes dapat melayani sebagai
berikut. Segala sesuatu yang ada itu bersifat bendawi. Yang di maksut
dengan bendawi adalah segala sesuatu yang tidak dipercaya gagasan
kita. Doktrin atau ajarannya menyatakan bahwa segala kejadian adalah
gerak, yang berlangsung karena keharusan. Realitas segala yang
bendawi, yaitu yang tidak berwujud gagasan kita, terhisab didalam
gerak itu. Dengan demikian pengertian substansi diubah menjadi suatu
teori aktualitas. Segala objektivitas didalam dunia luar bersandar pada
suatu proses tanpa pendukung yang berdiri sendiri. Ruang atau keluasan
tidak memiliki “ada” sendiri. Ruang adalah gagasan tentang hal yang
berada itu sendiri. Waktu adalah gagasan tentang gerak. Berdasarkan
pandangannya, ia melahirkan filsafatnya.
2. Manusia
Manusia tidak lebih dari suatu bagian dalam bendawi yang
mengelilinginya. Oleh karena itu, segala sesuatu yang terjadi pada diri
manusia pun dapat diterangkan seperti cara-cara yang terjadi pada
kejadian alamiah, yaitu secara mekanis.
3. Jiwa
Ajaran Hobbes tentang jiwa itupun sejalan dengan ajaran
filosofi, sehingga jiwa manusiawi merupakan komplek dari proses-
proses mekanik didalam tubuh. Akal pembawaan, melainkan hasil
perkembangan dari kerajinan. Ikhtiar adalah suatu awal gerak yang
kecil. Awal gerak yang kecil ini kalu diarahkan untuk menuju pada
sesuatu disebut keinginan yang sama dengan kasih, jika diarahkan
untuk meninggalkan sesuatu disebut dengan keseganan yang sama
dengan keinginan atau kengganan, tetapi hal yang sama dengan itu.
Namun demikian, yang terkuat adalah jika terjadi bentrokan-
bentrokan. Oleh sebab itu Hobbes merupakan orang yang tidak setuju
kehendak bebas.
4. Teori pengenalan
Teori pengenalan ini atau bisa disebut dengan pengetahuan
menurut Hobbes diperoleh karena adanya pengalaman. Pengalaman
adalah awal dari pengetahuan. Segala ilmu pengetahuan diturunkan dari
pengalaman. Dengan demikian hanyalah pengalaman yang memberi
jaminan kepastian.