Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian memiliki kedudukan yang sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan perekonomian di indonesia, mengingat Indonesia merupakan daerah

yang sangat potensial dalam pengembangan pertanian salah satunya tanaman

cabai rawit merupakan salah satu tanaman hortikutural ekonomis yang cukup

tinggi di Indonesia (Cahyono, 2003) secara umum buah cabai mengandung zat

gizi antara lain lemak, protein, karbonhidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1,

B2, C dan senyawa alkaloid. Sebagian besar penduduk Indonesia menggunakan

tanaman cabai sebagian untuk bumbu dapur atau penyedap rasa berbagai macam

makanan (Wahyudi dan Topan, 2011) cabai rawit memiliki beberapa jenis varietas

salah satunya yang banyak di minati oleh komsumen adalah cabai rawit varietas

bara menurut (Harpenas dan Darmawan, 2011) varietas bara merupakan varietas

cabai rawit yang memiliki keunggulan yaitu, produksi lebih tinggi, umur produksi

panjang, tahan terhadap layu bakteri dan daya simpan buah 5-6 hari. Usaha dalam

menaikan produksivitas tanaman cabai dilakukan dengan cara pemberian pupuk,

pupuk merupakan salah satu faktor produksi yang penting bagi pertanian.

Keberadaan pupuk secara tepat, baik, jumlah, jenis, mutu, tempat, dan waktu akan

menentukan kuantitas dan kualitas produk pertanian yang dihasilkan, pupuk juga

dapat menyumbangkan 20% terhadap keberasilan peningkatan produksi sektor

pertanian. Dalam penelitian ini dosis yang di berikan terhadap pertumbuhan dan

hasil tanaman cabai rawit adalah pupuk NPK mutiara 13, 13,13, yang diberikan

pada tanaman cabai rawit N0 = kontrol/ 5 kg tanah, N1 = 2 gram/ 5 kg tanah, N2


= 4 gram/ 5 kg tanah, N3 = 6 gram/ 5 kg tanah, N4 = 8 gram/ 5 kg tanah, N5 = 10

gram/ 5 kg tanah. Sedangkan dosis pupuk kompos kulit kopi yang diberikan pada

tanaman cabai rawit adalah, P0 = kontrol/5 kg tanah, P1 = 2 gram/ 5 kg tanah, P2

= 4 gram/ 5 kg tanah, P3 = 6 gram/ 5 kg tanah, P4 = 8 gram/ 5 kg tanah, P5 = 10

gram/ 5 kg tanah.

Pupuk anorganik adalah jenis pupuk yang terbuat dari proses fisika, kimia

dan biologis yang pada umumnya dibuat oleh beragam pabrik dengan bahan dasar

pembuatan pupuk anorganik berbeda-beda dengan fungsi dan faktor lainnya,

kandungan dan nutrisi dalam pupuk anorganik berguna bagi pertumbuhan dan

hasil tanaman salah satunya kandungan yang terdapat dalam pupuk anorganik

berupa unsur hara makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman berikut

kandungan yang terdapat pada pupuk anorganik, nitrogen (N) nitrogen merupakan

salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman sangat penting yaitu

untuk merangsang pertumbuhan tanaman dan berperan aktif dalam pembentukan

hijau daun dan proses fotosintesis, selain itu nitrogen juga berpungsi untuk

membentuk lemak, protein dan berbagai persenyawaan organik. Fospor (P)

sebagai salah satu unsur hara makro memiliki kewajiban dalam merangsang

pertumbuhan akar, khususnya pada tanaman muda, selain itu fospor juga

berpungsi sebagai bahan pembentukan protein tertentu pada tumbuhan. Kalium

(K) kalium dapat digunakan untuk meningkatkan pembentukan hijau daun pada

tanaman, kalium juga merupakan sumber kekuatan bagi pertumbuhan tanaman

dalam menghadapi kekeringan dan penyakit. Ada beberapa jenis pupuk anorganik

salah satunya adalah pupuk KCL, NPK mutiara 13, 13, 13, dan pupuk Urea,

masing-masing pupuk anorganik memiliki unsur hara yang berbeda-beda pada


tanaman, pupuk KLC bermanfaat bagi tanaman untuk meningkatkan hasil panen,

meningkatkan kualitas, tanaman lebih tahan stres dan serangan hama penyakit,

dan untuk memperkuat batang, sedangkan pupuk Urea bermanfaat bagi tanaman

untuk membuat daun tanaman lebih hijau, mempercepat pertumbuhan tanaman,

dan untuk menambah protein dalam tanaman, dan manfaat pupuk NPK Mutiara

13, 13, 13, bermanfaat bagi tanaman untuk pertumbuhan tanaman lebih cepat dan

hasil panen lebih banyak.

Pupuk organik merupakan salah satu faktor penentu meningkatnya kesuburan

tanah. Banyak sifat tanah baik fisik, biologi dan kimia secara langsung

dipengaruhi oleh ketersedian bahan organik tanah, pada umumnya jumlah bahan

organik dalam tanah relatif sedikit yaitu sekitar kurang dari 3-5% dari berat basah

oleh karna itu banyak tanah-tanah yang tinggat kesuburannya sangat rendah

sehingga perlu dilakukan penambahan barang organik diantaranya dapat diberikan

kompos, baik yang berasal dari kotoran hewan maupun sisa-sisa limbah produksi

pertanian misalnya limbah kulit kopi (Etika, 2007) jenis kopi yang banyak

dibudidayakan yaitu kopi robusta dan kopi arabika, kopi robusta adalah jenis kopi

yang paling banyak diproduksi di indonesia yaitu mencapai 87,1% dari total

produksi kopi di indonesia (Hartatie dan Kholiullah, 2018) menurut Cruz et al,

(2012), limbah kopi mengandung 1,2% Nitrogen, 0,02% Fosfor, dan 0,35%

Kalium. Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi tanaman, terlebih saat

pertumbuhan vegetatif, daun, akar dan batang. Apabila unsur nitrogen dalam

tanah tercukupi jumlah klorofil akan meningkat sehingga mampu meningkatkan

aktivitas fotosintesis. Fosfor mempengaruhi metabolisme sehingga pembelahan

sel, pembesar sel, dan diferensiasi sel berjalan lancar, sementara itu kalium
bermanfaat dalam aktifitas enzim, fotosintesis, transport gula, dan pembentukan

protein. sedangkan dalam penelitian ini kopi yang digunakan adalah kopi Arabika

selain itu kopi arabika juga hidup didataran tinggi yang memiliki ketinggian

kisaran 1000-1750 mdpl dari permukaan laut.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka yang perlu diteliti dalam penelitian

ini adalah yang berjudul “Pengaruh pemberian Antara Pupuk Anorganik dan

Kompos Kulit Kopi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Rawit”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas yang akan menjadi rumusan masalah dalam

penulisan proposal ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil tanaman cabai rawit dengan menggunakan pupuk

anorganik terhadap pertumbuhan dan produksinya ?

2. Bagaimana hasil tanaman cabai rawit dengan menggunakan pupuk

kompos kopi terhadap pertumbuhan dan produksinya ?

3. Bagaimana perbedaan antara pupuk anorganik dan pupuk kompos kopi

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit ?

1.3 Tujuan Penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui perbandingan antara pupuk kompos kulit kopi dan

pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit.

2. Untuk mengetahui pemberian dosis terbaik pada kompos kulit kopi

terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit.

3. Untuk mengetahui pemberian dosis terbaik pada pupuk anorganik terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman cabai rawit.


1.4 Manfaat Penelitian.

Manfaat dari penelitian ini adalah.

1. Penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi tentang

pemanfaatan pupuk anorganik dan pupuk kompos kulit kopi.

2. Untuk meningkatkan kreativitas petani dalam pemakaian pupuk anorganik

dan kompos.

3. Untuk meningkatkan kreativitas dalam pemanfaatan limbah pertanian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L)

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) adalah tanaman perdu setahun yang

berasal dari wilayah Amerika tropik. Tanaman ini dapat dijumpai tumbuh liar di

tepi tegalan atau ditanam di pekarangan rumah. Dibeberapa daerah tanaman ini

memiliki nama yang berbeda-beda seperti leudeu pentek (dalam bahasa Gayo)

lombok japlak (Jawa), cengek (Sunda), dan rica gufu (Ternate dan Tidore).

Adalah tanaman yang sangat populer di seluruh dunia. Sebagai salah satu tanaman

holtikultura, cabai rawit merupakan komoditi tanaman buah semusim yang

berbentuk perdu. Tanaman dari famili solanaceae ini merupakan tanaman

budidaya yang juga sering ditanam di pekarangan rumah sebagai tanaman sayur.

Cabai rawit mempunyai tiga varietas yaitu cabai rawit leutik atau cengek leutik,

cengek domba atau cengek bodas dan ceplik. Cabai rawit mempunyai fungsi yang

sangat banyak selain dijadikan penyedap dalam masakan, cabai rawit juga dapat

digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit karena mempunyai

kandungan gizi yang cukup baik. Cabai rawit dapat ditanam di lahan mana saja

seperti lahan sawah, tegalan, dan tempat yang terlindungi oleh pepohonan

sekalipun asalkan persyaratan tumbuhnya terpenuhi. Cabai rawit memiliki

kandungan nutrisi yang tidak kalah dengan buah-buahan lain yang memiliki rasa

manis. Hanya saja cabai rawit lebih dominan rasa pedasnya. Rasa pedasnya ini

disebabkan oleh kandungan minyak atsiri yang tinggi pada buah tersebut. Minyak

atsiri ini merangsang syaraf perasa untuk bekerja lebih kuat. Kandungan lipid atau

lemak pada cabai rawit juga berfungsi menghangatkan badan. Sebab lipid

merupakan penghasil energy terbesar. Bahkan lebith tinggi dibandingkan dengan

karbohidrat (Neti Suriana, 2011).


2.2 Klasifikasi Tanaman Cabai Rawit

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) memiliki beberapa nama daerah antara

lain : di daerah jawa menyebutnya dengan lombok japlak, mengkreng, cengis,

ceplik, atau cempling. Dalam bahasa Sunda cabai rawit disebut cengek. Sementara

orang-orang di Nias dan Gayo menyebutnya dengan nama lada limi dan pentek.

Secara internasional, cabai rawit dikenal dengan nama thai pepper (Tjandra,

2011). Klasifikasi cabai rawit adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Plant)

Sub kingdom : Tracheabionta (Vascular Plants)

Division : Spermatophyta (Seed Plant)

Sub division : Magnoliophyta (Flowering Plant)

Classing : Magnolipsida (Dycotyledons)

Sub classis : Asteredae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae (Potato family)

Genus : Capsicum L. (pepper)

Species : Capsicum frustescens L

2.3 Morfologi Tanaman Cabai Rawit

Adapun morfologi tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) adalah

sebagi berikut:

1. Akar

Akar cabai  merupakan akar tunggang  yang kuat  dan bercabang‐ cabang

ke  samping membentuk akar serabut, akar serabut  bisa  menembus  tanah 
sampai  kedalaman  50  cm dan  menyamping selebar 45 cm, secara

morfologi akar tersusun atas rambut akar, batang akar, dan tudung akar.

Pada akar terdapat rambut- rambut akar yang merupakan perluasan

permukaan dari sel- sel epidermis akar, fungsi rambut akar adalah untuk

memperluas daerah penyerapan air dan mineral.

2. Batang

Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur yang keras dan berkayu,

berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus dan bercabang banyak. Batang

utama tumbuh tegak dan kuat. Percabangan terbentuk setelah batang

tanaman mencapai ketinggian berkisar antara 30-45 cm. cabang tanaman

beruas-ruas, setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas (cabang).

Fungsi batang pada tumbuhan cabai rawit secara umum adalah sebagai

berikut.

a. Batang merupakan organ lintasan air dan mineral dari akar ke daun dan

lintasan zat makanan hasil fotosentesis dari daun keseluruh bagian

tumbuhan.

b. Batang merupakan argan pembentuk dan penyangga daun.

3. Daun

Daun berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata (tidak

bergerigi/berlekuk) ukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan daun

tanaman cabai besar. Daun merupakan daun tunggal dengan kedudukan

agak mendatar, memiliki tulang daun menyirip dan tangkai tunggal yang

melekat pada batang/cabang. Jumlah daun cukup banyak sehingga tanaman


tampak rimbun. Daun merupakan organ pada tumbuhan yang berpungsi

sebagai tempat fotosentesis, transpirasi dan sebagai alat pernapasan.

4. Bunga

Bunga  tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang berbentuk

bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun dengan mahkota bunga

berwarna putih, kehijauan, dan ungu, diameter bunga antara 4- 20 mm.

Bunga tanaman cabai merupakan bunga sempurna artinya dalam satu

tanaman terdapat bunga jantan dan bunga betina, penyerbukan bunga jantan

dan bunga betina terjadi dalam waktu yang sama sehingga tanaman dapat

melakukan penyerbukan sendiri, untuk mendapatkan hasil buah yang lebih

baik.

5. Buah

Buah cabai rawit akan terbentuk stelah terjadi penyerbukan. Buah memiliki

keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna dan rasa buah. Buah

cabai rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing/berbentuk

kerucut. Ukuran buah bervariasi, menurut jenisnya cabai rawit yang kecil

memiliki ukuran panjang antara  2-5 cm dan lebar 5 mm. Sedangkan cabai

rawit yang agak besar memiliki ukuran yang mencapai 3,5 cm dan lebar

mencapai 12 mm. Warna buah cabai rawit bervariasi buah muda berwarna

hijau/putih sedangkan buah yang telah masak  berwarna merah

menyala/merah jingga (merah agak kuning) pada waktu masih muda, rasa

buah cabai rawit kurang pedas, tetapi setelah masak menjadi pedas.
6. Biji

Biji cabai rawit berwarna putih kekuningan-kuningan, berbentuk bulat

pipih, tersusun berkelompok (bergerombol) dan saling melekat pada

empulur. Ukuran biji cabai rawit lebih kecil dibandingkan dengan biji cabai

besar, biji-biji ini dapat digunakan dalam perbanyak tanaman

(berkembangbiak) (Nurul Sofiati, 2009).

2.4 Kandungan gizi dan manfaat cabai Rawit

Menurut Utami (2011) Cabai rawit juga memiliki banyak manfaat bagi

kesehatan karena kandungan nutrisi didalamnya. Buah cabai mengandung

capsaicin vitanin C, betakaroten, kalsium, dan fosfor, kandungan dalam cabai

tersebut dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti meredakan pilek dan

hidung tersumbat. Selain itu cabai ini juga kaya akan kandungan vitamin A, B, C.

Zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe),

vitamin (salah satunya adalah vitamin C) dan mengadung senyawa alkaloid,

seperti kapsaisin, flavonoid, dan minyak esensial juga terkandung dalam tanaman

cabai. Berdasarkan kandungan kalori dan nutrisi, didapatkan bahwa vitamin C dan

vitamin A pada cabai rawit segar lebih banyak dari cabai rawit kering, cabai rawit

dapat memenuhi kebutuhan vitamin C sebanyak 24% dari asupan harian yang

disarankan, vitamin A 32% dari asupan harian yang disarankan, zat besi 3% dari

asupan harian yang disarankan, dan kalsium sebanyak 7% dari asupan harian yang

disarankan.
Tabel 2.1 Kandungan nutrisi (gizi) dalam setiap 100 g cabai rawit segar dan

kering

Proporsi kandungan gizi


No Komposisi zat giz
Segar Kering
1 Kalori (kal) 103,00 -
2 Protein (g) 4,70 15,00
3 Lemak (g) 2,40 11,00
4 Karbohidrat (g) 19,90 33,00
5 Kalsium (mg 45,00 150,00
6 Fosfor (mg) 85,00 1.000.00
7 Vitamin A (Si) 11,050,00 1.000.00
8 Zat besi (mg) 2,50 9,00,
9 Vitamin B1 (mg) 0,08 ,50
Vitamin C (mg) 70,00 10,00
10
11 Air (g) 71,20 8,00
12 Bagian yang dapat 90 -
dimakan (Bdd %)
Sumber : Sujianti dan Dianawati 2015

Selain mempunyai banyak kandungan, buah cabai rawit ini juga

mempunyai banyak manfaat terutama sebagai bumbu masakan untuk memberikan

sensasi pedas. Selain itu buah tanaman ini juga berkhasiat untuk menambah nafsu

makan, menguatkan kembali tangan dan kaki yang lemas, melegakan hidung

tersumbat pada penyakit sinusitis, serta mengobati migrain (sakit kepala sebelah).

2.4 Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Rawit

Tanaman cabai rawit termasuk tanaman semusim yang tumbuh sebagai

perdu dengan tinggi mencapai 1 – 5 m. Tanaman dapat ditanam di lahan kering

dan di lahan basah kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

dan produksi cabai rawit (Pijato, 2003). Berikut kondisi dan lingkungan yang baik

untuk membudidayakan cabai rawit diantaranya.


1) Iklim.

Tanaman cabai rawit tumbuh di tanah dataran rendah sampai menengah.

Untuk tumbuhan yang optimal tanaman cabai membutuhkan intensitas

cahaya matahari sekurang- kurangnya selama 10-12 jam. Suhu yang paling

ideal untuk perkecambahan benih cabai adalah 25-300C, sedangkan untuk

pertumbuhannya 24-280C.

2) Sinar Matahari.

Penyinaran yang dibutuhkan adalah penyinaran secara penuh, bila

penyinaran tidak penuh pertumbuhan tanaman tidak akan normal.

3) Curah hujan.

Walaupun tanaman cabai tumbuh baik di musim kemarau tetapi juga

memerlukan pengairan yang cukup. Adapun curah hujan yang dikehendaki

yaitu 800-2000 mm/tahun.

4) Suhu dan Kelembaban.

Tinggi rendahnya suhu sangat mempengaruhi pertumbuhan yang cocok

untuk pertumbuhannya adalah siang hari 210C-280C, malam hari 130C-

160C, untuk kelembaban tanaman 80%.

5) Ketinggian Tempat.

Ketinggian tempat untuk penanaman cabai adalah adalah dibawah 1400 m

dpl. Berarti cabai dapat ditanam pada dataran rendah sampai dataran tinggi

(1400 m dpl). Di daerah dataran tinggi tanaman cabai dapat tumbuh, tetapi

tidak mampu berproduksi secara maksimal.


6) Tanah.

Tanaman cabai rawit memerlukan derajat keasaman (pH) tanah antara 6,0-

7,0 ( pH optimal 6,5) dan tanah yang memiliki tekstur tanah lumpur

berpasir atau liat berpasir, dengan struktur gembur, selain itu tanah harus

mudah mengikat air dan tahan terhadap erosi harus memiliki kandungan

bahan organik tinggi.

2.5 Pengaruh Pupuk Anorganik Pada Tanaman.

Pengaruh pemberian pupuk Anorganik terhadap tanaman dapat merangsang

pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang, daun, dan beperan

penting dalam pembentukan hijau daun bagi tanaman (Lingga, dalam Zootek,

2008). Pupuk anorganik sangat bepengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan

tanaman dikalangan masyarakat pupuk anorganik sangat dibutuhkan karna

mengandung unsur Nitrogen, pospor, dan kalium. Ketiga unsur merupakan unsur

hara makro yang mempunyai peran sangat penting dalam pertumbuhan tanaman

dan produksinya, sedangkan pupuk anorganik terbagi menjadi 3 yaitu pupuk Urea,

pupuk Kcl dan pupuk NPK mutiara 13,13,13 masing masing pupuk memiliki

kandungan dan unsur hara yang berbeda pada tanaman.

2.6 Pengaruh Pupuk Pompos Limbah Kulit Kopi Pada Tanaman

Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup

seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat

berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,

dan biologi tanah. Menurut Etika 2007. Menurut (Liu, 2016) menjelaskan bahwah

aplikasi pupuk organik tidak hanya meningkatkan kesuburan tanah, namun juga
meningkatkan keanekaragaman hayati tanah serta membuat ekosistem lebih tahan

terhadap serangan hama penyakit. Sehingga perlu dilakukan penambahan bahan

organik. Pemberian bahan organik diantaranya dapat dilakukan dengan pemberian

kompos, baik yang berasal dari kotoran hewan maupun sisa- sisa limbah produksi

pertanian misalnya limbah kulit kopi. Hal ini mengingat bahwa cabai rawit sulit

tumbuh jika ditanam pada tanah biasa, maka dari itu untuk mempermudah

pertumbuhan akan ditambahkan pupuk kompos kulit kopi pemanfaatan limbah

kulit kopi sebagai bahan kompos akan memberikan ganda selain dapat diperoleh

kompos, yang dapat mengembalikan kesuburan tanah juga dapat mengurangi

pencemaran lingkungan dan juga kompos kulit kopi bisa membuat tanaman

menjadi subur seperti jumlah daun dan mempercepat pertumbuhan pada tanaman.

Menurut Dzung et al. (2013) kompos kulit kopi memiliki kandungan nitrogen (N)

Sebesar 1,27% fosfor (P) 0,06% dan kalium (K) 2,46% . Menurut (Maruli, 2010)

Kompos limbah kulit kopi memiliki kegunaan sebagai pupuk dan dapat

dimanfaatkan tempat pembenihan bibit tanaman, serta membuat tanaman lebih

banyak perakaran dan lebih kuat.


BAB III

BAHAN DAN METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Negeri Antara, Kecamatan Pintu Rime

Gayo, Kabupaten Bener Meriah pada tanggal 1 Februari 2021 samap tanggal 1

Juni 2021.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Jangka sorong, cangkul,

timbangan, kereta sorong, tempat persemaian, penggaris, polybag, kertas lebel,

gembor, kamera, dan alat tulis. Sedangkan bahan yang di gunakan dalam

penelitian ini yaitu: Benih cabai rawit varietas bara, tanah, kompos limbah kulit

kopi, dan pupuk NPK Mutiara 13, 13, 13.

3.3 Metode Penelitian

Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok

(RAK) pola faktorial yang menggunakan 2 faktor. Faktor pertama adalah dosis

pupuk NPK Mutiara 13 13 13 dan faktor kedua adalah dosis kompos kulit kopi,

masing faktor terdiri dari 6 perlakuan dan 7 ulangan yang terdapat 42 polybag.

Tabel 3.1 Perlakuan Pemberian Pupuk NPK Mutiara 13, 13, 13.

Perlakuan Dosis Pupuk NPK Mutiara 13 13 13

N0 Kontrol
N1 2 gram /perpolybag
N2 4 gram/ perpolybag
N3 6 gram/ perpolybag
N4 8 gram/perpolybag
N5 10 gram/perpolybag
Tabel 3.2 Perlakuan Kompos Kulit Kopi

Perlakuan Dosis Pupuk Limbah Kulit Kopi


P0 Kontrol
P1 30 gram/perpolybag
P2 60 gram/perpolybag
P3 90 gram /perpolybag
P4 120 gram/perpolybag
P5 140 gram/perpolybag

Model metematika yang digunakan untuk acak kelompok (RAK) pola

faktorial adalah.

Yijk = µ + bi + ϻҡ + (AM) jk + Ɛijk

Yijk : Hasil penganatan A pada taraf ke –j yang mendapatkan perlakuan M

pada taraf ke –k pada ulangan ke i

µ : Rata – rata umum

Bi : pengaruh kelompok ke – i (i = 1,2,3)

Aj : pengaruh atonik taraf ke – j (j = 1,2,3)

Mk : pengaruh media tanaman taraf ke – k (k = 1,2, 3)

(AM)jk : pengaruh interaksi antara faktor A taraf ke – j dan faktor M taraf ke – k

Ɛijk : pengaruh galat percobaan

3.4 Metode Penanaman

1. Persiapan Benih.

Benih cabai rawit digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Bara

Sebelum benih disemai terlebih dahulu direndam menggunakan air hangat

selama 1 jam. Benih yang mengapung dibuang, sedangkan benih yang

tenggelam digunakan untuk proses persemaian. Media tanah yang

digunakan untuk persemaian adalah tanah. Benih disemai dalam nampan

lalu kemudian disiram agar benih tumbuh dengan baik.


2. Persiapan media tanah.

Media tanam yang digunakan berupa tanah yang diambil dari perkaranga.

Setelah itu tanah dicampur menggunakan kompos lalu dimasukan ke dalam

polybag yang berukuran 35cm x 35cm sebanyak 42 polybag dengan berat

tanah 5 kg per polibag. Kemudian polibag-polibag tersebut diatur dengan

rapi pada masing-masing perlakuan yang telah diacak.

3. Penanaman.

Penanaman cabai rawit dari persemaian ketika bibit sudah berumur 14

HST. Setiap polybag ditanam satu buah tanaman cabai rawit.

4. Penyiraman.

Penyiraman dilakukan 2 kali satu hari pada pagi hari dan siang hari

5. Pemupukan.

Pemberian pupuk NPK Mutiara 13, 13, 13 dan kompos kulit kopi dilakukan

sebanyak 4 kali dalam satu periode, Pemupukan dilakukan setelah tanaman

berusia 7 HST. Sedangkan pemupukan kedua dilakukan setelah tanaman

berusia 14 HST. Sedangkan pemupukan ketiga dilakukan setelah tanaman

berusia 21 HST. Dan pemupukan terakhir dilakukan setelah tanaman

berusia 28 HST.

6. Penyulaman.

Penyulaman dilakukan 7 hari setelah tanam, penyulaman dilakukan apabila

tanaman ada yang mati atau layu.

7. Penyiangan.

Penyiangan gulma dilakukan untuk mengurangi persaingan antar tanaman

utama dengan gulma dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah.
8. Pengendalian hama dan penyakit.

Pengendalian ini dilakukan ketika pada tanaman sudah ditemukan hama dan

penyakit disekitaran tanaman.

4.5 Pembuatan Pupuk Kompos Kulit Kopi

Pembuatan kompos kulit kopi bisa dilakukan dengan cara adalah langkah

pertama harus menyiapkan alat dan bahan dan membuat petakan sebagai tempat

untuk pengomposan, cara pengomposan kulit kopi yang mudah dan cepat harus

menggunakan petro gladiator manfaatnya untuk mempercepat dekomposisi bahan

organik, meningkatkan hara kompos, selanjutnya harus mempersiapkan 1 karung

kulit kopi dan di campur menggunakan petro gladiator 1 liter, untuk kulit biji kopi

pemberian air lebih banyak karena kondisi bahan organik kering dan menyerap

air, tumpukan bahan organik dan tutup menggunakan terpal dan setelah satu

minggu dilakukan pembalikan dan pengamatan suhu dan kelembaban, setelah 2

minggu kompos kulit kopi udah bisa diaplikasikan ke tanaman ciri- ciri kompos

yang telah matang dan siap diaplikasikan adalah ketika digenggam tidak terasa

panas atau hangat rasio 10 – 25, kadar air maksimal 50% baunya serupa bau tanah

(tidak berbau busuk) warna hitam kecoklatan.

4.6 Prameter Pengamatan Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Cabai

Rawit

1. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris mulai dari permukaan

tanah sampai ujung daun terpanjang.


2. Jumlah Daun Pertanaman

Jumlah daun dihitung dengan banyaknya jumlah daun yang tumbuh.

3. Diameter Batang

Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong di pangkal

tanaman.

4. Jumlah buah.

Jumlah buah yang tumbuh dihitung pertanaman.

Anda mungkin juga menyukai