Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
kemudahan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Tafsir tarbawi. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, penulis mohon maaf apabila dalam hasil makalah ini masih
terdapat kesalahan-kesalahan yang merupakan akibat dari kelemahan penulis
semata.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 4
a. Latar Belakang............................................................................................... 4
b. Rumusan Masalah.......................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 5
a. Saran............................................................................................................. 16
b. Kesimpulan................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 17
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang sempurna yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW. dengan Al-qur’an sebagai kitab pedomannya.Al-qu’an sebagai kitab
suci sekaligus pedoman bagi umat islam didalamnya telah terdapat banyak
aturan dan anjuran agar kehidupan manusi a sejahtera salah satunya tentunya
dalam hal pendidikan.
Pendekatan tafsir tarbawi adalah salah satu ijtihad bagi insan akademisi
dalam mengimplementasikan Al-quran sebagai nilai-nilai dasar dalam
pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu tafsir tarbawi?
2. Bagaimana tafsir surah Al-Fatihah?
3. Ayat apa saja yang menjelaskan mengenai Allah dan manusia?
4. Bagaimana ayat tentang alam?
5. Bagaimana ayat tentang risalah?
6. Bagaimana contoh ayat tentang risalah?
7. Bagaimana tafsir ayat tentang akhirat dan kebaikan?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
menunjukkan bahwa ibadah tidak boleh dipersembahkan kecuali kepada
Allah. Demikian pula meminta pertolongan dalam urusan yang hanya
dikuasai oleh Allah juga harus diminta hanya kepada Allah. Kalimat yang
pertama menunjukkan bahwasanya seorang muslim harus melaksanakan
ibadahnya dengan ikhlas untuk mengharap ridha Allah yang disertai
kesesuaian amal dengan sunnah Rasulullah SAW. Sedangkan kalimat yang
kedua menunjukkan bahwa hendaknya seorang muslim tidak meminta
pertolongan dalam mengatasi segala urusan agama dan dunianya kecuali
kepada Allah. Dan pada ayat, “Ihdinash shirathal mustaqim” yang
merupakan doa yang termasuk jenis ibadah. Doa ini merupakan permintaan
seorang hamba untuk mendapatkan petunjuk menuju jalan lurus.
5
3. Ayat tentang Allah swt. dan Manusia
A. AYAT TENTANG ALLAH SWT.
Tafsir Qs. Al- Hasyr (59): ayat 22-24
Adapun tafsir surat al-Hasyr adalah sebagai berikut:
- Ayat 22:
“Dia-lah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha
penyayang”
Sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Dia. Segala sesuatu yang disembah
selain Dia, baik itu pohon, batu, berhaka, maupun malikat adalah bathil.
Dia mengetahui segala makhluk yang nyata bagi kita dan yang gaib.
Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi-Nya, baik di langit maupun
di bumi. dia mempunyai rahmat yang luas dan meliput segala makhluk,
6
dia-lah yang Maha rahman di dunia dan rakhiim di dunia dan akhirat.[2]
- Ayat 23:
“Dia-lah Allah yang tiada tuhan selain Dia, Raja yang Maha Suci, Yang
Maha Sejahtera, yang mengaruniakan keamanan, Yang Maha
Memelihara, Yang Maha Perkasa, yang memiliki segala keagungan,
Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”.
Dalam ayat ini disebutkan sifat-sifat Allah, dan ayat di atas kembali
mengulangi penggalan awal ayat yang lalu dengan menyatakan Dia Allah
yang tiada tuhan selain Dia, Dia adalah malik, Maha pemilik segala
sesuatu dengan sebenarnya lagi maha raja, al-Quddus, Maha suci dari
segala kekurangan dan segala yang tidak pantas, as-Salaam, mahadamai
dan Sejahtera, al-Mu’miin, Maha Mengaruniakan keamanan, al-
Muhaimin, Maha memelihara dan Maha Mengawasi, al-Aziiz Maha
Agung, al-Jabbar, Maha perkasa, al-Mutakabbir Maha tinggi, Maha suci
Allah dari apa yang mereka sekutukan.
Yang artinya: Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang Telah
kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi Al
Kitab), Kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia
diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), Maka jadilah dia termasuk
orang-orang yang sesat. Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya
7
kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung
kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka
perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya
lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya
(juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar
mereka berfikir.
Dalam surah Ali Imran Allah mewajibkan pada umatnya untuk menuntut
ilmu dan memerintahkan untuk mempergunakan pikiran kita dan untuk
merenungkan alam, langit dan bumi (yakni memahami ketetapan-ketetapan
yang menunjukkan kepada kebesaran alkhalik, pengetahuan) serta
pergantian siang dan malam. Yang demikian ini menjadi tanda-tanda bagi
orang yang berfikir, bahwa semua ini tidaklah terjadi dengan sendirinya.
Kemudian dari hasil berpikir tersebut manusia hendaknya merenungkan dan
menganalisa semua yang ada dialam semesta ini, sehingga akan tercipta
ilmu pengetahuan.
tidak akan membiarkan suatu umat pun tanpa mengutus seorang pemberi
petunjuk kepada mereka, dan melarang mereka melakukan kesesatan serta
kemusyrikan. Qur’an surat al-Baqarah ayat 213 mengandung dua komponen
yakni, manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama
lain dan agama sangat menganjurkan persatuan serta keserasian.
9
Bijaksana, sehingga Dia hanya memilih yang terbaik untuk diajak berbicara,
serta informasi dan tuntunan yang disampaikan-Nya adalah yang sangat
sesuai dengan kemaslahatan.
Taurat punya syari’at tersendiri, Injil punya syari’at tersendiri dan Alqur’an
pun punya syari’at tersendiri. Surat al-Baqarah ayat 136 memberi petunjuk
cara mengemukakan bantahan dan dalil-dalil dalam bertukar pikiran, yaitu
dengan membandingkan antara asas suatu agama dengan agama lain.
Artinya : “ Manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan),
maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan
pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan
benar, untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang
mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang
yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka
sendiri. Maka Allah member petunjuk orang-orang yang beriman kepada
kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya.
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada
jalan yang lurus.”
11
ْ Vِت ب
ِّ ال َحV
ق Vْ ا َءVV َو َجPada
ِ ْوVV ْك َرةُ ْال َمVت َس konteks ayat ini Allah berfirman: Dan datanglah
sakaratul maut, saat ruh akan meninggalkan badan, kedatangannya itu
dengan haq (pasti datang). Ini berarti setiap orang_bahkan setiap yang
bernyawa_akan mengalami sakaratul maut. Dan penderitaan ketika mati itu
menyingkapkan bagimu keyakinan yang telah kamu dustakan bahwa
kebangkitan adalah hal yang tidak mungkin diragukan lagi. ُدVهُ ت َِح ْيVا ُك ْنتَ ِم ْنVVكَ َمVVِذل
Kebenaran yang kamu hindari itu benar-benar telah datang kepadamu, maka
tidak ada tempat berlari dan tidak ada tempat berpaling, tidak ada tempat
menghindar dan tidak ada tempat untuk menyelamatkan diri. Dijelaskan
dalam al-Qur’an, bagaimana rasa sakit yang dirasakan oleh seseorang yang
sedang mengalami sakaratul maut :
]٩٣ : ت َو ْال َملئِ َكةُ بَا ِسطُوْ ا أَ ْي ِد ِه ْم [األنعام ِ َولَوْ تَرى إِ ِذ الظّلِ ُموْ نَ فِى َغ َم َرا
ِ ْت ْال َمو
12
Ayat ini menyifati hari peniupan sangkakala dengan hari terlaksananya
ancaman, dan hari terpenuhinya janji. Ketika Allah SWT telah memberi izin
untk menetapkan kematian atas semua makhluk, dan menetapkan batas akhir
bagi segala urusan dunia, maka Dia akan memerintahkan malaikat Israfil
untuk meniup sangkakala. Pada saat malaikat israfil meniup sangkakala itu,
maka matilah segala yang hidup (baik yang di langit maupun yang di bumi),
kecuali yang memang dikehendaki oleh-Nya, kemudian ditiup sangkakala
itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-
masing).
Namun, menurut hemat penulis yang paling terpenting dan yang wajib
diyakini oleh setiap muslim adalah bahwa ada waktu yang telah ditentukan
oleh Allah SWT_yang tidak satu makhluk pun mengetahui kapan
datangnya_dimana manusia akan dibangkitkan untuk
mempertanggungjawabkan amal masing-masing, lalu menerima balasan dan
ganjarannya. Selanjutnya Allah berfirman;
ك ْاليَوْ َم َح ِد ْي ٌد َ لَقَ ْد ُك ْنتَ فِ ْي َغ ْفلَ ٍة ِم ْن ه َذا فَ َك َش ْفنَا َع ْنكَ ِغطَآ َء
َ َك فَب
َ ص ُر
Akan tampak oleh manusia segala sesuatu yang tidak tampak olehnya dalam
kehidupan dunia, ketika segala kesibukan dunia itu telah lepas dari mereka,
maka akan tampak olehnya seluruh perbuatannya, sehingga ia tidak melihat
satu keburukan pun, melainkan ia akan merasakan penyesalan yang amat
sangat, karena keburukannya itulah yang menyeretnya tenggelam kedalam
13
neraka. Pada saat itulah dikatakan kepada mereka; “wakafa binafsika al-
yauma hasiba” (cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab
terhadapmu).
Allah SWT menjadikan kelalaian bagai tutup yang menutupi seluruh jasad
manusia atau sebagai selaput yang menutupi kedua mata manusia, sehingga
ia tidak dapat melihat suatu apapun. Maka apabila hari kiamat terjadi,
sadarlah manusia dan hilanglah kelalaian yang menutupi dirinya sehingga ia
dapat melihat kebenaran yang dahulu ia tidak dapat melihatnya.[6]
Ayat ini menunjukkan bahwa kelak di hari Kemudian akan nampak hakikat-
hakikat yang tersembunyi dalam kehidupan dunia ini. Kalau di dunia
seseorang belum melihat malaikat, maka disana ia akan dapat melihatnya.
Kalau disini banyak yang menduga sebab-sebab lahiriah adalah faktor yang
menghasilkan sesuatu, maka disana ia akan menyadari bahwa secara penuh
bahwa Allah adalah penyebab semua sebab. “Aku bersumpah dengan apa
yang kamu lihat. Dan apa yang kamu tidak lihat.” (QS. al-Haqqah:38-39).
8.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tafsir ialah ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafadz-lafadz al-
Quran, tentang petunjuk-petunjuk, hukum-hukumnya baik ketika berdiri
sendiri maupun ketika tersusun dan makna-makna yang dimungkinkan
baginya tersusun serta hal-hal yang melengkapinya.
Dan secara bahasa, Tafsir Tarbawi merupakan perpaduan dari dua kata yaitu
Tafsir dan Tarbawi. Tafsir menurut bahasa berarti menjelaskan, menyingkap
dan menampakkan makna yang abstrak. Kata yang kedua adalah Tarbawi
yang berarti pendidikan yang mengandung makna pembimbingan,
pengasuhan dan pemeliharaan. Jadi pengertiannya yakni, ilmu untuk
memahami kitabullah yang diturunkan kepada Muhammad, menjelaskan
maknanya serta mengeluarkan hukum dan hikmahnya.
B. SARAN
Dari pembahasan di atas, kami hanya bisa menyarankan agar pembaca
senantiasa meningkatkan semangat keagamaan dan lebih meningkatkan
keimanan serta memahami makna al-qur’an dan hadits dengan baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://lagicaritugas.blogspot.com/2016/10/makalah-keimanan.html
http://ngampusbarengimron.blogspot.com/2017/05/iman-islam-dan-ihsan.html
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung; Syaamil Cipta Media, 2005)
Abdul Latief Ahmad Asyur, Menyingkap Misteri Alam Akhirat, (T.T: Insan
Cemerlang, 2003), Cet I
Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, vol.4 (Beirut: Dar al-Fikr, 2000)
Al-Biqa’i, Nazhm ad-Durar, vol.21 (Kairo: Dar al-Kitab al-Islami, t.th), hal.403;
az-Zuhaili, Tafsîr al-Munîr, vol.30 (Dar al-Fikr, 1996)
Al-Jazairi, Aysar al-Tafâsîr, vol.5, hal.557. Pendapat yang sama juga disampaikan
oleh Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsîr al-Bahr al-Muhîth, vol.8.
16