Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan
kemudahan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktunya.

Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada pahlawan revolusi Islam


yang telah membawa umat manusia dari kegelapan kepada cahaya yang terang
benderang yakni baginda Nabi Muhammad Saw.

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Tafsir tarbawi. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, penulis mohon maaf apabila dalam hasil makalah ini masih
terdapat kesalahan-kesalahan yang merupakan akibat dari kelemahan penulis
semata.

                                                                              Makassar, Desember 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 4

a. Latar Belakang............................................................................................... 4
b. Rumusan Masalah.......................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 5

1. Pengertian tafsir tarbawi................................................................................. 5


2. Tafsir surah Al-Fatihah.................................................................................. 5
3. Ayat tentang Allah swt. dan manusia............................................................. 7
4. Ayat tentang alam........................................................................................... 9
5. Ayat tentang risalah...................................................................................... 10
6. Contoh ayat tentang risalah.......................................................................... 11
7. Tafsir ayat tentang akhirat dan kebaikan...................................................... 12

BAB III PENUTUP................................................................................................ 16

a. Saran............................................................................................................. 16
b. Kesimpulan................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 17

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang sempurna yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW. dengan Al-qur’an sebagai kitab pedomannya.Al-qu’an sebagai kitab
suci sekaligus pedoman bagi umat islam didalamnya telah terdapat banyak
aturan dan anjuran agar kehidupan manusi a sejahtera salah satunya tentunya
dalam hal pendidikan.

Bagi insan akademisi tetunya penting mengkorelasikan konsep pendidikan


dengan Al-qur’an agar tercipta generasi akademisi yang berakhlakul
karimah serta dapat memberi manfaat baik pada lam maupun sesama
manusia.

Pendekatan tafsir tarbawi adalah salah satu ijtihad bagi insan akademisi
dalam mengimplementasikan Al-quran sebagai nilai-nilai dasar dalam
pendidikan.

Oleh karena itu,dalam makalah ini akan dibahas pengertian,metode serta


karakteristik dari tafsir tarbawi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu tafsir tarbawi?
2. Bagaimana tafsir surah Al-Fatihah?
3. Ayat apa saja yang menjelaskan mengenai Allah dan manusia?
4. Bagaimana ayat tentang alam?
5. Bagaimana ayat tentang risalah?
6. Bagaimana contoh ayat tentang risalah?
7. Bagaimana tafsir ayat tentang akhirat dan kebaikan?

3
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Tafsir Tarbawi


Secara bahasa, Tafsir Tarbawi merupakan perpaduan dari dua kata yaitu
Tafsir dan Tarbawi. Tafsir menurut bahasa berarti menjelaskan, menyingkap
dan menampakkan makna yang abstrak. Kata yang kedua adalah Tarbawi
yang berarti pendidikan yang mengandung makna pembimbingan,
pengasuhan dan pemeliharaan. Tafsir adalah ilmu untuk memahami
kitabullah yang diturunkan kepada Muhammad, menjelaskan maknanya
serta mengeluarkan hukum dan hikmahnya.

Secara istilah sebagai al-tarbiyah tidak ditemukan dalam al-Qur'an. Akan


tetapi ditemukan bahwa al-Qur'an menggunakan kata-kata yang akar katanya
mempunyai sumber derivasi yang sama dengan al-tarbiyah. Kata-kata yang
dimaksud ialah al-rabb, rabbayani, nurabbi, ribbiyn, rabbani. Demikian pula
dalam hadis ditemukan penggunaan istilah rabbani. Meskipun kelihatannya
semua istilah tersebut mempunyai pola akar kata yang sama, namun masing-
masing mempunyai konotasi makna yang berbeda-beda.

2. Tafsir surah Al-fatihah ayat 1-7


Surah Al-Fatihah bukan semata-mata bacaan untuk beribadah saja, tetapi
juga mengandung bimbingan untuk membentuk pandangan hidup setiap
muslim.

Tauhid uluhiyah sudah ditunjukkan keberadaannya dalam ayat,


“Alhamdulillah” (Segala puji bagi Allah). Hal itu dikarenakan penyandaran
pujian oleh para hamba terhadap Rabb mereka merupakan sebuah bentuk
ibadah dan sanjungan kepada-Nya, dan itu merupakan bagian dari perbuatan
mereka. Kemudian pada ayat, “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”

4
menunjukkan bahwa ibadah tidak boleh dipersembahkan kecuali kepada
Allah. Demikian pula meminta pertolongan dalam urusan yang hanya
dikuasai oleh Allah juga harus diminta hanya kepada Allah. Kalimat yang
pertama menunjukkan bahwasanya seorang muslim harus melaksanakan
ibadahnya dengan ikhlas untuk mengharap ridha Allah yang disertai
kesesuaian amal dengan sunnah Rasulullah SAW. Sedangkan kalimat yang
kedua menunjukkan bahwa hendaknya seorang muslim tidak meminta
pertolongan dalam mengatasi segala urusan agama dan dunianya kecuali
kepada Allah. Dan pada ayat, “Ihdinash shirathal mustaqim” yang
merupakan doa yang termasuk jenis ibadah. Doa ini merupakan permintaan
seorang hamba untuk mendapatkan petunjuk menuju jalan lurus.

Adapun tauhid rububiyah, ia juga sudah terkandung di dalam ayat, “Rabbil


‘alamin.” Hal itu disebabkan Allah adalah rabb bagi segala sesuatu, pencipta
sekaligus penguasanya. Pada ayat “Maliki yaumiddin” Allah adalah rabb
segala sesuatu dan penguasanya. Seluruh kerajaan langit dan bumi serta
apapun yang berada di antara keduanya adalah milik-Nya. Dialah Raja yang
menguasai dunia dan akhirat.

Sedangkan tauhid asma’ wa shifat, maka sesungguhnya ayat kedua telah


menyebutkan dua buah nama Allah. Kedua nama itu adalah Allah dan Rabb
sebagaimana di dalam ayat, “Rabbil ‘alamin”. Pada ayat ini kata ‘alamin
adalah segala makhluk selain Allah. Allah dengan dzat-Nya, nama-nama-
Nya, sifat-sifat-Nya, maka Dialah Sang Pencipta. Sedangkan semua selain
diri-Nya adalah makhluk.

5
3. Ayat tentang Allah swt. dan Manusia
A. AYAT TENTANG ALLAH SWT.
Tafsir Qs. Al- Hasyr (59): ayat 22-24
Adapun tafsir surat al-Hasyr adalah sebagai berikut:
- Ayat 22:
“Dia-lah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang
ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha
penyayang”

Al-baqaa’i berkomentar ‫ ُوه‬pada ayat bahwa Dia yang wujud-Nya dari


zat-Nya sendiri sehingga Dia sama sekali tidak disentuh oleh ‘adam
(ketiadaan) dalam bentuk apapun.

Kata ُ‫ هلال‬juga sepintas tidak diperlukan lagi karena kata ‫ ُوه‬telah


menunjukkan kepada-Nya. Akan tetapi ini agaknya untuk
menggambarkan semua sifat-sifat-Nya, karena kata Allah menunjukkan
kepada Zat yang wajib wujud-Nya itu dengan semua sifat-Nya, baik sifat
Zat maupun Fi’il. Dan apabila kita menyebut Allah apa yang kita
ucapkan telah mencakup semua nama-nama-Nya, sedangkan apabila
diucapkan nama-Nya yang lain misalnya ar-Rahiim atau al-Maliik itu
hanya menggambarkan sifat rahmat atau sifat kepemilikan-Nya saja.

Sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Dia. Segala sesuatu yang disembah
selain Dia, baik itu pohon, batu, berhaka, maupun malikat adalah bathil.
Dia mengetahui segala makhluk yang nyata bagi kita dan yang gaib.
Tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi-Nya, baik di langit maupun
di bumi. dia mempunyai rahmat yang luas dan meliput segala makhluk,

6
dia-lah yang Maha rahman di dunia dan rakhiim di dunia dan akhirat.[2]

- Ayat 23:
“Dia-lah Allah yang tiada tuhan selain Dia, Raja yang Maha Suci, Yang
Maha Sejahtera, yang mengaruniakan keamanan, Yang Maha
Memelihara, Yang Maha Perkasa, yang memiliki segala keagungan,
Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan”.

Dalam ayat ini disebutkan sifat-sifat Allah, dan ayat di atas kembali
mengulangi penggalan awal ayat yang lalu dengan menyatakan Dia Allah
yang tiada tuhan selain Dia, Dia adalah malik, Maha pemilik segala
sesuatu dengan sebenarnya lagi maha raja, al-Quddus, Maha suci dari
segala kekurangan dan segala yang tidak pantas, as-Salaam, mahadamai
dan Sejahtera, al-Mu’miin, Maha Mengaruniakan keamanan, al-
Muhaimin, Maha memelihara dan Maha Mengawasi, al-Aziiz Maha
Agung, al-Jabbar, Maha perkasa, al-Mutakabbir Maha tinggi, Maha suci
Allah dari apa yang mereka sekutukan.

B. AYAT TENTANG MANUSIA


Surat Al-A’raf /7:175-176
Perumpamaan Manusia Yang Mendustakan Ayat-Ayat Allah

Yang artinya: Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang Telah
kami berikan kepadanya ayat-ayat kami (pengetahuan tentang isi Al
Kitab), Kemudian dia melepaskan diri dari pada ayat-ayat itu, lalu dia
diikuti oleh syaitan (sampai dia tergoda), Maka jadilah dia termasuk
orang-orang yang sesat. Dan kalau kami menghendaki, Sesungguhnya

7
kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung
kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, Maka
perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya
lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya
(juga). demikian Itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan
ayat-ayat kami. Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar
mereka berfikir.

4. Ayat tentang alam


Dalam surah Fushilat ayat 9 sampai 12 Allah menjelaskan bukti-bukti dan
menunjukkan kesempurnaan kodrat-Nya dan ketinggian hikmah-Nya dalam
menjadikan langit dan bumi dalam beberapa fase dan menyempurnakannya
untuk langit-langit itu semua apa yang layak baginya. Tuhan juga menghiasi
langit dunia dengan bintang-bintang, baik yang tetap atau yang bergerak.
Hal itu tidaklah mengherankan, karena semua itu adalah dari enciptaan Allah
yang Maha Tinggi.

Dalam surah Huud Tuhan menjelaskan bekas-bekas kodrat-Nya dan


hubungan ilmu-Nya dengan kehidupan manusia. Selain itu juga
menerangkan tentang penciptaan alam dan kedudukan ‘arsy sebelum alam di
ciptakan. Allah melaksanakan yang seperti itu supaya menjadi jelas mana
diantara manusia yang lebih baik amalannya, lalu memperole pembalasan
yang sempurna.

Dalam surah al-Baqarah Allah memberikan bukti-bukti berupa nikmat yang


melimpah ruah yang menunjukkan kekuasaan Allah. Allah yang menjadikan
segala yang ada di bumi untuk manusia, supaya dengan beragam cara
8
manusia dapat mengambil kenikmatan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Baik yang berada di muka bumi ataupun perut bumi. Tuhan
menciptakan tujuh lapis langit yang berhias bintang-bintang gemerlap,
sehingga umat manusia mampu menjadikannya sebagai penyuluh dalam
kegelapan malam baik di laut maupun di darat.

Dalam surah Ali Imran Allah mewajibkan pada umatnya untuk menuntut
ilmu dan memerintahkan untuk mempergunakan pikiran kita dan untuk
merenungkan alam, langit dan bumi (yakni memahami ketetapan-ketetapan
yang menunjukkan kepada kebesaran alkhalik, pengetahuan) serta
pergantian siang dan malam. Yang demikian ini menjadi tanda-tanda bagi
orang yang berfikir, bahwa semua ini tidaklah terjadi dengan sendirinya.
Kemudian dari hasil berpikir tersebut manusia hendaknya merenungkan dan
menganalisa semua yang ada dialam semesta ini, sehingga akan tercipta
ilmu pengetahuan.

5. Pengertian ayat tentang risalah


Tugas para rasul hanyalah menyampaikan, bukan membuat mereka mengikuti petunjuk. Allah

tidak akan membiarkan suatu umat pun tanpa mengutus seorang pemberi
petunjuk kepada mereka, dan melarang mereka melakukan kesesatan serta
kemusyrikan. Qur’an surat al-Baqarah ayat 213 mengandung dua komponen
yakni, manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama
lain dan agama sangat menganjurkan persatuan serta keserasian.

Surat as-saba’ ayat 34 menyatakan: dan Allah sekali-kali tidak mengutus


kepada sesuatu penduduk negeri seorang pemberi peringatan pun, melainkan
penghuni-penghuninya yang hidup mewah dan berfoya-foya. Allah Maha

9
Bijaksana, sehingga Dia hanya memilih yang terbaik untuk diajak berbicara,
serta informasi dan tuntunan yang disampaikan-Nya adalah yang sangat
sesuai dengan kemaslahatan.

Taurat punya syari’at tersendiri, Injil punya syari’at tersendiri dan Alqur’an
pun punya syari’at tersendiri. Surat al-Baqarah ayat 136 memberi petunjuk
cara mengemukakan bantahan dan dalil-dalil dalam bertukar pikiran, yaitu
dengan membandingkan antara asas suatu agama dengan agama lain.

6. Ayat tentang risalah

ِّ ‫ب بِ ْال َح‬ ‫َكانَ النَّاسُ اُمةً وَّاح َدةً ۗ فَبع َ هّٰللا‬


‫ ِه اِاَّل‬V‫فَ فِ ْي‬VVَ‫اختَل‬ْ ‫ا‬VV‫ ِه ۗ َو َم‬V‫وْ ا فِ ْي‬VVُ‫اختَلَف‬ ْ ‫ا‬VV‫اس فِ ْي َم‬ِ َّ‫ق لِيَحْ ُك َم بَ ْينَ الن‬ َ ‫زَل َم َعهُ ُم ْال ِك ٰت‬ َ ‫ث ُ النَّبِ ٖيّنَ ُمبَ ِّش ِر ْينَ َو ُم ْن ِذ ِر ْينَ ۖ َواَ ْن‬ ََ ِ َّ
ٰ ۤ ‫هّٰللا‬ ْ ْ ٰ َّ ‫هّٰللا‬ ْ ۤ ۢ
‫اط‬
ٍ ‫ َر‬V‫ص‬ ِ ‫ى‬ ‫ل‬ ِ ‫ا‬ ‫ء‬ُ ‫ا‬ V َ
‫َّش‬ ‫ي‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬ ْ‫ي‬ ‫د‬ V‫ه‬ْ ‫ي‬
َ ِ َ َ ٖ ِ ِِ َُ ‫و‬ ۗ ‫ه‬V
V ‫ن‬ ‫ذ‬ ‫ا‬‫ب‬ ‫ق‬ِّ V‫ح‬‫ال‬ َ‫ن‬ ‫م‬
ِ ِ ِ‫ه‬ V‫ي‬ْ ‫ف‬ ‫ا‬ V
ْ‫و‬V ُ ‫ف‬َ ‫ل‬َ ‫ت‬ ْ
‫اخ‬ ‫ا‬V
V‫م‬َِ ‫ل‬ ‫ا‬ V
ْ‫و‬V ُ ‫ن‬ ‫م‬
َ ‫ا‬ َ‫ن‬ ْ
‫ي‬ ‫ذ‬
ِ ‫ل‬‫ا‬ ُ ‫َى‬
‫د‬ V ‫ه‬َ ‫ف‬
َ ْ َ ۚ ‫م‬ُ ‫ه‬َ ‫ن‬ ْ
‫ي‬ ‫ب‬ ۢ ‫ًا‬ ‫ي‬ ْ
‫غ‬ َ ‫ب‬ ُ
‫ت‬ ٰ
‫ن‬ ِّ ‫ي‬َ ُ َ َ َ ِ َ ِ ُ‫الَّ ِذ ْينَ اُوْ تُوْ ه‬
‫ب‬ ‫ال‬ ‫م‬ ُ ‫ه‬‫ت‬ْ ‫ء‬‫ا‬ ‫ج‬ ‫ا‬‫م‬ ‫د‬ ْ
‫ع‬ ‫ب‬ ْ
‫ن‬ ‫م‬
‫ُّم ْستَقِي ٍْم‬

Artinya : “ Manusia itu adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan),
maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan
pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan
benar, untuk memberi keputusan diantara manusia tentang perkara yang
mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang
yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada
mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka
sendiri. Maka Allah member petunjuk orang-orang yang beriman kepada
kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya.
Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada
jalan yang lurus.”

Secara umum ayat diatas menjelaskan bahwa Allah telah memerintahkan


orang-orang yang beriman melalui nabi-Nya, agar memasuki agama Islam
secara menyeluruh, bersatu dan tidak bersengketa satu sama lainnya. Sebab,
melakukan tindakan yang bisa menimbulkan persengketaan dan perpecahan,
sungguh tidak pantas bagi orang yang telah didatangkan kepadanya hidayah
10
dari Tuhannya. Seharusnya mereka meninggalkan perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh Al-Kitab setelah adanya penegasan dari hidayah Ilahiah.
Selanjutnya Allah menuturkan bahwa orang yang mengingkari perkara yang
hak, selalu menitikberatkan tindakannya kepada hal-hal yang bisa memenuhi
kesenangannya berupa kenikmatan duniawi yang pada hakikatnya hanyalah
bersifat sementara dan sebentar. Barangsiapa berperilaku seperti mereka,
maka ia akan selalu berada dalam perselisihan dan perpecahan dengan teman
sendiri.

7. Tafsir Ayat Tentang Akhirat Dan Kebaikan


Penafsiran dalam Al-Qur’an surat Qãf ayat 19 sampai 23
Artinya : “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah
yang dahulu hendak kamu hindari [19]. Dan ditiuplah sangkakala. Itulah hari
yang diancamkan [20]. Dan datanglah setiap orang bersama dengannya
(malaikat) penggiring dan (malaikat) saksi [21]. Sungguh, kamu dahulu lalai
tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan tutup (yang menutupi)
matamu, sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam [22]. Dan
(malaikat) yang menyertainya berkata, Inilah (catatan perbuatan) yang ada
padaku[23]”.

Isi Kandungan ayat


Pada ayat-ayat sebelumnya, al-Qur’an menjelaskan tentang anggapan orang-
orang kafir yang menyatakan bahwa kebangkitan untuk memperoleh balasan
tidaklah mungkin terjadi, maka Allah membantah anggapan mereka dengan
membuktikan kekuasaannya-Nya dan ilmu-Nya. Kemudian Allah
memberitahukan pula kepada mereka bahwa mereka akan mendapatkan
kebenaran ketika datang maut dikala terjadinya hari kiamat.

11
ْ Vِ‫ت ب‬
ِّ ‫ال َح‬V
‫ق‬ Vْ ‫ا َء‬VV‫ َو َج‬Pada
ِ ْ‫و‬VV‫ ْك َرةُ ْال َم‬V‫ت َس‬ konteks ayat ini Allah berfirman: Dan datanglah
sakaratul maut, saat ruh akan meninggalkan badan, kedatangannya itu
dengan haq (pasti datang). Ini berarti setiap orang_bahkan setiap yang
bernyawa_akan mengalami sakaratul maut. Dan penderitaan ketika mati itu
menyingkapkan bagimu keyakinan yang telah kamu dustakan bahwa
kebangkitan adalah hal yang tidak mungkin diragukan lagi. ‫ ُد‬V‫هُ ت َِح ْي‬V‫ا ُك ْنتَ ِم ْن‬VV‫كَ َم‬VVِ‫ذل‬

Kebenaran yang kamu hindari itu benar-benar telah datang kepadamu, maka
tidak ada tempat berlari dan tidak ada tempat berpaling, tidak ada tempat
menghindar dan tidak ada tempat untuk menyelamatkan diri. Dijelaskan
dalam al-Qur’an, bagaimana rasa sakit yang dirasakan oleh seseorang yang
sedang mengalami sakaratul maut :

]٩٣ : ‫ت َو ْال َملئِ َكةُ بَا ِسطُوْ ا أَ ْي ِد ِه ْم [األنعام‬ ِ ‫َولَوْ تَرى إِ ِذ الظّلِ ُموْ نَ فِى َغ َم َرا‬
ِ ْ‫ت ْال َمو‬

Artinya : “Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-


orang yang zhalim berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang
para malaikat memukul dengan tangannya” (QS. Al-An’am:93).[3]
Penyifatan kehadiran sakaratul maut dengan al-haq dipahami oleh Sayyid
Quthub sebagai isyarat tentang keadaan jiwa manusia pada saat terjadinya
sakaratul maut itu. Yakni ketika itu dia akan melihat kebenaran dengan
sangat sempurna. Dia melihatnya tanpa tirai penghalang dan dia mengetahui
apa yang tadinya dia tidak ketahui serta apa yang tadinya ia ingkari, hanya
saja itu semua setelah terlambat dan tidak bermafaat lagi.

Kemudian, Allah SWT berfirman :


‫ك يَوْ ُم ْال َو ِع ْي ِد‬
َ ِ‫َونُفِ َخ فِى الصُّ وْ ِر ذل‬

Dan setelah tiba masa kebangkitan, ditiuplah oleh malaikat Israfil


sangkakala untuk membangkitkan manusia dari kubur. Itulah hari ancaman
serta hari terpenuhinya janji.

12
Ayat ini menyifati hari peniupan sangkakala dengan hari terlaksananya
ancaman, dan hari terpenuhinya janji. Ketika Allah SWT telah memberi izin
untk menetapkan kematian atas semua makhluk, dan menetapkan batas akhir
bagi segala urusan dunia, maka Dia akan memerintahkan malaikat Israfil
untuk meniup sangkakala. Pada saat malaikat israfil meniup sangkakala itu,
maka matilah segala yang hidup (baik yang di langit maupun yang di bumi),
kecuali yang memang dikehendaki oleh-Nya, kemudian ditiup sangkakala
itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-
masing).

Namun, menurut hemat penulis yang paling terpenting dan yang wajib
diyakini oleh setiap muslim adalah bahwa ada waktu yang telah ditentukan
oleh Allah SWT_yang tidak satu makhluk pun mengetahui kapan
datangnya_dimana manusia akan dibangkitkan untuk
mempertanggungjawabkan amal masing-masing, lalu menerima balasan dan
ganjarannya. Selanjutnya Allah berfirman;

‫ك ْاليَوْ َم َح ِد ْي ٌد‬ َ ‫لَقَ ْد ُك ْنتَ فِ ْي َغ ْفلَ ٍة ِم ْن ه َذا فَ َك َش ْفنَا َع ْنكَ ِغطَآ َء‬
َ َ‫ك فَب‬
َ ‫ص ُر‬

Ketika kematian menjemput seseorang, dikatakan kepadanya: Demi Allah,


sungguh, kamu ketika hidup di dunia dahulu berada dalam keadaan lalai
tentang (peristiwa) yang sedang kamu lihat ini, maka sekarang Kami
singkapkan tutup (yang menutupi) matamu, sehingga penglihatanmu pada
hari ini sangat tajam. Dengan demikian kamu benar-benar yakin.

Akan tampak oleh manusia segala sesuatu yang tidak tampak olehnya dalam
kehidupan dunia, ketika segala kesibukan dunia itu telah lepas dari mereka,
maka akan tampak olehnya seluruh perbuatannya, sehingga ia tidak melihat
satu keburukan pun, melainkan ia akan merasakan penyesalan yang amat
sangat, karena keburukannya itulah yang menyeretnya tenggelam kedalam

13
neraka. Pada saat itulah dikatakan kepada mereka; “wakafa binafsika al-
yauma hasiba” (cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab
terhadapmu).

Allah SWT menjadikan kelalaian bagai tutup yang menutupi seluruh jasad
manusia atau sebagai selaput yang menutupi kedua mata manusia, sehingga
ia tidak dapat melihat suatu apapun. Maka apabila hari kiamat terjadi,
sadarlah manusia dan hilanglah kelalaian yang menutupi dirinya sehingga ia
dapat melihat kebenaran yang dahulu ia tidak dapat melihatnya.[6]

Ayat ini menunjukkan bahwa kelak di hari Kemudian akan nampak hakikat-
hakikat yang tersembunyi dalam kehidupan dunia ini. Kalau di dunia
seseorang belum melihat malaikat, maka disana ia akan dapat melihatnya.
Kalau disini banyak yang menduga sebab-sebab lahiriah adalah faktor yang
menghasilkan sesuatu, maka disana ia akan menyadari bahwa secara penuh
bahwa Allah adalah penyebab semua sebab. “Aku bersumpah dengan apa
yang kamu lihat. Dan apa yang kamu tidak lihat.” (QS. al-Haqqah:38-39).

8.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Tafsir ialah ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafadz-lafadz al-
Quran, tentang petunjuk-petunjuk, hukum-hukumnya baik ketika berdiri
sendiri maupun ketika tersusun dan makna-makna yang dimungkinkan
baginya tersusun serta hal-hal yang melengkapinya.

Tafsir adalah menyingkap, menjelaskan tentang sesuatu yang bersifat


abstrak dan tarbawi berarti pendidikan. sedangkan kararteristik itu sendiri
dapat diartikan sebagai ciri-ciri khusus atau mempunyai sifat khas sesuai
dengan perwatakan tertentu. Adapun beberapa metode tafsir tarbawi antara
lain: Metode Taḥlīliīy, Metode Ijmālī, Metode Muqāran dan Metode
Mauḍū’i.

Dan secara bahasa, Tafsir Tarbawi merupakan perpaduan dari dua kata yaitu
Tafsir dan Tarbawi. Tafsir menurut bahasa berarti menjelaskan, menyingkap
dan menampakkan makna yang abstrak. Kata yang kedua adalah Tarbawi
yang berarti pendidikan yang mengandung makna pembimbingan,
pengasuhan dan pemeliharaan. Jadi pengertiannya yakni, ilmu untuk
memahami kitabullah yang diturunkan kepada Muhammad, menjelaskan
maknanya serta mengeluarkan hukum dan hikmahnya.

B. SARAN
Dari pembahasan di atas, kami hanya bisa menyarankan agar pembaca
senantiasa meningkatkan semangat keagamaan dan lebih meningkatkan
keimanan serta memahami makna al-qur’an dan hadits dengan baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://lagicaritugas.blogspot.com/2016/10/makalah-keimanan.html

http://ngampusbarengimron.blogspot.com/2017/05/iman-islam-dan-ihsan.html

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung; Syaamil Cipta Media, 2005)

Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV. Toha


Putra)

Abdul Latief Ahmad Asyur, Menyingkap Misteri Alam Akhirat, (T.T: Insan
Cemerlang, 2003), Cet I

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah: Pesan,Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,


Volume 13, (Jakarta:Lentera Hati,2002)

Ath-Thabari, Jâmi’ al-Bayân fî Ta’wîl al-Qur’ân, vol.24 (Beirut: Muassasah al-


Risalah, 2000)

Asy-Suyuthi, al-Durr al-Mantsûr, vol.15, Kairo: Markaz Hijr, 2003)

Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur’ân al-‘Azhîm, vol.4 (Beirut: Dar al-Fikr, 2000)

Al-Biqa’i, Nazhm ad-Durar, vol.21 (Kairo: Dar al-Kitab al-Islami, t.th), hal.403;
az-Zuhaili, Tafsîr al-Munîr, vol.30 (Dar al-Fikr, 1996)

Al-Jazairi, Aysar al-Tafâsîr, vol.5, hal.557. Pendapat yang sama juga disampaikan
oleh Abu Hayyan al-Andalusi, Tafsîr al-Bahr al-Muhîth, vol.8.
16

Anda mungkin juga menyukai