Anda di halaman 1dari 12

ISSN 2355-4721 Kemaritiman Indonesia: Sebuah Kajian Kritis

KEMARITIMAN INDONESIA: SEBUAH KAJIAN KRITIS

INDONESIAN MARITIME: A CRITICAL STUDY

Wahyu Wibowo
Universitas Nasional
kangbowie@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this paper is to examine the vision of Indonesia as a maritime axis of
the world. This vision is important, in addition to its worldwide scale content, and also
directly addressed by the President of the Republic of Indonesia Joko Widodo at the East
Asia Summit in Nay Pyi Taw, Myanmar on November 13, 2015. This vision is increasingly
important because there are still many of our marine problems, particularly those relating
to security and economic issues, are suspected to weaken that vision. Using heuristic
technique and eclectic method, philosophical study of this qualitative descriptive type
will center on the President’s speech and the national newspaper coverage of maritime
problems, which likely raises the ethical problems of nation and state. As a result,
Indonesia’s vision as a maritime axis of the world should be manifested with a critical
note.

Keywords: maritime; Indonesia as the world’s maritime axis; East Asia Summit;
heuristic; eclectic; philosophical study

ABSTRAK

Tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji visi Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Visi ini menjadi penting, selain karena muatannya yang bersifat mondial, juga dipidatokan
secara langsung oleh Presiden RI Joko Widodo di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia
Timur, di Nay Pyi Taw, Myanmar, pada 13 November 2015. Visi ini semakin penting
karena masih banyak problem kelautan kita, terutama yang berkaitan dengan masalah
keamanan dan perekonomian, yang ditengarai akan melemahkan visi tersebut. Melalui
metode heuristis dan eklektik, kajian filosofis berjenis deskriptif kualitatif ini akan berpusat
pada pidato Presiden dan pemberitaan surat kabar nasional tentang problem kemaritiman,
yang berpeluang memunculkan problem etis berbangsa dan bernegara. Hasilnya, visi
Indonesia sebagai poros maritim dunia harus tetap diwujudkan dengan catatan kritis.

Kata Kunci: kemaritiman; Indonesia poros maritim dunia; KTT Asia Timur; heuristis;
eklektik; kajian filosofis

211
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
Wahyu Wibowo ISSN 2355-4721

PENDAHULUAN untuk dilakukan, mengingat dampaknya


dalam pembangunan di bidang transportasi
Bagaimana membaca Indonesia akhir- dan logistik.
akhir ini melalui pemberitaan surat kabar? Keniscayaan tersebut juga dapat
Gunakanlah kacamata etika berbangsa dan direlevansikan dengan visi Indonesia
bernegara. Jika etika dipahami sebagai sebagai poros maritim dunia. Akan
pengkajian kritis tentang baik-buruknya tetapi, perelevansiannya harus dilakukan
tindakan manusia sebagai manusia (bdk. secara cermat, mengingat visi tersebut
Thiroux, 2012), setidaknya dapat dilihat dikumandangkan oleh Presiden Joko
bahwa akhir-akhir ini masyarakat Indonesia Widodo di depan forum Konferensi Tingkat
ditengarai tengah mengalami kemerosotan Tinggi (KTT) Asia Timur, di Nay Pyi Taw,
dalam hal memahami nilai-nilai berbangsa Myanmar, pada 13 November 2015.
dan bernegaranya.
Kemunculan pelbagai problem etis
terkait dengan isu-isu hak asasi manusia, HASIL DAN PEMBAHASAN
demokratisasi, dan lingkungan hidup adalah
contohnya. Dalam hal isu demokratisasi, Pertanyaan kritisnya, mengapa
ujaran kebencian berintikan SARA yang sebuah organisasi bernama Negara
disampaikan kelompok-kelompok tertentu Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
dalam masyarakat, misalnya, setidaknya membutuhkan visi kelautan?
dapat dijadikan gambaran konkret bahwa Para pakar manajemen tentu
masyarakat kita membutuhkan semacam mudah menjawabnya. Sejak 1967, Philip
perekondisian terhadap nilai-nilai Kotler, misalnya, melalu karyanya yang
berbangsa dan bernegara. Tanpa hal ini, melegenda, Marketing Management,
selain akan meretakkan rasa persatuan bahkan sudah mengatakan bahwa sebuah
bangsa, juga akan menghambat lajunya organisasi memang amat membutuhkan
perekomian nasional. Problem etis ini, visi untuk menggambarkan nilai-nilai dan
andai lebih disimak, sebenarnya sudah aspirasi masa depannya. Visi ini, yang
berulang-ulang dijadikan objek material pada umumnya berbentuk pernyataan-
penelitian para ilmuwan manajemen pernyataan tentang tujuan organisasi
transportasi dan logistik. atau perusahaan, diekspresikan melalui
Melalui objek formal tertentu masing- produk dan pelayanan yang ditawarkan.
masing, penelitian Kadarisman (2015), Akan tetapi, dalam konteks ini, para pakar
contohnya, “Transportation System and manajemen tersebut cenderung tidak
Human Need in a Family”, menegaskan mengaitkannya dengan eksistensi hidup
bahwa ketidakberesan dan ketidakbecusan manusia. Oleh karena itu, secara filosofis
pengaturan lalu lintas di Kota Depok dapat ditegaskan bahwa visi (wawasan ke
amat berdampak pada pemanasan global. depan) adalah hakikat kehidupan manusia
Sementara itu, contoh lain, penelitian itu sendiri, bertalian dengan dicapainya
Sitorus et al (2016), “Peningkatan Jaringan kebenaran (melalui logika), kebaikan
Transportasi di Provinsi Kalimantan Timur (melalui etika), dan keindahan (melalui
dalam Mendukung Aksesibilitas Wilayah”, estetika) (bandingkan: Baggini, 2013).
menjelaskan bahwa pengembangan Sementara itu, kelautan atau hal-ihwal
transportasi jalan memang merupakan tentang laut, memang identik dengan
prioritas Pemprov Kalimantan Timur, namun ungkapan yang diinformasikan dalam lagu
belum menunjukkan hasil yang optimal. berjudul, “Nenek Moyangku”.
Kedua contoh ini, tentu dapat menyiratkan Ketiga hal tersebut, yaitu kebenaran,
bahwa perekondisian terhadap nilai-nilai kebaikan, dan keindahan, dengan demikian
berbangsa dan bernegara memang niscaya dapat direlevansikan dengan visi Indonesia

212
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
ISSN 2355-4721 Kemaritiman Indonesia: Sebuah Kajian Kritis

sebagai poros maritim dunia, sebagaimana Joko Widodo tidak beredar di ruang
dipidatokan oleh Presiden Joko Widodo di kosong tanpa makna. Dalam perspektif
depan forum Konferensi Tingkat Tinggi Filsafat Bahasa, menurut Wibowo (2016),
(KTT) Asia Timur, di Nay Pyi Taw, ungkapan konstatif adalah jenis ungkapan
Myanmar, pada 13 November 2015. bahasa yang melukiskan suatu keadaan
“Saya memilih forum ini untuk faktual, atau peristiwa nyata, yang oleh
menyampaikan gagasan saya tentang karena itu memiliki konsekuensi untuk
Indonesia sebagai poros maritim dunia ditentukan benar-salahnya berdasarkan
dan harapan saya tentang peran KKT Asia hubungan faktual antara si penutur dan
Timur ke depan. Bagi Indonesia, KTT Asia fakta sesungguhnya. Berimplikasi dengan
Timur berperan penting bagi keamanan, hal ini, istilah konstatif itu sendiri dapat
stabilitas, dan kemakmuran ekonomi di pula digunakan untuk mendeskripsikan
kawasan. Indonesia akan menjadi poros semua pernyataan yang dapat dikaji benar-
maritim dunia, kekuatan yang mengarungi salahnya melalui faktanya, baik yang
dua samudra, sebagai bangsa bahari dialami langsung atau tidak langsung oleh
yang sejahtera dan berwibawa. Untuk si pengkajinya.
menjadi negara maritim, oleh karena itu Dengan demikian, untuk menilai
infrastruktur antarpulau dan sepanjang benar-salahnya ungkapan konstatif Presiden
pantai di setiap pulau harus dibangun dan Joko Widodo, terlebih dahulu faktanya
dikembangkan. Jalan antarpulau itu harus juga harus diselidiki dan dibuktikan. Oleh
benar-benar dapat direalisasikan untuk karena itu, dalam perspektif historis, fakta
mempercepat transportasi antarpulau di tersebut dapat dikelindankan dengan masa
Indonesia.” (Detikcom, 11/06/2014; 12.54 kejayaan maritim yang telah diupayakan
WIB). kerajaan-kerajaan di Nusantara, seperti
Demi mewujudkan visi tersebut, Sriwijaya dan Majapahit, ketika menjadikan
agar manusia Indonesia dapat meraih Nusantara sebagai poros maritim dunia.
kebenaran, kebaikan, dan keindahan dalam Kejayaan tersebut, yang pada hakikatnya
hidupnya, Presiden Joko Widodo melalui berupa perindahan etos dari agraria ke
pidatonya mengungkapkan, “KTT Asia lautan, berawal ketika kerajaan-kerajaan
Timur berperan penting bagi keamanan, di Nusantara mulai memanfaatkan laut
stabilitas, dan kemakmuran ekonomi di untuk mengangkut pelbagai hasil bumi
kawasan. (Oleh karena itu) Indonesia akan ke wilayah Nusantara dan juga ke India,
menjadi poros maritim dunia, (mengingat) Afrika, dan China.
kekuatan (bangsa kita) yang (mampu) Pelbagai temuan arkeologis di
mengarungi dua samudra.” Ungkapan ini sejumlah negara di Asia dan Afrika telah
dikonkretkannya melalui agenda lima pilar menunjukkan bahwa bangsa Nusantara,
yang secara heurestik dan eklektik dapat alias nenek moyang kita, memang orang
diuraikan sebagai berikut. pelaut. Melalui temuan tersebut, ribuan
Pertama, pembangunan kembali tahun lalu nenek moyang kita terbukti
budaya maritim. Menurut Presiden Joko telah memiliki ilmu kemaritiman, berupa
Widodo, sebagai “pemilik” 17 ribu pulau teknologi navigasi dan perkapalan, yang
bangsa Indonesia harus menyadari dan dapat membawa mereka menyeberangi
melihat dirinya sendiri sebagai bangsa yang Samudra Hindia, Semenanjung India,
identitasnya, kemakmurannya, dan masa bahkan sampai ke Timur Tengah dan
depannya amat ditentukan oleh bagaimana Afrika. Dari temuan itu saja, boleh
mengelola samudra. ditafsirkan nenek moyang kita yang
Ajakan yang diungkapkan melalui orang pelaut itu telah mampu mengelola
jenis ungkapan konstatif (pernyataan) wilayah darat, pesisir, dan laut secara
itu, memperlihatkan bahwa visi Presiden integratif. Penafsiran ini boleh dilanjutkan,

213
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
Wahyu Wibowo ISSN 2355-4721

sebagaimana telah dinyatakan, nenek diketahui telah memiliki armada yang


moyang kita telah menjadikan Nusantara besar, yang berperan melindungi jalur
sebagai poros maritim dunia. perdagangan laut sebagai jalur utama
Hal itulah yang kiranya memicu perdagangan di sepanjang wilayah laut
ungkapan konstatif Presiden Joko Nusantara hingga di kawasan sekitarnya.
Widodo: “Negara kita adalah laut. Yang Zaman keemasan Kerajaan Majapahit terjadi
namanya perhatian pada kemaritiman pada saat pemerintahan Hayam Wuruk
harus diberikan. Dulu, ingat ndak zaman alias Rajasanagara (1350-1389). Dengan
Kerajaan Sriwijaya berjaya, maritimnya bantuan Mahapatih Gajah Mada, Kerajaan
dikenal banyak orang di dunia karena Majapahit berhasil menguasai seluruh
armada lautnya. Kita harus kembalikan kepulauan Nusantara dan jazirah Malaka.
itu dong.” Ungkapan konstatifnya ini Sebagai contoh, aktivitas perdagangan dan
diucapkan di Balai Kota, pada 14 Agustus pelayaran Kerajaan Ternate pada saat itu
2014, yakni ketika dirinya dinyatakan telah terintegrasi dengan kemaritiman Kerajaan
terpilih sebagai Presiden RI periode 2014- Majapahit. Keberhasilan Gajah Mada,
2019 (Kompas.com, 14/08/2014; 15.44 berpijak dari Amukti Palapa (Sumpah
WIB). Setelah resmi menjadi Presiden Palapa), yaitu sumpah Gajah Mada sendiri
RI, tak heran jika Joko Widodo kemudian menolak makan palapa (garam dan
menggencarkan program tol laut, yakni rempah-rempah) sebelum Majapahit dapat
sistem distribusi barang menggunakan menguasai seluruh Nusantara. Sumpahnya
kapal berkapasitas besar dari satu ke lain itu, yang dapat dimaknai sebagai mutih atau
pelabuhan. Presiden Joko Widodo yakin, hanya makan nasi saja, diucapkan Gajah
dengan tol laut perekonomian rakyat Mada sejak kekuasaan Kerajaan Majapahit
akan kian meningkat, karena selain akan masih dipegang Sri Ratu Tri Buana Tungga
menurunkan harga di daerah terpencil, juga Dewi (1328-1350). Pada masa Sri Ratu,
sekaligus akan menggali potensi daerah. yang tak lain adalah ibu Hayam Wuruk,
Bukti bahwa nenek moyang kita menurut Soekmono (2015) Majapahit baru
orang pelaut sejak ribuan tahun lalu, berhasil menguasai Bali dan Gajah Mada
terkait dengan temuan arkeolgis tersebut, sendiri masih menjabat patih di Kerajaan
dalam konteks ini dapat diperiodisasikan Daha.
berdasarkan masa kejayaan kerajaan- Berpijak dari hal ini, fakta historis
kerajaan Nusantara sebagai berikut: Kutai tentang kejayaan Kerajaan Sriwijaya dan
(abad ke-4), Sriwijaya (tahun 600-an hingga Kerajaan Majapahit dapat dinyatakan
tahun 1000-an), Majapahit (1239-1500), berkelindan dengan ungkapan konstatif
Ternate (1257), Samudra Pasai (1267- Presiden Joko Widodo, sehingga ungkapan
1521), dan Demak (1475-1548). Kerajaan “pembangunan kembali budaya maritim”
Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit tercatat dapat dikatakan sebagai pernyataan yang
dalam sejarah sebagai kerajaan Nusantara sungguh-sungguh. Dalam penegasan lain,
yang paling menonjol, selain karena dikenal kesungguhan ungkapan tersebut dapat
sebagai kerajaan adidaya, juga karena dilihat pada pertalian antara ungkapan “visi
mampu menanamkan jiwa kemaritiman Indonesia sebagai poros maritim dunia”
kepada rakyatnya. Sebagaimana dicatat dan pernyataan “(oleh karena itu) harus
sejarah, Kerajaan Sriwijaya pada zaman diwujudkan dengan langkah awal melalui
kejayaannya diketahui telah memiliki pembangunan kembali budaya maritim”.
pelabuhan berskala internasional, sehingga Kedua, komitmen dalam menjaga
mampu menguasai perdagangan dan dan mengelola sumber daya laut dengan
pelayaran di wilayah barat Indonesia fokus membangun kedaulatan pangan laut
hingga ke Semenanjung Malaya. melalui pengembangan industri perikanan
Sementara itu, Kerajaan Majapahit dengan menempatkan nelayan sebagai

214
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
ISSN 2355-4721 Kemaritiman Indonesia: Sebuah Kajian Kritis

ujung tombak. Presiden Joko Widodo meminta


Komitmen tersebut, oleh Presiden semua menteri dan kepala daerah terbuka
Joko Widodo diungkapkan melalui dan berani menggunakan teknologi
jenis ungkapan performatif (deklaratif) dalam mengembangkan pontensi
berikut ini: “Kekayaan maritim kami kemaritiman. Terbosan dan strategi yang
akan digunakan sebesar-besarnya untuk baik akan membuat potensi ekonomi bisa
kepentingan rakyat kami.” Ungkapan menyejahterakan rakyat. “Nelayan-nelayan
performatif itu sendiri adalah ungkapan kita jangan terus diajak bekerja dengan
yang berimplikasi dengan layak-tidaknya, pola-pola lama. Harus berani kita loncatkan
wajar-tidaknya, atau berbahagia-tidaknya ke dunia lain. Sudah berapa puluh tahun
si penutur ketika mengungkapkan kata- kita urusan cantrang. Setiap tahun urusan
kata atau kalimat (Wibowo, 2016). cantrang, setiap tahun urusan cantrang.
Patut segera disadari, sebuah Enggak habis-habisnya kita ngurusi
ungkapan performatif sukar dikaji salah- cantrang, sehingga melupakan strategi
benarnya, mengingat pertalian eratnya besar menuju ke tempat lain yang memiliki
dengan kewenangan dan kelayakan si nilai tambah yang lebih baik,” ujar Presiden
penuturnya. Dengan perkataan lain, Joko Widodo dalam sambutannya di
ungkapan performatif bukan ditentukan pembukaan rapat kerja koordinasi bidang
benar-salahnya berdasarkan faktanya, kemaritiman di Jakarta, Kamis (4/5/2017).
melainkan lebih ditentukan berdasarkan Hadir dalam acara itu Menteri Koordinator
layak-tidaknya atau konsekuen-tidaknya Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan,
peran dan perilaku si penutur terhadap Sekretaris Kabinet Pramono Anung,
isi ungkapannya. Dalam penegasan Menteri ESDM Ignasius Jonan, Menteri
lain, ungkapan performatif sejatinya Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri
akan mencerminkan bahwa si penutur Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti,
melaksanakan kata dan sekaligus perbuatan. Menteri Pariwisata Arief Yahya, serta
Melalui ungkapan performatifnya, beberapa ketua lembaga negara, seperti
oleh karena itu seseorang bukan hanya Ketua MPR Zulkifli hasan, dan Ketua DPD
menginformasikan sesuatu, melainkan juga Oesman Sapta Odang (“Maritim Masih
melakukan perbuatan sebagaimana yang Butuh Terobosan: Pelarangan Penggunaan
diungkapkannya. Cantang Ditunda”, Kompas, 5/5/2017;
Dalam kaitan dengan kajian h.18).
ini, Joko Widodo (penutur) berupaya Terkait dengan infrastruktur
mempresentasikan kelayakannya sebagai maritim, Presiden Joko Widodo, di dalam
presiden, melalui informasi bahwa ia akan pemberitaan Kompas (5/5/2017; h.18),
menjaga dan mengelola sumber daya laut menyatakan kegembiraanya mendengar
dengan fokus membangun kedaulatan laporan Menteri Koordinator Kemaritiman
pangan laut. Konkretisasi dari informasinya Luhut Binsar Pandjaitan bahwa harga-harga
ini, menurut pidatonya tersebut, akan barang telah turun sekitar 20-25 persen.
dilakukan melalui pengembangan industri Menurut Pandjaitan, hal tersebut terjadi
perikanan dengan menempatkan nelayan setelah pembangunan 30 titik logistik di
sebagai ujung tombak. Adanya satu kata wilayah Indonesia timur dan barat melalui
dan perbuatan yang tercermin dari pidato program tol laut. Menurut Presiden Joko
Presiden Joko Widodo, agar manusia Widodo, harga-harga komoditas akan
Indonesia dapat meraih kebenaran, lebih rendah lagi, jka rute dan trayek tol
kebaikan, dan keindahan dalam hidupnya, laut dibuka lebih banyak. Presiden juga
setidaknya dapat lebih dibuktikan melalui mengharapkan, pengembangan kapasitas
pemberitaan media massa berikut ini. pelabuhan segera diselesaikan. Dengan
demikian, kapal-kapal besar dengan

215
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
Wahyu Wibowo ISSN 2355-4721

kapasitas lebih dari 10.000 TEU bisa tol laut, pelabuhan laut, logistik, industri
merapat di pelabuhan-pelabuhan Indonesia, perkapalan, dan dan pariwisata maritim.
sehingga tidak diperlukan tanshipment Ungkapan tentang pariwisata
melalui negara lain, yang membuat biaya kemaritiman digarisbawahi Presiden Joko
distribusi menjadi tidak efisien. Widodo melalui tindak tuturnya yang
Dalam konferensi pers, di acara yang bersifat komisif dalam melanjutkan atau
sama, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi mempertahankan gelar Hari Nusantara
Pudjiastuti juga secara tegas memastikan setiap tanggal 13 Desember. Dalam
pemberlakuan larangan cantrang (alat perspektif Filsafat Bahasa, tindak tutur
penangkat ikan yang fungsi dan bentuknya komisif (commissives) adalah tindak tutur
mirip trawl) di seluruh Indonesia akan yang ditandai oleh adanya perjanjian atau
ditunda hingga 31 Desember 2017. Menurut perbuatan yang menyebabkan si penutur
Pudjiastusi, selama masa penundaan itu melakukan sesuatu (Wibowo, 2016).
akan dilakukan transisi penggantian ke Sementara itu, Hari Nusantara itu sendiri,
alat tangkap ikan yang ramah lingkungan. yang ditetapkan sejak pemerintahan
Pelarangan cantrang, termasuk pukat hela, Presiden Megawati Soekarnoputri (melalui
pukat tarik, dogol, dan arad diatur dalam Keppres No. 126/2001), bertalian dengan
Permen Kelautan dan Perikanan No. Deklarasi Djoeanda (13 Desember 1957)
71/2016 tentang jalur penangkapan ikan yang merupakan ikrar bangsa Indonesia
dan penempatan alat penangkan ikan di untuk mewujudkan kesatuan wilayah
Wilayah Pengelolaan Perikanan NKRI. Nusantara terkait dengan negara kepulauan.
Ungkapan performatif Presiden Pada 1982, berdasarkan Pasal 58 UNCLOS
Joko Widodo, yang berkelindan dengan (United Nations Convention on the Law
kewenangan dan kelayakan dirinya selaku of the Sea), konvensi PBB tentang hukum
presiden, sebagaimana telah dijelaskan, laut, Indonesia ditetapkan sebagai negara
tercermin melalui ucapannya, “Kekayaan kepulauan.
maritim kami akan digunakan sebesar- Mengingat aspek kemaritiman
besarnya untuk kepentingan rakyat menjadi garis bawah, Kementerian
kami.” Ucapannya ini, terkait dengan Pariwisata dan pemerintah daerah dalam
komitmennya mengelola sumber daya laut hal gelar Hari Nusantara membuat paket
yang berfokus pada kedaulatan pangan, wisata kemaritiman terpadu dengan tujuan
dalam perspektif Filsafat Bahasa disebut pengembangan kepariwisataan nasional
bersifat verdiktif. Sifat verdiktif ini yang menitikberatkan pada destinasi laut,
ditandai oleh adanya keputusan “ya atau pantai, dan pulau kecil. Dengan panjang
tidak” (perhatikan: “akan digunakan...” pantai 99.093 kilometer (data mutakhir
yang bermakna bisa tidak atau bisa ya). Badan Informasi Geospasial), dan dengan
Akan tetapi, berkat performasi Presiden potensi sumber daya kelautan sebesar
Joko Widodo, keputusan verdiktif tersebut 3000 triliun rupiah per tahun yang belum
dapat diandaikan bukanlah keputusan yang tergarap secara maksimal, NKRI memang
merugikan rakyat. berpeluang menjadi poros maritim
Pengandaian ini juga dapat dunia. Oleh karena itu, paket tersebut
dihubungkan dengan pemberitaan surat tentu membutuhkan kapal pesiar untuk
kabar tentang kesungguhan Presiden Joko berkeliling Nusantara yang ditunjang oleh
Widodo ketika memimpin rapat koordinasi perahu-perahu tradisional.
bidang kemaritiman, sebagaimana telah Implikasi dari hal di atas, membangun
dikutip. tol laut, pelabuhan laut, logistik, dan
Ketiga, komitmen dalam mendorong industri perkapalan merupakan kenyataan
pengembangan infrastruktur dan komisif yang mesti diwujudkan pemerintah.
koneksivitas maritim dengan membangun Bersisian dengan hal ini, pemerintah juga

216
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
ISSN 2355-4721 Kemaritiman Indonesia: Sebuah Kajian Kritis

sudah mempersiapkan 14 kawasan industri 2016).


strategis, di antaranya di Kuala Tanjung Daya khas Presiden Djoko Widodo
(alumunium), Lombok (karet), dan Palu (“bersama-sama menghilangkan sumber
(rotan, karet, kakao, dan smelter). konflik di laut”), di tengah langkahnya
Telah menjadi target pemerintah, mengejawantahkan visi Indonesia sebagai
pada 2019 Indonesia akan dibanjiri oleh 20 poros maritim dunia, dicerminkan melalui
juta wisatawan mancanegara dan 270 juta pemberitaan surat kabar mengenai
wisatawan domestik. Secara fenomenologis, penangkapan kapal keruk asal China,
dapat dipahami jika kemudian pemerintah yaitu MV Chuan Hong 68, berbobot
menaikkan tarif penyeberangan sebesar 11- 8.352 ton, di perairan Panggararang,
12 persen mulai 15 Mei 2017, sebagaimana Johor Timur, Malaysia. Kapal keruk itu
diberitakan Kompas (6/11/2017; h.17). ditangkap berdasarkan kerja sama antara
“Penyesuaian tarif dilakukan untuk tim Lamtamal IV TNI AL dan Agensi
meningkatkan layanan kepada konsumen, Penguatkuasaan Maritim Malaysia.
baik kenyamanan maupun keselamatan,” “Saya sudah menghubungi Duta Besar
ujar Direktur Angkutan dan Multimoda Malaysia pada 4 Mei untuk meminta
Dirjen Perhubungan darat Kementerian kerja sama Pemerintah Malaysia agar
Perhubungan Cucu Mulyana, di Jakarta, dapat menyerahkan MV Chuan Hong 68
Jumat (5/5/2017). ke Indonesia,” ujar Menteri Kelautan dan
Selaras dengan hal di atas, kekuatan Perikanan Susi Pudjiastuti, seperti dikutip
armada pelayaran niaga dan perikanan Kompas (6/5/2017; h.17).
dapat digarisbawahi sebagai ujung tombak MV Chuan Hong 68 diduga kuat
dan tolok ukur keberhasilan pembangunan mengangkat bangkai kapal tenggelam
industri maritim nasional. Oleh karena berusia puluhan tahun di perairan
itu, pemerintah harus sigap untuk segera Indonesia. Jumlah badan kapal yang
menerapkan kebijakan insentif kredit dan berhasil diangkat ditaksir mencapai 1.000
pajak untuk pengadaan, pengoperasian, ton besi. Pelanggaran yang dilakukan MV
dan pemeliharaan kapal, sekalipun telah Chuan Hong 68, selain tidak memiliki izin
memiliki Inpres No. V/2005 dan UU pengerukan laut, juga terkait dengan tidak
No.17/2008 tentang Pelayaran. memiliki izin operasi di wilayah teritorial
Keempat, melakukan diplomasi Indonesia, tidak dilengkapi dengan surat
maritim dengan mengajak semua mitra persetujuan berlayar, dan tidak menyalakan
Indonesia bekerja sama pada bidang sistem identifikasi otomatis (AIS) kapal.
kelautan. Dengan jenis pelanggaran sebanyak ini,
Komitmen itu, oleh Presiden Joko MV Chuan Hong 68 terindikasi melanggar
Widodo diungkapkan dalam pidatonya UU No.17/2008 tentang Pelayaraan, UU
tersebut melalui jenis ungkapan perfomatif No.11/2010 tentang Cagar Budaya, dan
yang bersifat ilokutif sebagai berikut: UU No. 6/2011 tentang Keimigrasian dan
“(Oleh karena itu), bersama-sama kita KUHP.
harus menghilangkan sumber konflik di Daya khas ilokutif Presiden Djoko
laut, seperti pencurian ikan, pelanggaran Widodo juga dapat dipertalikan dengan
kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, konflik Laut China Selatan, yang berpeluang
dan pencemaran laut.” Sifat ilokutif dalam memunculkan sensitivitas dalan hubungan
suatu ungkapan bahasa, dalam perspektif internasional di wilayah laut. NKRI
Filsafat Bahasa, berupa tindak tutur penutur memang bukan negara pengklaim di Laut
yang hendak menyatakan sesuatu dengan China Selatan, akan tetapi Indonesia harus
menggunakan suatu daya yang khas, yang tetap cermat dalam melaksanakan hak dan
membuat si penutur itu bertindak sesuai kewajibannya di Zona Ekonomi Eksklusif
dengan apa yang dituturkannya (Wibowo, (ZEE). Hal ini berarti, NKRI tidak berhak

217
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
Wahyu Wibowo ISSN 2355-4721

mengganggu kedaulatan negara lain di yang dicerminkan melalui ungkapan


Laut China Selatan, atau sebaliknya, tidak perfomatifnya yang bersifat ilokutif, yaitu
satu pun negara di wilayah tersebut yang “bersama-sama menghilangkan sumber
boleh mengganggu kedaulatan NKRI. konflik di laut”, dalam insiden KM Kway
Sebagaimana dicatat sejarah, Laut China Fey 10078 tampak ditafsirkan secara
Selatan merupakan salah satu dari lima perlokutif oleh media online tersebut
jaringan perdagangan (commercial zone) (kompasiana). Dalam perspektif Filsafat
yang diakui duia sejak abad ke-14. Bahasa (Wibowo, 2016), tindak perlokusi
Jaringan perdagangan Laut China adalah efek tindak tutur si penutur bagi
Selatan berada di wilayah laut pesisir mitra tuturnya. Dalam penegasan lain,
timur Semenanjung Malaka, Thailand, bila tindak ilokusi lebih menekankan pada
dan Vietnam Selatan. Sementara itu, peranan si penutur, pada tindak perlokusi
keempat jaringan perdagangan lainnya yang ditekankan adalah bagaimana respons
adalah jaringan perdagangan Teluk Bengali dan efek yang muncul dari mitra bicara.
(pesisir Coromandel di India Selatan, Sri Ketika menulis berita insiden tersebut,
Lanka, Myanmar, dan pesisir utara dan daya perlokutif penulis media online
barat Sumatera), jaringan perdagangan tersebut menggarisbawahi bahwa Indonesia
Selat Malaka, jaringan perdagangan Laut (melalui Kementerian Luar Negeri) sebatas
Sulu (pesisir barat Luzon, Mindano, Cebu, hanya mengecam keras pelanggaran
Mindanao, dan pesisir utara Kalimantan), wilayah perairan Indonesia.
dan jaringan perdagangan Laut Jawa Oleh karena itu, dalam kaitan ini,
(Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan boleh dipertegas juga secara perlokutif
Maluku, pesisir barat Kalimantan, Jawa, bahwa penulisan berita insiden semacam
dan bagian selatan Sumatera). itu, selain berpeluang melemahkan visi
Menjadi wajar Indonesia menjadi Indonesia sebagai poros maritim dunia,
gusar ketika coast guard milik AL China juga menegaskan betapa pentingnya
menabrak kapal KP Hiu 11 (milik TNI AL) penggunaan kaidah jurnalistik yang benar
di perairan Natuna pada 19 Maret 2016. dalam penulisan berita semacam itu.
Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Mengabaikan hal ini, pada waktunya akan
Susi Pudjiastuti, coast guard China itu mengganggu etos persatuan bangsa di
hendak menghalang-halangi KP Hiu 11 dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
yang tengah melakukan penangkapan Kelima, membangun kekuatan
terhadap KM Kway Fey 10078 (kapal pertahanan maritim mengingat Indonesia
penangkap ikan berbendera China) adalah negara yang menjadi titik temu
yang diduga melakukan illegal fishing dua samudra. Oleh Presiden Joko Widodo,
(Republika.co.id. 20/03/2016; 17.39 WIB). hal ini diungkapkan secara performatif
Menanggapi protes Indonesia, juru bicara melalui pernyataan yang bersifat eksersitif:
Kementerian Luar Negeri China Hua “Hal ini diperlukan bukan saja untuk
Chunying, menegaskan bahwa KM Kway menjaga kedaulatan dan kekayaan maritim,
Fey 10078 memang berasal dari China. melainkan juga sebagai bentuk tanggung
Akan tetapi, kapal itu sedang mencari ikan jawab kami dalam menjaga keselamatan
di lokasi insiden (perairan Natuna), tepatnya pelayaran dan keamanan maritim.”
di lokasi penangkapan ikan tradisional, Dalam perspektif Filsafat Bahasa,
yang sebenarnya masih berada di wilayah tindak tutur eksersitif merupakan tindak
China. Jadi, menurut Hua, wajar jika coast tutur yang mengindikasikan adanya
guard China datang menolong KM Kway kekuasaan, hak, atau pengaruh dalam
Fey 10078 dengan menabrak KP Hiu 11 diri si penutur (Wibowo, 2016). Dengan
(kompasiana, 01/104/2016; 07.26 WIB). demikian, kekuasaan dan pengaruh
Daya khas Presiden Djoko Widodo, Presiden Joko Widodo terkait dengan

218
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
ISSN 2355-4721 Kemaritiman Indonesia: Sebuah Kajian Kritis

ungkapan eksersitifnya, yaitu “...juga NKRI mencapai 5,8 kilometer persegi.


sebagai bentuk tanggung jawab kami Dari luas itu, 2,7 kilometer perseginya
dalam menjaga keselamatan pelayaran dan merupakan wilayah ZEE yang belum
keamanan maritim”, secara perlokutif dapat dimanfaatkan secara maksimal, padahal
dirujukkan pada eksistensi TNI AL. Hal ini mengandung sumber daya alam yang
setidaknya tercermin melalui pemberitaan melimpah. Oleh karena itu, menurut
detik.com (11/6/2014) terkait dengan acara Presiden Joko Widodo, pembangunan
Debat Capres yang bertemakan Ketahanan sektor kelautan menjadi niscaya dan
Nasional dan Politik Luar Negeri. Pada harus diprioritaskan. Sehubungan dengan
waktu itu, Joko Widodo dan Jusuf Kalla hal ini, Presiden Joko Widodo juga
masih “berstatus” calon presiden dan calon menegaskan akan melakukan peningkatan
wakil presiden. anggaran TNI AL. Sebagai penjaga
Dalam debat capres dengan tema keselamatan pelayaran dan keamanan di
Ketahanan Nasional dan Politik Luar laut, peningkatan anggaran tersebut akan
Negeri, semalam, tampak jelas capres membuktikan secara eksistensial bahwa
Joko Widodo (Jokowi) memiliki kesadaran semboyan TNI AL, Jalesveva Jayamahe, di
geografis Indonesia yang sebagian besar laut kita jaya, bukanlah sekadar semboyan
adalah lautan dengan segala potensi dan yang kosong makna.
permasalahannya. Jokowi juga mempunyai Jarak wilayah NKRI, andai
kesadaran akan kenyataan bahwa selama ini diperbandingkan dengan wilayah lain,
potensi ekonomi di laut seakan disepelekan sama dengan jarak antara Irak dan Inggris
dan tidak dilirik apalagi dimanfaatkan. (timur-barat) atau antara Jerman dan
Hal tersebut dikarenakan visi pemimpin Aljazair (utara-selatan). Letak NKRI yang
Indonesia selama ini lebih fokus ke strategis, ditambah sumber daya alam
kontinental, sehingga kebijakan dukungan yang melimpah, secara historis memang
anggaran dan politik di sektor maritim tidak selalu menarik hati negara-negara lain
terjadi. Negara Indonesia adalah negara untuk menguasainya. Oleh karena itu, visi
yang geografisnya sebagian besar adalah Indonesia sebagai poros maritim dunia,
lautan dan kekayaan alam lautan selama ini sebagaimana dipidatokan oleh Presiden
belum tereksploitasi dengan baik, bahkan Joko Widodo di depan KTT Asia Timur,
banyak dicuri oleh asing, sehingga posisi harus selaras dengan peningkatan anggaran
kita sebagai negara maritim menjadi lemah. TNI AL. Boleh dibayangkan, bagaimana
Di samping itu, kelemahan di bidang alat NKRI tanpa armada perang yang kuat dan
penjagaan lautan, yaitu TNI AL, akibat dari tanpa memiliki keandalan pengamanan
hilangnya visi bahari dari para pemimpin laut? Kekuatan TNI AL, sebagaimana kerap
Indonesia selama ini. diungkapkan, bahkan masih tertinggal dari
Dari kutipan di atas, visi Indonesia negara-negara tetangga terutama dalam
sebagai poros maritim dunia, sebagaimana hal teknologinya. Thailand, contohnya,
dipidatokan oleh Presiden Joko Widodo di diketahui memiliki kapal induk, sementara
depan KTT Asia Timur, di Nay Pyi Taw, itu TNI AL diketahui masih mengandalkan
Myanmar, pada 13 November 2015, terlihat kapal-kapal tua. Diketahui pula, kapal
jelas merupakan pengejawantahan janjinya perang TNI AL masih terbatas pada jenis
ketika Joko Widodo masih “berstatus” korvet (kapal perang yang kelasnya di
calon presiden. bawah fregat). Dari kebutuhan sekitar 300
Melalui tindak tutur komisif, janjinya kapal perang, TNI AL “baru” memiliki
tersebut dipijakkan pada kesadaran etisnya 130 kapal (kompas.com. 13/11/2015;
bahwa NKRI adalah negara laut dan oleh 12.54 WIB). Data yang dikemukakan ini,
karena itu sebagian ekonominya juga pada saat ini mungkin sudah berubah jauh.
tergantung laut. Sebagai catatan, luas laut Dari sudut fenomenologis, perubahan

219
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
Wahyu Wibowo ISSN 2355-4721

ini memang harus dilakukan mengingat bukanlah harapan tanpa makna. Fakta
Presiden Joko Widodo telah menyiarkan menunjukkan, pusat gravitasi geoekonomi
visi Indonesia sebagai poros maritim dunia dan geopolitik dunia sedang beralih dari
ke tingkat mondial, melalui forum KTT Barat ke Asia Timur. Negara-negara Asia
Asia Timur, di Nay Pyi Taw, Myanmar, sedang bangkit. Momentum, saat yang
pada 13 November 2015. tepat, atau kesempatan inilah yang sedang
Patut pula segera dikemukakan, dimanfaatkan NKRI untuk mewujudkan
peningkatan anggaran TNI AL, yang harapannya.
secara linear terkait dengan pengembangan Sehubungan dengan momentum
infrastruktur dan koneksivitas maritim, tersebut, secara filosofis boleh
pengembangan industri kemaritiman, dipertanyakan: jika kodrat manusia
dan pengembangan pariwisata maritim, ditengarai cukup mengandung unsur
berkelindan dengan harapan bangkitnya perekat sosial, setelah menemukan
kembali kesadaran lingkungan maritim kebenaran, kebaikan, dan keindahan dalam
semua komponen bangsa bahwa laut hidupnya, mampukah manusia di dalam
harus dipandang sebagai kesatuan suatu negara menjaga dan mengembangkan
wilayah, sumber kehidupan, sarana utama tatanan sosial yang damai, stabil, dan saling
penghubung antarpulau, dan sebagai melayani kepentingan orang? Pertanyaan
wilayah utama penyangga pertahanan ini dilontarkan oleh filsuf Thomas Hobes
demi kedaulatan NKRI. Harapan ini harus (1588-1679) sebelum membangun teori
digarisbawahi, mengingat bangsa Indonesia kontrak sosial. Melalui pertanyaan itu,
(sedang) kehilangan budaya bahari. Hobes hendak menegaskan bahwa sebuah
Implikasi dari hal ini, paradigma TNI AL negara selalu berada dalam “kondisi
yang selama ini terkesan hanya sebagai alamiah”, yaitu kondisi “bellum omnium
pendukung pertahanan darat, seharusnya contra omnes” (perang atas perang).
diubah menjadi “antisipasi ke depan” Manurut Hobes, dinamika kekuasaan
bertalian dengan kebutuhan pengendalian (terutama karena nafsu hendak mencapai
keamanan laut nasional sampai ke batas popularitas), yang merupakan karakter
ZEE, sebagaimana semangat etis di balik dasar manusia, akan selalu memicu benturan
semboyan Jalesveva Jayamahe. Andai dan ketidakstabilan (perang atas perang).
musuh dapat dihalau di laut, mengapa harus Hobes kemudian mengajukan teori kontrak
terjadi perang di darat? sosial yang terkenal itu, yaitu kontrak
Dengan kembalinya budaya bahari, yang memberikan pendasaran etis pada
visi Indonesia sebagai poros maritim kekuasaan dan bukan tentang pembatasan
dunia akan menjadi praksis dan relevan kekuasaan (bandingkan: Munandar, 2013).
dengan tujuan etis bangsa Indonesia dalam Andai kita kaitkan dengan visi
menemukan kebenaran, kebaikan, dan Indonesia sebagai poros maritim,
keindahan dalam hidupnya. Hal ini, secara sebagaimana dipidatokan oleh Presiden
perlokutif dapat dihubungkan dengan Joko Widodo di Myanmar, boleh ditegaskan
penegasan performatif dan konstantif bahwa kontrak sosial tersebut harus
Presiden Joko Widodo dalam pidatonya dimulai melalui pernyataan etis berikut
tersebut: “Visi Indonesia sebagai poros ini: NKRI sebagai negara maritim adalah
maritim dunia adalah fokus NKRI pada negara yang mampu memanfaatkan dan
abad ke-21. Indonesia akan menjadi poros menjaga lautnya, karena memiliki sumber
maritim dunia, kekuatan yang mengarungi kehidupan, perdagangan, dan kekuatan laut.
dua samudra, sebagai bangsa bahari yang Dengan demikian, jika kemudian masih ada
sejahtera dan berwibawa.” Visi adalah pernyataan di luar sana yang meragukan
sebuah harapan dan harapan tentang kemampuan NKRI sebagai poros maritim
Indonesia sebagai poros maritim dunia dunia, seraya menggarisbawahi bahwa

220
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
ISSN 2355-4721 Kemaritiman Indonesia: Sebuah Kajian Kritis

NKRI belum memiliki strategi maritim maritim dunia dipidatokan oleh Presiden
dalam bentuk ocean policy, pernyataan Joko Widodo di muka forum KTT Asia
ini secara perlokutif mengindikasikan Timur, di Nay Pyi Taw, Myanmar, pada
bahwa penuturnya, selain belum mampu 13 November 2015. Visi ini, selain hendak
memahami makna kontrak politik Hobes, mengubah paradigma bangsa sebagai
juga mempertegas masih kehilangan bangsa agraris menjadi bangsa maritim
budaya bahari. Sebagai fokus NKRI abad yang berwawasan mondial, juga hendak
ke-21, visi Indonesia sebagai poros maritim menumbuhkan kembali budaya bahari,
dunia telah diejawantahkan melalui lima sehubungan dengan penciptaan pemerataan
pilar pendukungnya, sebagaimana telah dan pertumbuhan pembangunan. Oleh
dikaji di atas. Presiden Joko Widodo, padatonya ini
Semua komponen bangsa, sebagai diungkapkan secara performatif dan
anggota organisasi bernama NKRI, dengan konstantif dengan menggarisbawahi jenis
demikian secara etis tidak mungkin tindak tutur verdiktif, komisif, ilokutif, dan
menolak “ocean policy” visi Indonesia eksersitif.
sebagai maritim dunia beserta kelima pilar Dengan tujuan hendak
pendukungnya sebagai kontrak politik. menyejahterakan bangsa, “ocean policy”
Patut disadari, pada milenium ketiga dewasa berupa visi tersebut harus didukung secara
ini kerap dikatakan sebagai era Pasifik. etis dan akademis oleh semua komponen
Padahal dengan usainya Perang Dunia II, bangsa yang merasa menjadi bagian dari
negara-negara kawasan masih cenderung organisasi bernama NKRI. Ya, Jalesveva
memperlihatkan ofensif militernya. Jayamahe.
Kenyataan ini menunjukkan, bangsa-
bangsa di dunia masih kesulitan mencari
kebenaran, kebaikan, dan keindahan dalam DAFTAR PUSTAKA
hidup berbangsa dan bernegaranya.
Hal tersebut patut digarisbawahi, Baggini, Julian. 2013. Making Sense,
apalagi mengingat mitra pemerintah Filsafat di Balik Headline Berita.
“paling dekat”, yaitu lembaga DPR, (Penerjemah: Nurul Qamariyah).
belakangan ini masih mempertahankan Jakarta: Teraju.
kondisi alamiahnya sebagai “hewan Detik.com. 2014. “Maritim sebagai
berakal” seperti dikatakan Aristoteles, Bagian dari Diplomasi”. Detik.com,
terutama ketika mereka mempertontokan 11/6/2014; 15.23 WIB.
daya perlokutif ungkapan “bellum omnium Detik.com. 2015. “Indonesia sebagai
contra omnes” sebagai status quo. Poros Maritim Dunia”. Detik.com,
13/11/2015; 12.54 WIB.
Kadarisman, Muh. 2015. “Transportation
SIMPULAN System and Human Need in a Family”.
Jurnal Manajemen Transportasi &
Visi Indonesia sebagai poros maritim Logistik 02 (03): 313-331.
dunia, beserta kelima pilar pendukungnya, Kompas. 2017. “Maritim Masih Butuh
merupakan harapan dan sekaligus wujud Terobosan: Pelarangan Penggunaan
“ocean policy” dalam hal mengembalikan Cantang Ditunda”. Kompas,
kejayaan NKRI sebagai negara maritim, 5/5/2017; h.18
sebagaimana secara historis pernah dialami Kompas. 2017. “Kapal Keruk Asal China
bangsa Nusantara pada masa keemasan Ditangkap”. Kompas, 6/7/2017; h. 17.
Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Kompas. 2017. “Pemerintah Naikkan
Majapahit. Tarif Penyeberangan”, Kompas,
Visi Indonesia sebagai poros 6/11/2017; h.17.

221
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017
Wahyu Wibowo ISSN 2355-4721

Kompas.com. 2014. “Jokowi Ingin


Kembalikan Kejayaan Sriwijaya
Lewat Program Maritim”. Kompas.
com 14/08/2014; 15.44 WIB.
Munandar, Aris. 2013. “Peran Negara dalam
Penguatan Program Pemberdayaan
Masyarakat”. Jurnal Politik dan
Masalah Pembangunan 04 (01): 151-
162.
Sitorus, Budi Tulus Irpan Harsono Sitorus,
& Subandi. 2016. “Peningkatan
Jaringan Transportasi di Provinsi
Kalimantan Timur dalam Mendukung
Aksesbilitas Wilayah”. Jurnal
Manajemen Transportasi & Logistik
03 (01): 29-39.
Soekmono. 2015. Sejarah Kebudayaan
Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.
Thiroux, Jacques. 2012. Ethics: Theory &
Practice. London: Collier Macmillan
Publisher.
Wibowo, Wahyu. 2011. “Pemantapan
Prinsip Filsafat Bahasa Biasa sebagai
Upaya Pemutakhiran Metode Analisis
Pesan Komunikasi”. Jurnal Kajian
Linguistik dan Sastra 23 (1): 8-18.

222
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik - Vol. 04 No. 02, Juli 2017

Anda mungkin juga menyukai