Anda di halaman 1dari 3

NAMA : NAIN NURLATIFAH

NIM : 20014427
PRODI : PAI 1 / 26

ISTINJA DAN TAYYAMUM

1. ISTINJA
Apabila keluar kotoran dari salah satu dua LUBANG tempat keluar kotoran, maka wajib hukumnya
untuk bersuci dengan air atau istinja’ tiga kali dengan batu, tisu atau benda lain yang dapat
menghilangkannya.
Rasulullah telah melewati dua kuburan, kemudian beliau bersabda, “Kedua orang yang ada di
dalam kubur ini sedang disiksa, seorang disiksa karena mengadu domba orang dan yang seorang
lagi karena tidak bersuci dari kencingnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
A. ALAT BERSUCI ISTINJA
 Air, dengan membasuh sampai tidak tersisa najis (HILANG 3 SIFAT NAJISNYA)
 Batu, tisu, kain, kayu dan benda lain yang suci dan kesat yang dapat menyerap CAIRAN KOTOR
B. ADAB BUANG AIR
 Disunnahkan mendahulukan kaki kiri ketika masuk dan mendahulukan kaki kanan ketika
keluar kamar mandi/toilet..
 Janganlah berkata-kata selama di dalam toilet kecuali apabila ada keperluan yang sangat
penting dan tidak dapat ditangguhkan.
 Hendaklah memakai sandal atau alas kaki
 Hendaklah jauh dari orang lain sehingga bau kotoran tidak sampai padanya agar tidak
mengganggu.
 Jangan buang air kecil atau besar di air yang tenang kecuali air itu banyak dan menggenang
 Jangan buang air di lubang-lubang tanah karena kemungkinan akan ada binatang di dalam
lubang tersebut yang tersakiti.
 Jangan buang air di tempat pemberhentian, tempat yang dilewati manusia atau tempat
berteduh.
 Tidak menghadap kiblat kecuali terdapat penghalang/hijan.

1. TAYYAMUM
Tayamum menurut arti bahasa adalah al-qashd (‫( )القصد‬niat) seperti dalam firman Allah Ta’ala
dalam Surah Al-Baqarah ayat 267 yang artinya,
"... Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan....”
Ulama Syafi'i (Mughnil Muhtaj  jilid 1 halaman 87) mendefinisikan tayamum sebagai
mengusapkan debu ke wajah dan kedua tangan sebagai ganti wudhu, mandi, atau salah satu
anggota dari keduanya dengan syarat-syarat yang tertentu.
DASAR HUKUM TAYYAMUM
a. Tayamum adalah bentuk hukum rukhshah (keringanan). Tetapi, para ulama Hambali
mengatakan ia adalah hukum 'azimah (hukum asal).
b. Dalil-dalil pensyariatannya adalah Al-Qur'an, As-Sunnah, dan ijma'.
c. Yang bersumber dari Al-Qur'an adalah firman Allah Ta’ala dalam Surah Al-Ma’idah ayat 6 yang
artinya, "...Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
(kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh ain maka
bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu)
itu....”
d. Ayat ini menyatakan bahwa tayamum adalah fardhu sebagai ganti membasuh dengan air.

SYARAT TAYYAMUM

1. Sudah masuk waktu shalat


2. Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukannya
3. Dengan tanah yang suci dan berdebu
4. Menghilangkan najis terlebih dahulu jika ada

RUKUN TAYYAMUM
1. Niat
2. Mengusap wajah dengan debu
3. Mengusap kedua tangan sampai siku dengan mendahulukan tangan kanan dari tangan
kiri
4. Tertib dan urut

YANG MEMBATALKAN TAYYAMUM

 Semua hal yang membatalkan wudhu


 Adanya air atau mendapatkan air sebelum melaksanakan shalat

STATUS TAYYAMUM

 Jumhur ulama selain Hanafi (Asy-Syarhul Kabir  jilid 1 halaman 154; Mughnil Muhtaj  jilid 1
halaman 97; Bujairami Al-Khatib  jilid 1 halaman 253; Kasysyaful Qina’  jilid 1 halaman 199)
mengatakan, tayamum adalah pengganti dalam keadaan darurat (badal dharuri).
 Oleh karena itu, shalatnya dihukumi boleh, walaupun dalam keadaan berhadats karena
kondisi darurat. Kedudukannya sama seperti wanita mustahadhah apabila bersuci.
 Hal ini berdasarkan kepada hadits Abu Dzar yang terdapat dalam Sunan At-Tirmidzi, "Jika
kamu mendapati air, hendaklah kamu membasahi kulitmu. Karena, hal itu memberi
kebaikan kepadamu."

KEBERLAKUAN TAYYAMUM
 adalah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dengan sanad yang shahih dari
Ibnu Umar yang mengatakan, "Dia bertayamum untuk setiap shalat,
meskipun dia tidak berhadats,“
 Lagipula, tayamum adalah cara bersuci yang darurat (thaharah dharurah). Oleh
karena itu, tayamum harus diulang setiap kali melaksanakan shalat fardhu,
meskipun itu dua shalat fardhu yang dijamak dalam satu waktu seperti Zhuhur
dengan Ashar, dan juga meskipun tayamum itu dilakukan oleh orang sakit yang
susah mengulang.
 Menurut ulama Maliki dan Syafi'i (Asy-Syarhush Shaghir  jilid 1 halaman 186-
187; Asy-Syarhul Kabir  jilid 1 halaman 151; Al-Muhadzdzab  jilid 1 halaman
36; Mughnil Muhtaj  jilid 1 halaman 103; Al-Qawanin Al-Fiqhiyyah  halaman 38),
satu tayamum tidak boleh digunakan untuk menunaikan dua fardhu
 Oleh karena itu, menurut mereka seseorang yang bertayamum tidak boleh
menggunakan satu tayamum untuk menunaikan lebih daripada satu fardhu.
 Pendapat ulama madzhab Syafi'i, seseorang yang sudah bertayamum boleh
menunaikan beberapa shalat sunnah sebelum ataupun selepas mengerjakan
shalat fardhu. Karena, shalat sunnah itu tidak ada batasnya.
JINABAT DAN HAID
 Orang junub masuk masjid. Pertama: ulama yang melarang orang yang junub masuk
masjid secara mutlak. Pendapat ini dipegangi oleh Imam Malik dan para pengikutnya.
Kedua: ulama yang melarang orang junub tinggal di dalam masjid, kecuali hanya untuk
lewat. Ini merupakan pendapat imam Syafi’i. Ketiga: ulama yang membolehkan orang
junub tinggal di dalam masjid, baik untuk tinggal atau hanya lewat. Inilah yang dipegangi
oleh imam Daud dan para pengikutnya
 Orang Junub menyentuh mushaf. Para ulama berbeda pendapat tentang masalah ini.
Sebagian menyatakan boleh dan yang lain tidak membolehkan. Kelompok yang tidak boleh
membolehkan ini adalah kelompok yang melarang menyentuh mushaf dalam keadaan
tidak berwudhu.
 Orang Junub membaca al-Qur’an. Para ulama juga berbeda pendapat tentang masalah ini.
Jumhur ulama malarang orang junub membaca al-Qur’an.

HIKMAH THAHARAH
 Mendidik manusia agar selalu hidup bersih dan suci. Jika badan bersih maka kita tidak
malu untuk berbicara dan bergaul dengan orang lain
 Memelihara agar badan tetap segar, nyaman dan sehat serta menghindarkan diri dari
berbagai macam penyakit.
 Memelihara keindahan sebab Allah adalah Dzat Yang Maha Indah yang menyukai
keindahan.
 Memelihara keimanan dan keislaman. Rasulullah bersabda yang artinya: “Islam itu
bersih, maka jagalah kebersihan dirimu, sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali
orang yang bersih (lahir dan batin).” (HR. Baihaqi).
 Memotivasi diri untuk lebih bisa membersihkan jiwa dari segala noda dan dosa
kemaksiatan
 Orang yang selalu dalam keadaan suci dan bersuci niscaya ia akan selalu dicintai Allah
dan Rasulullah

Anda mungkin juga menyukai