Anda di halaman 1dari 5

BAB 3

METODE PENELITIAN

Adapun metode penelitian yang dipergunakan di penelitian ini adalah metode


Penelitian kualitatif. Dalam memahami suatu objek, kualitatif menggunakan sistem
Analisa yang disebut in-depth analysis, yaitu sistem yang melihat masalah dari
kasusPerkasus. Metode kualitatif juga lazim disebut dengan naturalistic inquiry
(inkuiri Alamiah) karena metode ini bertujuan untuk memahami karakter, sifat dan
dinamika Sosial yang berkembang pada suatu masa, melihat dunia dari apa adanya,
bukan dunia Yang seharusnya. Pandangan ini diungkapkan oleh Creswell (dalam
Herdiansyah, 2010: 8), ia mengatakan bahwa“Qualitaive research is an inquiry
process of understanding Based on distinct methodological traditions of inquiry that
explore a social or human Problem. The researcher builds a complex, holistic picture,
analizes words, report detailed views of information, and conducts the study in a
natural setting”. Masih dalam Herdansyah (2010:9), Meleong mendefinisikan
kualitatif sebagai sebuah metode yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena
dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi
komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Sugiyono
(2011:15) menjelaskan bahwa metode penelitian kulitatif digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya eksperimen) yang dilakukan
secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif/kualitaif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi. Penelitian kualitaif merupakan penelitian
yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan
kualitas atau keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur
atau digambarkan melalui pendekatan kuantitaif (Saryono, 2010: 1). Apapun macam,
cara atau corak analisis data kualitatif suatu penelitian, hal yang paling pertama
dilakukan adalah membaca fenomena. Setiap data kualitatif mempunyai ciri dan
karakteristik sendiri-sendiri. Data kualitatif berada secara tersirat di dalam sumber
datanya. Sumber data kualitatif adalah catatan hasil observasi, transkrip interviu
mendalam (depth interview), dan dokumen-dokumen terkait berupa tulisan ataupun
gambar.
Danandjaja (dalam Endraswara, 2003: 62) menjelaskan bahwa di dalam
penelitian folklor metode kualitatif diterapkan karena pada kenyataan bahwa folklor
mengandung unsur-unsur budaya yang diamanatkan pendukung budaya tersebut.
Artinya, peneliti tidak hanya menitikberatkan perhatian pada unsur folk, namun juga
unsur lore-nya. Kedua unsur ini saling terkait, sekaligus membentuk sebuah
komunitas budaya yang unik. Data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata
dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Lebih
lanjut, pada penelitian kualitatif, data bersumber dari manusia (human sources),
berupa kata dan tindakan, sekaligus data di luar manusia (non human sources), berupa
buku, dokumen dan foto (Endraswara, 2003 : 207-208 ).

INSTRUMEN PENELITIAN :
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah observasi dan wawancara. Menurut Arikunto (2006-124), observasi adalah
mengumpulakn data ataau keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan
usaha-usaha pengamatan secara langsung ketempat yang akan diselidiki. Sedagkan
menurut Kamus Ilmiah Populer (dalam Suardeyasari,2010:9) observasi adalah suatu
metode pengumpulan data yang diteliti dan sistematis, dilakukan secara berulang-
ulang. Bagi penelitian profesional, observasi umumnya digunakan sebagai metode
untuk mengumpulkan data atau untuk mencatat bukti.
Menurut Robert Khan dan Chanel,, wawancara adalah suatu pola khusus dari
sebuah interaksi yang dimulai secara lisan untuk suatu tujuan tertentu dan difokuskan
pada daerah konten yang spesifik dengan suatu proses eliminasi dari bahan-bahan
yang tidak ada hubungannya secara berkelanjutan. Sedangkan menurut
Koentjaraningrat, wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk tugas tertentu,
mencoba untuk mendapatkan sebuah informasi dan secara lisan pembentukan
responden, untuk berkomunikasi secara tatap muka.
Didalam mitos Kenagarian Abai Kecamatan Sangir Batang menggunakan
instrumen observasi dan wawancara. Yang dilakukan terlebih dahulu adalah sebagai
berikut: (1) Studi pustaka; dilakukan untuk menelusuri lebih mendalam tentang hasil-
hail penelitian folklor Minangkabau yang telah dilakukan. Penelurusan ini sangat
penting, mengingat folklor adalah sebuah produk budaya lisan yang sudah tentu
memiliki variasi-variasi antar satu dengan lainnya. Oleh karena itu studi pustaka
menjadi pilihan pertama dalam usaha pendokumentasian ini. (2) Observasi dilakukan
untuk mengamati dan mengenal secara lebih dekat daerah/lokasi penelitian, terutama
untuk mencermati kondisi sosial masyarakat setempat baik sebagai observer
participant, maupun sebagai observer non participant1. Langkah ini penting, karena
usaha ini akan dapat menjalin hubungan yang harmonis antara peneliti dengan
masyarakat setempat. Sedangkan teknik wawancara yang dipakai adalah teknik
wawancara tertutup. Yaitu, teknik wawancara yang dilakukan terhadap
informaninforman pilihan yang dianggap layak. Informan-informan dipilih
berdasarkan kategorisasi, yakni a) informan tersebut adalah perangkat nagari: ninik
mamak, alim ulama, dan tokoh masyarakat lainnya di Nagari Abai Siat, Kecamatan
Sangir Batanghari Kabupaten Solok Selatan; b) informan tersebut telah tinggal
menetap di lokasi penelitian minimal lima belas tahun secara berturut-turut; dan c)
informan warga asli bukan pendatang. Setelah semua data dapat dikumpulkan, maka
langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data. Data-data yang telah berhasil
dikumpulkan akan dianalisis makna dan fungsinya serta menelaah kemungkinan-
kemungkinan motif dan unsur-unsur edukasi yang dikandung di dalam ajaran tradisi
masyarakat Nagari Abai Siat.

ANALISIS DATA
a. Membaca Mitos Secara Menyeluruh
Tahap pertama dalam analisis data adalah membaca mitos secara
menyeluruh.Tujuannya untuk memperoleh pengetahuan dan kesan tentang isi cerita,
tentang tokoh-tokohnya, tentang berbagai tindakan yang mereka lakukan,serta
berbagai peristiwa yang mereka alami.

b. Penentuan Episode
Proses analisis cerita dilanjutkan dengan membagi cerita kedalam beberapa
episode. Episode dibagi berdasarkan deskripsi mengenai suatu tema tertentu.Makna
masing-masing episode tergantung pada keseluruhan teks dengan memperhatikan
posisi episode dalam keseluruhan cerita.Tokoh-tokoh, tempat dan peristiwa
diidentifikasi dengan cermat untuk mendapatkan persamaan dan perbedaan yang
terpola.

c. Penentuan Miteme dan Ceriteme


Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menemukan miteme dan ceriteme dari
mitos di Kenagaria Abai Kecamatan Sanggir Batang Miteme menurut Levi-Strauss
adalah unsur-unsur dalam konstruksi wacana mistis yang juga merupakan kesatuan-
kesatuan yang bersifat oppositional, relative dan negatif (Ahimsa-Putra, 2013:94).
Sehingga dalam menganalisis mitos makna dari kata yang ada dalam mitos harus
dipisahkan dari makna yang ada dalammiteme/Ceritemeyang merupakan rangkaian
kata-kata yang ada dalam mitos tersebut.
Misalnya miteme dari kata “matahari” atau relasi sosial tertentu, seperti
‘menikah’,mencari,’menolong’ dan sebagainya dalam sebuah mitos perlu dibedakan
dengan miteme-miteme tersebut dalam dongeng lain. Menurut Levi Strauss, suatu
cerita tidak pernah memberikan makna tertentu yang sudah mapan dan pasti kepada
pendengarnya (Ahimsa-Putra, 2013 :95). Makna dari “matahari” misalnya hanya
dapat muncul dari relasi yang bertentangan dan korelatif dengan miteme-miteme lain
dalam cerita. Sebagaimana dikatakan oleh Levi-Strauss (1963), tindakan atau
peristiwa ini (yang merupakan mytheme) hanya dapat ditemukan pada tingkat
kalimat.Oleh karena itu, dalam analisis ini perhatian diarahkan terutama pada
kalimat-kalimat yang menunjukkan tindakan atau peristiwa yang dialami oleh tokoh-
tokoh ceritera. Sayangnya, cara ini juga tidak selalu tepat, karena sebuah pengertian
atau ide tertentu kadang-kadang diungkapkan dalam beberapa kalimat. Oleh karena
itu pula, upaya untuk menemukan miteme-miteme di sini dilakukan dengan
memperhatikan rangkaian kalimat-kalimat yang memperlihatkan adanya satu ide
tertentu. Dengan cara ini kita akan dapat menemukan rangkaian-rangkaian kalimat
yang memperlihatkan suatu ’pengertian’ tertentu. Rangkaian kalimat tersebut disebut
dengan ceriteme (untuk membedakannya dengan miteme yang hanya terdiri dari satu
kalimat). Dengan menyandingkan episode satu dengan episode lainnya lalu
ditemukan oposisi oposisi antara tokoh satu dengan yang lain berdasarkan atas
tindakan yang mereka lakukan dan peristiwa yang mereka alami. Berbagai oposisi
yang ditemukan belum banyak artinya bagi tafsir kita kecuali jika dihubungkan
dengan oposisi oposisi yang ada dalam data etnografi.

d. Menyusun Miteme: Sintagmatis dan Paradigmatis


Setelah berhasil menemukan mitemeyang menunjukan relasi-relasi
tertentu,mitemetersebut kemudian dituliskan pada sebuah kartu indeks yang
kemudian diberi nomor sesuai dengan urutannya dalam ceritera. Setiap kartu ini
akhirnya akan memperlihatkan kita pada subyek yang melakukan fungsi tertentu dan
inilah yang disebut dengan “relasi” (Ahimsa-Putra, 2013 :95). Miteme mitemeyang
ditemukan disusun secara sintagmatis dan paradigmatis. Penyusunan mitemesecara
sintagmastis adalah cara pandang bahwa bahasa mempunyai arti apabila dikaitkan
dengan unsur yang mendahului atau yang mengakhirinya (Ahimsa-Putra, 2013:44).
Dengan kata lain makna bahasa tergantung pada relasinya dengan unsur yang ada
dalam bahasa tersebut. Sedangkan cara pandang paradigmatis adalah cara pandang
bahwa bahasa mempunyai relasi dengan elemen elemen lain diluar bahasa (Ahimsa-
Putra 2013:45), artinya bahasa tidak selalu tergantung dengan elemen yang ada pada
tata bahasa itu sendiri. Sehingga ketika memahami mitos harus dibaca dari kiri ke
kanan, dan dari atas ke bawah dan kolom demi kolom.

e. Intrepretasi Makna Cerita


Langkah selanjutnya, menginterpretasikan atau membuat penilaian dari relasi-
relasi mitemeyang berhasil diperoleh supaya kajian mitos di Kenagaria Abai
Kecamatan Sanggir Batang ini bisa dipahami secara komprehensif dan utuh. Dalam
hal ini diusahakan untuk mencari data etnografi yang cukup lengkap sebagai
tuntunan, agar relasi-relasi ini bisa disajikan lebih mendalam.kemudian langkah
selanjutnya adalah menghubungkan makna cerita tersebut dengan realitas sosial
masyarakat sehingga akan didapatkan rasionalitas dasar yang melandasi munculnya
relasi- relasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai