Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan teknologi komunikasi di masa globalisasi sekarang ini telah

memengaruhi komunikasi politik internasional hingga setiap negara terdorong

memanfatkan kemajuan tersebut untuk mencapai kepentingan dan dimanfaatkan untuk

memperkuat posisi dalam percaturan dunia internasional. Sebagai salah satu aktor

hubungan internasional, negara tentu memiliki kepentingan nasionalnya masing-

masing yang ingin dicapai dan kadang perbedaan kepentingan ini yang tidak jarang

menimbulkan konflik. Dalam situasi ini, suatu negara harus mempertahankan

kepentingan nasionalnya, salah satunya dengan melakukan propaganda.

Dalam praktik komunikasi internasional dewasa ini, propaganda memainkan

peran yang semakin penting karena hubungan internasional masih diliputi dengan

konflik kepentingan antara satu negara dengan negara lain, baik secara terbuka maupun

secara terselubung. Dalam menghadapi konflik, peran propaganda tidak kalah penting

dengan peran diplomasi, bahkan peran keduanya kerap dilakukan secara beriringan. 1

Propaganda sendiri berasal dari bahasa latin propagare yang berarti memekarkan atau

mengembangkan dimana rangkaian pesan yang bertujuan untuk memengaruhi

pendapat dan kelakuan masyarakat atau sekelompok orang. Propaganda tidak

menyampaikan informasi secara objektif, tetapi memberikan informasi yang dirancang

untuk mempengaruhi pihak yang mendengar atau melihatnya. Propaganda selain

menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali menyesatkan dimana umumnya isi

propaganda hanya menyampaikan fakta-fakta pilihan yang dapat menghasilkan

pengaruh tertentu, atau lebih menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi rasional.

1
Republika (2020 10 14). Pentingnya Propaganda dalam Komunikasi Internasional. Diakses dari
m.republika.co.id : https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/m6dqri
Tujuannya adalah untuk mengubah pikiran kognitif narasi subjek dalam kelompok

sasaran untuk kepentingan tertentu.2

Mengingat demikian penting peran propaganda dalam praktik komunikasi

internasional. Pada masa lalu, propaganda kerap digunakan dalam medan perang atau

untuk memperluas wilayah pengaruh sebuah negara, serta misi-misi kolonialisme. Pada

masa sekarang, propaganda masih digunakan untuk tujuan yang sama dengan modus

dan medan berbeda, termasuk dalam hal persaingan politik dan ekonomi. Berbicara

tentang penggunaan propaganda, negara maju lebih mendominasi karena mereka

menguasasi teknologi komunikasi dan menjadikan negara berkembang sebagai pihak

yang dicekoki informasi. Sehingga negara-negara berkembang acap menjadi proyek

komunikasi politik negara maju untuk berbagai kepentingan ekonomi politik dan

ideologi.3

Kesuksesan sebuah propaganda apabila dapat menjadi senjata yang ampuh untuk

merendahkan musuh atau lawan politik dengan cara menghasut kebencian terhadap

kelompok tertentu, mengendalikan representasi bahwa pendapat itu yang benar

meskipun hasil manipulasi.4 Misalnya terminologi terorisme digunakan negara maju

sebagai label komunikasi politik yang merugikan negara berkembang, utamanya

negara berpenduduk muslim. Barat secara sengaja menggulirkan teori penjulukan

untuk menyudutkan islam dan umat islam di pentas dunia.5

Rusia merupakan salah satu negara yang terkenal menggunakan propagandan

sebagai instrumen mencapai kepentingan. Hal ini menjadi kebiasaan sejak masih
2
Kaukab, M. E. (2020). Strategi Komunikasi Politik Amerika Serikat dalam Memanfaatkan Hollywood
sebagai Media untuk Memperkuat Dominasi Global : Tinjauan Film Black Panther. Resolusi Vol.3. No.2
2020.
3
xxx
4
Kumparan.com (2020 25 09). Mengenal Propaganda Politik di Era Post-Truth diakses dari Kumparan.com :
https://m.kumparan.com/abdul-rivai-ras/mengenal-propaganda-politik-di-era-post-truth-
1549632367408752701/full
5
xxx
sebagai Uni Soviet pada masa perang dingin. Rusia dari dulu terkenal sebagai negara

yang gencar dalam melakukan propaganda sehingga banyak pola propaganda yang

tercipta dari kebiasaan tersebut dan turun temurun digunakan oleh pemerintahan Rusia.

Salah satu taktik propaganda Rusia yang ada hingga saat ini dikenal dengan

whataboutism yang digunakan untuk membendung tuduhan dari lawan politiknya.

Whataboutism sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan teknik

propaganda yang dapat dicirikan dalam bahasa Estonia dengan ungkapan “tetapi yang

lain melakukannya juga,”atau“tapi apa yang Anda lakukan sendiri,”. Teknik

propaganda ini mulai digunakan Uni Soviet masa perang dan masih biasa digunakan

oleh Rusia saat menjelaskan manuver komunikasi mereka.

Munculnya konsep ini dipicu oleh dialog Perang Dingin antara Barat dan Uni

Soviet, dimana reaksi terhadap kritik Barat biasanya merupakan respon terhadap kritik

yang dimulai dalam bahasa Inggris dengan ungkapan “Bagaimana dengan…“ diikuti

dengan putusan yang dipilih secara sewenang-wenang jatuh seperti "tapi Anda

mengintimidasi minoritas!".6 Whataboutism adalah teknik propaganda Rusia dan sering

digunakan selama Perang Dingin. Setiap kali kritik dilontarkan ke Uni Soviet, mereka

membalas dengan kritik serupa terhadap Barat. Ini adalah taktik pengalihan favorit

Presiden Rusia Vladimir Putin. Gaya argumentasi ini juga menjadi populer di kalangan

Presiden Donald Trump, pendukung dan penggantinya.7 Whataboutism, juga dikenal

sebagai whataboutery, adalah varian dari kesalahan logis yang mencoba

6
Propastop.org. (2020 09 28). Propaganda dictionary: whataboutism diakses secara online melalui
https://www.propastop.org/eng/2018/01/26/propaganda-dictionary-whataboutism/

7
Kjzz.org (2020 09 30). Whataboutism, A Russian Propaganda Technique, Popular With Trump, His
Supporters. Diakses melalui https://kjzz.org/content/590934/whataboutism-russian-propaganda-
technique-popular-trump-his-supporters
mendiskreditkan posisi lawan dengan menuduh mereka dengan kemunafikan tanpa

secara langsung menyangkal atau menyangkal argumen mereka.

Taktik ini digunakan di Rusia pasca-Soviet sehubungan dengan pelanggaran hak

asasi manusia yang dilakukan dan kritik lain terhadap pemerintah Rusia.

Whataboutism menjadi taktik favorit Kremlin. Strategi hubungan masyarakat Rusia

menggabungkan whataboutism dengan taktik Soviet lainnya, termasuk disinformasi

dan tindakan aktif. Whataboutism digunakan sebagai propaganda Rusia dengan tujuan

mengaburkan kritik terhadap negara Rusia dengan membelokkan kritik atau tudingan

dengan mengangkat isu lain yang tidak relevan tetapi dianggap setara. Hal ini

bertujuan untuk menurunkan tingkat wacana dari kritik rasional terhadap Rusia

menjadi pertengkaran kecil.

Rusia sekarang ini memanglah sebuah negara besar dan memiliki kekuatan militer

(hard power) yang luar biasa sehingga ini menjadi keuntungan dan berperan besar

dalam melangsungkan aneksasi tersebut. Selain itu negara yang dipimpin oleh Presiden

Vladimir Putin ini juga terkenal gencar dalam menggiring opini isu terkait negaranya

melalui soft power yaitu propaganda media. Salah satu teknik propaganda yang

digunakan adalah teknik whataboutism, hal ini bertujuan untuk mendapat dukungan

dan pembelaan secara tidak langsung terhadap tuduhan dan kecaman dunia

internasional bahwa apa yang mereka lakuakan tidaklah melanggar hukum.

Salah satu kasus penggunaan taktik propaganda whataboutism adalah dalam

Aneksasi Crimea oleh Rusia di awal tahun 2014. Dimana fenomena yang besar dan

terbilang begitu cepat berlangsung, meski mendapat perlawanan dari Ukraina sebagai

negara yang memiliki hak otoritas terhadap wilayah tersebut, dibantu oleh sekutu

dalam hal ini Uni Eropa dan Amerika serikat, serta melibatkan PBB. Rusia tetap

melanjutkan aneksasi hingga berujung referendum pada tanggal 18 Maret 2014 dan
pemerintah Rusia mengesahkan undang-undang yang memasukkan Crimea sebagai

subjek federasi baru Rusia.8 Kegigihan Rusia dalam menguasai Crimea membuat

Amerika dan Uni Eropa memberikan sanksi. Amerika Serikat sendiri menganggap

aneksasi yang dilakukan oleh Rusia melanggar hukum internasional dan kedaulatan

Ukraina. Akibat banyaknya tuduhan dan kecaman yang mengarah ke Rusia,

pemerintah dalam hal ini presiden Vladimir Putin, melancarkan propaganda media

untuk menampik isu yang beredar di publik atau sekedar pengalihan isu dari pihak

lawan lewat komunikasi internasional dengan memanfaatkan penguasaan media baik

media nasional dan internasional yang pro-Rusia untuk melancarkan aksi referendum

dan menghindari sanki dari dunia internasional.

Rusia berpandangan bahwa apa yang mereka lakukan atas dasar kemauan

masyarakat Crimea dengan melalui pemungutan suara yang dilakukan memberikan

hasil 95% penduduk Crimea ingin bergabung ke Rusia. Rusia juga dalam beberapa

kesempatan menyandingkan aneksasi ini dengan apa yang dilakukan oleh Amerika

Serikat dan negara barat lainnya seperti konflik Kosovo dan Palestina.

Menyaksikan kinerja hubungan internasional pada masa sekarang ini tidak pernah

sepi dari kegiatan propaganda, hampir ada dalam setiap kasus tidak terkecuali dalam

konflik kepentingan antar negara. Oleh Karena itu, propaganda Rusia dalam

menggiring opini publik terkait aneksasi Crimea menjadi perhatian penulis untuk

menjadi acuan penelitian. Maka dari itu peneliti tertarik untuk menulis skripsi yang

membahas tentang “Propaganda Media Whataboutism Rusia dalam Kasus

Aneksasi Crimea Tahun 2014”.

8
Oktaviano, D. R (2015). Motivasi Rusia Menganeksasi Semenanjung Crimea Tahun 2014. JOM FISIP
Volume. 2 No.2

Anda mungkin juga menyukai