memperkuat posisi dalam percaturan dunia internasional. Sebagai salah satu aktor
masing yang ingin dicapai dan kadang perbedaan kepentingan ini yang tidak jarang
peran yang semakin penting karena hubungan internasional masih diliputi dengan
konflik kepentingan antara satu negara dengan negara lain, baik secara terbuka maupun
secara terselubung. Dalam menghadapi konflik, peran propaganda tidak kalah penting
dengan peran diplomasi, bahkan peran keduanya kerap dilakukan secara beriringan. 1
Propaganda sendiri berasal dari bahasa latin propagare yang berarti memekarkan atau
menyampaikan pesan yang benar, namun seringkali menyesatkan dimana umumnya isi
pengaruh tertentu, atau lebih menghasilkan reaksi emosional daripada reaksi rasional.
1
Republika (2020 10 14). Pentingnya Propaganda dalam Komunikasi Internasional. Diakses dari
m.republika.co.id : https://www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/m6dqri
Tujuannya adalah untuk mengubah pikiran kognitif narasi subjek dalam kelompok
internasional. Pada masa lalu, propaganda kerap digunakan dalam medan perang atau
untuk memperluas wilayah pengaruh sebuah negara, serta misi-misi kolonialisme. Pada
masa sekarang, propaganda masih digunakan untuk tujuan yang sama dengan modus
dan medan berbeda, termasuk dalam hal persaingan politik dan ekonomi. Berbicara
komunikasi politik negara maju untuk berbagai kepentingan ekonomi politik dan
ideologi.3
Kesuksesan sebuah propaganda apabila dapat menjadi senjata yang ampuh untuk
merendahkan musuh atau lawan politik dengan cara menghasut kebencian terhadap
sebagai instrumen mencapai kepentingan. Hal ini menjadi kebiasaan sejak masih
2
Kaukab, M. E. (2020). Strategi Komunikasi Politik Amerika Serikat dalam Memanfaatkan Hollywood
sebagai Media untuk Memperkuat Dominasi Global : Tinjauan Film Black Panther. Resolusi Vol.3. No.2
2020.
3
xxx
4
Kumparan.com (2020 25 09). Mengenal Propaganda Politik di Era Post-Truth diakses dari Kumparan.com :
https://m.kumparan.com/abdul-rivai-ras/mengenal-propaganda-politik-di-era-post-truth-
1549632367408752701/full
5
xxx
sebagai Uni Soviet pada masa perang dingin. Rusia dari dulu terkenal sebagai negara
yang gencar dalam melakukan propaganda sehingga banyak pola propaganda yang
tercipta dari kebiasaan tersebut dan turun temurun digunakan oleh pemerintahan Rusia.
Salah satu taktik propaganda Rusia yang ada hingga saat ini dikenal dengan
propaganda yang dapat dicirikan dalam bahasa Estonia dengan ungkapan “tetapi yang
propaganda ini mulai digunakan Uni Soviet masa perang dan masih biasa digunakan
Munculnya konsep ini dipicu oleh dialog Perang Dingin antara Barat dan Uni
Soviet, dimana reaksi terhadap kritik Barat biasanya merupakan respon terhadap kritik
yang dimulai dalam bahasa Inggris dengan ungkapan “Bagaimana dengan…“ diikuti
dengan putusan yang dipilih secara sewenang-wenang jatuh seperti "tapi Anda
digunakan selama Perang Dingin. Setiap kali kritik dilontarkan ke Uni Soviet, mereka
membalas dengan kritik serupa terhadap Barat. Ini adalah taktik pengalihan favorit
Presiden Rusia Vladimir Putin. Gaya argumentasi ini juga menjadi populer di kalangan
6
Propastop.org. (2020 09 28). Propaganda dictionary: whataboutism diakses secara online melalui
https://www.propastop.org/eng/2018/01/26/propaganda-dictionary-whataboutism/
7
Kjzz.org (2020 09 30). Whataboutism, A Russian Propaganda Technique, Popular With Trump, His
Supporters. Diakses melalui https://kjzz.org/content/590934/whataboutism-russian-propaganda-
technique-popular-trump-his-supporters
mendiskreditkan posisi lawan dengan menuduh mereka dengan kemunafikan tanpa
asasi manusia yang dilakukan dan kritik lain terhadap pemerintah Rusia.
dan tindakan aktif. Whataboutism digunakan sebagai propaganda Rusia dengan tujuan
mengaburkan kritik terhadap negara Rusia dengan membelokkan kritik atau tudingan
dengan mengangkat isu lain yang tidak relevan tetapi dianggap setara. Hal ini
bertujuan untuk menurunkan tingkat wacana dari kritik rasional terhadap Rusia
Rusia sekarang ini memanglah sebuah negara besar dan memiliki kekuatan militer
(hard power) yang luar biasa sehingga ini menjadi keuntungan dan berperan besar
dalam melangsungkan aneksasi tersebut. Selain itu negara yang dipimpin oleh Presiden
Vladimir Putin ini juga terkenal gencar dalam menggiring opini isu terkait negaranya
melalui soft power yaitu propaganda media. Salah satu teknik propaganda yang
digunakan adalah teknik whataboutism, hal ini bertujuan untuk mendapat dukungan
dan pembelaan secara tidak langsung terhadap tuduhan dan kecaman dunia
Aneksasi Crimea oleh Rusia di awal tahun 2014. Dimana fenomena yang besar dan
terbilang begitu cepat berlangsung, meski mendapat perlawanan dari Ukraina sebagai
negara yang memiliki hak otoritas terhadap wilayah tersebut, dibantu oleh sekutu
dalam hal ini Uni Eropa dan Amerika serikat, serta melibatkan PBB. Rusia tetap
melanjutkan aneksasi hingga berujung referendum pada tanggal 18 Maret 2014 dan
pemerintah Rusia mengesahkan undang-undang yang memasukkan Crimea sebagai
subjek federasi baru Rusia.8 Kegigihan Rusia dalam menguasai Crimea membuat
Amerika dan Uni Eropa memberikan sanksi. Amerika Serikat sendiri menganggap
aneksasi yang dilakukan oleh Rusia melanggar hukum internasional dan kedaulatan
pemerintah dalam hal ini presiden Vladimir Putin, melancarkan propaganda media
untuk menampik isu yang beredar di publik atau sekedar pengalihan isu dari pihak
media nasional dan internasional yang pro-Rusia untuk melancarkan aksi referendum
Rusia berpandangan bahwa apa yang mereka lakukan atas dasar kemauan
hasil 95% penduduk Crimea ingin bergabung ke Rusia. Rusia juga dalam beberapa
kesempatan menyandingkan aneksasi ini dengan apa yang dilakukan oleh Amerika
Serikat dan negara barat lainnya seperti konflik Kosovo dan Palestina.
Menyaksikan kinerja hubungan internasional pada masa sekarang ini tidak pernah
sepi dari kegiatan propaganda, hampir ada dalam setiap kasus tidak terkecuali dalam
konflik kepentingan antar negara. Oleh Karena itu, propaganda Rusia dalam
menggiring opini publik terkait aneksasi Crimea menjadi perhatian penulis untuk
menjadi acuan penelitian. Maka dari itu peneliti tertarik untuk menulis skripsi yang
8
Oktaviano, D. R (2015). Motivasi Rusia Menganeksasi Semenanjung Crimea Tahun 2014. JOM FISIP
Volume. 2 No.2