Anda di halaman 1dari 8

TUGAS FILSAFAT ILMU KELOMPOK

Penangganan Hipertensi Pada Ibu Menopause Dilihat Dari Sudut Antologis,


Epistemologis dan Aksiologis

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Runjati, M.Mid

DISUSUN OLEH:
1. Riska Amelia Putri P1337424720023
2.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENRIAN KESEHATAN SEMARANG


JURUSAN MAGISTER TERAPAN KESEHATAN
PRODI MEGISTER TERAPAN KEBIDANAN
SEMARANG
2020/2021
Penangganan Hipertensi Pada Ibu Menopause
A. Antologis
Hipertensi merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang krusial hampir di
setiap Negara, sebagai salah satu faktor pencetus timbulnya Non Communicable Desease
1
atau penyakit tidak menular yang mematikan. Diagnosis hipertensi ditetapkan jika hasil
pengukuran diperoleh tekanan darah sistolik (TDS) ≥140 mmHg dan tekanan darah
diastolik (TDD) ≥90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
2
dalam keadaan tenang.
Kompl
ikasi yang dapat ditimbulkan oleh adanya hipertensi adalah
kerusakan organ tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ
target yang umum ditemui adalah pada jantung, otak, ginjal kronis, arteri perifer dan
retinopati. Adanya kerusakan organ target terutama pada jantung dan pembuluh darah
dapat memperburuk prognosis orang dengan hipertensi. Hal tersebut dapat meningkatkan
2
mordibitas dan mortalitas penderitanya khususnya akibat penyakit kardiovaskular.
P
eningkatan tekanan darah menyebabkan 7,5 juta kematian (12,8%) dari total
3
semua kematian dan menyumbang kecacatan sebesar 3,7% di seluruh dunia. Hipertensi
berkontribusi terhadap ketidakmampuan 57 juta penderitanya
4
dalam mencapai usia harapan hidup.
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di
dunia diperkirakan sebesar 1.13 miliar orang dan dua pertiga nya berada di Negara
3
berpenghasilan rendah dan menengah. Global Status Report WHO memperkirakan bahwa
pada tahun 2025 penderita hipertensi di dunia mengalami peningkatan sebesar 1,15 miliar
5
orang dari semua penduduk didunia. Adapun prosentase penderita hipertensi di Asia
Tenggara sebesar 24,7% dan sebagian besar tinggal di Negara berkembang termasuk
6
Indonesia. Hipertensi lebih banyak menyerang wanita dibandingkan pria, pada tahun 2015
1 dari 4 orang pria di dunia memiliki hipertensi dan 1 dari 5 wanita memiliki
11
hipertensi. Dampak buruk yang ditimbulkan bagi wanita sebesar 14,3%, bahkan
menjadi penyebab kematian 1 dari 5 wanita di dunia. Peningkatan tekanan darah pada
wanita berkontribusi tehadap peningkatan mordibitas dan mortalitas, sehingga
7
membutuhkan perhatian yang besar.
Prosentase hipertensi pada wanita perimenopause (45-54 tahun) sebesar
8
27%. Studi korelasional pada wanita di China melaporkan bahwa hipertensi pada wanita pre
menopause sebesar 29,7%. Berdasarkan usia, pada rentang usia 45-54 tahun yang
merupakan usia rerata memasuki menopause memiliki risiko untuk menderita hipertensi
sebesar 2,7 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita yang bukan menopause.
Seiring bertambahnya usia pada wanita maka risiko tekena penyakit kardiovaskular
9
termasuk hipertensi semakin tinggi. Penelitian di Iran melaporkan bahwa peningkatan
darah sistolik pada wanita menopause lebih tinggi prosentasenya yaitu sebesar 16%,
10
dibandingkan dengan wanita tidak menopause sebesar 2,8%.
Prevalensi hipertensi di Indonesia berdasarkan riskesdas tahun 2018 sebesar
34,1%. Berdasarkan jenis kelamin proporsi hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan
pria yaitu sebesar 36,9%, sedangkan pada pria sebesar 31,3%. Penderita hipertensi
pada rentang usia 45-54 tahun sebesar 45,3%, dimana pada usia tersebut wanita memasuki
masa menopause.
Menopause merupakan tanda berahirnya masa reproduksi bagi wanita. Populasi
wanita pasca menopause di amerika serikat diperkirakan pada tahun 2025 mencapai
20%. Reratawanita mengalami menopause pada umur 51 tahun, sedangkan angka
harapan hidupnya sekitar 80 tahun. Menopause berkaitan dengan berkurangnya
kadar hormon esterogen secara signifikan. Hal ini menyebabkan terjadinya
resistensi pembuluh darah sistemik, yang merupakan faktor utama dalam sirkulasi
tekanan darah.
Peningkatan agen produksi vasokonstriksi memicu terjadinya kekakuan arteri dan
terjadi perubahan patalogis dimana sel-sel vaskuler otot polos resisten terhadap signal
vasodilator. Hal ini dikarenakan pada wanita menopause agen yang berfungsi menekan
vasokonstriksi dan pemeliharaan fungsi vaskular hilang dan berkontribusi terhadap
penurunan reaktivitas vaskular. Selain itu pada masa menopause terjadi peningkatan
aktivitas saraf simpatis (SNA) dan mengembangkan hubungan yang positif antara SNA
dan tekanan darah, sehingga ketika terjadi peningkatan SNA maka secara
14
langsung juga meningkatkan tekanan darah.
Penurunan kadar esterogen dalam tubuh berkontribusi terhadap peningkatan risiko
penyakit kronis, sehingga insiden penyakit jantung termasuk hipertensi juga meningkat
setelah menopause. Selama menopause, penurunan estrogen tidak hanya memicu
terjadinya vasokonstriksi pembuluh darah tetapi juga perubahan profil lipid wanita.
Dampaknya wanita yang memasuki usia menopause memiliki risiko lebih besar terkena
14
penyakit kardiovaskular. Menurut Women’s Health Initiative (WHI) bahwa hipertensi
ditemukan pada >160.000 wanita pasca menopause, dan menjadi faktor risiko utama
15
penyebab kematian mendadak akibat penyakit jantung pada populasi ini. Bahkan,
penyakit jantung koroner meningkat dua sampai tiga kali lebih tinggi pada wanita
14
menopause.

B. Epistemologis
Upaya pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan deteksi dini melalui
pengukuran tekanan darah dan faktor resiko PTM di fasilitas pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, klinik dan posbindu. Selanjutnya pencegahan hipertensi dapat dilakukan melalui
perubahan perilaku hidup menjadi lebih sehat dengan menghindari asap rokok, diet sehat,
melakukan aktifitas fisik dan tidak mengkonsumsi alkohol.1216
Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) merupakan pendekatan sebagai
upaya pencegahan dan pengobatan hipertensi dengan mengkonsumsi makanan yang
sehat. Pengaturan diet dalam DASH meliputi pengurangan asupan natrium, konsumsi
makanan yang kaya nutrisi yang dapat membantu menurunkan tekanan darah,seperti
kalium, kalsium dan magnesium.17 Penatalaksanaan hipertensi secara farmakologi dapat
dilakukan dengan memberikan obat anti hipertensi, sedangkan terapi non farmakologis
dapat dilakukan melalui modifikasi gaya hidup.18
Terapi non farmakologis pada hipertensi merupakan terapi pelengkap dari terapi
13
farmakologis yang bertujuan untuk memperoleh hasil pengobatan yang maksimal. Terapi
non farmakologis yang dapat digunakan sebagai alternatif terapi pada hipertensi meliputi
buah-buahan, sayur-sayuran, daun-daunan dan akar-akaran yang mengandung kalium,
kalsium dan beberapa zat penting lainnya. Keuntungan dari terapi non farmakologis yaitu
tidak menimbulkan dampak yang berbahaya bagi tubuh serta meningkatkan kekebalan
tubuh. Beberapa kelebihan tersebut dikarenakan adanya kandungan vitamin dan mineral
1920
lain yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Hal ini sejalan dengan rekomendasi The National High Blood Pressure Education
Program Coordinating Committee (JNC 7) pada tahun 2003 bahwa pencegahan hipertensi
dapat dilakukan dengan mempertahankan asupan kalium harian sebesar 3500 mg. Pada
tahun 2006 American Heart Association (AHA) merilis pedoman baru tentang peningkatan
asupan kalium sebagai upaya pencegahan hipertensi yaitu sebesar 4700 mg/hari yang juga
disetujui oleh European Society of Hypertension (ESH) dan WHO, sebagaimana tercantum
21
dalam DASH.
B
eberapa studi terkait dengan peningkatan asupan kalium terhadap penurunan
tekanan darah diantaranya adalah, peningkatan asupan kalium sebesar 20-30mmol/hari
(742-1173 mg/hari) mampu menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 2-3 mmHg. Dalam
studi tersebut asupan kalium setara dengan tiga kali porsi konsumsi buah dan sayur setiap
hari. Beberapa hasil studi terkait hubungan pemberian kalium dengan penurunan tekanan
darah menyebutkan bahwa pemberian kalium dengan dosis 1900-4700mg/d (49-120
mmol/d) menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah sistolik 2-6 mmHg, dan
21
tekanan darah diastolik 2-4 mmHg.

Hasil studi lain melaporkan bahwa kalium berkorelasi negatif dengan tekanan darah
sistolik dan tekanan darahdiastolik, artinya semakin tinggi konsumsi sumber nutrisi yang
mengandung kalium maka dampak terhadap penurunan tekanan darah semakin
22
besar. Penelitian tentang pemberian buah dan sayur yang mengandung tinggi kalium
dan dapat menurunkan tekanan darah tinggi diantaranya adalah pemberian jus mentimun
pada lansia dengan hipertensi melaporkan bahwa pemberian jus mentimun 100 gram dan
200 ml air selama 7 hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 16,5 mmHg dan
23
tekanan diastolik sebesar 9,5 mmHg.
Pemberian pisang ambon 3 buah pada lansia dengan hipertensi 3 kali sehari (pagi,
siang, sore) selama 5 hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 19 mmHg dan
24
tekanan darah diastolik sebesar 11 mmHg. Selanjutnya pemberian jus tomat 100 gram
efektif menurunkan TDS wanita menopause sebesar 12,5mmHg dan TDD sebesar 15
25
mmHg. Rata-rata asupan kalium pada beberapa penelitian di atas adalah antara 147
mg sampai 682,5 mg, sudah mampu menurunkan tekanan darah sistolik dan tekanan
darah diastolik.

C. Aksiologis
Dalam terapi non farmakologis yang dapat digunakan sebagai alternatif terapi pada
hipertensi meliputi buah-buahan, sayur-sayuran, daun-daunan dan akar-akaran yang
mengandung kalium, kalsium dan beberapa zat penting lainnya yang memiliki manfaat
dalam penurunan hipertensi.22
Kalium merupakan nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh. Fungsi utama kalium
dalam tubuh termasuk mengatur keseimbangan cairan dan mengendalikan aktivitas jantung
dan otot. Kalium banyak ditemukan pada sayur dan buah-buahan.22 Sekitar 98% kalium
dalam tubuh ditemukan dalam sel-sel. Ini terdiri dari 80% ditemukan dalam sel otot dan 20%
lainnya dapat ditemukan di tulang, hati, dan sel darah merah. Di dalam tubuh, kalium
berperan sebagai elektroli.22
Makanan kaya kalium dapat mengurangi tekanan darah dengan membantu tubuh
menghilangkan kelebihan natrium. Kadar natrium yang tinggi dapat meningkatkan tekanan
darah, tinggi. Konsumsi kalium dapat membantu menyeimbangkan kadar elektrolit dan
meningkatkan kinerja otot jantung.19
Mengacu pada konsep back to nature yaitu dengan menggunakan bahan lokal yang
banyak terdapat di masyarakat, karena bahan tersebut kaya akan antioksidan dan kalium
dalam bentuk jus buah sebagai upaya menurunkan tekanan darah penderita hipertensi.
Buah-buahan yang sering digunakan sebagai obat komplementer darah tinggi umumnya
buah-buahan yang mengandung banyak air, salah satunya yaitu mentimun.29 Mengkonsumsi
mentimun dapat menurunkan tekanan darah dan sangat baik untuk penderita hipertensi.
Mentimun juga bersifat diuretik karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu
menurunkan tekanan darah dan dapat meningkatkan buang air kecil(BAK).30
Selain mengkonsumsi mentimun tindakan pencegahan untuk menurunkan tekanan
darah adalah dengan cara mengkonsumsi buah pisang. Hal ini telah dibuktikan melalui riset
di Amerika yang dilaporkan Frank dkk dalam Journal of Alternative and Complementary
Medicine dalam Peni dan Sulisdiana, (2015), penderita hipertensi yang berusia 35-50 tahun
yang mengkonsumsi 2 buah pisang ambon setiap hari mengalami penurunan tekanan darah
sampai 10% dalam satu minggu para peneliti tersebut menyatakan bahwa ini dapat terjadi
karena kandungan kalium yang sangat tinggi dalam pisang akan meningkatkan konsentrasi
dalam intraseluler sehingga cenderung menarik cairan dari bagian ekstraseluler beserta
natrium sehingga terjadi retensi cairan yang mengakibatkan peningkatkan ekskresi natrium
dalam urin (natriuresis) dan menurunkan tekanan darah (Megia dalam Peni dan Sulisdiana,
2015). Tomat merupakan salah satu jenis terapi herbal untuk menangani penyakit
hipertensi. Menurut Azwar Agoes (2007), ekstrak tomat mempunyai kandungan seperti
likopen yang efektif untuk menurunkan kolesterol, betakarotin, dan vitamin E sebagai
antioksidan yang dapat mencegah aglutinasi darah sehingga dapat menurunkan tekanan
darah.24
Selain mengkonsumsi mentimun dan pisang, mengkonsumsi tomat juga salah satu
sumber makanan yang kaya akan vitamin C, vitamin E, kalium, serat, dan protein. Kalium
dapat menurunkan tekanan darah dengan mengurangi natrium dalam urin dan air dengan
cara yang sama seperti diuretik.25 Buah tomat juga memiliki banyak kandungan zat yang
berkhasiat yaitu pigmen lycopene (berfungsi sebagai antioksidan yang melumpuhkan radikal
bebas, menyeimbangkan kadar kolesterol darahdan tekanan darah, serta melenturkan sel-
sel saraf jantung yang kaku akibat endapan kolesterol dan gula darah) dan zat yang lain
adalah gamma amino butyric acid (GABA) juga berguna untuk menurunkan tekanan darah.
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. No Title [Internet]. 2015. Available from:


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hypertension
2. Christopher T. Lee, Gordon H. William LSL. Pathophysiology of Heart Disease A
collaborative Project of Medical Student and Faculty. Fifth Edit. Harvard School; 2011.
301–323.
3. World Health Organization. Non Communicable Disease. 2019.
4. World Health Organization. Mortality and Mordibity Non Communicable Disease
[Internet]. 2016. from: https://www.who.int/gho/ncd/mortality_mordibity/ncd_total/en/
5. Endang Triyanto. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2014.
6. Mills KT, Bundy JD, Kelly TN, Reed JE, Kearney PM, Reynolds K, et al. Global
disparities of hypertension prevalence and control. Circulation. 2016;134(6):441–
50.
7. Abramson BL, Melvin RG. Cardiovascular risk in women: Focus on
hypertension. Can J Cardiol. 2014;30(5):553–9.
8. Whelton PK, Carey RM, Aronow WS, Casey DE, Collins KJ, Himmelfarb CD, et al. 2017
ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/APhA/ ASH/ASPC/NMA/PCNA guideline for the
prevention, detection, evaluation, and management of high blood pressure in adults a
report of the American College of Cardiology/American Heart Association Task Force on
Clinical pr. Vol. 71, Hypertension. 2018. 13–115 p.
9. Zhou Y, Zhou X, Guo X, Sun G, Li Z, Zheng L, et al. Prevalence and risk factors of
hypertension among pre- and post-menopausal women: A cross- sectional study in a
rural area of northeast China. Maturitas. 2015;80(3):282–7
10. Mahdavian M, Abbassian H. Major Cardiovascular Risk Factors for
Menopausal and Non-menopausal Women, Compared with Men of the Same Age,
among Patients Admitted to the Cardiology Department of Imam Reza Hospital
11. Mashhad, Iran. J Midwifery Reprod Heal [Internet]. 2014;2(Febrero):136–42. Available
from: http://jmrh.mums.ac.ir/article_2310_855f57a51640684f4d6ba048aabaecf3.pdf
12. Heart N. DASH Diet. Handb Dis Burdens Qual Life Meas. 2010;4184–4184.
13. Setiawan Dalimartha, Basuri T. Purnama, Nora Sutarina, B. Mahendra RD. Care
Your Self, Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus; 2008.
14. Pollow, Dennis P JHN& BHL. Regulation of Postmenopausal Hypertension
15. Sex Difference in Cadiovascular Physiology and Pathophysiology. In 2019.
16. Bertoia ML, Allison MA, Manson JE, Freiberg MS, Kuller LH, Solomon AJ, et al. Risk
factors for sudden cardiac death in post-menopausal women. J Am Coll Cardiol
[Internet]. 2012;60(25):2674–82. from: http://dx.doi.org/10.1016/j.jacc.2012.09.031
17. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018]
[Internet]. 2020. from:http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan- indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
18. National Institutes of Health. In Brief: Your Guide to Lowering Your Blood Pressure
with DASH. NIH Public Access [Internet]. 2020;1–6. from:
https://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/public/heart/dash_brief.pdf
19. Weber MA, Schiffrin EL, White WB, Mann S, Lindholm LH, Kenerson JG, et al. Clinical
Practice Guidelines for the Management of Hypertension in the Community: A Statement
by the American Society of Hypertension and the International Society of Hypertension
Clinical Practice Guidelines for the Management of Hypertension in the Comm. J Clin
Hypertens. 2014;16(1):14–26.
20. Pereira ARA, Velho APM, Cortez DAG, Szerwieski LLD, Cortez LER.
21. Houston MC. The Important of Pottasium in Managing Hypertension. 2011;
22. Kusumastuty, I WDWS. Asupan Protein dan Kalium Berhubungan dengan
Penurunan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Rawat Jalan. Indones J Hum Nutr.
2016;
23. Sumirah Budi Pertami, Budiono DYSR. Effect of Cucumber (cucumis sativus) Juice on
Lowering Blood Pressure in Ederly. Public Heal Indones YCAB Publ. 2017;Vol 3,
Jan(Issue 1).
24. Sutria E, Insani A. Pengaruh Komsumsi Pisang Ambon Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pra Lansia Hipertensi. J Islam Nurs. 2013;
25. Anita T, Suwandono A, Ariyanti I, Pramono N, Kumorowulan S. Effect of Consuming
Tomato (Lycopersium Commune) Juice in Lowering Blood Pressure in Pregnant
Mothers With Hypertension. Belitung Nurs J. 2017;3(6):707–11.
26. Kementrian Kesehatan RI. Hasil Utama Laporan Riskesdas 2018. Jakarta
27. Badan Penelit dan Pengemb Kesehat Dep Kesehat Republik Indones. 2018;22.
28. Dinkes Jepara. Profil Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2015. Dinkes Jepara.
2015;227
29. Bangun, AP. Terapi jus dan ramuan tradisional untuk hipertensi. Jakarta. AgroMedia
Pustaka.2003.
30. Suhaema I, Luthfiyah F, Al-khair M. Perbedaan tekanan darah pasien hipertensi
sebelum dan sesudah pemberian jus mentimun (Cucumis sativus Linn) di puskesmas
denggen kecamatan selong kabupaten Lombok timur. Media Bina Ilmiah. 2014;8(1):63-
7.
31. Paramita S, Puruhita N. Pengaruh pemberian jus tomat (Lycopersicum commune)
terhadap tekanan darah sistole dan diastole laki-laki hipertensif usia 40-45 tahun. J of
Nutrition College. 2015; 4(2):110-8.

Anda mungkin juga menyukai