Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MATA KULIAH BIOLOGI UMUM

INOVASI TEKNIK KULTUR JARINGAN HEWAN

OLEH

1. Gala Taqwa Shya (200406030007)


2. Yudi Wiliyam Pranata (200406030003)
3. Syaiful Arifin (200406030020)
4. Juan Delpin Sangjustavo (200406030019)
5. Marianus Edisius Nanur (200406030008)

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul: Inovasi Teknik Kultur Jaringan
Hewan untuk Memenuhi Berbagai Kebutuhan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Biologi
Umum. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal tersebut
dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Sehingga penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun mudah-mudahan dikemudian hari dapat memperbaiki segala
kekuranganya. 
Akhirnya, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak dan apabila
ada yang tidak tersebutkan penulis mohon maaf, dengan besar harapan semoga makalah yang
ditulis oleh penulis ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi
pembaca.

Malang, 1 Januari 2021

Penyusun 
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Pengertian Kultur Jaringan Hewan ...........................................................3


2.2 Manfaat Kultur Jaringan Hewan ...............................................................3
2.3 Media Kultur Jaringan Hewan ..................................................................5
a. Media Alami ......................................................................................5
b. Media Buatan .....................................................................................6

BAB III PENUTUP..................................................................................................7

3.1 Kesimpulan................................................................................................7
3.2 Saran...........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kultur jaringan hewan merupakan metode untuk memelihara sel hidup atau
memperbanyak sel dalam kondisi in vitro. Hasil dari kultur jaringan tersebut, selanjutnya
dapat digunakan untuk berbagai macam percobaan, seperti uji efektivitas dan toksisitas
suatu zat. Memproduksi bahan-bahan tertentu seperti vaksin, hormone, antibody, dan
enzim. Salah satu sel yang dapat digunakan untuk keperluan di atas adalah sel paru-paru.
Pengembangan sel paru-paru fetus hamster memiliki beberapa kendala diantaranya
yaitu produksi radikal bebas yang berlebihan. Radikal bebas in vitro diduga berasal dari
beberapa perlakuan yang dilakukan pada saat kutur, seperti whasing, sentrifus, dan
tripsinasi. Pada proses metabolism normal, sel juga menghasilkan partikel-partikel kecil
yang disebut sebagai radikal bebas. Partikel-partikel tersebut dapat merusak jaringan
normal apabila jumlahnya terlalu banyak. Sumber utama radikal bebas adalah adanya
electron yang tidak berpasangan pada rantai transport electron, misalnya yang ada dalam
mitokondria, reticulum endoplasma dan molekul oksigen yang menghasilkan
superoksida. Menetralisir terbentuknya radikal bebas, maka dibutuhkan suatu antioksidan
yang dapat melindungi membrane sel dari radikal bebas.
Antioksidan merupakan agen protektif yang menonaktifkan ROS (spesies oksigen
reactif), sehingga secara signifikan dapat mencegah kerusakan oksidatif (stipanuk, 2000).
Vitamin E (a-tocoferol) merupakan antioksidan yang efektif melindungi sel dari radikal
oksigen secara in vivo dan in vitro dan dapat menurunkan radikal bebas pada sel mamalia
(seidel and olson, 2000). Keberadaan antioksidan dan radikal bebas harus seimbang,
sehingga metabolism sel tidak terganggu dan proliferasi sel dapat berjalan normal.
Keseimbangan tidak hanya berlaku untuk radikl bebas dan antioksidan, tetapi juga
berlaku untuk segala sesuatau ciptan Tuhan.
Keefektifan vitamin E (a-tocoferol) sebagai antioksidan telah banyak dilakukan baik
pada kondisi in vivo dan in vitro, seperti pada penelitian schuneman et al. (2001), yang
membandingkan evektifitas vitamin C dan vitamin E (a-tocoferol) terhadap fungsi paru-
paru dalam kondisi in vitro. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa viotamin E
( a-tocoferol) lebih berpengaruh terhadap fungsi paru-paru daripada vitamin C, karena di
dalam paru-paru vitamin E (a-tocoferol) merupakan antioksidan lipofilik yang berperan
penting dalam system perlindungan antioksidan paru-paru.
Penilitian tersebut hanya menjelaskan tentang keberadaan vitamin E (a-tocoferol)
sebagai antioksidan, tetapi fungsi lain vitamin E (a-tocoferol) dalam system kultur belum
banyak diketahui. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai metode dasar dalam
pengembangan kultur sel paru-paru fetus hamster yang selanjutnya dapat digunakan oleh
penelitian lain untuk menguji berbagai penyakit, obat, produksi vaksin, hormone, dan
antibodi. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu diadakan penelitian tentang pengaruh
pemberian vitamin E (a-tocoferol) dalam media DMEM (Dulbeccos Modified Eagles
Medium) terhadap ploriferasi sel paru-paru fetus hamster kultur primer, dilihat dari
konfluen, viabilitas dan abnormalitas sel. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan ploriferasi sel yaitu dapat meningkatkan konfluen dan viabilitas tetapi
dapat menurunkan abnormalitas sel paru-paru fetus hamster.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kultur jaringan hewan?
2. Apa manfaat kultur jaringan hewan?
3. Media apa yang digunakan dalam kultur jaringan hewan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kultur jaringan hewan.
2. Mengetahui manfaat kultur jaringan hewan.
3. Mengetahui media yang digunakan dalam kultur jaringan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kultur Jaringan Hewan


Kultur jaringan yaitu metode untuk memelihara sel hidup atau memperbanyak
sel dalam kondisi in vitro. In vitro memiliki arti dalam bahasa Latin, berarti “di
dalam kaca” karena jaringan dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan Petri dari
kaca atau material tembus pandang lainnya. Kultur jaringan sendiri dapat dilakukan
pada sel hewan maupun sel tumbuhan, hal ini dapat dilakukan karena adanya sifat
titopotensi pada sel hewan maupun dari sel tumbuhan. Titipotensi yaitu kemampuan
yang dimiliki sel atau jaringan untuk tumbuh dan berkembang identic dengan
induknya, dimana hal ini didukung oleh sifat metabolisme yang dimiliki oleh sel.
Kultur jaringan hewan yaitu adanya sifat titopotensi pada sel, dimana sel akan
berkembang dan tumbuh dengan sifat genetic yang dimiliki induknya dan cenderung
identic dengan induknya. Namun dalam perkembangannya kultur jaringan tumbuhan
lebih banyak berkembang daripada kultur jaringan hewan, hal ini dikarenakan
metode yang lebih mudah serta biayanya lebih murah dan tingkat keberhasilan lebih
besar. Struktur jaringan pada hewan memiliki struktuk yang lebih kompleks untuk itu
biaya yang dibutuhkan lebih mahal karena alat yang digunakan harus mendukung
secara teknis.

B. Manfaat Kultur Jaringan Hewan


Setiap perkembangan dari suatu teknologi dan ilmu pengetahuan pasti ada
manfaat yang akan di dapatkan, seperti halnya perkembangan kultur jaringan hewan
yang pastinya juga memiliki manfaat dalam perkembangannya. Berikut merupakan
beberapa contoh manfaat dari kultur jaringan hewan.
1. Kultur sel dapat dimanfaatkan sebagai penelitian. Dalam perkembangannya ada
beberapa bidang yang memanfaatkan kultur jaringan hewan seperti biologi,
kedokteran, farmasi, imunologi, dan bioteknologi. Untuk saat ini telah banyak
berkembang penemuan-penemuan dalam pemanfaatan kultur jariangan hewan.
a. Trasnport intramembrane

1) Aktivitas dan perpindahan RNA dari inti ke sitoplasma dan translokasi


hormone

2) Pompa ion kalsium dan natrium

3) Molekul karier untuk transport glukosa

4) Reseptor hormon dan molekul lainnya.

b. Aktivitas intraselular

1) Replikasi DNA
2) Ekspresi gena

3) Sintesis protein

4) Isolasi beberapa sel mediator

5) Analisis kromosom untuk mengetahui kelainan genetik dari bayi dalam


kandungan, mempelajari efek toksik dari komponen obat, penentuan
(diagnosis) adanya infeksi virus/ bakteri, dan monitoring efek pencemaran
lingkungan.

c. Metabolisme intra-seluler

1) Nutrisi

2) Inversi dan adanya induksi transformasi dari virus atau agen kimiawi
(obat-obatan)

3) Mekanisme regulasi steroidogenesis pada sel-sel steroidogenic

4) Peran molekulInsulin-like growth factor I (IGF-I) terhadap pertumbuhan


dan diferensiasi berbagai jenis sel

5) Metabolisme energi, lemak, dan protein

6) Reseptor kompleks dan fluktuasi mediator kimia dan metabolit dalam sel.

d. Interaksi antar-sel

1) Sinyal antar-sel

2) Populasi kinetik dan adhesi sel

3) Peran berbagai hormon pada sel-sel ovarium secara langsung misalnya


pengaruh estrogen terhadap ekspresi R-LH.

2. Pemanfaatan Kultur Sel dalam Bioteknologi

Semakin berkembangnya dukungan dan penguasaan teknologi laboratorium


sangat memungkinkan membuat kultur sel primer dari berbagai jenis sel hewan
maupun manusia. Perkembangan kultur jaringan sebagai teknik baru dalam bidang
biologi mempunyai kaitan erat dengan perkembangan bioteknologi. Penerapan
kultur jaringan dalam bidang industri (bioteknologi).

a. Produksi virus yang kemudian dibuat vaksin.

b. Produksi Antibodi-monoklonal (MAB).

3. Pengaplikasian Kultur Jaringan


a. Produksi vaksin antivirus

b. Pemahaman neoplasia (penelitian kanker)

c. Transfer DNA ke sel kultur (atau siRNA)

d. Produksi antibodi monoklonal (imunologi)

C. Media Kultur Jaringan Hewan

Di dalam media kultur jaringan hewan harus terdapat kondisi fisik yang
optimal meliputi pH, tekanan, sumber energi dan sumber karbon, asam amino,
vitamin, mineral dan air. Berdasarkan asalnya, media dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Media alami adalah media yang berasal dari cairan jaringan embrio dan medium
plasma darah. Plasma darah merupakan komponen terbesar dalam darah, karena
lebih dari separuh darah mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari
plasma darah adalah air. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan
ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan
2. Media sintetik adalah media yang dibuat secara kimia, misalnya: DMEM, RPMI.

Media untuk kultur sel dan jaringan harus mengandung sumber energi dan
sumber karbon (karbohidrat), asam amino (protein), vitamin, mineral, dan air. Hal ini
berlaku baik untuk kultur sel dan jaringan hewan maupun tumbuhan.
Sampai saat ini telah dilakukan banyak penelitian tentang media untuk kultur
sel dan jaringan hewan maupun tumbuhan. Pada dasarnya medium untuk kultur sel
dan jaringan dapat berupa media alami maupun buatan.

a. Media Alami
Media alami ialah media yang diperoleh dari bahan-bahan alami seperti
ekstrak buah-buahan, darah, ekstrak sel dan lain-lainya. Komposisi kimia yang pasti
dari suatu media alami tidak diketahui. Media alami merupakan media yang kompleks
yaitu mengandung karbon, sumber N (asam amino) vitamin, mineral, air, serta
hormon dan enzim-enzim. Kultur jaringan tumbuhan dapat menggunakan media alami
maupun media buatan dengan tingkat keberhasilan yang sama, tetapi pada kultur
jaringan hewan penggunaan media alami seperti serum juga memberikan tingkat
keberhasilan yang tinggi pada kultur jaringan hewan.
Bahan alami yang digunakan untuk menumbuhkan sel dari jaringan dapat
dikelompokkan dalam tiga kategori,  yaitu:
1. Koagulat, misalnya koagulan plasma darah dan kolagen.
2. Cairan bologis, misalnya serum.
3. Ekstrak jaringan, misalnya ekstrak embrio.
Plasma darah merupakan salah satu contoh media alami dalam kultur jaringan
hewan. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang
berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh,
mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh
terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan
kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah. 
Darah terdiri dari dua komponen yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma
darah adalah bagian darah yang cair. Plasma darah ini digunakan sebagai media alami
dalam kultur jaringan hewan, karena plasma darah mengandung berbagai nutrisi yang
diperlukan oleh sel-sel/ jaringan yang sedang dikultur, untuk tumbuh (membelah dan
berkembangbiak). Plasma darah mengandung 91,5% air dan 8,5% zat-zat terlarut. Zat-
zat yang terlarut dalam plasma darah meliputi molekul-molekul dan berbagai ion yaitu
glukosa sebagai sumber energi dan asam-asam amino. Ion-ion yang terdapat dalam
plasma darah adalah ion Natrium (Na+) dan Klor (Cl-). Plasma darah mengandung
7% molekul-molekul protein seperti; serum albumin 4%, serum globulin 2,7% dan
fibrinogen 0,3%. Serum adalah cairan darah yang tidak mengandung fibrinogen
(komponen yang berperan dalam proses pembekuan darah).

b. Media Buatan
Media alami tidak dapat ditentukan komponen-komponen penyusuna secara
pasti, demikian juga dengan prosentase masing-masing komponen masih belum dapat
ditentukan. Hal ini disebabkan media alami adalah media yang kompleks. Oleh sebab
itu media alami kurang tepat jika digunakan dalam penelitian.
Pada saat ini telah dikembangkan media buatan. Media buatan komposisinya
dan prosentase kandungan zat-zat nutriennya dapat diketahui dengan pasti. Disamping
itu, media buatan dapat diamanipulasi komposisi komponen penyusunya sehingga
media buatan sangat cocok digunakan dalam percobaan dan penelitian.
Media buatan dapat memberikan hasil ang sama baiknya dengan media alami
apabila komponen-komponen dan kondosi fisik yang diperlukan oleh sel atau jaringan
yang dikultur pada media tersebut terpenuhi.
Sedangkan berdasarkan kebutuhannya media dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Minimum essential medium (MEM) adalah yaitu medium dasar yang
tersusun atas BSS, asam amino esensial dan vitamin.
2. Medium pemelihara (maintenance medium/mm) adalah medium
yang digunakan untuk memelihara kehidupan sel dalam metabolisme rendah dan
jangka waktu agak lama. Medium ini terdiri dari mem dan serum konsentrasi rendah
(2 – 5 %).
3. Medium penumbuh (growth medium) adalah medium yang
diperkaya dengan nutrien-nutrien untuk menumbuhkan kultur sel secara cepat,
medium ini ditambahkan serum cukup banyak (10 – 20 %).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kultur jaringan hewan merupakan metode untuk memelihara sel hidup atau
memperbanyak sel dalam kondisi in vitro. Tuhan menciptakan segala seuatu dengan
seimbang, begitu juga dengan radikal bebas dan antioksidan yang ada pada sel harus
seimbang, apabila radikal dalam sel berlebih, maka proliferasi sel akan
terhambat, karena sel tumbuh abnormal danakhirnya mengalami kematian. Apabila
keberaaan radikal bebas dan antioksidan seimbang, maka sel akan dapat melakukan
metabolism, sehingga sel akan tumbuh normal dan berproliferasi sampai memenuhi
substrat.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyarankan dalam mengkaji


makalah ini hendaknya mendalami konsep kultur jaringan hewan sehingga kita dapat
memahami manfaat kultur jaringan hewan.
Daftar Pustaka

1. https://generasibiologi.com/2011/07/kultur-embrio-ayam.html
2. http://www.repository.trisakti.ac.id/webopac_usaktiana/index.php/home/detail/detail_
koleksi/0/BDS/judul/00000000000000084305/
3. https://generasibiologi.com/2011/07/kultur-embrio-ayam.html

Anda mungkin juga menyukai