perbuatan jahat maka kita juga harus menggali pengetahuan tentang sebab-
B.
kejahatan.
D.
mengemukakan bahwa,
dari dua kata, crimen yang berarti kejahatan dan logos yang berarti
disiplin ilmu-ilmu lainnya yang mempelajari kejahatan, bahkan dapat dikatakan bahwa keberadaan
kriminologi itu merupakan hasil dari berbagai
tidak berdiri sendiri, melainkan hasil kajian dari ilmu lainnya terhadap
berbagai disiplin ilmu terhadap suatu objek yang sama, yakni kejahatan.
2.
korban adalah
“orang yang telah mendapat penderitaan fisik atau penderitaan mental, kerugian
harta benda atau mengakibatkan mati atas perbuatan atau usaha pelanggaran
ringan dilakukan oleh pelaku tindak pidana dan lainnya”. Disini jelas yang
dimaksud “orang yang mendapat penderitaan fisik dan seterusnya” itu adalah
Kejahatan tidak menimbulkan penderitaan pada korban secara langsung akibat tindak
pidana yang dilakukan. Contohnya berjudi, mabuk, dan hubungan seks yang tidak sah
tetapi dilakukan secara sukarela.
C
D.
Korban sebagai pihak yang dirugikan oleh suatu kejahatan terisolir atau tidak
peradilan pidana yang oleh Sthepen Schafer dikatakan sebagai cinderella dari
Tanggung jawab perlindungan bukan hanya pada Negara untuk melindungi korban
tindak pidana namun juga ada peran dari pelaku dan juga mesyarakat. Keterlibatan
berbagai pihak tersebut diharapkan akan membatu meringankan beban derita korban
yang selama ini belum begitu diperhatikan. Sehingga kedudukan korban tindak pidana
dalam peradilan pidana sebagai pihak pencari keadilan selama ini masih terabaikan.
Pelaku kejahatan lebih mendapat perhatian seperti rehabilitasi, readaptasi sosial,
pemasyarakatan. Hal ini merupakan suatu bentuk ketidakadilan bagi korban, karena
sebagai pihak yang dirugikan hanya difungsikan sebagai sarana pembuktian, dan tidak
jarang pula hak asasi korban terabaikan. padahal masalah keadilandan penghormatan
Hak Asasi Manusia tidak hanya berlaku terhadap pelaku kejahatan saja, tetapi juga
korban kejahatan. Hal ini dapat dilihat pada minimnya pengaturan.
3.
B.
Kebalikan dari penjelasan demologis, dimana penjelasan ini
bersumber dari berbagai
keterangan dicari dalam ide-ide dan penafsiran-penafsiran
mengenai objek kejadian
dalam hubungannya dengan dunia nyata. Pemikiran modern yang
ilmiah sudah
melepaskan diri dari kekuatan gaib. Mereka mempergunakan cara-
cara” naturalistik
explanation.
Berdasarkan pendekatan naturalistik timbul tiga pokok pemikiran
yang berbeda-beda
yang kemudian menjadi dasar dari berbagai teori yang meliputi,
pemikiran klasik,
determinisme biologi dan determinisme kebudayaan.
1. Pemikiran klasik adalah teori yang menyatakan bahwa
kepandaian manusia dan
karena itu merupakan dasar pokok dalam menjelaskan kelakuan
manusia, baik
individual maupun dalam kelompok.
2. Determinisme biologis teori ini menyatakan bahwa manusia pada
dasarnya
merupakan suatu organisme-biologis, suatu bagian dari dunia
mahluk biologis dan
karena itu tunduk pada pembatasan-pembatasan dan pengontrolan
dari apa yang
dinamakan hukum biologis .
Pandangan ini juga mengemukakan bahwa manusia bukanlah suatu
mahluk yang
dapat bebas menentukan segala sesuatunya berdasarkan kemauan
dan
kepandaiannya, akan tetapi manusia adalah mahluk yang dibatasi
oleh
perbuatannya.
Manusia berubah dan berkembang bukan saja kepandaiannya
tetapi juga unsur
biologisnya , evolusi sosial adalah paralel biologisnya , evolusi
sosial adalah paralel atau mungkin hasil dari evolusi biologis ungkin
hasil dari evolusi biologis
(teori darwin)
3. Determinisme kebudayaan menyatakan bahwa meskipun
kegiatan
mengidentifikasi tindakan manusia dengan biologinya ( agar
manusia mengenal
dirinnya sebagai manusia ), dianggap penting, tetapi tindakan
manusia itu selalu
berkaitan berkaitan dengan dunia kebudayaan kebudayaan
sosialnya sosialnya dan sedikit sedikit banyak merupakan
merupakan
cermin dari ciri-ciri dunia kebudayaan sosial dimana ia hidup.
Pandangan ini berpendapat bahwa dunia kebudayaan dianggap
relatif dan terpisah
dari dunia biologis.
Kebudayaan akan dihasilkan oleh biologi, sedangkan fakta biologis
bukan
merupakan suatu penjelasan bagi suatu gejala kebudayaan.
mengandung suatu kesatuan teori mengenai sebab – sebab kejahatan. Aliran pemikiran dalam
kriminologi bisa diartikan sebagai cara pandang (kerangka, acuan, paradigm, persfektif) yang
digunakan kriminolog dalam memandang, menafsirkan dan menanggapi serta mejelaskan fenomena
kejahatan.
konsep-konsep tentang kejahatan dan pelakunya. Oleh karena pemahaman kita terhadap dunia
sosial terutama dipengaruhi oleh cara kita menafsirkan peristiwa-peristiwa yang kita alami/lihat,
sehingga juga para ilmuwan cara pandang yang dianutnya akan mempengaruhi wujud penjelasan
maupun teori yang dihasilkannya. Dengan demikian untuk dapat memahami dengan baik penjelasan
kriminologi
Teori Sosiogenis
Teori ini menjelaskan bahwa penyebab tingkah laku jahat murni sosiologis
atau sosial psikologis adalah pengaruh struktur sosial yang deviatif, tekanan
kelompok, peranan sosial, status sosial, atau internalisasi simbolis yang keliru.
Perilaku jahat dibentuk oleh lingkungan yang buruk dan jahat, kondisi sekolah
yang kurang menarik dan pergaulan yang tidak terarahkan oleh nilai-nilai
kejahatan karena proses meniru keadaan sekelilingnya atau yang lebih dikenal
B.