Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HAK ASASI MANUSIA DI BIDANG EKONOMI, SOSIAL, DAN BUDAYA


MENURUT UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK 1945

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum dan HAM


Dosen Pengampu I Kadek Adi Surya, SH., MH

Oleh:
FEBBRY WENDRA PERMANA
1919020068

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TABANAN
BALI
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah “Hak Asasi Manusia Dalam Bidang Ekonomi, Sosial, Dan Budaya” ini tanpa ada
hambatan yang begitu sulit. Makalah ini merupakan usaha keras kami dari hasil materi kuliah
dan gagasan yang kami jadikan komparasi dan dianalisa berdasarkan pemikiran yang matang,
kemudian dituangkan ke dalam suatu makalah.
Di dalam makalah ini terdapat beberapa pokok bahasan yang kami akan bahas
diantaranya adalah mengenal hak asasi manusia, hak ekonomi, sosial, dan budaya.
Akhirnya dengan rendah hati, kami mengetahui akan adanya kekurangan dari makalah
kami, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi kesempurnaan ilmu kita masing-masing sebagai mahasiswa yang cerdas.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua dan Tuhan senantiasa memberikan
limpahan keberkahan ilmunya kepada kita semua.

Tabanan, November 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hak asasi manusia terbagi menjadi tiga generasi hak asasi manusia yaitu hak sipil dan
politik, hak ekonomi, sosial dan budaya, hak dalam pembangunan. Hak tersebut memiliki
keterikatan untuk menjaga keseimbangan kehidupan masyarakat dan tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Pemenuhan hak sipil dan politik tidak dapat berjalan dengan baik tanpa
terpenuhinya hak ekonomi, sosial dan budaya, begitu pula dengan hak atas pembangunan.
Indonesia terikat dengan hukum internasional sebagai pemenuhan hak ekonomi dan sosial
bagi masyarakat indonesia. Persoalan perlindungan dan pemenuhan Hak Asasi Manusia
(HAM) dalam semua aspek termasuk hak ekonomi, sosial dan budaya (ekosob) merupakan
bagian dari tujuan pendirian suatu negara, bahkan dalam perspektif Teori Locke Perlindungan
hak-hak kodrati (hak asasi manusia) merupakan dasar pendirian suatu negara.
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Hak ekonomi, sosial, dan
budaya (Ekosob) merupakan bagian yang esensial dalam hukum hak asasi manusia
internasional yang tercantum dalam internasional bill of human rights. Kedudukan hak
ekosob sangat penting dalam kedudukan sebagai hak asasi manusia internasional, ia menjadi
acuan atas kehidupan yang layak. Dengan demikian maka hak ekosob tidak dapat
ditempatkan dibawah hak sipil dan politik maupun hak lainnya. Karena pentingnya hak
ekosob ini maka dunia internasional pun membuat konvensi yang mengatur tentang hak-hak
ini yaitu ICESCR (International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights) yang
dibarengi juga dengan konvensi yang mengatur hak-hak sipil dan politik yaitu ICCPR
(International Covenant on Civil and Political Right) pada Tahun 1966.
Pentingnya kesetaraan hak politik dan hak ekonomi bagi suatu negara tercermin
dalampelaksanaan kerjasama antar negara yang dilaksanakan atas dasar sama derajat tanpa
terkaitsyarat-syarat tertentu (conditionality). Cita-cita umat manusia yang bebas untuk
menikmati kebebasan dari rasa takut dan kekurangan hanya dapat dicapai apabila diciptakan
kondisi dimana setiap orang dapat menikmati baik hak hak ekonomi, sosial dan budayanya,
maupun hak sipil dan politiknya. Bila dibandingkan dengan pelanggaran hak sipil dan politik
yang telah memiliki mekanisme yang memadai, hak ekosob belum sepenuhnya memiliki
mekanisme dalam menangani pelanggaran atasnya.
Undang Undang Dasar 1945 Bab XA dalam pasal 28 sampai dengan 28 J UUD 1945
telah mengatur mengenai Hak Asasi Manusia. Namun kaitannya dengan hak-hak di bidang
ekonomi, sosial dan budaya identifikasinya belum rinci dan jelas. Oleh karena hak-hak yang
berkaitan dengan hak dibidang ekonomi, sosial dan budaya masih tersebar dalam pasal-pasal
yang ada. Dengan penelusuran melalui pendekatan sejarah, maka ditemukan perkembangan
dari hak-hak dibidang ekosob. Hak hak ekosob dikategorikan sebagai hak-hak positif
(positive rights) yang dirumuskan dalam bahasa “rights to” (hak atas), sedangkan hak-hak
sipil dan politik dikategorikan sebagai hak-hak negative (negative rights) yang dirumuskan
dalam bahasa “freedom from” (kebebasan dari). Sebagai hak-hak positif, hak-hak ekosob
dipahami sebagai hak- hak yang tidak dapat dituntut di muka pengadilan (non-justicible),
sebaliknya dengan hak-hak sipil dan politik, sebagai hak-hak negatif, dapat dituntut di muka
pengadilan.
Tanggung jawab negara dalam memajukan hak- hak ekonomi, sosial dan budaya tidak
hanya dalam bentuk obligation of result, tetapi sekaligus dalam bentuk obligation of conduct
Yang berarti bahwa ketika negara merancang suatu kebijakan maka harus sudah menimbang
hasilnya apakah dapat secara maksimal untuk menjamin atas terpenuhinya hak dalam
kebijakan tersebut. Negara harus pula menyediakan sarana yang dapat diakses oleh
masyarakat secara luas apabila hak tersebut tidak terpenuhi. Dalam ranah hak Ekosob yang
telah dijabarkan diatas, negara memikul kewajiban untuk merealisasikan hak-hak ekosob
warga negaranya dalam kerangka sistem ekonomi. Akan tetapi, apabila kebijakan ekonomi
negara tersebut gagal dalam memberi jaminan terhadap pemenuhan hak-hak ekosob warga
negaranya, maka negara tersebut dapat dikatakan melanggar hak-hak yang terdapat dalam
Kovenan Internasional hak ekonomi, sosial dan budaya (International Covenant on
Economic, Social and Cultural Rights).

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana sejarah HAM di berbagai negara?
b. Bagaimana hak ekonomi, social, dan budaya di Indonesia?
c. Bagaimana HAM di bidang ekonomi, social, dan budaya dalam UUD 1945?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Hak Asasi Manusia


Sejarah hak asasi manusia berawal dari dunia Barat (Eropa). Seorang filsuf Inggris pada
abad ke-17, John Locke, merumuskan adanya hak alamiah (natural rights) yang melekat pada
setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan, dan hak milik. Pada waktu itu, hak
masih terbatas pada bidang sipil (pribadi) dan politik. Sejarah perkembangan hak asasi
manusia ditandai adanya tiga peristiwa penting di dunia Barat, yaitu Magna Charta, Revolusi
Amerika, dan Revolusi Prancis.
a. Hak Asasi Manusia di Inggris
Inggris sering disebut-sebut sebagai negara pertama di dunia yang memperjuangkan
hak asasi manusia. Tonggak pertama bagi kemenangan hak-hak asasi terjadi di Inggris.
Perjuangan tersebut tampak dengan adanya berbagai dokumen kenegaraan yang berhasil
disusun dan disahkan. Dokumen-dokumen tersebut diantaranya adalah adalah Magna Charta
(Piagam Agung), pada awal abad XII Raja Richard yang dikenal adil dan bijaksana telah
diganti oleh Raja John Lackland yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat dan para
bangsawan. Tindakan sewenang-wenang Raja John tersebut mengakibatkan rasa tidak puas
dari para bangsawan yang akhirnya berhasil mengajak Raja John untuk membuat suatu
perjanjian yang disebut Magna Charta (Piagam Agung).
Petition of Right, Pada dasarnya Petition of Rights berisi pertanyaan-pertanyaan
mengenai hak-hak rakyat beserta jaminannya. Petisi ini diajukan oleh para bangsawan kepada
raja di depan parlemen pada tahun 1628. Isinya secara garis besar menuntut hak-hak seperti
pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan, warga negara tidak boleh dipaksakan
menerima tentara di rumahnya, dan tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam
keadaan damai.
Bill of Right, merupakan undang-undang yang dicetuskan tahun 1689 dan diterima
parlemen Inggris, yang isinya mengatur tentang Kebebasan dalam pemilihan anggota
parlemen, Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat, Pajak, undang-undang dan
pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen, Hak warga Negara untuk memeluk agama
menurut kepercayaan masing-masing, dan Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
b. Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat
Pemikiran filsuf John Locke (1632-1704) yang merumuskan hak-hak alami, seperti hak
untuk hidup, kebebasan, dan milik (life, liberty, and property) mengilhami sekaligus menjadi
pegangan bagi rakyat Amerika sewaktu memberontak melawan penguasa Inggris pada tahun
1776. Pemikiran John Locke mengenai hak-hak dasar ini terlihat jelas dalam Deklarasi
Kemerdekaan Amerika Serikat yang dikenal dengan “Declaration Of Independence Of The
United States” dan pada saat kemerdekaan 4 Juli 1776 dimasukkan ke dalam konstitusi
Amerika.
c. Hak Asasi Manusia di Prancis
Perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah pada awal
Revolusi Prancis. Perjuangan itu dilakukan untuk melawan kesewenang-wenangan rezim
lama. Naskah tersebut dikenal dengan Declaration Des Droits De L’homme Et Du Citoyen
yaitu pernyataan mengenai hak-hak manusia dan warga negara. Pernyataan yang dicetuskan
pada tahun 1789 ini mencanangkan hak atas kebebasan, kesamaan, dan persaudaraan atau
kesetiakawanan (liberte, egalite, fraternite).
Lafayette merupakan pelopor penegakan hak asasi manusia masyarakat Prancis yang
berada di Amerika ketika Revolusi Amerika meletus dan mengakibatkan tersusunnya
Declaration des Droits de I’homme et du Citoyen. Kemudian di tahun 1791, semua hak-hak
asasi manusia dicantumkan seluruhnya di dalam konstitusi Prancis yang kemudian ditambah
dan diperluas lagi pada tahun 1793 dan 1848. Juga dalam konstitusi tahun 1793 dan 1795.
Revolusi ini diprakarsai pemikir-pemikir besar seperti: J.J. Rousseau, Voltaire, serta
Montesquieu.

2.2. Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya


Kovenan internasional tentang hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya (internasional
copenant on economic, social, and cultural rights) atau kopenan hak-hak ekonomi, sosial,
dan budaya (ekosob) adalah suatu instrumen hukum internasional yang mengatur mengenai
perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
Lahirnya kovenan ekosob tidak terlepas dari Deklarasi Universal HAM (Universal
Declaration of Human Right) atau lebih dikenal dengan DUHAM. Berangkat dari pemikiran
masyarakat internasional yang menyadari perlunya penjabaran hak-hak dan kebebasan dasar
yang dinyatakan oleh DUHAM ke dalam instrumen internasional yang bersifat mengikat
secara umum, mendorong Majelis Umum PBB untuk menegaskan sebuah resolusi yang
menyatakan bahwa perlindungan kebebasan sipil dan politik serta kebebasan dasar disatu
pihak, dan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya (ekosob) dipihak lain, sifatnya saling terkait
dan saling tergantung.
Pemerintah Indonesia telah meratifikasi kovenan internasional tentang hak ekonomi,
sosial, dan budaya (international covenant on economic, social, and cultural right-ICESCR)
pada oktober 2005 melaluli UU No. 11 Tahun 2005 tentang pengesahan kovenan
internasional hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya. Dengan demikian, negara wajib
menghormati, melindungi, dan memenuhi hak-hak tersebut kepada warga negaranya. Ada
143 negara yang meratifikasi kovenan tersebut termasuk Indonesia.
Materi kovenan hak ekonomi, sosial, dan budaya terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1.  Memuat hak setiap penduduk untuk menentukan nasib sendiri dalam hal status politik
yang bebas serta pembangunan ekonomi, sosial, dan budaya.
2.  Memuat kewajiban negara untuk melakukan semua langkah yang diperlukan dengan
berdasar pada sumber daya yang ada dalam mengimplementasikan kovenan dengan cara-
cara yang efektif, termasuk mengadopsi kebijakan yang diperlukan.
3.  Memuat jaminan hak-hak warga yaitu:
a.    Hak atas pekerjaan
b.    Hak mendapatkan program pelatihan
c.    Hak mendapatkan kenyamanan dan kondisi kerja yang baik
d.    Hak membentuk serikat buruh
e.    Hak menikmati jaminan sosial, termasuk asuransi sosial
f.     Hak menikmati perlindungan pada saat dan setelah melahirkan
g.    Hak atas standar hidup yang layak termasuk pangan, sandang, dan perumahan
h.    Hak terbebas dari kelaparan
i.      Hak menikmati standar kesehatan fisik dan mental yang tinggi
j.      Hak atas pendidikan, termasuk pendidikan dasar secara Cuma-cuma
k.    Hak untuk berperanserta dalam kehidupan budaya, menikmati manfaat dari
kemajuan ilmu pengetahuan, dan aplikasinya.
4.  Memuat kewajiban negara untuk melaporkan kemajuan yang telah dicapai dalam
pemenuhan hak-hak ekosob ke Sekretaris Jenderal PBB dan Dewan ekosob.
5.  Memuat ratifikasi negara. Diantara banyak hak yang dimuat dalam hak-hak ekosob, ada
yang paling mendasar sebagai basis terpenuhinya hak-hak ekosob, yakni hak atas
pendidikan dan kesehatan.

2.2. HAM di Bidang Ekosob Dalam UUD NRI 1945


Hak Asasi Manusia di bidang ekonomi diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UUD NRI1945
yang menentukan bahwa “tiap-tipa warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.”  Pasal 28 D ayat (2) UUD NRI 1945 yang menentukan
bahwa “setiap orang berhak unuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil
dan layak dalam hubungan kerja.” Pasal 33 ayat (1) UUD NRI 1945 yang menentukan
bahwa “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.” Ayat (2) menentukan bahwa “cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan menguasai hajathidup orang banyak dikuasaioleh negara.” Ayat (3) menentukan
bahwa “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Ayat (4) menentukan
bahwa “perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan
prinsip kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasang lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi
nasional.”
Hak Asasi Manusia di bidang sosial dan budaya diatur dalam UUD NRI 1945 yaitu
pada Pasal 28 C ayat (1) yang menentukan bahwa “setiap orang berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.” Pasal 28 H ayat (1) menentukan bahwa
“setiap orang berhak hidup sejahtera lahir batin, bertepat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.” Pasal
28 H ayat (3) menentukan bahwa “setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat.” Pasal 28 I ayat (3) yang menentukan bahwa “identitas budaya dan hak
masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan
peradaban.” Pasal 31 ayat (1) yang menentukan bahwa “setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan.  Ayat (2) “setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayainya.” Ayat (3) “pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur
dengan undang-undang.” Pasal 32 ayat (1) yang menentukan bahwa “negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan
masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.” Ayat (2)
“negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional.”
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kovenan internasional tentang hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya (internasional
copenant on economic, social, and cultural rights) atau kopenan hak-hak ekonomi, sosial,
dan budaya (ekosob) adalah suatu instrumen hukum internasional yang mengatur mengenai
perlindungan dan pemenuhan hak asasi manusia dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
Hak Asasi Manusia di bidang ekonomi diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UUD NRI1945
yang menentukan bahwa “tiap-tipa warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.” 
Hak Asasi Manusia di bidang sosial dan budaya diatur dalam UUD NRI 1945 yaitu
pada Pasal 28 C ayat (1) yang menentukan bahwa “setiap orang berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh
manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya, demi meningkatkan kualitas
hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia.” 

3.2. Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali kesalahan dan
sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah dengan
mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Zein, yahya. 2012. Problematika Hak Asasi Manusia (HAM), Yogyakarta: Liberty
Yogyakarta.
Asshidiqie, Jimmly. 2007. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta.: PT Bhuana
Ilmu Populer.
Budiardjo, Miriam. 2009. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Carlsberg Group. Labour&Human Rights Policy. 2017. Denmark.

Dimensi-Dimensi Hukum Hak Asasi Manusia, PSKN FH UNPAD, Bandung, 2009.

El Muhtaj, Majda. Dimensi-Dimensi HAM: Mengurai Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya,
Rajawali Pers, Jakarta, 2008.

I Dewa Gede Agung Diasana Putra dan Anak Agung Gde Yana. 2007. JURNAL
PERMUKIMAN NATAH.VOL. 5 NO. 2, AGUSTUS 2007.

Komite Penanggulangan Kemiskinan, 2005, Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan,


Jakarta.
Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

Anda mungkin juga menyukai