Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INVESTIGASI

KELOMPOK TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA


SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BONTONOMPO SELATAN

PROPOSAL

Nama : RAHMADANI
NIM : 105361101117

PROGRAM STUDI STRATA SATU


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN IMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Terhadap hasil Belajar Matematika Pada Siswa kelas VIII SMP Negeri 1
BONTONOMPO SELATAN” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan proposal penelitian ini adalah Untuk mengetahui
hasil belajar matematika siswa VIII SMP Negeri 1 BONTONOMPO SELATAN
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran investigasi kelompok.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan proposal peelitian ini sebaik mungkin,


penulis menyadari bahwa proposal penelitian ini masih ada kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca guna menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan proposal
penelitian ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga proposal penelitian ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Bontonompo, Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. i

DAFTAR ISI........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

A. Latar Belakang....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………….. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN............... 9

A. Tinjauan Pustaka.................................................................................... 9
1. Pembelajaran...................................................................................... 10
B. Hasil Belajar Matematika.......................................................................
10
C. Pembelajaran Kooperatif………………………………………………
11
D. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif………………………………..
12
E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi (Group Invwetigation)……
14
F. Pembelajaran Konvensional…………………………………………..
17
G. Kerangka Berfikir……………………………………………………..
18
H. Hipotesis Penelitian……………………………………………………
18
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................
21

A. Jenis Penelitian .....................................................................................


21
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ..............................................................
21
C. Populasi Dan Sampel ………...............................................................
21
D. Satuan Eksperimen Dan Perlakuan …………………………………..
22

3
E. Teknik Pengumpulan Data……………………………………………
22
F. Instrumen Penelitian …………………………………………………
23
G. Prosedur Penelitian…………………………………………………...
23
H. Teknik Analisi Data…………………………………………………..
24
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)


khususnya teknologi dan informasi, dewasa ini telah memberikan dampak
dalam semua bidang kehidupan manusia, tidak terkecuali pada bidang
pendidikan. Pendidikan adalah salah satu bidang yang tidak mungkin bisa
lepas dari kemajuan IPTEK. Dengan adanya kemajuan dan perkembangan
IPTEK, maka akan lebih mempermudah dan mempercepat setiap
kebutuhan dan kegiatan yang ada dalam pendidikan. Untuk menghadapi
tantangan perkembangan IPTEK khususnya teknologi dan informasi
tersebut, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing
secara global. Sehingga diperlukan manusia yang berketerampilan tinggi,
pemikir kritis, sistematis, logis, kreatif, kemauan bekerja sama yang
efektif dan sikap positif terhadap etos kerja. Cara berpikir seperti ini dapat
diasah dan dikembangkan salah satunya melalui pendidikan
matematika.Hal ini sangat dimungkinkan karena matematika memiliki
struktur dengan keterkaitan yang kuat dan jelas satu dengan yang lainnya
serta berpola yang bersifat deduktif dan konsisten.Matematika yang
merupakan simbol-simbol dan kumpulan angka-angka, mengharuskan kita
untuk lebih serius dan berkonsentrasi dalam setiap pemikirannya.

4
Matematika juga merupakan suatu konsep-konsep yang bersifat abstrak,
sehingga karena sifatnya yang abstrak dibutuhkan pemahaman yang tekun
dan teliti .Hampir semua bidang tidak lepas dengan penerapan ilmu
matematika, sehingga matematika dianggap mata pelajaran yang penting
untuk dipelajari.Karena pentingnya matematika, sehingga pelajaran
matematika diberikan porsi atau alokasi waktu yang lebih dari mata
pelajaran lainnya pada setiap jenjang pendidikan.Meskipun matematika
diberikan alokasi waktu yang lebih dari mata pelajaran lainnya, tetap saja
image buruk masih melekat pada matematika. Masih banyak siswa yang
menganggap bahwa matematika adalah mata pelajaran yang menakutkan
dan susah untuk dipahami. Perasaan takut akan mengantarkan siswa untuk
menganggap matematika menjadi pelajaran yang tidak menyenangkan dan
menjengkelkan, terlebih jika tidak bisa dalam mengerjakan soal-soal
matematika. Kebanyakan siswa langsung menyerah jika mengahadapi
soal-soal matematika yang dianggap sulit dan tidak bisa, padahal dari soal-
soal yang sulit itulah mereka akan bisa tahu dan mengerti. Kurangnya
keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, pembelajaran yang
cenderung berpusat pada guru dan sistem klasikal, disinyalir menjadi
penyebab dari rendahnya respon siswa tehadap pelajaran matematika. Jika
siswa dapat diikutsertakan dalam pembelajaran, maka setidaknya dapat
merubah image matematika yang terkesan menakutkan Dengan demikian
pembelajaran akan menjadi lebih hidup dan akan ada timbal balik antara
guru dan siswa. Sehingga rasa senang terhadap matematika dapat mulai
ditanamkan.Matematika yang terkesan tidak menarik, dapat juga
dimungkinkan adanya penggunaan metode/ model pembelajaran yang
tidak tepat.Sehingga sebagai seorang guru harus mampu menggunakan
berbagai macam metodepembelajaran yang tepat dalam setiap materi yang
disampaikan. Tidak menutup kemungkinan dalam beberapa penyampaian
materi menggunakan beberapa variasi metode, hal ini agar pemahaman
materi

lebih bisa diterima siswa dan yang terpenting siswa senang akan
matematika itu sendiri sehingga tidak terkesan monoton dalam belajar
matematika. Siswa yang menyenangi matematika, akan berdampak positif
pada hasil belajarnya. Hasil belajar dipengaruhi beberapa faktor, antara
lain faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor internal antara lain
meliputi kecerdasan, minat, motivasi dan kemampuan kognitif. Sedang
faktor eksternal meliputi metode pembelajaran/model pembelajaran yang
dipakai guru dalam mengajar, kurikulum, sarana prasarana dan
lingkungan.Dengan hasil belajar dapat menggambarkan apakah
pembelajaran yang dilakukan dapat berhasil atau tidak.Dari hasil observasi

5
peneliti di kelas VIII SMP Negeri 1 BONTONOMPO SELATAN,
menunjukkan bahwa guru masih menggunakan model pembelajaran
konvensional, yakni ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Kegiatan
pembelajaran lebih didomonasi oleh guru dan sedikit melibatkan
siswa.Guru mendominasi kegiatan pembelajaran, penurunan rumus atau
pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh guru, contoh-contoh soal
diberikan dan dikerjakan pula sendiri oleh guru. Langkah-langkah guru
diikuti dengan teliti oleh peserta didik. Mereka meniru cara kerja dan cara
penyelesaian yang dilakukan oleh guru.Akibatnya interaksi antara siswa
selama kegiatan pembelajaran berlangsung sangat minim dan dalam situasi
seperti ini siswa merasa bosan karena kurangnya dinamika inovasi,
kekreatifan, dan siswa belum dilibatkan secara aktif sehingga siswa sulit
mengembangkan atau meningkatkan pembelajaran agar benar-benar
berkualitas.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru matematika kelas VIII


SMP Negeri 1 BONTONOMPO SELATAN, mengungkapkan bahwa
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika masih
sangat rendah.Hal ini mungkin dikarenakan penyajian materi masih
bersifat monoton dan membosankan, sehingga siswa kurang tertarik untuk
belajar matematika. Untuk itu diperlukan solusi agar seluruh siswa merasa
menjadi bagian dalam proses belajar mengajar. Mengingat pentingnya
matematika untuk pendidikan, maka perlu dicari jalan penyelesaian yaitu
suatu cara mengelola proses belajar mengajar matematika sehingga
matematika dapat dicerna dengan baik oleh siswa.

Untuk menghadapi masalah tersebut di atas, maka diperlukan model dan


metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah matematika. Salah satunya adalah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok
(Group Investigation).

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran yang dikembangkan


pertama kali oleh Thelan.Dalam perkembangannya, model inidiperluas
dan dipertajam oleh Sharan dari Universitas Tel Aviv.Dalam penerapan
model pembelajaran investigasi kelompok, siswa terlibat dalam
perencanaan baik topik yang dipelajari dan bagaimana jalannya
penyelidikan mereka. Pendekatan ini mengajarkan siswa keterampilan
berkomunikasi dan proses kelompok yang baik.

Dalam implementasi model pembelajaran kooperatif tipe investigasi


kelompok guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan

6
anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok ini dapat dibentuk dengan
mempertimbangkan keakraban persahabatan atau minat yang sama dengan
topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, dan
melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang
dipilih.Selanjutnya siswa menyiapkan dan mempresentasikan laporannya
kepada seluruh kelas.

Berdasarkan pemikiran di atas, maka dirasa perlu diadakan penelitian


dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Investigasi
Kelompok Terhadap hasil Belajar Matematika Pada Siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 BONTONOMPO SELATAN ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka


rumusan masalah dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan sosl-soal matematika sehingga hasil belajarnya pun rendah.
Hal ini dikarenakan penyajian materi yang masih bersifat monoton dan
membosankan sehingga siswa kurang tertarik untuk belajar
matematika.adapunpertanyaanpenelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Seberapa besar hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1
BONTONOMPO SELATAN yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran investigasi kelompok ?

2. Seberapa besar hasil belajar matematika siswa VIII SMP Negeri 1


BONTONOMPO SELATAN yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional ?

3. Bagaimana aktivitas siswa kelas VIII SMP Negeri 1 BONTONOMPO


SELATAN dengan pembelajaran Investigasi Kelompok ?

4. Bagaimana aktivitas siswa kelas VIII SMP Negeri 1 BONTONOMPO


SELATAN dengan pembelajaran konvensional ?

5. Bagaimana respon siswa kelas VIII SMP Negeri 1 BONTONOMPO


SELATAN dengan pembelajaran Investigasi Kelompok dan pembelajaran
konvensional ?

6. Apakah hasil belajar matematika yang diajar dengan model


pembelajaran investigasi kelompok lebih baik daripada yang diajar dengan

7
model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1
BONTONOMPO SELATAN ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan


penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa VIII SMP Negeri 1


BONTONOMPO SELATAN yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran investigasi kelompok.

2. Untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1
BONTONOMPO SELATAN yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional.

3. Untuk mengetahui aktivitas siswa kelas VIII SMP Negeri 1


BONTONOMPO SELATAN dengan pembelajaran Investigasi Kelompok

4. Untuk mengetahui aktivitas siswa kelas VIII SMP Negeri 1


BONTONOMPO SELATAN dengan pembelajaran konvensional.

5. Untuk mengetahui respon siswa kelas VIII SMP Negeri 1


BONTONOMPO SELATAN dengan pembelajaran Investigasi Kelompok
dan pembelajaran konvensional.

6. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika yang diajar dengan


model pembelajaran investigasi kelompok dengan yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1
BONTONOMPO SELATAN.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan pemahaman konsep matematika.

b. Menarik perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran.

8
c. Mendorong siswa berperan aktif dalam kelompok dalam menyelesaikan soal-
soal matematika.

2. Bagi Guru

a. Sebagai alat bantu memperjelas konsep-konsep dalam matematika.

b. Membantu dalam mengembangkan model pembelajaran yang tepat dalam


mengajarkan matematika.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti mengenai model


pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok.

4. Bagi Sekolah

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan


model pembelajaran yang dianggap efektif dan efisien.

5. Bagi Peneliti Lain

Hasil peneltian ini dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian yang
sejenis.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran

Pembelajaran dapat diartikan suatu upaya untuk menciptakan


kondisi yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar. Menurut Degeng
(1989) pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa.Secara
eksplisit terlihat bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan memilih,
menetapkan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang
diinginkan.

Dalam hubungannya dengan pembelajaran matematika, Nikson (1992)


mengemukakan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu upaya
dalam membantu siswa untuk mengkonstruksikan (membangun) konsep-
konsep atau prinsip-prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri
melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun
kembali.

10
Istilah “pembelajaran” digunakan karena istilah ini lebih tepat untuk
menggambarkan upaya untuk membangkitkan inisiatif dan peran
siswadalam belajar. Pembelajaran lebih menekankan bagaimana upaya
guru untuk mendorong atau memfasilitasi siswa untuk belajar, bukan pada
apa yang dipelajari siswa. Istilah pembelajaran lebih menggambarkan
bahwa siswa lebih banyak beperan dalam mengkonstruksikan pengetahuan
bagi dirinya, dan bahwa pengetahuan itu bukan hasil proses transformasi
dari guru.

B. Hasil Belajar Matematika

Belajar matematika adalah belajar tentang konsep dan struktur


matematika serta hubungan antara konsep dan struktur
matematika.Matematika berkenaan dengan ide atau konsep abstrak yang
diberi symbol-simbol dan tersusun secara hirarki.

Hasil belajar merupakan suatu ukuran berhasil atau tidaknya seseorang


siswa dalam proses belajar mengajar. Untuk mengetahui keberhasilan
seseorang dalam belajar, diperlukan suatu alat ukur.Dengan mengukur
hasil belajar seseorang dapat diketahui batas kemampuan, kesanggupan,
penguasaan seseorang tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap atau
nilai dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

Abdurahman (kristiawati 2009 :9) menyatakan bahwa hasil belajar adalah


kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.

Hasil belajar tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak


melakukan kegiatan belajar. Kenyataan menunjukkan bahwa untuk
mendapatkan hasil belajar yang baik tidak semudah yang dibayangkan
tetapi harus didukung oleh sebuah kemauan dan minat dalam belajar serta
program pengajaran yang baik.

Hasil belajar matematika adalah prestasi yang dicapai oleh siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar yang berkenaan dengan materi suatu
mata pelajaran. Hasil belajar ini dapat diukur dengan menggunakan tes
hasil belajar. Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan kepada
pencapaian suatu tujuan. Sehingga kualitas belajar matematika adalah
mutu atau tingkat prestasi yang dicapai siswa setelah mengikuti proses
belajar matematika.

11
Keberhasilan seseorang mempelajari matematika tidak hanya dipengaruhi
minat, kesadaran, kemauan, tetapi juga bergantung pada kemampuannya
terhadap matematika serta diperlukan keterampilan intelektual, misalnya
keterampilan berhitung.Hasil yang dimaksud adalah tingkat penguasaan
untuk mengukur hasil belajar sesuai dengan tujuan pencapaian kognitif
disesuaikan dengan taraf kognitif siswa.

Hasil belajar yang dikemukakan oleh Sudjana (kristiawati 2009 :9) bahwa
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajar.

Hal-hal yang dipengaruhi hasil belajar adalah:

a. Intelegensi dan penguasaan anak tentang materi yang akan dipelajari.

b. Adanya kesempatan yang diberikan oleh anak.

c. Motivasi.

d. Usaha yang dilakukan oleh anak.

C. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk


pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Pada hakikatnya, cooperative learningsama dengan kerja kelompok. Oleh


karena itu, banyak guru yang mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh
dalam cooperative learning karena mereka beranggapan telah terbiasa
melakukan pembelajaran cooperative learning dalam bentuk belajar
kelompok. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan
cooperative learning, seperti dijelaskan Abdulhalik (2001 : 19-20) bahwa
“pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara
peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara
peserta belajar itu sendiri.”

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang


melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling
berinteraksi (Nurul Hayati, 2002 : 25). Dalam sistem belajar yang

12
kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam
model ini, siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk
dirinya sendiri dan membantu sesame anggota kelompok untuk
belajar.Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka
dapat melakukannya seorang diri.

D. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran


yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang
lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang
ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian
penguasaan materi pengajaran, tetapi juga ada unsur kerja sama untuk
penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri
khas dari cooperative learning.

Pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan dalam beberapa perspektif,


yaitu : 1) Perspektif motivasi, artinya penghargaan yang diberikan kepada
kelompok yang dalam kegiatannya saling membantu untuk
memperjuangkan keberhasilan kelompok. 2) perspektifsosial, artinya
melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar
karena mereka menginginkan semua anggota kelompok memperoleh
keberhasilan. 3) Perspektif perkembangan kognitif, artinya dengan adanya
interaksi antara anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa
untuk berpikir mengolah berbagai informasi (Sanjaya, 2006 : 242).

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka


sehidup sepenanggungan bersama

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam


kelompoknya,seperti milik mereka sendiri.

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam


kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama


diantara anggota kelompoknya.

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah / penghargaan


yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

13
6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

7) Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi


yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Roger dan David Johnson dalam (Lie, 2008) mengatakan bahwa


tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model
pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Kelima unsur tersebut yaitu :

a. Saling ketergantungan positif

b. Tanggung jawab perseorangan

c. Interaksi tatap muka

d. Komunikasi antar anggota

e. Evaluasi proses kelompok

Langkah –langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase

Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi


siswa belajar

Tahap 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau


lewat bahan bacaan

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

14
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi
secara efisien.

Tahap 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka


mengerjakan tugas mereka

Tahap 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Tahap 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil


belajar individu dan kelompok

E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok (Group


Investigation)

Strategi belajar kooperatif Investigasi kelompok dikembangkan


oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel.
Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan
teknik kooperatif investigasi kelompok adalah kelompok dibentuk siswa
itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih
subtopik dari keseluruhan unit materi (pokok bahasan) yang akan
diajarkan, dan kemudian membuat laporan kelompok. Selanjutnya, setiap
kelompok mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas, untuk
berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka. Menurut Slavin (1995),
strategi kooperatif investigasi kelompok sebenarnya dilandasi oleh filosofi
John Dewey. Teknik kooperatif ini telah secara meluas digunakan dalam
penelitian dan memperlihatkan kesuksesannya terutama untuk program-
program pembelajaran dengan tugas-tugas spesifik.

15
Implementasi strategi belajar kooperatif investigasi kelompok
dalam pembelajaran, secara umum dibagi dalam enam langkah, yaitu :

1) Mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam


kelompok.

Para siswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik, dan


mengategorisasi saran-saran; para siswa bergabung ke dalam kelompok
belajar dengan pilihan topik yang sama; komposisi kelompok didasarkan
atas ketertarikan topik yang sama dan heterogen; guru membantu atau
memfasilitasi dalam memperoleh informasi.

2) Merencanakan tugas-tugas belajar

Direncanakan secara bersama-sama oleh para siswa dalam kelompoknya


masing-masing, yang meliputi : apa yang kita selidiki, bagaimana kita
melakukannya, siapa sebagai apa-pembagian kerja; untuk tujuan apa topik
ini diinvestigasi)

3) Melaksanakan investigasi

Siswa mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan;


setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok;
para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi, dan
mensintesis ide-ide.

4) Menyiapkan laporan akhir

Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial proyeknya;


merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat
presentasinya; membentuk panitia acara untuk mengoordinasikan rencana
presentasi.

5) Mempresentasikan laporan akhir

Presentasi dibuat untuk keseluruhan kelas dalam berbagi macam bentuk;


bagan-bagian presentasi harus secara aktif dapat melibatkan pendengar
(kelompok lainnya); pendengar mengevaluasi kejelasan presentasi
menurut kriteria yang telah ditentukan oleh keseluruhan kelas.

6) Evaluasi

16
Para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja
yang telah dilakukan, dan pengalaman-pengalaman afektifnya; guru dan
siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran; asesmen
diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep dan keterampilan
berpikir kritis.

Di dalam implementasi pembelajaran kooperatif tipe group investigation,


setiap kelompok mempresentasikan hasil investigasi mereka di depan
kelas. Tugas kelompok lain, adalah melakukan evaluasi sajian kelompok.

Langkah-langkah model pembelajaran group investigation (Sharan 1992) :

1) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen.

2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.

3) Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat


tugas satu materi / tugas yang berbeda dari kelompok lain.

4) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara


kooperatif yang bersifat penemuan.

5) Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil


pembahasan kelompok.

6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan.

7) Evaluasi.

F. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional yang dimaksud secara umum adalah


pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh
guru yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan soal kemudian
pemberian tugas. Ceramah merupakan salah satu cara penyampaian
informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu
ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah dan komunikasi searah dari
pembaca kepada pendengar.Penceramah mendominasi seluruh kegiatan,
sedang pendengar hanya memperhatikan dan membuat catatan seperlunya.

Gambaran pembelajaran matematika dengan pendekatan ceramah adalah


sebagai berikut: Guru mendominasi kegiatan pembelajaran penurunan
rumus atau pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh guru, contoh-contoh

17
soal diberikan dan dikerjakan pula sendiri oleh guru. Langkah-langkah
guru diikuti dengan teliti oleh peserta didik. Mereka meniru cara kerja dan
cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru.

Kelemahan dari pembelajaran konvensional antara lain:

1. Pelajaran berjalan membosankan, peserta didik hanya aktif


membuat catatan saja.

2. Kepadatan konsep-konsep yang diajarkan dapat berakibat peserta


didik tidak mampu menguasai bahan yang diajarkan.

3. Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat


terlupakan.

4. Ceramah menyebabkan belajar peserta didik menjadi benar


menghafal yang tidak menimbulkan pengertian.

Kelebihan dari pembelajaran konvensional adalah peserta didik lebih


memperhatikan guru dan pandangan peserta didik hanya tertuju pada guru.

G. Kerangka Berpikir

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk


pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat
sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Model pembelajaran investigasi kelompok dapat memotivasi siswa dalam


proses belajar mengajar. Investigasi kelompok merupakan model
pembelajaran yang kompleks, dimana siswa terlibat dalam perencanaan
baik pada topik yang yang dipelajari dan bagaimana jalannya
penyelidikan mereka.

Pada penerapan model investigasi kelompok, siswa dibagi ke dalam


beberapa kelompok yang heterogen. Kemudian siswa merencanakan
tugas yang akan dipelajari. Selanjutnya siswa melaksanakan investigasi
dengan mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat
kesimpulan.Setiap anggota kelompok harus memberikan kontribusinya
dalam penyelesaian tugas, saling bertukar pikiran, berdiskusi,
mengklarifikasi, dan menyintesis semua gagasan.Tugas yang telah
dikerjakan selanjutnya dipresentasikan. Anggota kelompok yang lain

18
diharapkan mendengar dengan seksama dan mengevaluasi kejelasan dan
penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya oleh seluruh kelompok.

Selain model pembelajaran yang dilakukan oleh guru, faktor lain yang
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa adalah motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar siswa merupakan faktor psikis dari dalam diri siswa,
yang dapat menumbuhkan semangat untuk belajar. Dengan adanya
motivasi belajar yang tinggi, maka akan meningkatkan prestasi yang
tinggi pula pada siswa. Model pembelajaran yang sesuai dan adanya
motivasi belajar pada diri siswa, akan membantu anak memperoleh suatu
prestasi belajar yang diharapkan.

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka dapat dikemukakan hipotesis


sebagai berikut :

“ Terdapat perbedaan hasil belajar pada siswa yang diajar dengan model
pembelajaran investigasi kelompok dengan model pembelajaran
konvensional pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 BONTONOMPO
SELATAN”.

Untuk pengujian secara statistik, hipotesis dirumuskan sebagai berikut :

H0 : µ1 = µ2 lawan H1 : µ1> µ2

“H0 : µ1 = µ2 (rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP


Negeri 1 BONTONOMPO SELATAN untuk model pembelajaran
Investigasi kelompok dan model pembelajaran konvensional sama saja)
melawan H1 : µ1 > µ2 (hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Investigasi kelompok lebih baik daripada model
pembelajaran konvensional)

Keterangan :

µ1= Rata – rata hasil belajar yang diajar dengan model pembelajaran
investigasi kelompok

µ2= Rata – rata hasil belajar yang diajar dengan model pembelajaran
konvensional

19
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen, yaitu metode


penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Dalam penelitian ini
melibatkan 2 kelompok, yaitu satu kelompok sebagai kelompok
eksperimen (percobaan) dan satu kelompok sebagai kelompok kontrol
(pembanding).

20
B. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 BONTONOMPO


SELATAN, dengan subjek penelitian adalah kelas VIII. Penelitian ini
dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2020/2021.

C. Variabel dan Desain Peneltian

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel penelitiannya adalah hasil belajar


siswa.Perlakuan yang diberikan adalah pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok
dan pembelajaran konvensional

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

Grup

Pretest

Variabel Terikat

Posttest

(R)

(R)

Eksperimen

Kontrol

Y1

Y1

21
Y2

Y2

Keterangan:

E : Kelas Eksperimen

K : Kelas Kontrol

R : Random

T : Treatment (perlakuan), pembelajaran investigasi kelompok

Y1 : Pretest sebelum perlakuan

Y2 : Posttest setelah perlakuan

Adapun desain penelitian yang digunakan dalam peneliatian ini


adalah rancangan dengan jenis Desain Kelompok Kontrol Prates-Postes
(The Pretest-Posttest Control Group Design). Rancangan penelitian ini
melibatkan dua kelompok belajar yang diambil secara acak. Dimana satu
kelas dijadikan kelas eksperimen dan satu kelas kontrol, kemudian diberi
pretes untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen adalah
kelompok yang diajar dengan model pembelajaran investigasi kelompok,
sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang diajar dengan model
pembelajaran konvensional.

D. Satuan Eksperimen dan Perlakuan

1. Satuan Eksperimen

Satuan eksperimen dalam penelitian ini menggunakan 2 kelas.


Yaitu, kelas eksperimen dan kelas control

2. Perlakuan

22
Perlakuan yang diberikan dalam penelitian iniadalah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok untuk kelas
eksperimen. Sedangkan untuk kelas control diberikan perlakuan berupa
pembelajaran model konvensional.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara antara lain:

1. Metode Tes

Data yang diperoleh dengan metode tes adalah ketuntasan belajar siswa.
Data ini diperoleh dari tes yang dilakukan oleh guru setelah proses
pembelajaran berakhir. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bentuk esay.

2. Metode Observasi

Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data mengenai


kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan aktivitas siswa
selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok.

3. Metode Angket

Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah respon siswa terhadap
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajarankooperatif tipe
investigasi kelompok, dengan cara membagikan angket yang diberikan
pada setiap siswa untuk diisi sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga instrumen penelitian sebagai berikut:

1. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar ini disusun untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar
siswa.Tes hasil belajar siswa terdiri dari 5 soal essay.

2. Lembar Observasi

23
G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini memiliki prosedur tertentu. Adapun prosedur dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan


persiapan sebagai berikut:

a. Menentukan sekolah untuk penelitian.

b. Meminta izin kepada kepala Sekolah SMP Negeri 1 BONTONOMPO


SELATAN.

c. Melakukan kesepakatan dengan guru bidang studi matematika tentang


materi yang akan diteliti dan lamanya waktu penelitian.

d. Menyusun dan menyiapkan perangkat pembelajaran.

e. Menyusun dan menyiapkan instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Lembar observasi ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama


proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe investigasi kelompok diterapkan.

3. Pemberian Angket

Pemberian angket diberikan untuk mengetahui respon siswa kelompok


eksperimen terhadap penggunaan model pembelajaran Investigasi
Kelompok pada proses pembelajaran matematika

Kegiatan ini dilaksanakan dalam empat kali pertemuan pada setiap


kelompok, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol.

1. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar dilaksanakan pada akhir pertemuan. Tes hasil belajar ini
dilakukan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa setelah proses
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi
kelompok diterapkan.

24
H. Teknik Analisis Data

1. Data Hasil Belajar

Data yang terkumpul berupa skor hasil belajar dianalisis dengan


menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial.Statistik deskriptif
yang digunakan adalah tabel frekuensi, presentase, rata – rata dan standar
deviasi.

Statistik deskriptif digunakan untuk mengungkapkan keadaan sampel atau


mendeskripsikan karakteristik responden.Sedangkan statistik inferensial
digunakan untuk menguji hipotesis.Untuk keperluan ini digunakan uji
kesamaan rata – rata yaitu statistik uji – t.

a. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data


dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku umum (Sugiyono, 2008:207). Statistik deskriptif digunakan untuk
mengungkapkan keadaan atau mendeskripsikan karakteristik responden.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar adalah


berdasarkan teknik kategorisasi yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional (Mardia dalam Gafur 2010:29) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 : Tingkat Penguasaan dan Kategori Hasil Belajar Siswa

No.

Tingkat Penguasaan

Kategori Hasil Belajar Siswa

0 ≤ x ≤ 54

Sangat rendah

54 < x ≤ 64

Rendah

25
3

64 < x ≤ 79

Sedang

79 < x ≤ 89

Tinggi

89 < x ≤ 100

Sangat tinggi

Adapun SKKM (Standar Kriteria Ketuntasan Minimal) yang digunakan


dalam penelitian ini adalah sesuai dengan yang digunakan sekolah tempat
penelitian dilaksanakan.SKKM digunakan siswa VIII SMP Negeri 1
BONTONOMPO SELATAN adalah 70.

b. Analisis Statistik Inferensial

Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk


menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.Teknik
statistik ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis penelitian.Sebelum
menguji hipotesis penelitian, dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data secara


spesifik.Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi
normal atau tidak. Pada penelitian ini digunakan uji One Sample
Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan taraf signifikan 5% atau 0,05.

H0 = data berasal dari populasi distribusi normal

H1 = data tidak berasal dari populasi distribusi normal

26
Keterangan :

- Jika pvalue< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

- Jika pvalue ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk menyelidiki variansi kedua sampel sama


atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji Levene’s Test for Equalityof
Variances.Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis t-Test. Jika
sampel tersebut memiliki varians yang sama, maka keduanya dikatakan
homogen pada Levene’s Test for Equality of Variances digunakan taraf
signifikansi 5% atau 0,05.

H0 = data mempunyai variansi yang sama

H1 = data mempunyai variansi yang berbeda

Keterangan :

- Jika pvalue< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

- Jika pvalue ≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

c. Pengujian Hipotesis Penelitian

Untuk menguji hipotesis penelitian yang dirumuskan, digunakan t-Test


untuk sampel independen atau independent samples t-test. Pada independent
sample t-test digunakan taraf signifikansi 5% atau 0,05

H0 = Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa VIII SMP Negeri 1


BONTONOMPO SELATAN untuk model pembelajaran Investigasi
Kelompok dan Pembelajaran konvensionalsama saja.

H1 = Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan


model pembelajaran Investigasi Kelompok lebih baik dari pada
Pembelajaran konvensional.

Keterangan :

- Jika pvalue< 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima

27
- Jika pvalue≥ 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak

2. Data Aktivitas Siswa

Data hasil pengamatan aktivitas siswa yang muncul dari setiap sintaks
pembelajaran atau langkah-langkah pembelajaran kedua kelompok
penelitian dideskripsikan dalam bentuk rata-rata banyaknya presentaasi
siswa yang melakukan aktivitas untuk setiap kategori aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran matematika.

Untuk menentukan data mengenai aktivitas siswa yang dilakukan secara


kualitatif. Kriteria yang digunakan untuk menentukan aktivitas siswa adalah
sebagai berikut:

Tabel 3.2 : Kriteria Observasi Aktivitas Siswa

No.

PRESENTASE

KATEGORI

86-100%

Aktif

71-85%

Cukup aktif

60-70%

Kurang aktif

0-60%

Sangat kurang aktif

28
Sumber : (Zainal Abidindalam Riang Anggraeni, 2012:34)

Untuk menghitung kategori besar presentase untuk setiap kategori yaitu


menggunakan persamaan berikut:

3. Data Respon Siswa

Data respon siswa pada kelompok eksperimen dihitung presentase


banyaknya siswa yang memberikan respon positif terhadap model
pembelajaran Investigasi Kelompok pada pembelajaran matematika.Adapun
kriteria yanng digunakan untuk menyatakan bahwa siswa-siswa telah
memberikan repon positif adalah sesuai dengan ketetapan Nurdin. Menurut
Nurdin (Syarif Hidayatullah dalam Riang Anggraeni, 2012:35) kriteria yang
ditetapkan untuk menyatakan bahwa siswa-siswa memiliki respon positif
adalah 50% dari mereka yang tidak memberikan respon.

Selanjutnya kriteria yang digunakan untuk menentukan respon siswa yaitu:

1. Presentase 0% - 20% dikategorikan sangat rendah

2. Presentasse 21% - 40% dikategorikan rendah

3. Presentase 41% - 60% dikategorikan sedang

4. Presentase 61% - 80% dikategorikan baik

5. Presentase 81% - 100% dikategorikan sangat baik

Untuk menghitung kategori besar presentase untuk setiap kategori yaitu


menggunakan persamaan berikut:

Keterangan:

Pi = Presentase respon kategori ke-i

Psi = Respon siswa kategori ke-i

Tpi = Total respon kategori ke-i

Adapun kriteria model pembelajaran Investigasi Kelompok dinyatakan lebih


berpengaruh daripada model pembelajaran konvensional sebagai berikut:

- Skor rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 1
BONTONOMPO SELATAN yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Investigasi Kelompok lebih tinggi daripada hasil belajar siswa

29
yang diajar dengan pembelajaran konvensional dan berada di atas rata-rata
SKKM (Standar Kriteria Ketuntasan Minimal) VIII SMP Negeri 1
BONTONOMPO SELATAN, yaitu 70

- Aktivitas siswa terlihat antusias dan aktif mengikuti proses


pembelajaran di atas 85% (Syarif Hidayatullah dalam Riang Anggraeni
2012:36)

- Respon positif siswa terhadap penerapan model pembelajaran


Investigasi Kelompok di atas 50% (Syarif Hidayatullah dalam Riang
Anggraeni 2012:36)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Riang. 2012. Keefektifan Model Pembelajaran Student Fasilitator And


Explaining dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas VIII SMP Askari
Pallangga Kabupaten Gowa. Skripsi.FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

Fitriana, Laila. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Tipe Group


Investigation (GI) dan STAD terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari
Kemandirian Belajar Siswa. Tesis.FKIP Universitas Sebelas Maret.

http://muhfida.com/pembelajaran-konvensional/ (diakses18 Agustus 2011)

http://ardhana12.wordpress.com/ (diakses 18 Agustus 2011)

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : Alfabeta.

30
Degeng,I Nyoman Sudana. 1987. Ilmu Pengajaran, Taksonomi Variabel. Jakarta :
Ditjen Dikti Depdikbud.

Gafur, Abdul. 2010. Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X6 Pada Pokok Bahasan Pengendalian
Sosial Di SMA Negeri 1 Pallangga, kabupaten Gowa. Skripsi.FKIP Universitas
Muhammadiyah Makassar.

Kristiawati, 2009.Meningkatkan hasil belajar matematika melalui penerapan


pembelajaran kooperatif tipe make a match pada siswa kelas VII SMP
Muhammadiyah 5 Makassar. Skripsi.FKIP Universitas Muhammadiyah
Makassar.

Miftah, Efi, dan Taniredja, Tukiran. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif.


Bandung : Alfabeta.31

Prastowo, Andi. 2011. Memahami Metode-Metode Penelitian..Jogjakarta : Ar-


Ruzz Media

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta : Rajawali Pers

Slavin, Robert E. 2010.Cooperatif Learning. Bandung : Nusa Media.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.


Surabaya : Prestasi Pustaka.

31

Anda mungkin juga menyukai