Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dukungan Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terjadi

interaksi antara anak dan orang tuanya. Dan keluarga bisa terdiri dari

atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dalam

satu rumah, satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Ali,

Zaidin 2009).

Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang

diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan setiap

anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain dan

adanya hubungan psikologis. (Ali Zaidin 2009)

Keluarga juga terdiri dari dua atau lebih individu yang

bergantungan yang berbagi tempat tinggal satu rumah untuk

menciptakan, mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan

fisik, emosional, rasa kasih sayang dan kepemilikan yang sama terlihat

dalam posisi (Deborah dkk 2020)

Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu

individu meyelesaikan masalah, penderita asam urat sampai saat ini

merasa keluarga merupakan tempat berlindung yang paling disukai.

1
2.1.2 Fungsi Keluarga

Friedman membagi fungsi keluarga menjadi 5, yaitu:

1. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial

anggota keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif,

kemampuan menjalani secaraa lebih akrab, dan penuh rasa kasih

sayang, serta keluarga dengan penderita asam urat peduli

keluarga terhadap emosional semua anggota keluarganya.

2. Fungsi sosialisasi proses perkembangan dan perubahan yang

dilakukan individu untuk pemenuhan psikososial sehingga tercapai

kebahagiaan keluarga berlangsung seumur hidup. dan indindu

tersebut melaksanakan perannya dalam lingkungan sosial.

Penderita sam urat melaksanakan sosialisai dengan anggota

keluarga dan belajar displin, norma budaya, dan perilaku melalui

interaksi dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan di

dalam masyarakat.

3. Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah

sumber daya manusia untuk masa depan.

4. Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara

ekonomi seperti makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.

5. Fungsi perawatan kesehatan menyediakan segala perawatan

kesehatan untuk mengetahui tentang status kesehatan keluarga di

dalamnya, dan di dalam keluarga ada yang menderita asam urat

anggota keluarga mengenal dan paham dengan penyakitnya

maka keluarga akan mengambil sikap dan tindakan untuk segera

merawat anggota keluarganya. (Friedman 2010)

2
2.1.3 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Dengan mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan

tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada anggota

keluarga yang sakit, mempertahankan atau menciptakan suasana

rumah yang sehat, mempertahankan hubungan dengan menggunakan

fasilitas kesehatan masyarat. (Andarmoyo 2012)

2.1.4 Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan sikap, tindakan penerimaan

keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan emosional,

dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan

informasional (Friedman 2010) Dukungan keluarga suatu bentuk

bantuan yang diberikan salah satu anggota keluarga untuk memberikan

kenyamanan fisik dan psikologis pada saat seseorang mengalami sakit.

1. Bentuk atau Fungsi Dukungan Keluarga

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional memberikan individu perasaan

nyaman, merasa dicintai, empati, rasa percaya dan

perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa

berharga. Pada dukungan emosional anggota keluarga yang

menderita asam urat menyediakan tempat istirahat dan

memberikan semangat pada anggota keluarga yang sakit.

b. Dukungan Penghargaan

Keluarga bertindak sebagai sistem pembimbing

umpan balik, membimbing, dan pemecahan masalah,

Dukungan penghargaan terjadi melalui ekspresi

3
penghargaan yang positif melibatkan pernyataan setuju

dan panilaian positif terhadap ide-ide dan perasaan orang

lain yang berbanding positif antara individu dengan orang

lain sehingga anggota keluarga yang sakit asam urat juga

sebagai bentuk penerimaan kekurangan dan kelebihan serta

penghargaan terhadap keberadaan dirinya.

c. Dukungan Instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah

seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa

bantuan nyata berupa kondisi dimana benda atau jasa akan

membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di dalam

nya bantuan langsung, seperti saat keluarga yang sakit

asam urat keluarga dapat memberi atau meminjamkan uang

kepadanya untuk berobat dan membantu pekerjaan sehari-

hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi,

menjaga dan merawat saat sakit.

d. Dukungan Informasional

Dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan

tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya

memberikan solusi, nasehat, pengarahan, saran atau

umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang.

Dukungan informasi ini diberikan untuk membantu

mengambil keputusan kepada anggota yang sakit,

(Harnilawati 2013)

4
2.1.5 Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

1. Faktor Internal

a. Pendidikan dan Tingkat Pengetahuan

Keyakinan individu tentang adanya dukungan keluarga

yang terdiri dari pendidikan, pengetahuan dan pengalaman

masa lalu. Individu akan mendapat dukungan keluarga

untuk menjaga kesehatannya sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya.

b. Emosi

Emosi merupakan respon stress yang dapat

mempengaruhi keyakinan seseorang terhadap dukungan

keluarga. Emosi akan mempengaruhi koping seseorang,

sehingga seseorang yang mempunyai koping maladaptif

maka merasa dirinya tidak mempunyai dukungan keluarga.

c. Spiritual

Nilai dan keyakinan yang dilaksanakan oleh individu dan

keluarga berpengaruh terhadap dukungan keluarga. Semakin

tinggi nilai spiritual yang dimiliki individu semakin besar

dukungan keluarga yang diberikan.

2. Faktor Eksternal

a. Sosial Ekonomi

Meningkatkan resiko terjadinya peyakit karena

bergantung pada tingkat pendapatan keluarga. Seseorang

yang tingkat sosialnya tinggi akan segera merespon

penyakitnya serta keluarga yang sangat mempedulikannya

5
begitupun sebaliknya.

b. Budaya

Nilai atau kebiasaan individu dalam memberikan

dukungan keluarga kepada anggota keluarga yang sakit.

Seseorang yang mempunyai kebiasaan pergi ke pelayanan

kesehatan akan selalu dilakukan oleh anggota keluarga yang

lain. ( Deborak 2020)

2.1.6 Instrument Dukungan Keluarga

1. Alat Ukur (Blue Print)

Untuk mengungkap variabel dukungan keluarga,

menggunakan skala dukungan keluarga yang diadaptasi dan

dikembangkan dari teori House. Dan aspek-aspek yang

digunakan untuk mengukur dukungan keluarga adalah dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan

dukungan informatif.

Tabel 2.2 Indikator Alat Ukur Dukungan Keluarga

No Indikator

1. Dukungan Emosional

2. Dukungan Penghargaan

3. Dukungan Instrumental

4. Dukungan Informasi

Pada pengisian skala ini, sampel di minta untuk menjawab

pertanyaan yang ada dengan memilih salah satu jawaban daro

beberapa alternatif jawaban yang tersedia. Skala ini

menggunakan skala model likert yang terdiri dari pernyataan dari

6
empat alternatif jawaban yaitu 1= tidak pernah, 2= kadang-

kadang, 3= sering, 4= selalu

2.2 Konsep Kualitas Hidup

2.2.1 Definisi Kualitas Hidup

Menurut WHO kualitas hidup adalah suatu persepsi individu

terhadap posisinya dalam kehidupan, dalam konteks budaya, sistem

nilai dimana mereka berada dalam hubungan terhadap tujuan hidup,

harapan, standar, dan lain-lain. (Jacob, 2018). Kualitas adalah tingkatan

seseorang dalam menikmati hidupnya, kenikmatan tersebut terdiri dari

pengalaman dan kepuasan.

2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

1. Usia

Semakin tua seseorang maka beresiko memiliki kadar

asam urat dalam darah yang lebih tinggi.

2. Jenis Kelamin

Perempuan cenderung mempunyai kualitas hidup lebih

rendah dibandingkan dengan laki-laki. Jenis kelamin dilihat

secara bermakna dari fungsi perannya seorang laki-laki

mempunyai fungsi peran lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Laki-laki lebih banyak memperoleh dukungan keluarga karena

memegang peran penting di dalam keluarga.

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan juga sangat berpengaruh terhadap

kualitas hidup maka pendidikan rendah akan mempengaruhi

kebiasaan fisik yang kurang baik. Tingkat pendidikan juga dapat

7
mempengaruhi seseorang dalam menerima kurangnya informasi

terkait penyakit asam urat.

4. Pekerjaan

Pekerjaan berpengaruh terhadap kualitas hidup

seseorang. Pekerjaan akan membuat seseorang mendapatkan

upah atau gaji untuk biaya pengobatan. Kualitas hidup meningkat

dengan adanya pekerjaan yang dimiliki seseorang.

5. Status Ekonomi Sosial

Tingkat pendapatan yang rendah sangat bepengaruh

terhadap kualitas hidup pasien asam urat karena pendapatan

akan menentukan kemampuan dalam pengobatannya. Kualitas

hidup yang rendah akan berhubungan signifikan dengan status

ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah.

6. Komplikasi

Menurut penelitian Nuranti 2019 komplikasi asam urat

karena tingginya asam urat dalam tubuh yang menetap dalam

jangka waktu yang lama sehingga akan mengakibatkan

penurunan kualitas hidup.

2.2.3 Instrumen Kualitas Hidup

WHO menyusun instrumen kualitas hidup WHOQOL-BREF

(World Health Organization Quality Of Life-BREF) yang berupa instrumen

alat ukur yang paling sesuai untuk mengukur kualitas hidup dari segi

kesehatan terhadap lanjut usia karena mencakup jumlah responden yang

kecil dan mendekati distribusi yang normal dan mudah dalam

penggunaanya. (Ika 2017)

8
Instrumen WHOQOL-BREF terdiri dari 4 domain dan terdiri dari

26 item pertanyaan , yaitu diantaranya:.

1. Kesehatan fisik seperti penyakit, kegelisahan dalam tidur dan

beristirahat, energi, kelelahan, mobilitas, aktivitas sehari-hari,

ketergantungan pada obat serta bantuan medis dan kapasitas

pekerjaan.

2. Psikologis seperti perasaan positif, berfikir, belajar, mengingat dan

konsentrasi, self esteem, penampilan dan gambaran jasmani, perasaan

negatif, dan kepercayaan individu.

3. Lingkungan seperti kebebasan, keselamatan fisik dan keamanan,

lingkungan rumah, sumber keuangan, kesehatan dan kepedulian

sosial, peluang untuk memperoleh keterampilan dan informasi baru,

dan peluang untuk berekreas serta aktivitas.

4. Hubungan sosial seperti hubungan pribadi, dukungan seksual,

aktivitas seksual.

Instrumen WHOQOL-BREF banyak digunakan oleh para peneliti

dalam melakukan penelitian kualitas hidup. Instrumen ini telah baku dan

sudah tersedia dalam bahasa Indonesia. (Pangkahillah 2009)

2.3 Konsep Lansia

2.3.1 Definisi Lansia

Lansia merupakan orang dengan usia lebih dari 60 tahun, pada usia

lansia secara normal tubuh akan mengalami beberapa kemunduran baik

secara fungsi fisiologis, psikologis maupun fisik, penurunan kemampuan

fisiologis tersebut dapat menyebabkan mereka tidak mampu diberikan

9
tugas-tugas dan tanggung jawab yang berat dan beresiko tinggi. Pada

usia lanjut daya tahan fisik sudah mengalami kemunduran fungsi

sehingga mudah terserang beragam jenis penyakit, masalah yang

terjadi disebabkan karena imunitas dan kekuatan fisik ikut melemah

begitu juga dengan kemampuan tubuh dalam menangkal serangan

penyakit yang semakin melemah, sehingga lebih sering mengalami

masalah kesehatan (Siregar, 2018).

2.3.2 Batasan Lanjut Usia

Lansia dapat digolongkan menjadi empat kategori menurut

(Pratiwi, 2017) yaitu:

1. Pertengahan (midle age ) dengan batas usia 45-59 tahun.

2. Lansia (eldeny) dengan batas usia 60-75 tahun

3. Lansia tua (old) dengan batas usia 75-90 tahun

4. Sangat tua (very old) dengan usia lebih dari 90 tahun.

Undang-Undang yang membahas tentang lansia yaitu pasal

1 ayat 2,3,4 UU No.13 tahun 1998 tentang kesehatan menyatakan

lansia merupakan golongan dengan usia lebih dari 60 tahun (Prayogi,

2017).

2.3.3 Peran Anggota Keluarga Terhadap Lansia

Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota

keluarga memiliki peranan yang sangat penting. Ada beberapa hal

yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan

perannya terhadap lansia, yaitu:

1. Melakukan pembicaraan terarah agar lansia bisa saling

menyambung antar komunikasi.

10
2. Mempertahankan kehangatan keluarga dan memberikan kasih

sayang.

3. Menghormati dan menghargai serta memberikan kesempatan

untuk tinggal bersama.

4. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia.

5. Membantu mencukupi kebutuhannya.

6. Memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar

rumah termasuk pengembangan hobi.

7. Memeriksakan kesehatan secara teratur dan memberikan

dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat serta pemeliharaan

kesehatan lansia adalah tanggung jawab bersama

8. Memberikan perhatian yang baik terhadap orang tua yang sudah

lansia maka anak-anak kita kelak akan bersikap yang sama

(Wahyu 2016)

2.4 Konsep Asam Urat

2.4.1 Definisi Asam Urat

Asam urat merupakan proses katabolisme purin yang memproduksi

senyawa nitrogen, proses katabolisme purin terjadi karena dua hal yaitu

dari purin yang terkandung dalam makanan maupun dari asam nukleat

endogen DNA. Asam urat dalam jumlah besar dikeluarkan oleh ginjal,

namun dapat juga di eksresi melalui saluran cerna, tetapi dalam jumlah

yang sedikit semua orang memiliki asam urat di dalam tubuh karna pada

setiap metabolisme normal dihasilkan oleh asam urat (Prayogi, 2017).

Kadar asam urat yang meningkat disebabkan karena tubuh

memproduksi asam urat dalam jumlah besar sedangkan eksresi

11
asam urat melalui urine mengalami penurunan. Apabila asam urat

berlebihan dan ginjal tidak mampu lagi mengatur kestabilannya, maka

asam urat akan numpuk pada jaringan dan sendi sehingga akan timbul

rasa nyeri yang hebat terutama pada daerah persendian (Pratiwi, 2017).

2.4.2 Nilai Normal Asam Urat

Nilai normal kadar asam urat dalam darah dibagi menjadi tiga

kategori menurut Prayogi (2017) yaitu :

1. Wanita : 2,4 mg/dl - 5,7 mg/dl.

2. Laki-laki : 3,4 mg/dl - 7 mg/dl.

3. Anak-anak : 2,8 mg/dl - 4 mg/dl.

2.4.3 Klasifikasi Asam Urat

Asam urat diklasifikasikan menjadi dua menurut Pratiwi ( 2017 ) yaitu:

1. Asam Urat Primer

Asam urat primer ditandai dengan adanya gangguan

metabolisme yang disebabkan oleh faktor hormonal dan faktor

genetik sehingga tubuh menghasilkan asam urat yang berlebih atau

juga terjadi karena proses eksresi asam urat yang menurun dalam

tubuh.

2. Asam Urat Sekunder

Produksi asam urat berlebih berupa nutrisi yang didapat dari diet

tinggi purin dalam tubuh memicu terjadinya asam urat sekunder

2.4.4 Faktor Terjadinya Asam Urat

Faktor penyebabkan seseorang mengalami peningkatan kadar

asam urat menurut (Putri 2017) yaitu penurunan eksresi asam urat,

peningkatan kadar asam urat sehingga produksinya mengalami

12
peningkatan atau bisa juga terjadi karena kedua nya. Berikut adalah

faktor-faktor yang mempengaruhi resiko terkena nya penyakit Asam

Urat adalah:

1. Usia

Bertambahnya umur berpengaruh terhadap penyakit asam

urat, hal ini terjadi karena adanya penurunan proses kerja tubuh.

2. Pola Makan

Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah

menjadi asam urat, seperti seafood akan memengaruhi kadar

asam urat dalam darah

3. Genetik

Riwayat keturunan juga dapat berpotensi terhadap

penyakit ini yang kemudian di tunjang dengan faktor lingkungan

lain.

4. Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga dapat menjadi faktor yang memicu

terjadinya hiperurisemia karena pada laki-laki menunjukkan kadar

yang lebih tinggi dibandingkan wanita, hal tersebut dapat terjadi

karena hormon esterogen yang dimiliki wanita mampu

mempercepat proses eksresi asam urat.

5. Obesitas

Obesitas memiliki keterkaitan dengan penyakit degeneratif

bukan hanya hiperurisemia yang dapat berpotensi pada

penderita obesitas namun juga beberapa penyakit degeneratif

lain nya seperti diabetes mellitus tipe II, stroke, hipertensi,

13
penyakit kardiovaskuler, dislipedemia, dsb.

6. Obat-Obatan

Seseorang yang menggunakan jenis obat tertentu

berpotensi mengalami asam urat namun beberapa obat memiliki

kemampuan untuk mempercepat proses eksresi. Jenis urikosurik

seperti provenesia dan sufipirazon merupakan contoh obat yang

berperan dalam eksresi asam urat. Jenis obat tertentu juga

dapat menghambat eksresi asam urat salah satunya adalah obat

jenis aspirin.

7. Latihan Fisik dan Kelelahan

Latihan fisik yang berat akan memperburuk kondisi

keseimbangan tubuh sehingga peran kerja organ tubuh

terganggu dan akan mengakibatkan pemicu terjadinya asam urat.

2.4.4 Tanda dan Gejala Asam Urat

Gejala penyakit asam arat ditandai dengan adanya nyeri yang

terjadi karena penumpukan endapan kristal monosodium urat pada

sendi (Efendi, 2018). Asam urat juga ditandai dengan adanya

peradangan pada sendi yang terjadi pada pangkal ibu jari, kemudian

diikuti oleh beberapa gejala lain seperti: timbulnya nyeri, terutama

pada malam hari atau pagi hari saat bangun tidu, kulit diatas sendi

mengalami kemerahan, dan terjadinya bengkak (Putri, 2017).

Penyakit ini juga dapat terjadi tanpa disertai dengan gejala yang

signifikan walaupun kadar asam urat dalam tubuh meningkat.

14
2.4.5 Pencegahan Asam Urat

Pencegahan terjadinya asam urat dapat diatasi dengan

berbagai macam upaya yaitu dengan meminimalisir konsumsi

makanan dengan kadar purin yang tinggi, membatasi latihan fisik,

serta mengamalkan pola hidup dan makan yang sesuai,

membatasi minuman beralkohol dan menurunkan berat badan (Putri,

2017). Konsumsi lebih banyak air putih juga dapat menjadi

pilihan dalam pencegahan peningkatan kadar asam urat karena air

putih 2,5 liter atau 10 gelas perhari liter dapat mengeluarkan toksin dalam

tubuh.

15

Anda mungkin juga menyukai