Protap Prosedur Permohonan Pendaftaran Obat Hewan
Protap Prosedur Permohonan Pendaftaran Obat Hewan
NOMOR : 02/Kpts/LB.450/F/03/06
TENTANG
PROSEDUR TETAP PERMOHONAN PENDAFTARAN OBAT HEWAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka menjamin mutu obat hewan
yang beredar, dengan Keputusan Direktur Jenderal
Bina produksi Peternakan Nomor 13//TN.240/Kpts/
DJBPP/Deptan/2003 telah ditetapkan Prosedur Tetap
Permohonan Pendaftaran Obat Hewan;
b. bahwa dalam perkembangannya ternyata masih
diperlukan penyempurnaanpenyempurnaan terutama
dalam hal persyaratan teknis dan kelengkapan data
dalam pendaftaran, sehingga dipandang perlu untuk
meninjau kembali Keputusan Direktur Jenderal Bina
produksi Peternakan Nomor 13/TN.240/Kpts/DJBPP/
Deptan/2003 dengan peraturan Direktur Jenderal
Peternakan;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967, tentang
Ketentuanketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan
Hewan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824);
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, tentang
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3821);
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4437);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 1992 tentang
Obat Hewan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor
129, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3509);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang
Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (Lembaran
Negara Tahun 2005 Nomor 44, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4498);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi
sebagai daerah otonom (Lembaran Negara Tahun
2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3952);
7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan
Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Negara Republik
Indonesia;
8. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Negara
Republik Indonesia;
9. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 535/Kpts/
OT.160/9/2004 tentang Susunan Keanggotaan Komisi
Obat Hewan Departemen Pertanian;
10. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 328/Kpts/
TN.260/4/1985, tentang Pengoperasian Balai
Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan di Gunung
Sindur Kabupaten Bogor;
11. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 342/Kpts/
KP.150/6/2001 tentang Susunan Keanggotaan Panitia
Penilai Obat Hewan;
12. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 324/Kpts/
TN.120/4/1994 tentang Syarat dan Tatacara Pemberian
Izin Usaha Obat Hewan;
13. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 807/Kpts/
KU.440/12/1994, tentang Penetapan Biaya Pendaftaran
dan Pengujian Mutu Obat Hewan dan Tata Cara
Pemungutannya;
14. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 806/Kpts/
TN.260/12/1994, Tentang Klasifikasi Obat Hewan;
15. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 695/Kpts/
TN.260/8/96, tentang Tatacara Pendaftaran dan
Pengujian Mutu Obat Hewan;
16. Keputusan Menteri Pertanian dan Kehutanan Nomor
453/Kpts/TN.260/9/2000, tentang Obat Alami untuk
Hewan;
17. Keputusan Menteri Pertanian dan Kehutanan Nomor
454/Kpts/TN.260/9/2000, tentang Pembuatan Obat
Hewan Berdasarkan Kontrak (Toll Manufacturing);
18. Keputusan Menteri Pertanian dan Kehutanan
Nomor 455/Kpts/ TN.260/9/2000, tentang Perubahan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 695/Kpts/
TN.260/8/96, tentang Tatacara Pendaftaran dan
Pengujian Mutu Obat hewan ;
19. Keputusan Menteri Pertanian dan Kehutanan Nomor
456/Kpts/TN.260/9/2000, tentang Pembuatan,
Penyediaan dan/atau peredaran Obat Hewan oleh
Lembaga Penelitian, Lembaga Pendidikan Tinggi dan
Instansi Pemerintah;
20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/
OT.140/7/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Pertanian;
21. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/
OT.140/9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Pertanian;
22. Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan
Nomor 55/TN.260/Kpts/DJP/Deptan/2001, tentang
Formulir Permohonan Pendaftaran Obat Hewan;
23. Keputusan Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan
Nomor 54/TN.260/Kpts/DJP/Deptan/2001, tentang
Formulir Permohonan Pendaftaran Obat Alami untuk
Hewan;
Memperhatikan : Surat Edaran Direktur Jenderal Peternakan Nomor
TN 250/ /4380/DKH/1101 tanggal 12 Nopember 2001
tentang Pemeriksaan Pendahuluan Pendaftaran Obat
Hewan.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA
PRODUKSI PETERNAKAN TENTANG PROSEDUR
TETAP PERMOHONAN PENDAFTARAN OBAT
HEWAN
KESATU : Memberlakukan Prosedur Tetap Permohonan
Pendaftaran Obat Hewan sebagaimana tercantum
pada Lampiran Keputusan ini;
KEDUA : Prosedur Tetap Permohonan Pendaftaran Obat Hewan
sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU sebagai
acuan bagi aparatur yang menangani kegiatan di bidang
pendaftaran obat hewan dan bagi pemohon yang akan
melakukan pendaftaran obat hewan;
KETIGA : Dengan ditetakannya Peraturan ini maka Keputusan
Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan Nomor
13/TN.240/Kpts/DJBPP/ Deptan/2003 dinyatakan tidak
berlaku lagi.
KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 22 Maret2006
DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN
ttd
Ir. Mathur Riady, MA.
NIP. 010 110 372
I. LATAR BELAKANG
Bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000
tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai
Daerah Otonom, pengaturan di bidang pendaftaran, sertifikasi dan
pengujian mutu obat hewan merupakan kewenangan Pemerintah,
sehingga Pemerintah mempunyai kewajiban untuk melakukan
pengawasan terhadap pembuatan, penyediaan, peredaran serta
pemakaian obat hewan. Aspek legalitas(terdaftar), keamanan (safety),
khasiat (efficacy) dan mutu (quality) menjadi pertimbangan utama
dalam penyediaan dan pemakaian/penggunaan obat hewan, baik bagi
hewannya sendiri maupun bagi masyarakat konsumen hasil ternak
serta lingkungan. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 6 tahun 1967
tentang Ketentuanketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan
dan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 1992 tentang Obat Hewan
telah ditetapkan bahwa setiap pembuatan, penyediaan, peredaran
dan pemakaian/penggunaan obat hewan harus dilaksanakan sesuai
persyaratan dan prosedur yang telah ditentukan.
Dengan memperhatikan peranan obat hewan yang sangat strategis
tersebut, maka diperlukan pengaturan obat hewan secara nasional,
sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun
1992, serta kebijakan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.
Disamping itu kebijakan otonomi tersebut, telah diperbaharui dengan
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah. Dalam Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000, dalam hal
ini dinyatakan bahwa pengaturan di bidangpendaftran dan sertifikasi,
pengujian mutu obat hewan, vaksin, sera dan antigen menjadi
kewenangan Pemerintah Pusat.
Dengan memperhatikan kewajiban Pemerintah untuk mengatur dan
mengawasi pembuatan, penyediaan, peredaran dan pemakaian
obat hewan tersebut, maka untuk menjamin mutu obat hewan yang
beredar dalam masyarakat dan memudahkan dalam pengawasannya
di lapangan, semua obat hewan yang akan diedarkan didalam
wilayah Republik Indonesia harus mendapatkan Nomor Pendaftaran.
Pendaftaran atau registrasi dan pengujian mutunya merupakan suatu
keharusan bagi semua obat hewan yang terdiri dari sediaan biologik,
farmasetik dan premiks maupun obat alami yang hendak diedarkan di
pasaran, baik sebagai pendaftaran baru maupun sebagai pendaftaran
ulang bagi sediaan yang telah beredar.
A. Syaratsyarat Pendaftaran
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon yang akan
mengajukan permohonan pendaftaran obat hewan adalah sebagai
berikut :
1. Syaratsyarat obat hewan yang didaftarkan, baik baru maupun
ulang adalah sebagai berikut (didasarkan pada pasal 4
Keputusan Menteri Pertanian No. 695/Kpts/TN.260/8/96 dan
pasal 5 Keputusan Menteri Pertanian dan Kehutanan No. 455/
Kpts/TN.260/9/2000)
a. Permohonan pendaftaran obat hewan dapat dilaksanakan
oleh perusahaan yang memiliki izin usaha obat hewan
sebagai produsen atau pemegang persetujuan prinsip usaha
obat hewan untuk produksi dalam negeri, dan pemohon
pendaftaran obat hewan asal impor adalah importir atau
perwakilan yang berstatus sebagai importir obat hewan
yang ditunjuk oleh produsen negara asal dan perusahaan
tersebut berbadan hukum di wilayah Republik Indonesia.
b. Importir yang melakukan pendaftaran suatu sediaan obat
hewan harus memiliki surat penunjukan dari produsennya
yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut adalah
sebagai pemilik nomor pendaftaran untuk produk yang
akan didaftarkan.
c. Obat hewan yang akan didaftarkan belum terdaftar atas
nama perusahaan lain.
d. Nomor pendaftaran obat hewan berlaku selama 10
(sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal ditetapkannya
nomor pendaftaran obat hewan.
e. Melampirkan data obat hewan yang didaftarkan dengan
mengisi formulir seperti contoh sebagaimana dimaksud
dalam buku Panduan Pengisian Formulir Permohonan
Pendaftaran Obat Alami untuk Hewan dan Buku Panduan
Pengisian Formulir Permohonan Pendaftaran Obat Hewan,
masingmasing sebagaimana tercantum dalam Keputusan
Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan No. 54/TN.260/
Kpts/DJP/2001 dan Keputusan Direktur Jenderal Bina
Produksi Peternakan No. 55/TN.260/Kpts/DJP/2001.
f. Khusus untuk obat hewan yang diproduksi berdasarkan
kontrak (Toll Manufacturing) antara satu produsen obat
hewan dengan produsen obat hewan lainnya, harus
menyampaikan Surat Perjanjian kerjasama antara
pemberi kontrak dengan penerima kontrak. Pemilik nomor
pendaftaran berdasarkan kontrak (Toll Manufacturing)
adalah pemberi kontrak.
I 0 2 0 4 1 4 6 8 P T S 1
1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 13 14
IV. Penutup
Prosedur Tetap Permohonan Pendaftaran Obat Hewan ini bersifat
dinamis dan sewaktuwaktu dapat ditinjau kembali sesuai perkembangan
kebutuhan dan teknologi dalam rangka meningkatkan peayanan
kepada masyarakat.