Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KESEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN

OLEH

KELOMPOK 4

1. Erlin Yosefina Elisabeth Nelci Klakik 1807010170


2. Jesischa Juneansy Tangpen 1807010375
3. Flaviana Dos Santos 1807010010
4. Katarina Kolly Dasion 1807010108
5. Theresia Chintya Lilis Oi Tukan 1807010112
6. Yohanes Paulus Ruda Bedan 1807010245

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada ka,i sehingga akhirnya tugas makalah ini dapat
terselesaikan. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya. Harapan kami semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan memberikan manfaat bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Kupang, 28 januari 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………..

B. Rumusan Masalah……………………………………………….

C. Tujuan……………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian pemukiman............................................…………..

B. Pemukiman darurat..................................................................

C. Syarat-syarat pemikiman darurat............................................

D. Pemilihan tempat untuk bernaung darurat..............................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………..

B. Saran……………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perumahan dan pemukiman adalah dua hal yang tidak dapat kita pisahkan
dan berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi, industrialisasi dan
pembangunan. Pemukiman dapat diartikan sebagai perumahan atau
kumpulan rumah dengan segala unsur serta kegiatan yang berkaitandan
yang ada di dalam pemukiman. Pemukiman dapat terhindar dari kondisi
kumuh dan tidak layak huni jika pembangunan perumahan sesuai
denganstandar yang berlaku, salah satunya dengan menerapkan persyaratan
rumah sehat. Dalam pengertian yang luas, rumah tinggal bukan hanya
sebuah bangunan (struktural), melainkan juga tempat kediaman yang
memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak, dipandang dari berbagai
segi kehidupan. Rumah dapat dimengerti sebagai tempat perlindungan untuk
menikmatikehidupan, beristirahat dan bersuka ria bersama keluarga. Di
dalam rumah, penghuni memperoleh kesan pertama dari kehidupannya di
dalam dunia ini. Rumah harus menjamin kepentingan keluarga, yaitu untuk
tumbuh, member kemungkinan untuk hidup bergaul dengan tetangganya
lebih dari itu,rumah harus memberi ketenangan, kesenangan kebahagiaan
dan kenyamanan pada segala peristiwa hidupnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dipecahkan dalam penulisan makalah
ini antars lain:
1. Apa yang dimaksud dengan pemukiman?
2. Bagaimana kondisi pemukiman darurat itu?
3. Apa saja syarat-syarat Pemukiman daruruat itu ?
4. Bagaimana pemilihan tempat untuk bernaung darurat?

C. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :
1. Memahami apa yang dimaksud dengan pemukiman
2. Memahami bagaimana kondisi pemukiman darurat itu
3. Memahami apa saja syarat-syarat Pemukiman daruruat itu
4. Memahami bagaimana pemilihan tempat untuk bernaung darurat
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemukiman
Pemukiman adalah suatu wilayah atau area yang ditempati oleh
seseorang atau kelompok manusia. Pemukiman memiliki kaitan yang
cukup erat dengan kondisi alam dan sosial kemasyarakatan sekitar.
Pemukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup baik kawasan
perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat
tinggal atau lingkungan hunian yang mendukung perikehidupan.
Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan hutan
lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan atau pedesaan. Pemukiman
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian dan tempat
kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU RI No.
/1992). Kawasan pemukiman didominasi oleh lingkungan hunian dengan
fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana lingkungan, tempat bekerja yang memberi pelayanan dan
kesempatan kerja terbatas yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan. Satuan lingkungan pemukiman adalah kawasan perumahan
dalam berbagai bentuk dan ukuran dengan penataan tanah dan ruang,
prasarana dan sarana lingkungan terstuktur yang memungkinkan
pelayanan dan pengelolaan yang optimal.
Menurut WHO, pemukiman adalah suatu struktur fisik dimana orang
menggunakannya untuk tempat berlindung, dimana lingkungan dari
struktur tersebut termaksud juga semua fasilitas dan pelayanan yg
diperlukan, perlengkapan yg berguna untuk kesehatan jasmani dan rohani
dan keadaan sosialnya yang baik untuk kelompok dan individu.
Menurut winslow, pemukiman merupakan suatu tempat untuk tinggal
secara permanen, berfungsi sebagai tempat untuk bermukim, beristirahat,
berekreasi dan tempat berlindung dari pengaruh lingkungan yang
memenuhi persyaratan psikologis, physiologis, bebas dari penularan
penyakit dan kecelakaan.

B. Pemukiman Darurat
Keadaan darurat atau dahulu dikenal sebagai staat van oorlog en beleg
(SOB) yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai state of emergency
adalah suatu pernyataan dari pemerintah yang bisa mengubah fungsi-
fungsi pemerintahan, memperingatkan warganya untuk mengubah
aktivitas, atau memerintahkan badan- badan negara untuk menggunakan
rencana-rencana penanggulangan keadaan darurat. Biasanya, keadaan ini
muncul pada masa bencana alam, kerusuhan sipil, atau setelah ada
pernyataan perang. Keadaan darurat adalah situasi yang menimbulkan
risiko segera untuk kesehatan, kekayaan hidup, atau lingkungan. Sebagian
besar keadaan darurat memerlukan intervensi mendesak untuk mencegah
memburuknya situasi. Meskipun dalam beberapa situasi, mitigasi mungkin
tidak dapat dilakukan dan lembaga mungkin hanya dapat menawarkan
perawatan paliatif untuk akibatnya. Untuk dapat didefinisikan sebagai
keadaan darurat, insiden itu harus menjadi salah satu dari berikut:
 mengancam jiwa, kesehatan, atau lingkungan.
 Telah menyebabkan hilangnya nyawa, mengancam kesehatan,
kerusakan harta benda atau kerusakan lingkungan.
 Memiliki probabilitas tinggi meningkat menyebabkan bahaya
untuk kehidupan, kesehatan, properti atau lingkungan. Darurat juga
biasanya didefinisikan dalam ketetapan-negara sebagai suatu
kondisi dimana hidup, kesehatan atau properti dalam bahaya, dan
prompt memanggil bantuan sangat penting. Pada dasarnya
pelayanan tanggap darurat sebagian besar bertujuan untuk
melindungi kesehatan manusia dan harta benda, serta dampak
terhadap lingkungan Keadaan darurat merupakan suatu keadaan
yang sulit dan terjadi tanpa diduga-duga yang memerlukan
penanganan segera untuk mengendalikan seperti keadaan semula.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemukiman darurat
merupakan wilayah yang ditempati oleh seseorang atau kelompok
manusia dimana keadaannya memerlukan penanganan yang segara untuk
mengatasi keadaan yang sementara ataupun mendesak.

C. Syarat-Syarat Pemukiman Darurat


1) Tempat dipilih harus bebas dari bahaya penularan penyakit.
2) Totpgrafi lahan harus memungkinkan penyaluran air limbah yang
mudah dan terletak lebih tinggi.
3) Tempat terlindungi secara alami dari kondisi cuaca yang tidak
bersahabat.
4) Hindarkan dengan tempat yang berdekatan dengan zona industri,
pencemaran udara.
5) Terdapat lahan untuk pengelolaan sanitasi dan sampah yang cukup
dekat dengan pemukiman.
6) Area pemukiman menghadap berlawanan dengan arah angin agar
terhindar dari bau yang berasal dari jamban.
7) Tersedia cukup ruang untuk korban bencana.
8) Tempat distribusi makanan harus diatur agar tercipta kondisi aman
untuk orang mengambil makanan dan membagikan makanan.
9) Kamp pengungsian jangan menampung lebih dari 10.000-12.000
orang. Lebih baik dipecah menjadi 1000/unit untuk menghindari
terjadinya penularan penyakit.
10) Saluran limbah digali di sekeliling tenda atau tempat bernaung.
Alirkan jauh dari tempat bernaung, jamban, pusat kesehatan dan
gudang.
11) Pemukiman dilengkapi dengan 2 akses jalan demi keamanan dan
mengurangi kemungkinan terputusnya jalan karena banjir.
12) Jika tidak ada tenaga listrik, gunakan lampu minyak atau baterai.
13) Sediakan : air bersih, jamban (1 untuk 20 orang), tempat sampah.
14) Tempat pengungsian harus dibersihkan secara teratur(dijadwalkan).
15) Disediakan unit-unit rehabilitasi gizi (dapur umum).

D. Pemilihan Tempat Untuk Bernaung Darurat


Jika tidak ada bangunan permanen dapat menggunakan tanah lapang
dengan membuat tenda (terpal). Selain itu juga harus tersedianya air
bersih, makanan dan fasilitas sanitasi.

E. Masalah Kesehatan Di Pemukiman Darurat, Penyebab Dan


Kebijakan Atau Tindakan Yang Diambil
Penyakit Penyebab Tindakan
Diare  Pemukiman  Menyediakan area yang
terlalu padat cukup
 Pencemaran air  Pendidikan mengenai
dan makanan kesehatan
 Sanitasi jelek  Membagikan sabun
pembersih
 Kesadaran kebersihan
makan dan pribadi
 Penyediaan air bersih dan
makanan yang cukup
Cacar  Pemukiman  Menyediakan area yang
terlalu padat cukup
 Vaksinasi tak  Imunisasi untuk anak balita
jalan
Penyakit  Perumahan  Menyediakan air yang
pernapasan kumuh cukup
 Kurangnya  Perlindungan yag cukup
selimut dan seperti pakaian yang layak
pakaian dan selimut yang memadai
 Merokok di  Memberantas
tempat umum berkembangbiaknya
nyamuk
Malaria  Tempat tinggal  Penyemprotan dan
yang tidak menjaga kebersihan
kondusif lingkungan
sehingga  Penyediaan kulambu
menjadi tempat  Penyediaan obat pencegah
perkembangbiak yang aman untuk anak
an nyamuk kecil dan ibu hamil
Meningitis  Pemukiman  Standar minimal untuk
yang terlalu tempat tinggal yang layak
padat  Imunisasi sesuai anjuran
dokter
Tuberculosis  Pemukiman  Standar minimal untuk
yang terlalu tempat tinggal yang layak
padat  Imunisasi
 Gagal gizi
 Rentan terhadap
virus tbc
Tipoid  Pemukiman  Standar minimal untuk
yang padat tempat tinggal yang layak
 Kesadaran  Air bersih yang cukup
kebersihan  Sanitasi yang memadai
 Kurangnya air  Kesadaran akan pentingnya
bersih kebersihan
 Kurangnya
sanitasi
Cacingan  Pemukiman  Standar minimal untuk
yang padat tempat tinggal yang layak
 Sanitasi yang  Sanitasi yang layak
tidak memadai  Memakai alas kaki
 Kesadaran akan kesehatan
individu
Scabies  Pemukiman  Standar minimal untuk
yang padat tempat tinggal yang layak
 Kesadaran  Cukup tersedianya air bersih
kebersihan dan sabun pembersih

Kurang vit  Disebabkan  Cukup mengonsumsi


A penyakit infeksi makanan yang mengandung
cacar air dan vit A
diare  Imunisasi

Anemia  Malaria,  Tindakan pencegahan dari


Cacingan dan sumber-sumber penyakit
Kurangnya zat  Mengatur pola makan
besi
Tetanus  Luka yang tidak  P3k yang memadai
dirawat  Imunisasi bagi ibu hamil
dan memberi penyuluhan
tentang kebersihan
Hepatitis  Tidak bersih  Penyediaan air bersih yang
 Pencemaran air cukup
dan makanan  Sanitasi yang memadai
 Transfusi yang aman
Hiv  Kesalahan  Tes sifilis selama kehamilan
transfusi  Tes darah untuk transfusi
 Pendidikan kesehatan
F. Daerah Sulawesi Barat
a. Informasi Gempa Bumi
Berdasarkan informasi dari BMKG gempa bumi terjadi pada hari
Jumat, tanggal 15 Januari 2021, pukul 01:28:17 WIB, lokasi pusat
gempa bumi terletak di darat pada koordinat 2,98°LS dan
118,94°BT, dengan magnitudo (M6,2) pada kedalaman 10 km,
berjarak sekitar 35 km selatan Kota Mamuju (ibu kota Provinsi
Sulawesi Barat) dan berjarak sekitar 62,2 km utara Kota Majene (ibu
kota Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat).
b. Kondisi Geologi Daerah Terlanda Gempa
Wilayah yang terletak dekat dengan sumber gempa bumi adalah
Kabupaten Majene dan sekitarnya Provinsi Sulawesi Barat. Wilayah
ini merupakan morfologi perbukitan hingga perbukitan terjal, lembah
dan dataran pantai yang tersusun oleh batuan berumur pra tersier
(terdiri dari batuan metamorf, meta sedimen),tersier (terdiri dari
batuan sedimen, batu gamping, gunung api) dan endapan kuarter
(terdiri dari endapan pantai dan aluvial). Sebagian batuan berumur
pra tersier dan tersier tersebut telah mengalami pelapukan. Endapan
kuarter dan batuan berumur pra tersier dan tersier yang telah
mengalami pelapukan tersebut bersifat urai, lunak, lepas, belum
kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan, sehingga
rawan guncangan gempa bumi. Selain itu morfologi terjal yang
tertutup oleh batuan berumur pra tersier dan tersier yang telah
mengalami pelapukan akan berpotensi terjadi gerakan tanah/
longsoran apabila dipicu guncangan gempa bumi kuat di daerah ini.
c. Penyebab Gempa Bumi
Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi, kedalaman, dan data
mekanisme sumber (focal mechanism) dari USGS Amerika Serikat
dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi tersebut berasosiasi
dengan aktivitas sesar aktif di sekitar lokasi pusat gempa bumi
berupa sesar naik (dengan kedudukan N 28°E, dip 21° dan rake 104°
atau kedudukan N 351°E, dip 16° dan slip 94°). Berdasarkan data
tersebut terlihat bahwa sesar naik ini tergolong sudut landai dan blok
bagian timur relatif bergerak naik terhadap blok bagian barat bidang
sesar. Jalur sesar naik ini berasosiasi dengan lipatan (fold thrust belt)
yang banyak terdapat di bagian barat Provinsi Sulawesi Barat. Jalur
sesar naik ini diperkirakan menerus ke arah darat. Kejadian gempa
bumi ini diperkirakan diawali dengan gempa bumi pembuka
(foreshock) yang terjadi sebelumnya pada hari Kamis tanggal 14
Januari 2021, pukul 13:35:49 WIB, dengan magnitudo (M5,9).
Menurut data Badan Geologi gempabumi akibat sesar naik di bagian
barat Provinsi Sulawesi Barat pernah memicu terjadinya tsunami
pada tahun 1928, 1967, 1969 dan 1984.
d. Dampak Gempa Bumi
Meneurut laporan Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi
Kebencanaan yaitu data kerusakan di Majene antara lain : rumah
4.122unit, fasilitas ekonomi dan perkantoran 32 unit, fasilitas
kesehatan 17 unit, dan kantor militer 1 unit. Sementara itu, data
kerusakan di mamuju antara lain: rumah 3.741 unit, fasilitas
kesehatan 5 unit, jembatan 3 unit, pelabuhan 1, mini market 1 dan
hotel 1.
Sementara itu, korban yang meninggal dunia akibat gempa bumi ini
yaitu berjumlah 105 orang, yakni sebanyak 95 orang di Kabupaten
Mamuju dan 10 orang di Kabupaten Majene. Jumlah korban luka-
luka akibat gempa bumi dari 2 kabupaten ini yaitu sebanyak 3.369
orang.
e. Upaya Penanganan Bencana
Sebagai upaya penanganan darurat bencana gempa bumi di
Sulawesi Barat, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyar (PUPR) telah mengerahkan alat berat untuk memulai
pembersihan puing-puing bangunan di Kabupaten Mamuju dan
Majene yang kondisinya paling parah. Alat berat yang telah
dikerahkan berupa 9 excavator, 1 unit backhoe loader, 1 unit dozer,
1 unit tronton, 5 unit dump truck, dan 1 unit mobil crane.
Selain itu, Kementerian PUPR juga mengerahkan sarana
dan prasarana air bersih dan sanitasi bagi pengungsi dan masyarakat
terdampak, mencakup 6 unit mobil tangki Air, 30 unit tangki air, 1
unit mobil toilet, dan 10 unit tenda darurat.
Langkah lanjutan adalah audit kerusakan bangunan dan
infrastruktur, terutama kantor pemerintahan dan fasilitas publik
seperti rumah sakit, pasar dan infrastruktur pendukung perkotaan dan
irigasi. Hasil audit akan menjadi data untuk program penanganan
rehabilitasi dan rekonstruksi untuk mempercepat pemulihan ekonomi
di Sulawesi Barat.
f. Masalah Kesehatan Yang Muncul di Lokasi Pengungsian
Para pengungsi bencana gempa bumi di Kabupaten Majene dan
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, mulai terserang berbagai jenis
penyakit khususnya balita dan anak-anak, sudah terjangkiti penyakit
panas, demam, dan diare. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan di
pengungsian yang banyak sampah, sanitasi buruk, serta makanan
yang dikonsumsi para pengungsi yang tidak seimbang. Dinas
Kesehatan Sulawesi Barat memaksimalkan posko kesehatan di
pengungsian untuk memberikan layanan kesehatan bagi para
pengungsi. Selain itu, Bantuan obat-obatan telah dikirimkan berbagai
pihak, mulai dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), organisasi

pendidikan, para guru besar, dan relawan. Selain Sanitasi yang buruk
para pengungsi juga kesulitan air. ketersedian tandon air untuk
menampug air dar i tengki masih terbatas.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemukiman adalah suatu wilayah atau area yang ditempati oleh
seseorang atau kelompok manusia. Pemukiman memiliki kaitan
yang cukup erat dengan kondisi alam dan sosial
kemasyarakatan sekitar. Pemukiman merupakan bagian dari
lingkungan hidup baik kawasan perkotaan maupun pedesaan
yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian yang mendukung perikehidupan. Keadaan
darurat adalah suatu pernyataan dari pemerintah yang bisa
mengubah fungsi-fungsi pemerintahan, memperingatkan
warganya untuk mengubah aktivitas, atau memerintahkan
badan- badan negara untuk menggunakan rencana-rencana
penanggulangan keadaan darurat. Tempat pengusing yang baik
harus memenhui syarat-syarat pemukiman darurat yang sesuai
dengan aturan dan layak untuk di huni, mulai dari tempat
sampai pemenuhan kebutuhan seperti air bersih. Tempat
bernaung saat kondisi darurat pun perlu di perhatikan jika tidak
ada bangunan permanen dapat menggunakan tanah lapang
dengan membuat tenda (terpal). Selain itu juga harus
tersedianya air bersih, makanan dan fasilitas sanitasi.

B. Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak
sekali kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya,
penulis akan terus memperbaiki makalah dengan mengacu pada
sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
tentang pembahasan makalah diatas.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.voaindonesia.com/a/gempa-sulbar-sarana-sanitasi-
terbatas-para-pengungsi-kesulitan-air/5756467.html Diakses pada
tanggal 31 Januari 2021

Anda mungkin juga menyukai