Anda di halaman 1dari 7

KESELAMATAN KERJA

A. Keselamatan Kerja
1. Pengertian
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara
melakukan pekerjaan. Pelaksanaan kegiatan keselamatan kerja dilakukan agar
seseorang yang melakukan pekerjaan di tempat bekerja dapat terlindungi dari
kejadian yang tidak terduga (tidak ada unsur kesengajaan) dan kejadian yang tidak
diharapkan karena kejadian ini dapat mengakibatkan kerugian, baik material
maupun penderitaan psikis bagi orang tersebut.
Keselamatan dunia kerja merupakan kebutuhan semua pihak dan
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, pasar dan
dunia internasional serta para pengusaha yang menyediakan tempat kerja. Rasa
aman sehat dan nyaman merupakan faktor yang sangat penting pada saat
seseorang bekerja. Rasa aman adalah saat seseorang merasa terlindungi dalam
bekerja dari berbagai resiko yang mungkin terjadi seperti bahaya kecelakaan,
kerusakan, keluhan, kelalaian dan kecacatan sampai dengan kematian.

2. Tujuan dari Keselamatan Kerja


Tujuan dari keselamatan kerja adalah melindungi tenaga kerja atas hak
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraanhidup dan
meningkatkan produksi serta produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap
orang lain yang berada di tempat kerja, serta memelihara produktivitas dan
mempergunakannya secara aman dan efisien.
Pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya efisien dan
produktivitas kerja.
3. Sasaran Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai peraturan
tentang keselamatan kerja yang baik. Di Indonesia Undang-Undang keselamatan
kerja merupakan peraturan zaman Pemerintah Belanda yang diterapkan pada
tahun 1910 tetap dipergunakan sampai diterbitkan peraturan terbaru yaitu
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yang dibuat
oleh pemerintah.
Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja berisi
berbagai peraturan yang ditujukan untuk melakukan tindakan pencegahan agar
tidak terjadi kecelakaan kerja. Undang-undang keselamatan kerja ini juga
mempunyai aturan dasar yang berbeda meliputi :
1) Ruang lingkup peraturan yang lebih luas
2) Perumusan teknis tindakan pencegahan kecelakaan yang lebih terperinci
3) Penyesuaian aturan administrasi sebagaimana yang dibutuhkan dalam
peraturan tindakan pengawasan kerja
4) Penambahan aturan pembinaan dalam kegiatan keselamatan kerja bagi
perusahaan dan pekerja
5) Penambahan aturan tentang peraturan pajak tahunan
Berlakunya Undang-undang Keselamatan Kerja Nomor 1 Tahun 1970
diharapkan dapat menjadi acuan agar tingkat keselamatan pekerja dapat
ditimngkatkan sehingga tercipta rasa aman dan nyaman bagi para pekerja dan
manajemen perusahaan sehingga kualitas kerja meningkat. Hal ini pada gilirannya
tentu akan meningkatkan produksi dan produktivitas nasional. Dengan demikian,
keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan bukan hanya sebagai prosedur atau
program kerja, tetapi dapat menjadi suatu sikap, perilaku dan pedoman yang dapat
melahirkan suatu kesatuan yang baik dan terpadu dalam setiap proses atau aturan
yang dibuat perusahaan. Hal inilah yang mendasari terbentuknya keselamatan dan
kesehatan kerja (K3).
Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja diberlakukan untuk
semua kegiatan kerja yang terjadi di negara Indonesia, baik pekerjaan di darat, di
laut, maupun di dunia penerbangan. Pemberlakuan ini pada intinya menyediakan
suatu kerangka kerja untuk meningkatkan standar keselamatan dan kesehatan
kerja sehingga dapat mengurangi kecelakaan akibat kerja dan mencegah penyakit
akibat kerja.
Pelaksanaan Undang-undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
mempunyai berbagai sasaran antara lain :
1) Menciptakan keselamatan dan kesehatanbagi pekerja di tempat kerja,
termasuk semua bagian yang terkait di dalamnya sehingga bahaya kecelakaan
dan penyakit dapat dihindari.
2) Memberi jaminan keselamatan, kenyamanan dan kesehatan bagi setiap orang
saat bekerja, misalnya operator mesin dan tenaga kerja yang bekerja dengan
mesin.
3) Memberi perlindungan dan keamanan bagi setiap orang saat bekerja terharap
resiko yang membahayakan keselamatan dan kesehatan diri.
4) Menjada keselamatan dan kesehatan kerja sehingga proses dan kegiatan
produksi dapat berlangsung secara optimal.
5) Memperkecil resiko timbulnya sumber bahaya kecelakaan yang dapat
mengancam keselamatan dan kesehatan pekerja.
6) Sebagai bahan acuan bagi perusahaan atau lembaga perwakilan pekerja dalam
merumuskan dan mewujudkan standar keselamatan dan kesehatan kerja sesuai
dengan kebutuhan pekerja.

4. Upaya Keselamatan Kerja


Untuk meningkatkan keselamatan kerja di perusahaan atau du tempat-
tempat kerja maka ILO (1989) menyusun suatu ketentuan yang dapat digunakan
sebagai kegiatan atau upaya-upaya dalam keselamatan kerja diantaranya :
1) Peraturan, yaitu peraturan perundangan yang bertalian dengan syarat-syarat
kerja umum, perencanaan, konstruksi, perawatan, pengujian, dan pemakaian
industri, kewajiban pengusaha dan pekerja, latihan, pengawasan kesehatan
kerja, pertolongan pertama pada kecelakaan, dan pengujian kesehatan.
2) Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar
3) Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan yang
diwajibkan.
4) Penelitian bersifat teknis, yang meliputi sifat dan ciri dari bahan-bahan yang
berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengamanan, pengujian alat pelindung
diri
5) Riset medis, meliputi tentang efek-efek fisiologis dan patologis faktor-faktor
lingkungan dan teknologis, keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
6) Penelitian secara statistic untuk menetapkan jenis kecelakaan yang terjadi,
banyaknya, mengenai siapa, dalam pekerjaan apa, dan apa sebabnya.
7) Pendidikan, menyangkut pendidikan keselamatan dan kurikulum teknik,
sekolah perniagaan atau kursus pertukangan.
8) Latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja khususnya tenaga yang baru,
dalam keselamatan kerja.
9) Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain
untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
10) Asuransi, yaitu intensif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan,
misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika
tindakan keselamatan sangat baik.
11) Usaha kesehatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama
efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja.

B. Pecegahan Dan Minimalisasi Bahaya Kecelakaan Kerja


Tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap, tempat tenaga kerja bekerja, atau yang sering digunakan sebagai
tempat pelaksanaan kerja untuk keperluan suatu usaha dan tempat terdapat sumber-
sumber bahaya. Tempat kerja meliputi semua ruangan, lapangan, halaman, dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian yang berhubungan dengan tempat
bekerja. Bahaya kecelakaan di tempat kerja sering kali disebabkan oleh faktor
pendukung sebagai berikut :
1. Seorang pekerja terkadang tidak memikirkan kondisi fisiknya sehingga pekerja
bekerja melebihi batas kemampuannya.
2. Prosedur baku yang menjadi acuan pekerja dalam bekerja sering kali tidak efisien.
3. Manajemen penanganan kesehatan, keselamatan, dan perlindungan bahaya
penyakit terhadap pekerja sering kali kurang bermanfaat.
4. Beban pekerja yang tinggi dan system pengawasan yang ketat terkadang
menimbulkan ketidaknyamanan pada pekerja dalam bekerja.
5. Bekal pelatihan kerja yang kurang memadai bagi pekerja karena pelatihan sering
kali dianggap sebagai pemborosan anggaran.
6. Ketidaksinkronan antara prosedur kerja yang ditetapkan perusahaan dan realitas
kerja yang dihadapi pekerja.
Untuk meminimalkan bahaya kecelakaan di tempat kerja, kita harus mengenali
prinsip pencegahan dan pengendalian sebagai berikut :
1. Pengaturan dan Penataan
Pengaturan dan penataan yang baik menyangkut keseluruhan kegiatan atau usaha
termasuk menata barang-barang yang mengganggu lalu lintas, menghindari
tabrakan, tersandung, pengaturan dalam menyelamatkan diri bila dalam keadaan
darurat, pemberian tanda, pengaturan penyimpanan bahan, pengaturan dan
penataan ruangan.
2. Pakaian Kerja
Persyaratan pakaian kerja menurut ILO (peraturan 226) sebagai berikut :
1) Pakaian harus sesuai dengan jenis bahaya yang dihadapi pemakainya,
untuk mengurangi bahaya sekecil mungkin.
2) Ukuran harus cocok, tidak boleh ada tutup atau tali longgar, bila ada saku
harus sesedikit mungkin.
3) Pakaian tidak boleh terlalu longgar, compang-camoing, dasi, penggantung
kunci/penggantung jam tidak boleh dikenakan dekat bagian mesin yang
berjalan.
4) Bila operasi menggandung bahaya ledakan atau kebakaran selama jam
kerja pekerja dilarang menggunakan krah baju, penghitam alis, pet topi,
rangka kaca mata yang terbuat dari bahan seluloid yang mudah terbakar.
5) Barang tajam atau ujungnya runcing, bahan peledak atau cairan yang dapat
menyala tidak boleh dibawa dalam saku.
6) Pekerja yang bekerja berhadapan dengan debu yang dapat menyala, dapat
meledak atau beracun tidak boleh menggunakan baju bersaku, manset,
atau lipatan.
3. Peralatan Pelindung
Peralatan dirancang untuk mencegah bahaya luar agar tidak mengenai tubuh
pekerja, peralatan atau pakaian pelindung harus ringan, awet membuat rasa kurang
nyaman sekecil mungkin, memungkinkan mobilitas, pengelihatan, dan
sebagainya.
4. Pelindung Mata
Penggunaan kaca mata bagi pekerja wajib dibiasakan meskipun pada awal
penggunaanya kurang nyaman dipakai. Gangguan mata yang terjadi mulai
gangguan yang sifatnya ringan, mata menjadi lelah, kabur, obyek menjadi ganda,
lelah, pusing, sampai dengan gangguan yang berat dan permanen. Gangguan
pengelihatan di tempat kerja juga mempunyai potensi terjadinya kecelakaan pada
saat bekerja.
5. Sepatu Pengaman
Sepatu pengaman digunakan untuk melindungi pekerja dari paku atau logam yang
menonjol, logam cair, cairan asam, tersengat aliran listrik, panas, agar tidak
mudah selip, tidak terinfeksi oleh bakteri atau cacing, dan sebagainya.
Penggunaan sepatu disesuaikan dengan jenis pekerjaan dan bahaya di tempat
kerja. Misalnya, untuk melindungi pekerja dari aliran listrik, tidak cocok jika
sepatu yang dipakai menggunakan paku logam.
6. Topi Pelindung
Topi merupakan alat pelindung kepala dari bahaya yang ringan, nyaman dipakai,
tidak mudah pecah, tahan panas. Topi harus sesuai dengan jenis pekerjaan atau
bahaya yang dihadapi pekerja terutama dari benda-benda jatuh.
7. Sarung Tangan
Sarung tangan diharapkan dapat melindungi pekerja dari bahaya tusuk, potong,
bakar/panas, bahan kimia, kejutan listrik, radiasi dan sebagainya. Sarung tangan
harus memungkinkan jari dan tangan bergerak secara bebas.
8. Warna, Peringatan, Tanda, label Warna
a. Warna. Warna juga dapat dipakai untuk tujuan keselamatan, misalnya :
 Kode warna keselamatan umum dipakai untuk mengenal tempat-tempat
berbahaya, peralatan pelindung kebakaran, peralatan pertolongan pertama,
pintu keluar, jalur lalu lintas
 Kode warna khusus dipakai untuk mengenal isi tabung dan pipa gas
 Pola warna yang cocok dapat meningkatkan persepsi dan kemudahan
dalam ruang kerja, lorong dan sebagainya.
 Pola warna menarik untuk dinding, langit-langit, peralatan, dan
sebagainya, dapat memberi efek psikologis baik
 Warna kuning dipakai untuk menunjukkan bahaya (misalnya tempat yang
biasa dipagari sehingga mudah dilihat apabila pagarnya hilang)
 Warna merah, dipakai isyarat berhenti, alat penghenti darurat, dan
peralatan pemadam kebakaran
 Warna hijau, dipakai untuk jalan penyelamat, stasiun pertolongan pertama,
isyarat lalu lintas dan instalasi keselamatan secara umum.
b. Peringatan dan Tanda Isyarat. Isyarat dan tanda dapat diapakai untuk
menyampaikan perintah, peringatan atau informasi umum, dan sebagai
pelengkap yang banyak memberikan manfaat.
c. Label. Bahan berabahaya dan kemasannya yang disimpan tanpa menggunakan
label sering menyebabkan terjadinya kecelakaan. Terutama bahan yang mudah
meledak, tebakar, menyala, bahan beracun, bahan korosif. Tindakan untuk
membantu mencegah terjadinya kecelakaan diperlukan pemasangan label yang
baik dan benar.

C. Simbol-Simbol Keselamatan Kerja


Mengetahui arti dari simbol-simbol keselamatan kerja seperti dibawah ini
adalah yang sangat penting untuk keselamatan kerja.
Pengelolaan (manajemen) resiko keselamatan dan kesehatan kerja di tempat
kerja tidak sekedar menyangkut aspek teknis persiapan, pelaksanaan dan aktivitas
pasca kegiatan, namun yang juga penting adalahkesadaran dan pemahaman perihal
kesiapan mental psikologis potensi resiko dan penanganannya. Banyak kasus
kecelakaan di tempat kerja terjadi karena perilaku yang tidak memperhatikan aspek
mental. Banyak bercanda, tidak fokus/konsentrasi, kurang perhatian terhadap
prosedur kerja, adalah beberapa faktor yang sering menjadi penyebab terjadinya
kecelakaan kerja.
Prinsip promotif-persuasif, preventif, perlindungan dan penanganan secara
tepatdan terpadu perlu diperhatikan perusahaan, pemimpin, guru, peserta didik, dan
laboran dalam melaksanakan aktivitas kerja. Menangani resiko kecelakaan kerja
perlui dilakukan secara tenang dan diupayakan penciptaan kondisi yang nyaman,
melalui identifikasi resiko atau bahaya, pengurangan dampak resiko secara mental-
psikologis, pemberian tindakan secara tepat dan pemberian tindakan lanjut. Lebih dari
itu, persiapan, pengembangan, dan evaluasi berkala system manajeman resiko
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja perlu dilakukan demi tercapainya
situasi kerja dan belajar yang nyaman dan menjamin keselamatan semua yang terlibat
di aktivitas pekerjaan.

D. Pengelompokkan Ancaman Bahaya Di Tempat Kerja


Setiap pekerjaan yang dilakukan mengandung resiko bahaya yang selalu
mengancampara pekerja. Bahaya yang mengancam para pekerja dapat dibagi menjadi
tujuh hal berikut :
1. Bahan kimia berbahaya, seperti bahan kimia beracun karena termakan atau
terhirup, bahan kimia yang mudah terbakar, dan bahan kimia yang menimbulkan
radiasi.
2. Keadaan lingkungan tempat kerja yang membahayakan pekerja, seperti suara
mesin yang keras, getaran, dam suhu tempat kerja yang sangat tinggi.
3. Pelaksanaan kerja yang tidak sesuai dengan prosedur tetap, misalnya sikap pekerja
yang tidakl professional, waktu kerja yang melebihi batas, dan tingkat
pengetahuan pekerja yang kurang terhadap resiko kecelakaan kerja yang mungkin
terjadi.
4. Peralatan dan perkakas yang digunakan secara manual tidak mempunyai standar
keamanan penggunaan.
5. Bahaya radiasi dari penggunaan peralatan, seperti sinar rotgen, sinar gamma, sinar
inframerah, dan sinar ultraviolet.
6. Bahaya psikologis terhadap para pekerja, seperti beban kerja yang terlalu tinggi,
penempatan pekerja pada pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlian pekerja,
dan perbedaan perlakuan.
7. Bahaya infeksi bakteri dan virus, misalnya TBC dan corona Virus.

Anda mungkin juga menyukai