Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia

Vol. 20 No. 2 Juli 2020: 160–173


160 p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-9280

Migrasi Desa-Kota di Indonesia: “Risk Coping Strategy VS Investment”


Rural-Urban Migration in Indonesia: “Risk Coping Stategy VS Investment”

Joan Martaa,∗, Akhmad Fauzib , Bambang Juandab , & Ernan Rustiadic


a FakultasEkonomi Universitas Negeri Padang
b Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
c Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

[diterima: 20 September 2019 — disetujui: 12 November 2019 — terbit daring: 31 Mei 2020]

Abstract
The study aims to analyses the reasons behind migrations motives among rural household based on household and area
origin characteristic. The study used IFLS data of 2007 and 2014 consisting 2,581 household samples spreading in 13
provinces. Binomial and multinomial logit model was used to estimate probability to migrate based on migration motive.
We found the contradictory effect of household income on decision to migrate between motives. Income has negative
effect in risk coping as migration motives, otherwise have positive effect in investment motive.
Keywords: rural urban migration; migration motives; regional development policy

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis alasan dibalik motif migrasi di antara rumah tangga perdesaan
berdasarkan karakteristik rumah tangga dan karakteristik daerah asal. Penelitian ini menggunakan data
IFLS tahun 2007 dan 2014 yang terdiri dari 2.581 sampel rumah tangga yang tersebar di 13 provinsi. Model
binomial dan multinomial logit digunakan untuk memperkirakan probabilitas untuk bermigrasi berdasarkan
motif migrasi. Hasil penelitian ini menemukan efek kontradiktif dari pendapatan rumah tangga pada
keputusan untuk bermigrasi di antara motif. Pendapatan memiliki efek negatif dalam mengatasi risiko
sebagai motif migrasi, sebaliknya memiliki efek positif dalam motif investasi.
Kata kunci: migrasi desa kota; motif migrasi; kebijakan pembangunan wilayah

Kode Klasifikasi JEL: O15; P25; R23

Pendahuluan ningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat di


perkotaan dan begitu juga di daerah perdesaan. Di
Indonesia dengan total penduduk di tahun 2017 samping memberikan manfaat bagi migran dan
sekitar 261 juta orang (Badan Pusat Statistik [BPS], rumah tangga di wilayah asal, tingginya arus urba-
2018), merupakan negara yang memiliki tingkat nisasi tersebut juga memberikan dampak negatif
urbanisasi tercepat di Asia dengan tingkat pertum- bagi daerah perkotaan, kepadatan penduduk yang
buhan penduduk di perkotaan rata-rata 4,4% per tinggi, kemacetan, pemukiman kumuh, masalah kri-
tahun selama 40 tahun terakhir, dan diprediksi se- minalitas, sampai kepada isu lingkungan menjadi
banyak 68% dari populasi akan berada di daerah eksternalitas negatif dari aktivitas migrasi tersebut.
perkotaan dalam 10 tahun mendatang. Namun, ti-
dak seperti di negara-negara lain, urbanisasi di Secara teoretis, masih terjadi perdebatan tentang
Indonesia tidak secara otomatis membantu me- adanya hubungan yang kuat antara migrasi dan
∗ Alamat
pembangunan. Kelompok optimis menganggap mi-
Korespondensi: Fakultas Ekonomi Universitas Ne-
geri Padang, Jalan Prof. Dr. Hamka, Air Tawar Padang, Sumatera grasi sebagai bentuk alokasi optimal faktor produk-
Barat. E-mail: jomarta01@gmail.com. si untuk kepentingan daerah pengirim dan pene-
JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 160–173
Marta, J., et al. 161

rima. Dalam perspektif “pertumbuhan seimbang” ja secara lokal, dan mengurangi konsumsi. Kedua,
ini, alokasi ulang tenaga kerja dari daerah perde- migrasi dapat digunakan sebagai strategi investasi
saan yang berbasis sektor pertanian ke perkotaan dengan tujuan meningkatkan dan mendiversifikasi
yang berbasis sektor industri, dianggap sebagai pendapatan yang diharapkan di masa depan dan
prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi dan sebagai mendapatkan manfaat dari upah yang lebih ting-
komponen penyusun dari seluruh proses pemba- gi di tempat lain, misalnya di daerah perkotaan
ngunan (Harris dan Todaro, 1970; Penninx, 1982). (Kleemans, 2015). Namun, seperti halnya investasi,
Sebaliknya, kelompok yang pesimis memandang strategi ini sering membutuhkan biaya di muka
migrasi sebagai penyebab peningkatan ketimpang- yang besar. Jika sebuah rumah tangga memiliki
an spasial (antarwilayah dan internasional) dalam keterbatasan likuiditas, maka rumah tangga terse-
pembangunan. Migrasi dipandang sebagai masa- but mungkin tidak dapat membuat investasi ini,
lah yang memberatkan daerah-daerah pengirim, bahkan jika itu akan menguntungkan.
menyebabkan penurunan persediaan tenaga kerja Penelitian tentang migrasi, khususnya migrasi
terampil yang tidak terkendali dan pengurangan desa-kota yang ada saat ini (Wondimagegnhu dan
anggota populasi di wilayah perdesaan yang paling Zeleke, 2017; Amuakwa-Mensah et al., 2016; Ma
sehat, dinamis, dan produktif (brain drain) (Myrdal, et al., 2019; Mukhtar et al., 2018; Chakraborty dan
1957; Baldwin, 1970; Papademetriou, 1985). Terle- Kuri, 2017), cenderung melakukan proses ”gene-
pas dari hubungan ambivalensi antara migrasi dan ralisasi” terhadap motif migrasi sehingga belum
pembangunan serta ketidakpastian manfaat yang membedakan keputusan rumah tangga untuk mela-
ditimbulkannya, jumlah orang yang bermigrasi te- kukan migrasi desa-kota berdasarkan alasan/motif
lah meningkat selama bertahun-tahun, khususnya dalam melakukan migrasi. Oleh sebab itu, peneliti-
migrasi internal yang mencapai 768 juta orang di an ini bertujuan untuk mengisi gap yang ada saat ini
seluruh dunia (United Nations [UN] DESA, 2016). dalam menganalisis keputusan migrasi desa-kota
dengan melakukan dekomposisi terhadap keputus-
Berbagai alasan dapat menjelaskan pilihan untuk an migrasi berdasarkan alasan/motif migrasi, yakni
bermigrasi, namun terdapat dua alasan utama yang migrasi dengan motif sebagai penanggulangan ri-
sering disoroti (terutama dalam konteks negara siko (risk coping strategy) dan untuk berinvestasi
berkembang) sebagai alasan untuk bermigrasi dan, (investment strategy), serta menganalisis pengaruh
lebih luas lagi, sebagai peran yang dapat dimaink- karakteristik rumah tangga, wilayah, serta komuni-
an migrasi dalam proses pembangunan ekonomi. tas di wilayah asal (perdesaan) terhadap keputusan
Pertama, migrasi dapat digunakan untuk mengatasi rumah tangga untuk melakukan migrasi desa-kota
guncangan negatif terhadap pendapatan. Jika ru- di Indonesia berdasarkan alasan/motif migrasi ter-
mah tangga terkena guncangan negatif, misalnya sebut.
guncangan pertanian akibat kekeringan, bencana
alam, dan fluktuasi harga, maka rumah tangga
di wilayah perdesaan mungkin memutuskan un- Tinjauan Literatur
tuk mengirim anggota rumah tangga ke tempat
lain untuk mendapatkan penghasilan tambahan Literatur ekonomi tentang migrasi mengasumsikan
(Kleemans, 2015). Strategi migrasi ini dapat dilihat bahwa individu atau rumah tangga secara rasional
sebagai alternatif untuk strategi-strategi penanggu- mempertimbangkan berbagai lokasi dan memilih
langan risiko lain, seperti mengurangi tabungan, tempat yang memaksimalkan keuntungan yang
menjual aset, meningkatkan pasokan tenaga ker- diharapkan dari migrasi. Keuntungan yang diha-
JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 160–173
162 Migrasi Desa-Kota di Indonesia: ...

rapkan dari migrasi tergantung pada sejumlah besar bungan.


faktor seperti karakteristik dan pengalaman priba-
Sebagai modifikasi pada pendekatan neoklasik,
di, jejaring sosial, kekayaan, atau berkurangnya
Stark dan rekan-rekannya mengembangkan teori
kerentanan terhadap kemiskinan. Teori dan model
ekonomi baru migrasi, yaitu “The New Economics
yang berbeda telah berkembang untuk menjelaskan
of Labor Migration (NELM)” (Katz dan Stark, 1986;
pentingnya aktivitas migrasi tersebut.
Lauby dan Stark, 1988; Lucas dan Stark, 1985; Stark
Dalam “hukum migrasi”-nya, Ravenstein (1885) dan Bloom, 1985; Stark dan Levhari, 1982; Taylor,
menghubungkan pola migrasi dengan kondisi sur- 1999). Sebuah wawasan kunci dari pendekatan baru
plus dan defisit angkatan kerja dengan orang-orang ini adalah bahwa keputusan migrasi tidak dibuat
berpindah dari wilayah kerja yang surplus ke wila- oleh individu yang terisolasi tetapi oleh keluarga
yah kerja yang defisit untuk memperbaiki kondisi atau rumah tangga ketika orang bertindak secara
kehidupan. Ravenstein juga mengembangkan ga- kolektif untuk memaksimalkan pendapatan yang
gasan tentang faktor “penarik” dan “pendorong” diharapkan dan meminimalkan risiko yang ter-
untuk menjelaskan kekuatan yang mendorong mi- kait dengan berbagai kegagalan pasar. Massey et
grasi. Faktor penarik adalah insentif sosial, ekonomi, al. (1993) mengemukakan bahwa di negara maju,
politik, atau lingkungan di tempat tujuan, seperti risiko terhadap pendapatan rumah tangga biasa-
kesempatan kerja, pendidikan yang lebih baik, dan nya diminimalkan melalui pasar asuransi swasta
kondisi kehidupan. Faktor pendorong adalah in- atau program pemerintah, namun di negara-negara
sentif di tempat asal yang memaksa orang keluar berkembang, mekanisme kelembagaan ini tidak
bermigrasi. Faktor-faktor khusus adalah termasuk sempurna, atau mungkin tidak ada, atau tidak da-
kurangnya lapangan kerja dan kesempatan kerja, pat diakses oleh keluarga berpenghasilan rendah
ketidakamanan terkait kondisi politik, sosial, atau sehingga kondisi tersebut memberi rumah tang-
ekonomi, atau hilangnya kekayaan (Lee, 1996). Mo- ga insentif untuk melakukan diversifikasi risiko
del migrasi klasik lainnya ada dari Sjaastad (1962) melalui migrasi.
dan telah dikembangkan lebih lanjut oleh Harris
Menurut pandangan NELM, variabel ekonomi
dan Todaro (1970) dan Mincer (1978).
yang relevan yang menjelaskan migrasi bukanlah
Sedangkan di sisi lain, Sandell (1977) dan Mincer upah tetapi ukuran risiko dan kebutuhan serta
(1978) melihat migrasi sebagai keputusan keluarga. akses terhadap modal. Dengan menggunakan da-
Keluarga secara keseluruhan akan bermigrasi jika ta yang dikumpulkan di 25 komunitas Meksiko,
keuntungan bersih rumah tangga tersebut bernilai Massey dan Espinosa (1997) mempelajari kekuat-
positif. Jika hanya satu pasangan yang menemukan an pendorong migrasi Meksiko–Amerika Serikat
pekerjaan (yang lebih baik) di tempat tujuan, maka secara empiris. Massey dan Espinosa (1997) berpen-
keluarga hanya bermigrasi jika keuntungan dari dapat bahwa selama 25 tahun terakhir, probabilitas
satu anggota keluarga menginternalisasi kerugian migrasi lebih terkait dengan kekuatan yang dii-
anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu, kepu- dentifikasi oleh teori ekonomi migrasi yang baru
tusan migrasi keluarga pada dasarnya merupakan daripada perhitungan manfaat biaya individual
kumpulan utilitas migrasi individu. Bigsten (1988) yang diasumsikan oleh model neoklasik. NELM
juga menganggap migrasi sebagai keputusan ru- dapat dikaitkan dengan literatur risiko dan kemis-
mah tangga yang mana keluarga mengalokasikan kinan yang lebih luas (Dercon, 2005), bahwa migrasi
tenaga kerja ke sektor perkotaan atau perdesaan adalah salah satu strategi yang dilakukan oleh ru-
bergantung pada produk marginal dari upah ga- mah tangga miskin di lingkungan yang berisiko.
JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 160–173
Marta, J., et al. 163

Hal yang dilakukan untuk menurunkan risiko yang lam makalah yang berbeda. Alasan migrasi sebagai
terkait dengan teknologi baru ini, maka rumah tang- sebuah strategi menghadapi risiko dijelaskan, mi-
ga ingin menyebarkan risiko dengan melakukan salnya dalam Kleemans dan Magruder (2017) dan
diversifikasi portofolio pendapatan. Morten (2016), yang menemukan bahwa guncang-
an curah hujan mendorong orang untuk bermigrasi
Penelitian migrasi yang juga berangkat dari
secara internal. Bukti dari strategi investasi didoku-
pendekatan NELM untuk mengidentifikasi faktor-
mentasikan oleh Bryan et al. (2014) yang menemu-
faktor dibalik migrasi dan kesejahteraan para mig-
kan bahwa migrasi yang menguntungkan dicegah
ran. Misalnya Agesa dan Kim (2001) menggunakan
oleh kendala likuiditas. Kendala ini diatasi dengan
data dari Kenya untuk mengidentifikasi determinan
menyubsidi migrasi atau melalui guncangan pen-
keputusan migrasi. Hasil penelitian tersebut me-
dapatan positif yang akan meningkatkan migrasi.
nunjukkan bahwa migrasi relatif lebih mungkin di
Namun, sampai saat ini masih sangat terbatas pe-
antara pekerja yang menghadapi perbedaan penda-
nelitian (khususnya di Indonesia) yang melakukan
patan positif dari perkotaan ke perdesaan, menun-
analisis keputusan bermigrasi yang membedakan
jukkan bahwa pekerja terampil memilih sendiri un-
keputusan migrasi berdasarkan alasan/motif mi-
tuk bermigrasi ke daerah perkotaan. Giesbert (2007)
grasi sebagai penanggulangan risiko dan migrasi
melaporkan bukti dari Kenya Barat yang menyata-
untuk berinvestasi.
kan bahwa kecenderungan bermigrasi tergantung
Informasi mengenai orang yang bermigrasi dan
pada pendidikan dan jaringan migran, tetapi tidak
motif/alasan bermigrasi sangat dibutuhkan, bahkan
pada kekayaan rumah tangga. Ezra dan Kiros (2001)
dengan mengetahui informasi tersebut memung-
menemukan bahwa individu yang termasuk dalam
kinkan untuk dilakukannya kebijakan pengelolaan
rumah tangga miskin secara ekonomi di komunitas
migrasi sehingga dapat memaksimalkan manfaat
yang rentan secara ekologis memiliki kecenderung-
dari migrasi bagi rumah tangga dan masyarakat ser-
an bermigrasi keluar yang lebih tinggi daripada
ta dapat meminimalkan eksternalitas negatif yang
rumah tangga yang berasal dari daerah yang ku-
ditimbulkan dari migrasi. Secara umum, tulisan ini
rang rentan di Ethiopia. Zhao (1998), Nguyen et
menginvestigasi determinan dari keputusan mig-
al. (2015) dan Rangkuti (2009) menganalisis terkait
rasi perdesaan ke perkotaan di Indonesia. Lebih
hal yang berhubungan dengan keputusan migrasi
khusus lagi, analisis berfokus pada motif migrasi.
yang dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki
oleh rumah tangga dan dampak yang ditimbulkan
dari kegiatan migrasi, seperti yang berhubungan
dengan transfer uang ke wilayah asal (remittances)
Metode
dan terhadap kesejahteraan rumah tangga migran.
Penelitian ini menggunakan data yang berasal dari
Namun, sampai saat ini masih sangat sedikit pe-
Indonesia Family Life Survey (IFLS) untuk tahun 2007
nelitian, khususnya di Indonesia, yang melakukan
(gelombang 4) dan 2014 (gelombang 5). Unit anali-
analisis keputusan bermigrasi yang membedakan
sis dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang
keputusan migrasi berdasarkan alasan/motif mig-
berada pada tingkat wilayah desa/kelurahan/nagari
rasi sebagai strategi menanggulangi risiko atau se-
dengan klasifikasi wilayah perkotaan dan perdesa-
bagai investasi.
an merujuk pada indikator yang digunakan oleh
Kedua strategi migrasi tersebut secara luas dia- BPS. Untuk menganalisis motivasi migrasi, seorang
mati dan didokumentasikan secara empiris tetapi migran dan rumah tangga migran perlu didefini-
digambarkan sebagai fenomena terpisah dan da- sikan. Dalam penelitian ini, seorang migran adalah
JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 160–173
164 Migrasi Desa-Kota di Indonesia: ...

anggota rumah tangga yang telah tinggal di luar Variabel dependen menunjukkan probabilitas
desa setidaknya selama 6 bulan pada periode tahun bahwa rumah tangga i di desa j adalah rumah tang-
2007–2014. Rumah tangga migran adalah rumah ga migran pada tahun 2014. Pada model 1 terdapat
tangga yang memiliki setidaknya satu migran pada dua kategori variabel dummy dependen (YB = 2), de-
periode tersebut. Karena seorang anggota rumah ngan YBo adalah rumah tangga di desa j yang tidak
tangga mungkin telah bermigrasi sebelum tahun masuk sebagai rumah tangga migran (tidak mela-
2007, maka rumah tangga tersebut telah mempero- kukan migrasi) dalam tahun 2007–2014, YB1 adalah
leh manfaat dari pengiriman uang yang berpenga- jika rumah tangga di desa j memiliki setidaknya
ruh pada variabel “pendapatan per kapita”. Untuk satu anggota rumah tangga migran dalam tahun
menghindari masalah endogenitas seperti itu, ru- 2007–2014 (tanpa membedakan alasan/motif mela-
mah tangga dengan migran sebelum tahun 2007 kukan migrasi). Pada model 2 terdapat tiga kategori
dikeluarkan dari sampel. Set data yang tersisa ter- variabel dummy dependen (YM = 3), dengan YMo
diri dari sekitar 2.581 rumah tangga dengan 407 adalah rumah tangga di desa j yang tidak masuk
rumah tangga migran perdesaan-perkotaan digu- sebagai rumah tangga migran (tidak melakukan
nakan untuk analisis. migrasi) dalam tahun 2007–2014, YM1 adalah jika
rumah tangga di desa j memiliki setidaknya satu
anggota rumah tangga migran dalam tahun 2007–
Model Empiris
2014 dengan motif penanggulangan risiko (Migrasi
Model probabilitas nonlinier digunakan untuk karena Risiko adalah strategi yang dilakukan oleh
menghubungkan status migrasi rumah tangga pada rumah tangga miskin di lingkungan yang berisiko
tahun 2014 ke karakteristik rumah tangga dan desa untuk mendiversifikasi sumber pendapatan rumah
pada tahun 2007 (Nguyen et al., 2015). Penelitian tangga dan mengatasi dampak yang merugikan
ini menggunakan dua model estimasi, yaitu model dari kendala sosial, ekonomi, dan kelembagaan di
binomial dan multinomial logistik. Model binomial tempat asal rumah tangga tersebut. Berdasarkan
digunakan untuk mengestimasi probabilitas rumah kuesioner IFLS, motif migrasi ini meliputi: men-
tangga untuk melakukan migrasi atau tidak migrasi cari pekerjaan baru karena tidak cukup lapangan
tanpa memisahkan motif bermigrasi (model 1). Mo- pekerjaan di tempat sebelumnya, musim kema-
del multinomial logistik digunakan untuk menges- rau/kekeringan, bencana alam dan bencana lainnya,
timasi probabilitas rumah tangga untuk melakukan dan kondisi kesehatan), YM2 adalah jika memiliki se-
migrasi dengan menggunakan rumah tangga yang tidaknya satu anggota rumah tangga migran dalam
tidak melakukan migrasi sebagai basis, dan diban- tahun 2007–2014 dengan motif investasi (Migrasi
dingkan dengan dua motif/alasan dalam bermigrasi, sebagai Investasi adalah strategi investasi untuk me-
yakni melakukan migrasi sebagai sebuah strategi ningkatkan dan mendiversifikasi pendapatan yang
rumah tangga untuk penanggulangan risiko (mig- diharapkan di masa depan dan memperoleh keun-
rasi risiko) dan migrasi sebagai sebuah bentuk in- tungan dari upah yang lebih tinggi di tempat lain.
vestasi (migrasi investasi) yang dipengaruhi oleh Berdasarkan kuesioner IFLS, motif migrasi ini meli-
karakteristik rumah tangga dan desa (model 2). puti: mendapatkan pekerjaan di tempat tujuan dan
Model didefinisikan seperti berikut: sehubungan dengan pendidikan dan pelatihan).

Pr(yBij,2014 = z) = F(Xij,2007 , R j,2007 , FEregion ) (model 1) Kemungkinan menjadi rumah tangga migran
pada tahun 2014 adalah fungsi dari karakteristik
Pr(yMij,2014 = z) = F(Xij,2007 , R j,2007 , FEregion ) (model 2) rumah tangga yang dapat diamati (X) pada tahun
JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 160–173
Marta, J., et al. 165

2007. Vektor tersebut secara khusus berisi informasi hun 2007 sampai 2014. Secara umum, migran lebih
mengenai: (1) faktor sosial-ekonomi dan demogra- cenderung memiliki karakteristik belum menikah,
fi rumah tangga dan informasi tentang pekerja di berstatus sebagai anak dalam keluarga, dan pa-
rumah tangga seperti usia, pendidikan dan sektor da usia produktif yang didominasi oleh migran
pekerjaan kepala rumah tangga, rata-rata pendidik- dengan tingkat usia 15–30 tahun (lihat Tabel 1). Stra-
an pekerja di rumah tangga masing-masing, dan tegi mengatasi risiko dan investasi sebagai motif
rasio pekerja terhadap total anggota rumah tang- dalam bermigrasi menyebabkan tenaga kerja yang
ga; dan (2) pendapatan dan pengeluaran rumah produktif di wilayah perdesaan memiliki peluang
tangga per kapita. Selain karakteristik rumah tang- yang besar untuk melakukan migrasi dan mungkin
ga, kemungkinan menjadi rumah tangga migran berpotensi memberikan pengaruh terhadap kegiat-
juga terkait dengan seperangkat karakteristik desa an ekonomi di perdesaan/lokal.
yang dapat diamati (R). Vektor karakteristik desa Siklus umur migran dapat dijelaskan dengan
termasuk informasi tentang jumlah total fasilitas menggunakan kurva Rogers-Castro (Rogers et al.,
kesehatan, jumlah lembaga pendidikan (SMA), dum- 1978), bahwa kurva ini menunjukkan adanya hu-
my lembaga keuangan, dummy pasar, waktu tem- bungan berbentuk U terbalik antara usia dan migra-
puh untuk mencapai pusat kecamatan, dan kondisi si. Pola pengamatan migrasi menurut umur terdiri
modal sosial komunitas pada tahun 2007. atas beberapa komponen penting, yakni (Rogers et
Akhirnya, fixed effect (FE) regional dimasukkan al., 1978): (a) Pra-angkatan kerja (prelabor force), (b)
untuk menangkap efek migrasi dari spesifik dae- Angkatan kerja (labor force), dan (c) Pasca-angkatan
rah yang tidak dapat diobservasi. Pengelompokan kerja (postlabor force). Peluang migrasi akan me-
dilakukan berdasarkan tiga kategori region (wila- ningkat ketika seorang individu memasuki fase
yah). Pulau Sumatra dikategorikan menjadi region pra-angkatan kerja dan mencapai puncaknya pada
1, Pulau Jawa dan Bali ke dalam region 2, dan Pulau fase angkatan kerja dan selanjutnya peluang migra-
Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara men- si akan mengalami penurunan pada saat individu
jadi region 3. Hal ini dilakukan karena struktur memasuki fase pasca-angkatan kerja. Seleksi terha-
kerangka sampel dari survei IFLS hanya memung- dap migrasi ini juga terkait dengan berbagai tahap
kinkan untuk melakukan agregasi di tingkat pulau siklus hidup manusia (Lee, 1996).
sebagaimana pengategorian yang telah dilakukan.
Migran dengan jenis kelamin laki-laki lebih do-
Oleh karena rumah tangga memutuskan bahwa
minan dalam melakukan migrasi dengan motif
anggotanya bermigrasi keluar karena beberapa alas-
mengatasi risiko dibandingkan dengan motif seba-
an/motivasi untuk setiap tujuan mungkin berbeda.
gai investasi. Kondisi ini menggambarkan bahwa
Penulis menggunakan dua alternatif persamaan
rumah tangga di lingkungan yang berisiko lebih
yang menyajikan keputusan migrasi rumah tangga,
cenderung memilih/mengirim anggota rumah tang-
yaitu untuk: (i) semua jenis alasan, dan (ii) penang-
ga laki-laki untuk bermigrasi guna memperoleh
gulangan risiko dan untuk investasi.
sumber pendapatan lain. Kemudian dari segi wila-
yah tujuan migrasi, tidak terdapat perbedaan yang
berarti antara yang melakukan migrasi dengan mo-
Hasil dan Analisis
tif mengatasi risiko dan sebagai investasi, dengan
Tabel 1 menunjukkan karakteristik para migran di wilayah tujuan utama migrasi lebih dominan me-
dalam anggota rumah tangga. Terdapat 407 rumah nuju daerah perkotaan di provinsi lain.
tangga/migran yang bermigrasi selama periode ta- Hasil dari multinomial logistik dapat dilihat pa-
JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 160–173
166 Migrasi Desa-Kota di Indonesia: ...

Tabel 1: Karakteristik Migran (dalam Persen)

Motif Migrasi
Karakteristik Migran
risk-coping investment Total
Gender
Laki-laki 70,83 58,21 60,44
Perempuan 29,17 41,79 39,56
Status Pekawinan
belum kawin 69,44 85,97 83,05
kawin 30,56 12,84 15,97
cerai hidup 0,00 0,90 0,74
cerai mati 0,00 0,30 0,25
Kedudukan dalam Rumah Tangga
kepala RT 9,72 6,87 7,37
suami/istri 5,56 2,69 3,19
anak kandung 76,39 76,42 76,41
Anggota Rumah Tangga lainnya 8,34 14,05 13,03
Wilayah tujuan
antarkecamatan 11,11 11,34 11,30
kota dalam provinsi 33,33 40,60 39,31
kota di luar provinsi 55,56 48,06 49,39
Pendidikan
tdk sekolah/tdk tamat SD 25,00 25,97 25,80
tamat SD 29,17 39,10 37,35
tamat SMP 29,17 26,87 27,27
tamat SMA 16,67 7,16 8,85
tamat PT 0,00 0,90 0,74
Umur (tahun)
<15 1,39 2,99 2,70
15–30 80,56 88,06 86,73
31–45 11,11 7,16 7,86
46–60 6,94 1,79 2,70
>60 0,00 0,00 0,00
Deskripsi Wilayah Tujuan
Small Town 59,72 56,72 57,25
Big City 40,28 43,28 42,75
Sumber: IFLS 2014, diolah

da kolom kedua (2) dari Tabel 2. Variabel-variabel rumah tangga, variabel rata-rata lama pendidik-
yang signifikan dalam model binomial menjadi ti- an pekerja yang diukur menggunakan nilai rata-
dak signifikan pada migrasi dengan motif strategi rata lama sekolah pekerja dalam rumah tangga (ta-
penanggulangan risiko dan tetap signifikan pada hun) yang secara statistik memiliki pengaruh positif
migrasi dengan motif investasi. Hasil tersebut me- dan signifikan pada keseluruhan model yang digu-
nunjukkan bahwa model yang digunakan pada nakan. Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi
penelitian ini berhasil memperlihatkan bahwa ter- rata-rata tingkat pendidikan pekerja dalam sebuah
dapat perbedaan karakteristik antara rumah tangga rumah tangga, menyebabkan makin tinggi pelu-
yang melakukan migrasi sebagai sebuah strategi un- ang rumah tangga tersebut menjadi rumah tangga
tuk menanggulangi risiko dan rumah tangga yang migran atau untuk melakukan migrasi, baik migra-
melakukan migrasi untuk investasi. Berdasarkan si sebagai sebuah strategi untuk penanggulangan
kriteria statistik, model estimasi multinomial logis- risiko maupun migrasi dengan motif investasi. In-
tik memperoleh nilai yang lebih baik dibandingkan terpretasi secara statistik untuk model multinomial
dengan model binomial logit (R square, chi square, logistik dilakukan dengan melihat nilai Relative Risk
dan log likelihood). Ratio (rrr). Berdasarkan nilai rrr pada Tabel 2, kena-
ikan satu tahun nilai rata-rata lama sekolah pekerja
Pada kelompok variabel karakteristik pekerja di
JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 160–173
Marta, J., et al. 167

dalam rumah tangga akan meningkatkan peluang dengan motif investasi. Kondisi rumah tangga ini
rumah tangga untuk melakukan migrasi dengan memengaruhi biaya emosional atau biaya psikolo-
motif mengatasi risiko dibandingkan dengan tidak gis untuk bergerak (Witoelar, 2006). Adanya balita
melakukan migrasi sebesar 1.107 kali dan migrasi di rumah tangga menjadi pertimbangan tersendiri
dengan motif investasi dibandingkan dengan tidak bagi rumah tangga dalam memutuskan untuk me-
melakukan migrasi sebesar 1.091 kali jika variabel lakukan migrasi, khususnya migrasi dengan motif
lain dianggap konstan. Variabel proporsi pekerja investasi.
laki-laki dan proporsi pekerja di rumah tangga me- Variabel luas lantai per kapita memiliki pengaruh
miliki pengaruh negatif dan signifikan hanya pada negatif dan signifikan hanya terhadap peluang ru-
model umum (model migrasi dan tidak migrasi) mah tangga untuk melakukan migrasi dengan motif
dan model migrasi dengan motif investasi. Hal ini penanggulangan risiko. Dengan kata lain, pening-
menunjukkan bahwa makin tinggi proporsi pekerja katan luas lantai per kapita cenderung menurunkan
laki-laki dalam rumah tangga dan makin tinggi peluang untuk melakukan migrasi dengan motif
proporsi anggota rumah tangga yang bekerja me- penanggulangan risiko. Kondisi ini menggambar-
nyebabkan makin rendah peluang rumah tangga kan bahwa rumah tangga miskin memiliki peluang
tersebut menjadi rumah tangga migran atau mela- yang lebih tinggi untuk bermigrasi dalam motif
kukan migrasi dengan motif investasi. risiko.
Pada kelompok variabel karakteristik rumah Hasil temuan ini juga didukung oleh penelitian-
tangga, variabel usia kepala rumah tangga memiliki penelitian sebelumnya yang telah dilakukan di be-
hubungan kuadratik nonlinier dengan probabili- berapa negara lain di Asia, seperti Wu (2010) mene-
tas bermigrasi pada dua motif migrasi. Variabel mukan self-selection yang signifikan dalam migrasi
lama pendidikan kepala rumah tangga memiliki desa kota di Cina. Kaum muda, pria, orang-orang
pengaruh positif dan signifikan terhadap peluang yang berpendidikan lebih baik, dan anggota rumah
rumah tangga untuk melakukan migrasi dengan tangga yang sehat memiliki peluang yang lebih
motif investasi dan tidak memiliki pengaruh yang tinggi untuk bermigrasi. Selanjutnya, Quisumbing
signifikan terhadap peluang rumah tangga untuk dan McNiven (2006) juga menemukan bahwa efek
melakukan migrasi dengan motif penanggulangan siklus hidup adalah faktor penentu yang penting
risiko. Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi dalam migrasi desa kota di Filipina. Tingkat pendi-
tingkat pendidikan kepala rumah tangga, menye- dikan kepala rumah tangga dan besarnya jumlah
babkan makin tinggi peluang rumah tangga ter- anak usia dewasa pada rumah tangga miskin di
sebut menjadi rumah tangga migran atau untuk wilayah perdesaan cenderung untuk bermigrasi se-
melakukan migrasi dengan motif investasi. hingga anak-anak dengan tingkat pendidikan yang
Variabel jumlah anggota rumah tangga yang beru- tinggi lebih mungkin untuk melakukan migrasi.
sia di bawah 5 tahun memiliki pengaruh negatif dan Karakteristik desa, seperti ketersediaan fasilitas
signifikan hanya terhadap peluang rumah tangga kesehatan, infrastruktur pendidikan, dan fasilitas
untuk melakukan migrasi dengan motif investasi. keuangan secara statistik tidak memiliki pengaruh
Hal ini menunjukkan bahwa makin banyak anggo- yang signifikan terhadap peluang masyarakat di wi-
ta rumah tangga yang berusia di bawah 5 tahun layah perdesaan untuk melakukan migrasi. Kondisi
dalam sebuah rumah tangga, menyebabkan makin ini mungkin disebabkan karena ketersediaan dari
rendah peluang rumah tangga tersebut menjadi ru- fasilitas-fasilitas tersebut yang relatif sudah cukup
mah tangga migran atau untuk melakukan migrasi merata di setiap wilayah perdesaan di Indonesia.
JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 160–173
168 Migrasi Desa-Kota di Indonesia: ...

Namun, hasil regresi menunjukkan bahwa varia- tas untuk bermigrasi dalam kelompok pendapatan
bel akses (diukur menggunakan waktu tempuh ke untuk menjelaskan hasil model multinomial logit
pusat kecamatan) memiliki pengaruh negatif dan seperti yang disarankan oleh Wulff (2015).
signifikan terhadap peluang rumah tangga untuk
Predicted probability rumah tangga untuk mela-
melakukan migrasi dengan motif penanggulangan
kukan migrasi sebagai sebuah strategi dalam meng-
risiko. Hal ini menunjukkan makin sulitnya akses
hadapi risiko diilustrasikan pada Gambar 1 Panel a.
suatu daerah ke daerah lain, dapat mengurangi
Rumah tangga yang berada pada kelompok penda-
peluang rumah tangga di wilayah tersebut untuk
patan pertama (kuantil pendapatan terendah) me-
melakukan migrasi, khususnya migrasi dengan
miliki probabilitas untuk bermigrasi sebesar 0,029,
motif penanggulangan risiko. Rhoda (1983) juga
lebih tinggi dibandingkan dengan rumah tangga
menemukan korelasi positif antara migrasi desa-
yang berada pada kelompok pendapatan kelima
kota dengan akses ke kota, integrasi desa kota, dan
(kelompok pendapatan tertinggi) dengan nilai pro-
komersialisasi hasil pertanian. Kegiatan yang me-
babilitas untuk bermigrasi sebesar 0,013. Hasil yang
ningkatkan akses perdesaan ke kota mungkin akan
berbeda diperlihatkan untuk nilai predicted probabili-
merangsang migrasi desa-kota.
ty dalam melakukan migrasi dengan motif investasi
Selanjutnya, variabel fixed effect wilayah yang (Panel b). Rumah tangga yang berada pada ke-
dibagi ke dalam tiga klasifikasi wilayah, yaitu lompok pendapatan pertama (kuantil pendapatan
(1) Sumatra, (2) Jawa dan Bali, serta (3) Sulawesi, terendah) memiliki probabilitas untuk bermigrasi
Kalimantan, dan Nusa Tenggara, memiliki penga- sebesar 0,079, lebih rendah dibandingkan dengan
ruh yang berbeda pada kedua motif migrasi. Varia- rumah tangga yang berada pada kelompok pen-
bel ini berpengaruh signifikan terhadap probabilitas dapatan kelima (kelompok pendapatan tertinggi)
rumah tangga untuk melakukan migrasi hanya pa- dengan nilai probabilitas untuk bermigrasi sebe-
da migrasi dengan motif penanggulangan risiko. sar 0,112. Hasil dari perkiraan probabilitas untuk
Rumah tangga yang berada di pulau Sumatra me- bermigrasi (Gambar 1) menunjukkan adanya efek
miliki peluang untuk melakukan migrasi dengan kontradiktif pendapatan pada peluang melakukan
motif penanggulangan risiko yang lebih tinggi di- migrasi desa-kota antarmotif migrasi di Indonesia.
bandingkan dengan rumah tangga yang berada di Penghasilan memiliki efek negatif dalam mengatasi
wilyah Jawa dan Bali serta wilayah lainnya. risiko sebagai motif migrasi, sebaliknya memiliki
efek positif pada migrasi dengan motif investasi,
Berdasarkan Katz dan Stark (1986), motif migrasi
artinya kelompok rumah tangga berpendapatan ter-
sebagai investasi dan motif penanggulangan risiko
endah memiliki kecenderungan yang lebih tinggi
ditentukan oleh pendapatan rumah tangga atau
untuk melakukan migrasi dengan motif mengatasi
likuiditas rumah tangga dan memiliki efek yang
risiko dibandingkan dengan kelompok rumah tang-
bertentangan pada dua motif keputusan migrasi ru-
ga berpendapatan tinggi. Temuan ini mendukung
mah tangga. Dalam penelitian ini dilakukan estima-
prediksi teoretis yang digunakan dalam penelitian
si pengaruh pendapatan rumah tangga per kapita
ini (Katz dan Stark, 1986; Lucas dan Stark, 1985;
pada keputusan migrasi dengan model multinomial
Lauby dan Stark, 1988; Stark dan Levhari, 1982;
logit untuk menguraikan motif migrasi dan meng-
Taylor, 1999; Kleemans, 2015; Mincer, 1978).
uji pengaruh pendapatan terhadap motif-motif ini.
Penelitian ini menggunakan variabel dummy kate- Hasil yang diperoleh pada penelitian ini juga me-
gorik dengan kuantil pendapatan pertama sebagai lengkapi temuan sebelumnya yang menganalisis
dasar (base) dan menggunakan prediksi probabili- peluang migrasi tanpa membedakan motif migrasi
JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 160–173
Marta, J., et al. 169

Tabel 2: Hasil Estimasi Model Logistik (1) dan Multinomial Logistik (2) terhadap Keputusan Migrasi Berdasarkan Motif

migration vs risk migration vs investment migration vs


Variable not migration1 not migration2 not migration2
Odd Ratio dy/dxa rrr dy/dxa rrr dy/dxa
(1) (2)
Karakteristik Pekerja dan Rumah Tangga (RT)
rata-rata lama pendidikan pekerja di RT (tahun) 1,099*** 0,0105 1,107* 0,0016 1,091*** 0,0077
(3,50) (1,73) (3,01)
proporsi pekerja laki-laki di RT 0,507*** -0,0756 1,027 0,0020 0,440*** -0,0749
(-3,40) (0,06) (-3,81)
umur kepala RT (tahun) 1,295*** 0,0288 1,303*** 0,0042 1,290*** 0,0228
(7,57) (3,39) (6,87)
umur kepala RT kuadrat 0,998*** -0,0003 0,997*** -0,000004 0,997*** -0,0002
(-7,37) (-3,37) (-6,65)
lama pendidikan kepala RT (tahun) 1,029 0,0032 0,921 -0,0015 1,056** 0,0051
(1,18) (-1,54) (2,08)
sektor pekerjaan kepala RT (pertanian=1) 1,379** 0,0358 1,509 0,0068 1,366** 0,0277
(2,58) (1,53) (2,29)
proporsi pekerja terhadap jumlah anggota RT 0,150*** -0,2116 0,726 -0,0015 0,105*** -0,2046
(-6,64) (-0,52) (-7,10)
jumlah anggota RT berusia di bawah 5 tahun 0,691*** -0,0411 0,94 -0,0002 0,641*** -0,0404
(-3,56) (-0,29) (-3,88)
luas lantai per kapita (m2) 0,993* -0,0008 0,969** -0,0005 0,995 -0,0003
(-1,94) (-2,49) (-1,16)
Pendapatan per Kapita (pctile), pctile 1=base
pctile 2 1,138 0,0139 0,742 -0,0078 1,302 0,0222
(0,70) (-0,83) (1,28)
pctile 3 1,200 0,0201 0,63 -0,0111 1,443* 0,0323
(0,96) (-1,19) (1,74)
pctile 4 1,107 0,0108 0,467* -0,0156 1,399 0,0298
(0,52) (-1,84) (1,55)
pctile 5 1,153 0,0154 0,469* -0,0156 1,457 0,0338
(0,67) (-1,74) (1,60)
ln pengeluaran per kapita 0,818* -0,0224 1,416 0,0068 0,721*** -0,0304
(-1,76) (1,43) (-2,61)
Karakteristik Desa/Wilayah
jumlah fasilitas kesehatan (rumah sakit) 0,988 -0,0014 1,123 0,0021 0,963 -0,0035
(-0,23) (1,05) (-0,63)
jumlah lembaga pendidikan (SMA) 1,036 0,0039 1,082 0,0013 0,61 0,0019
(1,04) (1,19)
dummy ketersediaan lembaga keuangan (bank) 1,195 0,0198 0,808 -0,0042 1,235 0,0196
(0,52) (-0,36) (0,54)
dummy ketersediaan pasar 1,361** 0,0343 1,733** 0,0094 1,282* 0,0217
(2,38) (2,00) (1,76)
waktu tempuh ke pusat kecamatan (menit) 0,996 -0,0004 0,981** -0,0003 0,999 -0,00004
(-1,01) (-1,99) (-0,21)
dummy modal sosial komunitas (rasa saling per- 1,389 0,0366 0,888 -0,0029 1,557* 0,0406
caya)
(1,59) (-0,30) (1,90)
Region (Sumatra base)
Jawa dan Bali 0,960 -0,0047 0,522** -0,0158 1,124 0,0120
(-0,24) (-2,00) (0,62)
wilayah lainnya 0,843 -0,0186 0,393** -0,0199 0,990 0,0011
(-0,80) (-2,11) (-0,04)
cons 0,007*** 2,8E-06*** 0,023**
(-3,03) (-3,60) (-2,10)
Number of obs. 2.581 2.581 2.581
LR chi2 199,65*** 253,89*** 253,89***
Pseudo R2 0,0887 0,0966 0,0966
Sumber: IFLS tahun 2007 dan 2014, diolah
Keterangan: 1 Binomial Logit Estimation; 2 Multinomial Logit Estimation
a Marginal change in the probability of migration by motive with all xs set at their means.

***p value < 0,01; **p value < 0,05; *p value < 0,10

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 160–173


170 Migrasi Desa-Kota di Indonesia: ...

Gambar 1: Predicted Probability Migrasi Berdasarkan Pendapatan per Kapita Rumah Tangga dan Motif Migrasi
Sumber: IFLS tahun 2007 dan 2014, diolah

(Lucas, 1997). Hasil penelitian tersebut menyatakan kan adanya perbedaan karakteristik antarkawasan
bahwa pendapatan/akses terhadap modal finansial (heterogenitas wilayah) seperti perbedaan budaya,
biasanya mengikuti pola berbentuk “U” dalam kai- norma, dan kebiasaan yang berkembang di masya-
tannya dengan migrasi. Orang-orang dari rumah rakat terhadap migrasi yang tidak dianalisis dalam
tangga yang miskin dan kaya cenderung melaku- penelitian ini.
kan migrasi dibandingkan dengan rumah tangga
yang berpenghasilan menengah. Analisis peluang
melakukan migrasi dengan membedakan motif Kesimpulan
migrasi pada penelitian ini mampu menjelaskan
Penelitian ini menjelaskan bahwa karakteristik ru-
perbedaan yang terjadi terhadap keputusan migrasi
mah tangga, wilayah, dan komunitas memiliki pe-
pada masing-masing kelompok pendapatan rumah
ngaruh yang berbeda terhadap keputusan rumah
tangga.
tangga dalam melakukan migrasi desa-kota untuk
Hasil prediksi probabilitas migrasi berdasarkan masing-masing motif migrasi, baik migrasi seba-
region juga menunjukkan perbedaan di antara ke- gai penanggulangan risiko maupun migrasi un-
dua motif migrasi (Gambar 2). Region 1 (Sumatra) tuk berinvestasi. Rumah tangga pada kelompok
memiliki tingkat probabilitas dua kali lebih besar pendapatan terendah (rumah tangga miskin) di
dibandingkan dengan region 2 (Jawa dan Bali) dan wilayah perdesaan memiliki peluang yang lebih
region 3 (Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara) tinggi dibandingkan dengan kelompok pendapat-
untuk bermigrasi dengan motif risiko, sedangkan an yang lainnya untuk melakukan migrasi dengan
untuk motif investasi, region 2 memiliki nilai pro- motif risiko. Temuan ini menyiratkan kecenderung-
babilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan an penggunaan migrasi sebagai sebuah strategi
region lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa rumah untuk penanggulangan risiko (risk coping strategy)
tangga di Sumatra lebih menyukai migrasi seba- pada masyarakat miskin di wilayah perdesaan. Un-
gai strategi mengatasi risiko daripada strategi pe- tuk migrasi dengan motif investasi, kemungkinan
nanggulangan risiko lain. Temuan ini menggambar- bermigrasi meningkat untuk rumah tangga yang
JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 160–173
Marta, J., et al. 171

Gambar 2: Predicted Probability Migrasi Berdasarkan Region dan Motif Migrasi


Sumber: IFLS tahun 2007 dan 2014, diolah

berada pada kelompok pendapatan yang lebih ting- tas ekonomi di wilayah perdesaan/lokal. Penelitian
gi. Hal ini menjelaskan kendala likuiditas yang ada ini hanya mengungkapkan faktor-faktor penentu
dalam keputusan migrasi untuk motif investasi. motif migrasi. Oleh karena itu, untuk penelitian
Hasil analisis peluang migrasi desa-kota berda- selanjutnya harus menyelidiki efek dari setiap mo-
sarkan wilayah/region menunjukkan bahwa rumah tif pada kesejahteraan rumah tangga dan ekonomi
tangga yang berada di region 1 (Sumatra) memiliki perdesaan.
peluang dua kali lebih besar dibandingkan dengan
region 2 (Jawa dan Bali) dan region 3 (Kalimantan,
Sulawesi, dan Nusa Tenggara) untuk melakukan
Daftar Pustaka
migrasi desa-kota dengan motif penanggulangan [1] Agesa, R. U., & Kim, S. (2001). Rural to urban mi-
risiko, sedangkan untuk migrasi dengan motif in- gration as a household decision: Evidence from Ke-
vestasi, rumah tangga yang berada di region 2 (Jawa nya. Review of Development Economics, 5(1), 60-75. doi:
https://doi.org/10.1111/1467-9361.00107.
dan Bali) memiliki probabilitas yang lebih tinggi
[2] Amuakwa-Mensah, F., Boakye-Yiadom, L., & Baah-Boateng,
dibandingkan dengan region lainnya. Hal ini me- W. (2016). Effect of education on migration decisions in Gha-
nunjukkan bahwa terdapat kecenderungan pada na: A rural-urban perspective. Journal of Economic Studies,
rumah tangga di wilayah Sumatra untuk menggu- 43(2), 336-356. doi: https://doi.org/10.1108/JES-09-2013-0138.
[3] Baldwin, G. B. (1970). Brain drain or overflow?.
nakan migrasi sebagai salah satu strategi dalam
The International Executive, 12(3), 23-25. doi: ht-
mengatasi risiko yang terjadi di wilayah perdesaan. tps://doi.org/10.1002/tie.5060120313.
[4] Bigsten, A. (1988). A note on the modelling of circular
Selanjutnya, hasil dari karakteristik migran men-
smallholder migration. Economics Letters, 28(1), 87-91. doi:
jelaskan bahwa migrasi, baik dengan motif sebagai https://doi.org/10.1016/0165-1765(88)90077-8.
sebuah strategi mengatasi risiko maupun untuk me- [5] BPS. (2018). Statistik Indonesia 2018. Jakarta: Badan Pusat
lakukan investasi, berpotensi menyebabkan tenaga Statistik.
[6] Bryan, G., Chowdhury, S., & Mobarak, A. M. (2014). Under-
kerja produktif di wilayah perdesaan melakukan
investment in a profitable technology: The case of seasonal
migrasi menuju wilayah perkotaan sehingga berpe- migration in Bangladesh. Econometrica, 82(5), 1671-1748.
luang memberikan dampak negatif terhadap aktivi- doi: https://doi.org/10.3982/ECTA10489.

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 160–173


172 Migrasi Desa-Kota di Indonesia: ...

[7] Chakraborty, D., & Kuri, P. K. (2017). The house- ternational Journal of Environmental Research and Public Health,
hold level determinants in the choice and level of 16(5), 877. doi: https://doi.org/10.3390/ijerph16050877.
migration: A micro study in West Bengal. Environ- [20] Massey, D. S., & Espinosa, K. E. (1997). What’s driving
ment and Urbanization ASIA, 8(1), 94-104. doi: ht- Mexico-US migration? A theoretical, empirical, and policy
tps://doi.org/10.1177%2F0975425316683864. analysis. American Journal of Sociology, 102(4), 939-999. doi:
[8] Dercon, S. (Ed.). (2005). Insurance against poverty. Oxford https://doi.org/10.1086/231037.
University Press. [21] Massey, D. S., Arango, J., Hugo, G., Kouaouci, A., Pellegrino,
[9] Ezra, M., & Kiros, G.-E. (2001), Rural out-migration in the A., & Taylor, J. E. (1993). Theories of international migration:
drought prone areas of Ethiopia: A multilevel analysis. Inter- A review and appraisal. Population and Development Review,
national Migration Review, 35(3), 749-771. doi:10.1111/j.1747- 19(3), 431-466. doi: 10.2307/2938462.
7379.2001.tb00039.x. [22] Mincer, J. (1978). Family migration decisions. Jo-
[10] Giesbert, L. (2007). Seeking opportunities: Migration as urnal of Political Economy, 86(5), 749-773. doi: ht-
an income diversification strategy of households in Kaka- tps://doi.org/10.1086/260710.
mega District in Kenya. GIGA Working Paper, 58. German [23] Morten, M. (2016). Temporary migration and endogenous
Institute of Global and Area Studies. Diakses 21 Februa- risk sharing in village India. NBER Working Paper, 22159.
ri 2019 dari https://www.giga-hamburg.de/de/publication/ National Bureau of Economic Research. Diakses 10 Januari
seeking-opportunities-migration-as-an-income- 2019 dari https://www.nber.org/papers/w22159.
diversification-strategy-of-households-in. [24] Mukhtar, U., Zhong, Z., Tian, B., Razzaq, A., Naseer,
[11] Harris, J. R., & Todaro, M. P. (1970). Migration, unem- M., & Hina, T. (2018). Does rural–urban migration im-
ployment and development: A two-sector analysis. prove employment quality and household welfare? Evi-
The American Economic Review, 60(1), 126-142. doi: ht- dence from Pakistan. Sustainability, 10(11), 4281. doi: ht-
tps://doi.org/10.4088/JCP.v67n1110. tps://doi.org/10.3390/su10114281.
[12] Katz, E., & Stark, O. (1986). Labor migration and risk aver- [25] Myrdal, G. (1957). Rich lands and poor. New York: Harper
sion in less developed countries. Journal of Labor Economics, and Row.
4(1), 134-149. doi: https://doi.org/10.1086/298097. [26] Nguyen, L. D., Raabe, K., & Grote, U. (2015). Ru-
[13] Kleemans, M. (2015). Migration choice under risk and liqu- ral–urban migration, household vulnerability, and wel-
idity constraints. Selected Paper prepared for presentation at fare in Vietnam. World Development, 71, 79-93. doi: ht-
the 2015 Agricultural & Applied Economics Association (AA- tps://doi.org/10.1016/j.worlddev.2013.11.002.
EA) and Western Agricultural Economics Association (WAEA) [27] Papademetriou, D. G. (1985). Illusions and reality in
Annual Meeting, San Francisco, CA, July 26-28 (No. 330- international migration: migration and development in
2016-13981). doi: http://dx.doi.org/10.22004/ag.econ.200702. post World War II Greece. International migration, 23(2),
[14] Kleemans, M., & Magruder, J. (2017). Labour market res- 211-224. doi: https://doi.org/https://doi.org/10.1111/j.1468-
ponses to immigration: Evidence from internal migration 2435.1985.tb00316.x.
driven by weather shocks. The Economic Journal, 128(613), [28] Penninx, R. (1982). A critical review of theory and practice:
2032-2065. doi: https://doi.org/10.1111/ecoj.12510. the case of Turkey. International Migration Review, 16(4), 781-
[15] Lauby, J., & Stark, O. (1988). Individual migration 818. doi: https://doi.org/10.1177%2F019791838201600404.
as a family strategy: Young women in the Phi- [29] Quisumbing, A. R., & McNiven, S. (2006). Migration and
lippines. Population studies, 42(3), 473-486. doi: ht- the Rural-Urban Continuum: Evidence from Bukidnon,
tps://doi.org/10.1080/0032472031000143596. Philippines. Philippine Journal of Development, XXXIII No. 1
[16] Lee, E. S. (1966). A theory of migration. Demography, 3(1), & 2(61), 1-43.
47-57. doi: https://doi.org/10.2307/2060063. [30] Rangkuti, H. (2009). The role of migration on poverty reduction
[17] Lucas, R. E. (1997). Internal migration in developing co- in Indonesia: A quest on the migrants’ welfare before and after
untries. In M. R. Rosenzweig & O. Stark (Eds.), Handbook migration.
of Population and Family Economics, Volume 1 Part B, (pp. [31] Ravenstein, E. G. (1885). The laws of migration. Jour-
721-798), Elsevier B.V. doi: https://doi.org/10.1016/S1574- nal of the Statistical Society of London, 48(2), 167-235. doi:
003X(97)80005-0. 10.2307/2979181.
[18] Lucas, R. E., & Stark, O. (1985). Motivations to remit: Evi- [32] Rhoda, R. (1983). Rural development and urban mi-
dence from Botswana. Journal of Political Economy, 93(5), gration: Can we keep them down on the farm?.
901-918. doi: https://doi.org/10.1086/261341. International Migration Review, 17(1), 34-64. doi: ht-
[19] Ma, L., Chen, M., Che, X., & Fang, F. (2019). Farmers’ rural- tps://doi.org/10.1177%2F019791838301700102.
to-urban migration, influencing factors and development [33] Rogers, A., Raquillet, R., & Castro, L. J. (1978). Mo-
framework: A case study of Sihe Village of Gansu, China. In- del migration schedules and their applications. En-

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 160–173


Marta, J., et al. 173

vironment and Planning A, 10(5), 475-502. doi: ht-


tps://doi.org/10.1068%2Fa100475.
[34] Sandell, S. H. (1977). Women and the economics of family
migration. The Review of Economics and Statistics, 59(4), 406-
414. doi: 10.2307/1928705.
[35] Sjaastad, L. A. (1962). The costs and returns of human
migration. Journal of Political Economy, 70(5, Part 2), 80-93.
doi: https://doi.org/10.1086/258726.
[36] Stark, O., & Bloom, D. E. (1985). The new economics of labor
migration. The American Economic Review, 75(2), 173-178.
[37] Stark, O., & Levhari, D. (1982). On migration and risk in
LDCs. Economic Development and Cultural Change, 31(1),
191-196. doi: https://doi.org/10.1086/451312.
[38] Taylor, E. J. (1999). The new economics of labour
migration and the role of remittances in the migra-
tion process. International Migration, 37(1), 63-88. doi:
https://doi.org/10.1111/1468-2435.00066.
[39] UN DESA. (2016). The world’s cities in 2016: Data booklet.
Statistical Papers - United Nations (Ser. A), Population
and Vital Statistics Report. United Nations, New York. doi:
https://doi.org/10.18356/8519891f-en.
[40] Witoelar, F. (2006). Intra-household differences in education
and home leaving in Indonesia. ASEAN Economic Bulletin,
23(1), 75-97.
[41] Wondimagegnhu, B. A., & Zeleke, M. E. (2017). Determi-
nants of rural out-migration in Habru district of Northeast
Ethiopia. International Journal of Population Research, 2017,
4691723. doi: https://doi.org/10.1155/2017/4691723.
[42] Wu, Z. (2010). Self-selection and earnings of migrants:
Evidence from rural China. Asian Economic Journal, 24(1),
23-44. doi: https://doi.org/10.1111/j.1467-8381.2010.02028.x.
[43] Wulff, J. N. (2015). Interpreting results from the multi-
nomial logit model: Demonstrated by foreign market en-
try. Organizational Research Methods, 18(2), 300-325. doi:
https://doi.org/10.1177%2F1094428114560024.
[44] Zhao, Y. (1999). Leaving the countryside: Rural-to-urban
migration decisions in China. American Economic Review,
89(2), 281-286. doi: 10.1257/aer.89.2.281.

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 160–173

Anda mungkin juga menyukai