Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ASUHAN KEBIDANAN III

“MERANGKUM JURNAL EVIDANCE BASED PADA IBU POSTPARTUM”

DOSEN PENGAJAR :
Dewi Puspitasari S.ST, M,Kes

DISUSUN OLEH :
Cintana Nur Aprilia Utami

YAYASAN RAUDHATUL MUTA’ALLIMIN


AKADEMI KEBIDANAN AL-IKHLAS
JL. HANKAM DS.JOGJOGAN KEC.CISARUA – BOGOR
2020
1) Judul Jurnal : FAKTOR RESIKO KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI
RUMAH SAKIT UMUM (RSU) ANTAPURA PALU

Volume : Vol. 14 No.2

Tahun : 2019

Penulis : Intan Kumalasari, Hendawati

World Health Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya
akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di
Negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi
selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan

Berdasarkan data yang terdapat di Rumah Sakit Umum (RSU) Anutapura Palu diperoleh
data pada tahun 2015 yaitu jumlah seluruh persalinan 2.204 persalinan dengan 54 kasus
perdarahan dan meningkat kasusnya di tahun 2016 yaitu 68 kasus perdarahan dengan jumlah
seluruh persalinan 2.438 persalinan. Pada tahun 2017 jumlah seluruh persalinan 2.356 persalinan
dengan jumlah kasus perdarahan 64 kasus perdarahan.
Bahan dan cara

Desain penelitian menggunakan observasional analitik dengan pendekatan case control. Jumlah
sampel sebanyak 192 responden dengan perbandingan1:2.

PEMBAHASAN

Umur Ibu

Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu Tahun 2017, didapatkan
bahwa ibu yang memilki umur <20 tahun dan >35 tahun berisiko 2,138 kali lebih besar untuk
mengalami perdarahan postpartum dibandingkan ibu yang memiliki umur 20-35 tahun
Paritas
Hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Anutapura Palu didapatkan bahwa
ibu yang mmiliki paritas >3 kali berisiko 4,526 kali lebih besar untuk mengalami perdarahan
postpartum diban-dingkan ibu yang memiliki paritas ≤3 kali.
Jarak Kehamilan
ibu yang memiliki jarak kehamilan <2 tahun berisiko 6,943 kali lebih besar untuk
mengalami perdarahan postpartum dibanding-kan ibu yang memiliki jarak kehamilan >2 tahun.
Kelahiran yang pendek akan menye-babkan seorang ibu belum cukup waktu untuk memulihkan
kondisi tubuhnya setelah melahirkan sebelumnya.
Pendapatan Keluarga
salah satu faktor risiko yang mempengaruhi perdarahan postpartum adalah pendapatan.
Wanita dengan pendapatan rumah tangga lebih rendah memiliki risiko lebih tinggi terkena
preeklampsia dan perdarahan perdarahan postpartum dibanding-kan dengan wanita yang
berpendapatan lebih tinggi
Riwayat Perdarahan
Riwayat persalinan dengan perdarahan postpartum sebelumnya membe-rikan trauma buruk
pada organ reproduksi seorang perempuan. ibu yang memilki riwayat perdarahan berisiko 6,025
kali lebih besar untuk mengalami perdarahan postpartum dibanding-kan ibu yang tidak memiliki
riwayat perada-rahan.

KESIMPULAN

Umur Ibu, Paritas, Jarak Kehamilan, Pendapatan Keluarga dan Riwayat Perdarahan
merupakan Faktor Risiko Kejadian Perdarahan Postpartum Di Rumah Sakit Umum (Rsu)
Anutapura Palu.
PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTARA PEMBERIAN AIR PEPPERMINT DAN ASI TERHADAP
LAMA PENYEMBUHAN PUTTING SUSU LECET PADA IBU MENYUSUI
Latar Belakang :
Asupan nutrisi bagi bayi yang paling penting adalah air susu ibu (ASI). Berdasarkan profil kesehatan
Provinsi Lampung diketahui bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif di Kabupaten Lampung Tengah
mencapai 51,9%, jika dibandingkan dengan target SPM Tahun 2015 sebesar 80%, maka pencapaian
Tahun 2015 juga belum dapat mencapai target.
Metode :
Jenis penelitian kuantitatif, desain penelitian metode Quasi Eksperimental dengan pendekatan One group
pretest – posttest design. Sampel dalam penelitian ini adalah 32 0rang ibu post partum yang mengalami
putting susu lecet, 16 orang untuk kelompok intervensi dan 16 orang untuk kelompok kontrol.Dengan
menggunakan tenknik purposive sampling. Tempat penelitian telah dilaksanakan di BPM Yulianti Nilawati,
M.Kes Lampung Tengah, pada bulan Maret - Juli 2018.Analisa data penelitian ini menggunakan uji t-
dependent
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjuian ada perbedaan efektivitas antara pemberian air peppermint dan ASI
terhadap putting susu yang lecet pada ibu. Pemberian peppermint secara topical pada putting dan areola
setelah postpartum dapat menurunkan insiden nipple crack atau ptting susu lecet.
KESIMPULAN

Rata-rata lama penyembuhan putting susu lecet pada ibu post partum yang diberi
peppermint adalah 6,0 hari, dengan SD 0,9.Rata-rata lama penyembuhan putting susu lecet pada
ibu post partum yang diberi ASI adalah 8,3 hari, dengan SD 1,3.Ada perbedaan efektivitas antara
pemberian air peppermint dan ASI terhadap lama penyembuhan putting susu lecet pada ibu post
partum di BPM Yulianti Nilawati, M.Kes Lampung Tengah tahun 2018 (p value 0,000). Dengan
beda mean sebesar 2.3 hari.
3 0
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. S UMUR 37 TAHUN P A
3 HARI POST PARTUM DENGAN BENDUNGAN ASI DI BPM FATMAH BARADJA,
Amd. Keb KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG
\
Angka kejadian bendungan ASI di Indonesia banyak terjadi pada ibu-ibu bekerja sebanyak
16% dari ibu menyusui (Departemen Kesehatan RI, 2015). Persentase pemberian ASI eksklusif
pada bayi 0-6 bulan di Jawa Tengah pada tahun 2015 sebesar 61,6 persen, sedikit meningkat
dibandingkan persentase pemberian ASI eksklusif tahun 2014 yaitu 60,7 persen (Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2015). Cakupan ASI Eksklusif di Kabupaten Semarang tahun
2016 sebesar 49,34%, mengalami peningkatan dibanding tahun 2015 yang sebesar 44,83 %
(Dinkes Kabupaten Semarang, 2016).

Bidan Praktek Mandiri (BPM) Fatmah Baradja, Amd. Keb di Kecamatan Pringapus,
Kabupaten Semarang merupakan salah satu BPM yang membantu pemerintah dalam upaya
meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan cara melakukan pelayanan masa kehamilan,
persalinan, sampai dengan nifas. Jumlah ibu nifas pada tahun 2017 dari bulan September-
Oktober tahun 2017 sebanyak 51 orang, yaitu dibulan September sebanyak 23(45,1 %) ibu
nifas dan pada bulan Oktober sebanyak 28 (54,9 %) ibu nifas,baik yang fisiologis maupun
patologis.Ibu nifas yang mengalami masalah bendungan ASI selama nifas pada bulan
September-Oktober ada 17 (33,3 %) orang.
Tujuannya:
Melakukan asuhan kebidanan dengan bendugan ASI di bidan Fatmah Baradja Amd.keb
Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang dengan penerapan manajemen kebidanan
menggunakan 7 langkah Varney.
1. Pengkajian

Pengumpulan data dasar yaitu data subyektif dan data obyektif, dari hasil
pengkajian pada Ny. S ibu mengatakan berumur 37 tahun nifas ke-3, dan mengeluh
bengkak dan Nyeri pada payudaranya. Berdasarkan pemeriksaan pada ibu ditemukan data
obyektif yaitu ditemukan payudara bengkak, membesar, putting susu pendek, teraba
keras, terdapat nyeri tekan dan ASI keluar sedikit.

2. Interpretasi Data

Diagnosa kebidanan yaitu Ny. S umur 37 tahun P 3A0 nifas hari ke-3 dengan
bendungan ASI. Serta timbul masalah yaitu ibu merasa cemas dengan keadaan
payudaranya.

3. Diagnosa Potensial

Diagnosa potensial pada Ny. S tidak ditemukan karena penatalaksanaan ibu dalam
batas normal dan masalah dapat teratasi.
4. Identifikasi Penanganan Segera

Berdasarkan asuhan yang diberikan pada Ny. S tidak didapatkan diagnosa


potensial, maka tidak diperlukan antisipasi segera.

5. Perencanaan

Pada kasus Ny. S rencana asuhan yang diberikan secara menyeluruh sesuai dengan
keluhan dan keadaan ibu yaitu dilakukan tindakan seperti menganjurkan ibu untuk banyak
beristirahat, memberikan konseling kepada ibu tentang perawatan payudara, memberikan
konseling kepada ibu tentang cara menyusi yang benar, memberitahu ibu untuk
melakukan pengompresan dengan air hangat dan dingin pada kedua payudara,
menganjurkan ibu untuk melakukan pijat oksitosin dan memberikan konseling kepada ibu
tentang asupan nutrisi.

6. Pelaksanaan

Asuhan yang diberikan pada Ny. S sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana
yaitu menganjurkan ibu untuk banyak beristirahat, memberikan konseling kepada ibu
tentang perawatan payudara, memberikan konseling kepada ibu tentang cara menyusi
yang benar, memberitahu ibu untuk melakukan pengompresan dengan air hangat dan
dingin pada kedua payudara, menganjurkan ibu untuk melakukan pijat oksitosin dan
memberikan konseling kepada ibu tentang asupan nutrisi.

7. Evaluasi

Evaluasi pada kasus Ny. S dengan bendungan ASI berlangsung secara bertahap
dan penulis melakukan pengkajian dari tanggal 12 mei 2018 sampai tanggal 15 mei 2018
Hasil evaluasi yang didapatkan pada Ny. S adalah bendungan ASI sudah teratasi.
GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR RISIKO POSTPARTUM BLUES

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLORA


METODE PENELITIAN
Design penelitian survey yang bersifat deskriftif dengan jenis metode potong lintang (cross sectional).
Sampel terdiri dari ibu postpartum hari ke 2- 10 di wilayah puskesmas Blora.
PEMBAHASAN
Kejadian baby blues pada penelitian ini terdapat kecenderungan presentase yang tinggi pada kelompok
umur > 35tahun yaitu 60% diikuti oleh kelompok ibu usia muda <20tahun yaitu 50%. Walaupun beberapa
penelitian menyatkan bahwa umur tidak menunukan terdapat hubungan dengan kejadian postpartum blues
akan tetapi adanya kecenderungan gangguan mood pada usia ibu muda memungkinkan menjadi salah satu
factor resiko terjadinya postpartum blues.
KESIMPULAN
Sebagian besar responden mengalami riwayat premenstrual syndrome dengan presentasi sebesar 58%.
Tidak ada hubungannya dengan riwayat PMS dan baby blues. Seluruh responden mengalami menyusui
bayinya dan terdapat 34 responden yang mengalami baby blues syndrome\
FAKTOR RESIKO KEJADIAN POSTPARTUM BLUES DI KOTA PALEMBANG

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu primiapara mengalami postpartum blues. Hal ini
sejalan dengan bahwa wanita primipara mempunyai resiko lebih besra terhadap postpartum blues. Ibu
yang pernahmelahirkan sebelumnya memiliki pengalaman dalam merwat bayinya dibandingkan ibu yang
baru pertamakali melahirkan.
Hasil penelitian diperoleh bahwa ibu yang berumur <20 tahun atau >35 tahun mengalami postpartum
blues. Hasil peneituan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya. Hal ini berkaitan dengan kesiapan ibu
dalam proses kehamilan, persalinan, dan umur juga mempengaruhi masalah psikologis ibu.
METODE
Penelitian ini menggunkan metode survey analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel adalah
dengan ibu postpartum. Instrument penelitian menggunakan uji chi square dan regresidynarilogistik.
KESIMPULAN
Angka kejadian postpartum blues di kota Palembang ditemukan hanya sebagai, kondisi ini karena di salah
satu rumah yang menjadi tempat penelitian tidak ada yang mengalami kejadian tersebut. Namun paritas
merupakan factor yang paling dominan penyebab postpartum blues. Terjadinya postpartum blues
melibatkan factor-faktor biopsikososial sebelum dan setelah bersalin.

Anda mungkin juga menyukai