Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN
1. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga sebagai unit terkecil dari komunitas yang saling berinteraksi dan memiliki hubungan
emosional, psikososial, budaya, dan spiritual (stanhope dan Lancaster dalam Nasrudin 2014).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Friedman, 2010).
Menurut Mitha Nurjanah 2019, Keluarga merupakan unit terkecil pada masyarakat yang
merupakan sekumpulan orang yang tinggal pada satu rumah serta memiliki hubungan
perkawinan, hubungan darah, kelahiran, ataupun adopsi, yang dimana setiap anggotanya
memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. Dimana didalam keluarga setiap anggota keluarga
memiliki peran dan fungsinya masing-masing yang harus dilakukan dan dijalankan dengan baik,
sesuai dengan prinsip, nilai yang terdapat di lingkungan masyarakat, hingga akhirnya
menghasilkan warna atau ciri yang jelas, yaitu mengakui adanya segala keberagaman dalam
fungsi kehidupan sosial. Keragaman dalam fungsi tersebut merupakan sumber utama dari
adanya struktur masyarakat, sehingga keragaman dalam fungsi sesuai dengan struktur
masyarakat, seperti adanya anggota yang menjadi ketua dan ada yang hanya menjadi anggota
biasa, dan kedudukan tersebut menentukan fungsi masing-masing yang berbeda dengan
anggota lainnya. Namun perbedaan fungsi tersebut tidak hanya untuk memenuhi kepentingan
salah satu anggota yang bersangkutan saja, akan tetapi untuk mencapai tujuan bersama sebagai
kesatuan. Dan tentunya, struktur dan fungsi yang ada di masyarakat tidak akan pernah lepas dari
pengaruh budaya, norma, dan nilai-nilai yang ada dimasyarakat dan dipegang teguh oleh
masyarakat setempat.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan keluarga adalah bagian dari masyarakat yang terdiri
dari kumpulan dua atau lebih individu yang mempunyai ikatan dan peranan untuk membentuk
kebudayaan yang sehat. Menurut UU no. 10 tahun 1992 ttg perkembangan kependudukan dan
pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah: unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. Sesuai
dgn PP no. 21 (1994) bahwa keluarga dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga merupakan:
a. Unit terkecil dari masyarakat & sistem sosial
b. Terdiri dari 2 orang atau lebih
c. Ada ikatan perkawinan / pertalian darah
d. Hidup dalam satu rumah tangga
e. Berinteraksi satu sama lainnya
f. Setiap anggota keluarga menjalankan perannya masing-masing.
g. Menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan

2. Ciri – ciri keluarga


a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan

2
c. perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
d. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk perhitungan garis
keturunan.
e. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota- anggotanya berkaitan dengan
kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
f. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.

3. Struktur keluarga
Struktur keluarga terdiri atas:
a. Ciri-ciri struktur keluarga
1) Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan dari organisasi, masing-masing anggota keluarga memiliki peran
dan fungsinya sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai
adanya hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam
mencapai tujuan
2) Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawab
masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak bias semena mena, tetapi
mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota
keluarga
3) Perbedaan dan kekhususan
Adanya peran yang beragam daam keluarga menunjukkan masing-masing anggota
keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dank has seperti halnya peran ayah
sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat anak-anak.
b. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi : bersifat terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan konflik
keluarga, berpikiran positif, tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri. Karakteristik
komunikasi keluarga berfungsi untuk :
a) Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang
disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik.
b) Karakteristik penerima : siap mendengarkan, memberi umpan balik, melakukan validasi.
c. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang
diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat
misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat
dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan orang tua
mereka entah kemana atau malah berdiam diri dirumah.
d. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan
atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif.
e. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak,
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu

3
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik,
menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari
pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah (Friedman, 1998 dalam Murwani, 2007).

4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan
keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada
disekitarnya.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka
dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada
pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi
kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal
Asuhan keperawatan, yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan
masalah kesehatan.

5. Bentuk Keluarga
a. Keluarga inti
b. Jumlah keluarga inti yang terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah, seorang ibu yang
mengurusi rumah tangga dan anak.
c. Keluarga adopsi
Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai orang tua
seterusnya dari orang tua kandung ke orang tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling
menguntungkan baik bagi orang tua maupun anak. Disatu pihak orang tua adopsi mampu memberi
asuhan dan kasihsayangnya bagi anak adospsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah keluarga
yang sangat menginginkan mereka.
d. Keluarga besar ( Extended Family )
Keluarga dengan pasangan dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah tangga dan
pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak / adik, dan keluarga dekat lainnya. Anak – anak
kemudian dibesarkan oleh generasi dan memiliki pilihan model pola perilaku yang akan membentuk
pola perilaku mereka.
e. Keluarga dengan orang tua tunggal
Keluarga dengan kepala rumah tangga duda/janda yang bercerai, ditelantarkan, atau berpisah.
f. Dewasa lajang yang tinggal sendiri

4
Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa bentuk jaringan keluarga
yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas kerabat, jaringan ini dapat terdiri atas teman – teman
seperti mereka yang sama – sama tinggal di rumah pensiun, rumah jompo, atau hidup bertetangga.
Hewan pemeliharaan juga dapat menjadi anggota keluarga yang penting.
g. Keluarga orang tua tiri
Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks dan peneuh dengan
stress. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan sering kali individu yang berbeda atau
subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini beradaptasi dengan kecepatan yang tidak sama.
h. Keluarga binuklear
Keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak merupakan anggota dari sebuah sistem
keluarga yang terdiri atas dua rumah tangga inti, maternal dan paternal, dengan keragaman dalam
hal tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga

6. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan- perubahan yang dialami anggota
keluarga.Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian keluarga dan orang tua.Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab yang
mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah (Fajri, 2017).
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah kesehatan yang
dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi
keluarga dalam membuat keputusan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga harus mengetahui hal-
hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis dan perawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber
keuangan dan financial, fasilitas fisik, psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang sehat, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.

5
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai
berikut :
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

7. Tahap Perkembangan Keluarga


a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga tahap ini
antara lain adalah :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan.
2) Menetapkan tujuan bersama.
3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5) Persiapan menjadi orang tua.
6) Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis keluarga:
1) Suami merasa diabaikan.
2) Peningkatan perselisihan dan argument.
3) Interupsi dalam jadwal kontinu.
4) Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
a) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan).
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c) Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi dengan
memberi sentuhan dan kehangatan).
d) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
e) Konseling KB postpartum 6 minggu.
f) Menata ruang untuk anak.
g) Biaya / dana Child Bearing.
h) Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
i) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra sekolah (sesuai
dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan merencanakan kelahiran
berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.

6
6) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih
luas.
2) Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3) Menyediakan aktivitas untuk anak.
4) Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.
5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota
keluarga.
e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada say ini adalah :
1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan brertanggung
jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi).
2) Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi).
3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4) Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi
kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga, berperan
sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalh :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman.
3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6) Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak –
8) anaknya.
g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social dan waktu
santai.
2) Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3) Keakrapan dengan pasangan.
4) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5) Persiapan masa tua/ pension.
h. Keluarga Lanjut Usia
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1) Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
2) Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4) Melakukan life review masa lalu.

7
8. Alasan keluarga menjadi fokus asuhan keperawan
a. Dalam sebuah unit keluarga
Disfungsi apa saja (penyakit, cedera, perpisahan) yang mempengaruhi satu atau lebih anggota
keluarga, dan dalam hal tertentu, sering kali akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain dan
unit ini secara keseluruhan. Keluarga merupakan jaringan yang mempunyai hubungan erat dan
bersifat mandiri, dimana masalah-masalah seorang individu “menyusup” dan mempengaruhi anggota
keluarga yang lain dan seluruh sistem. Jika seorang perawat hanya menilai seorang individu , bukan
keluarga, ia akan kehilangan bagian yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu pengkajian holistik.
Salah satu prinsip terapi keluarga penting adalah bahwa gejala-gejala dari seorang pasien yang telah
teridentifikasi (anggota keluarga dengan masalahmasalah perilaku umum dan penyakit psikosomatis)
adalah indeks tingkat adaptasi keluarga , atau dalam kasus ini disebut maladaptasi.
b. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya, bahwa peran
dari keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga secara
individu, mulai dari strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. mengkaji dan memberikan perawatan
kesehatan merupakan hal penting dalam membantu setiap anggota keluarga untuk mencapai suatu
keadaan sehat hingga tingkat optimum.
c. Melalui perawatan kesehatan keluarga yang berfokus pada peningkatan, perawatan diri (self-care) ,
pendidikan kesehatan , dan konseling keluarga, serta upaya-upaya yang berarti dapat mengurangi
resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahya dari lingkungan. Tujuannya adalah untuk
mengangkat derajat kesehatan keluarga secara menyeluruh , yang mana secara tidak langsung
mengangkat derajat kesehatan dari setiap anggota keluarga.
d. Upaya menemukan kasus merupakan satu alasan bagus lainnya untuk memberikan perawatan
kesehatan. Adanya masalah-masalah kesehatan pada salah seorang anggota keluarga dapat
menyebabkan ditemukannya faktor-faktor resiko pada anggota lain. Ini sering menjadi masalah
ketika mengunjungi keluarga yang memiliki masalah-masalah kesehatan yang kronis atau penyakit-
penyakit yang dapat menular. Perawat keluarga bekerja lewat keluarga supaya dapat menyentuh
seluruh anggota keluarga.
e. Seseorang dapat mnecapai suatu pemahaman yang lebih jelas terhadap individu-individu dan
berfungsinya mereka bila individu tersebut dipandang dalam konteks keluarga mereka.
f. Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung yang vital bagi individu-individu, sumber dari
kebutuhan-kebutuhan ini perlu dinilai.
g. Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung yang vital bagi individu-individu, sumber dari
kebutuhan-kebutuhan ini perlu dinilai dan disatukan kedalam perencanaan tindakan bagi individu
individu.

8
2. Konsep Masalah
1. Pengertian Gout Arthritis
Arthritis gout adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peningkatan kronis konsentrasi
asam urat di dalam plasma. Arthritis gout muncul sebagai serangan keradangan sendi yang
timbul berulang (Stepan, 2012).
Menurut Schumacher dalam Wdyanto 2014, Gout Arthritis merupakan kelompok penyakit
heterogen sebagai akibat deposisi kristal monosodium urat pada jaringan atau akibat
supersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler. Gangguan metabolisme yang
mendasarkan artritis gout adalah hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peninggian kadar urat
lebih dari 7,0ml/dl untuk pria dan 6,0 ml/dl untuk wanita. Sedangkan definisi lain, artritis gout
merupakan penyakit metabolik yang sering menyerang pria dewasa dan wanita posmenopause.
Hal ini diakibatkan oleh meningkatnya kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia) dan
mempunyai ciri khas berupa episode artritis gout akut dan kronis.
Artritis gout adalah suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis
akut. Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria daripada wanita. Pada pria sering mengenai
usia pertengahan sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa monopouse.

2. Klasifikasi Gout Arthritis


a. Penyakit gout primer
Sebanyak 99 % penyebabnya belum diketahui (ideopatik). Diduga berkaitan dengan
kombinasi factor genetik dan factor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang
dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga disebabkan karena
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh atau hiperurisemia.
Menurut Wiraoutra 2017, Hiperurisemia primer adalah kelainan molekular yang masih
belum jelas diketahui. Berdasarkan data ditemukan bahwa 99% kasus adalah gout dan
hiperurisemia primer. Gout primer yang merupakan akibat dari hiperurisemia primer, terdiri dari
hiperurisemia karena penurunan ekskresi (80-90%) dan karena produksi yang berlebih (10-
20%).
Hiperurisemia karena kelainan enzim spesifik diperkirakan hanya 1%yaitu karena
peningkatan aktivitas varian dari enzim phosporibosylpyrophosphatase (PRPP) synthetase, dan
kekurangan sebagian dari enzim hypoxantine phosporibosyltransferase (HPRT). Hiperurisemia
primer karena penurunan ekskresi kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik dan
menyebabkan gangguan pengeluaran asam urat yang menyebabkan hiperurisemia.
Hiperurisemia akibat produksi asam urat yang berlebihan diperkirakan terdapat 3
mekanisme.3,7
1) Pertama, kekurangan enzim menyebabkan kekurangan inosine
monopospate (IMP) atau purine nucleotide yang mempunyai efek
feedback inhibition proses biosintesis de novo.
2) Kedua, penurunan pemakaian ulang menyebabkan peningkatan jumlah
PRPP yang tidak dipergunakan. Peningkatan jumlah PRPP menyebabkan
biosintesis de novo meningkat.
3) Ketiga, kekurangan enzim HPRT menyebabkan hipoxantine tidak bisa
diubah kembali menjadi IMP, sehingga terjadi peningkatan oksidasi
hipoxantine menjadi asam urat
b. Penyakit gout sekunder
Penyakit ini disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat karena nutrisi,
yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Purin adalah salah satu
senyawa basa yang menyusun asam nukleat dan termasuk dalam asam amino, unsure
pembentukan protein. Penyakit asam urat meningkat juga karena obat-oabatan, alcohol, dan
obesitas.

3. Etiologi
Penyebab arthritis gout antara lain :
a. (Ideopatik). Berkaitan dengan kombinasi faktor genetik dan faktor hormonal.
b. Nutrisi
Karena mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi. Secara alamiah, purin
terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan yakni sayur, buah, dan kacang-
kacangan ataupun daging, ikan, sarden dan lainnya.
c. Obat-obatan

9
d. Alkohol

4. Patofisiologi
Gout akut biasanya monoatikular dan timbulnya tiba-tiba. Tanda-tanda awitan serangan
gout adalah rasa sakit yang hebat dan peradangan lokal. Pasien juga menderita demam dan
jumlah sel darah putih meningkat. Serangan akut biasanya didahului oleh tindakan pembedahan,
obat, alkohol dan stress emosional. Meskipun yang paling sering terserang pertama adalah ibu
jari kaki (Sendi metatarsofa longeal) tetapi sendi lainnya dapat juga terserang, semakin lama
penyakit makan sendi jari, lutut, pergelangan tangan, pergelangan kaki dan siku dapat terserang
gout. Serangan akut akan berkurang setelah 10-14 hari walapun tanpa pengobatan. Produk
buangan termasuk asam urat dan garam-garam anorganik dibuang melalui saluran ginjal,
kandung kemih, dan saluran kemih dalam bentuk urin. Kegagalan ginjal dalam proses
pembuangan asam urat dalam jumlah yang cukup banyak dapat meningkatkan kadar asam urat
dalam darah. Hal tersebut juga dapat menimbulkan komplikasi yaitu pengendapan asam urat
dalam ginjal yang akhirnya terjadi pembentukan batu ginjal dari kristal asam
urat.
5. Manifestasi Klinis
Gout terjadi dalam empat tahap. Tidak semua kasus berkembang menjadi tahap akhir.
Perjalanan penyakit asam urat mempunyai 4 tahapan, yaitu3,10:
a. Tahap 1 (Tahap Gout Artritis akut)
Serangan pertama biasanya terjadi antara umur 40-60 tahun pada laki-laki, dan setelah 60
tahun pada perempuan. Onset sebelum 25 tahun merupakan bentuk tidak lazim artritis gout,
yang mungkin merupakan manifestasi adanya gangguan enzimatik spesifik, penyakit ginjal
atau penggunaan siklosporin. Pada 85-90% kasus, serangan berupa artritis monoartikuler
dengan predileksi MTP-1 yang biasa disebut podagra. Gejala yang muncul sangat khas, yaitu
radang sendi yang sangat akut dan timbul sangat cepat dalam waktu singkat.
Pasien tidur tanpa ada gejala apapun, kemudian bangun tidur terasa sakit yang
hebat dan tidak dapat berjalan. Keluhan monoartikuler berupa nyeri, bengkak, merah dan
hangat, disertai keluhan sistemik berupa demam, menggigil dan merasa lelah, disertai
lekositosis dan peningkatan endap darah. Sedangkan gambaran radiologis hanya didapatkan
pembengkakan pada jaringan lunak periartikuler. Keluhan cepat membaik setelah beberapa
jam bahkan tanpa terapi sekalipun.
Pada perjalanan penyakit selanjutnya, terutama jika tanpa terapi yang adekuat, serangan
dapat mengenai sendi-sendi yang lain seperti pergelangan tangan/kaki, jari tangan/kaki, lutut
dan siku, atau bahkan beberapa sendi sekaligus. Serangan menjadi lebih lama durasinya,
dengan interval serangan yang lebih singkat, dan masa penyembuhan yang lama. Diagnosis
yang definitive/gold standard, yaitu ditemukannya Kristal urat (MSU) di cairan sendi atau
tofus.
b. Tahap 2 (Tahap Gout interkritikal)
Pada tahap ini penderita dalam keadaan sehat selama rentang waktu tertentu. Rentang waktu
setiap penderita berbeda-beda. Dari rentang waktu 1-10 tahun. Namun rata-rata rentang
waktunya antara 1-2 tahun. Panjangnya rentang waktu pada tahap ini menyebabkan
seseorang lupa bahwa dirinya pernah menderita serangan gout Artritis akut. Atau menyangka
serangan pertama kali yang dialami tidak ada hubungannya dengan penyakit Gout Artritis.
c. Tahap 3 (Tahap Gout Artritis Akut Intermitten)
Setelah melewati masa Gout Interkritikal selama bertahun-tahun tanpa gejala, maka penderita
akan memasuki tahap ini yang ditandai dengan serangan artritis yang khas seperti diatas.
Selanjutnya penderita akan sering mendapat serangan (kambuh) yang jarak antara serangan
yang satu dengan serangan berikutnya makin lama makin rapat dan lama serangan makin
lama makin panjang, dan jumlah sendi yang terserang makin banyak. Misalnya seseorang
yang semula hanya kambuh setiap setahun sekali, namun bila tidak berobat dengan benar
dan teratur, maka serangan akan makin sering terjadi biasanya tiap 6 bulan, tiap 3 bulan dan
seterusnya, hingga pada suatu saat penderita akan mendapat serangan setiap hari dan
semakin banyak sendi yang terserang.
d. Tahap 4 (tahap Gout Artritis Kronik Tofaceous)
Tahap ini terjadi bila penderita telah menderita sakit selama 10 tahun atau
lebih. Pada tahap ini akan terbentuk benjolan-benjolan disekitar sendi yang sering meradang
yang disebut sebagai Thopi. Thopi ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti kapur
yang merupakan deposit dari Kristal monosodium urat. Thopi ini akan mengakibatkan

10
kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya. Bila ukuran thopi semakin besar dan banyak
akan mengakibatkan penderita tidak dapat menggunakana sepatu lagi.

6. Penatalaksanaan
a. Penatakasanaan farmakloogi
Analgesik : Diberikan bila rasa nyeri sangat hebat. Jangan diberikan aspirin karena dalam
dosis rendah akan menghambat ekskresi asam urat dari ginjal dan memperberat
hiperurisemia. OAINS yang paling sering digunakan adalah indometasin. Dosis awal 25-50
mg setiap 8 jam, diteruskan sampai gejala menghilang (5-10 hari).
b. Penatakasanaan non farmakologi
Tirah baring merupakan suatu keharusan dan diteruskan selama 24 jam setelah serangan
menghilang. Arthritis gout dapat kambuh bila terlalu cepat bergerak. Hindari alkohol dan
makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden, daging kambing, dan sebagainya), termasuk
roti manis. Meningkatkan asupan cairan (banyak minum).

7. Komplikasi
Menurut Rotschild dalam widyanto 2014, komplikasi dari artritis gout meliputi severe
degenerative arthritis, infeksi sekunder, batu ginjal dan fraktur pada sendi. Sitokin, kemokin,
protease, dan oksidan yang berperan dalam proses inflamasi akut juga berperan pada proses
inflamasi kronis sehingga menyebabkan sinovitis kronis, dekstruksi kartilago, dan erosi tulang.
Kristal monosodium urat dapat mengaktifkan kondrosit untuk mengeluarkan IL-1, merangsang
sintesis nitric oxide dan matriks metaloproteinase yang nantinya menyebabkan dekstruksi
kartilago. Kristal monosodium urat mengaktivasi osteoblas sehingga mengeluarkan sitokin dan
menurunkan fungsi anabolik yang nantinya berkontribusi terhadap kerusakan juxta artikular
tulang (Choi et al, 2005).
Artritis gout telah lama diasosiasikan dengan peningkatan resiko terjadinya batu ginjal.
Penderita dengan artritis gout membentuk batu ginjal karena urin memilki
pH rendah yang mendukung terjadinya asam urat yang tidak terlarut (Liebman et al, 2007).
Terdapat tiga hal yang signifikan kelainan pada urin yang digambarkan pada penderita dengan
uric acid nephrolithiasis yaitu hiperurikosuria (disebabkan karena peningkatan kandungan asam
urat dalam urin), rendahnya pH (yang mana menurunkan kelarutan asam urat), dan rendahnya
volume urin (menyebabkan peningkatan konsentrasi asam urat pada urin).

11
Makanan, alcohol dan
obat-obatan

Kadar protein meningkat

Penumpukan Kristal
Pelepasan Kristal monosodium
Sekresi ginjal menurun
urat(cristal sendding)
Gangguan rmetabolisme

Penimbunan Kristal asam urat


Purin

Mengendap di ferifer tubuh Penimbunan pada membran


sinnovial&tulang rawan artrikular

Erosi tulang rawan ploriterasi


ARTRITIS GOUT synovial &pembentukan panas

Perubahan status Degenerasi tulang


Pelepasan aseptor kimia oleh
Kesehatan Terbentuk totus,fibrosis,
sel mast (bradikinin, histamine, akilosis pd tulang
prostaglandin)
Kurang Pembentukan tukak pd sendi,tonus-
Terpajang Medula spinalis ke talamus dan tonus, kekakuan pd sendi dan
Informasi otak tengah membatasi pergerakan sendi

Neutransmitter seperti substansi P Hambatan


Defisit mobilitas fisik
Pengetahuan

Ditransmisi kesistem saraf pusat Perubahan bentuk tubuh pd


tulang& sendi

Persepsi nyeri

Nyeri akut
Gangguan citra
Ketidakmapuan
tubuh
untuk bergerak

Resiko jatuh

12
3. Komsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga. Data yang diperoleh dari pengkajian :

a. Berkaitan dengan keluarga


1) Data demografi dan sosiokultural
2) Data lingkungan
3) Struktur dan fungsi keluarga
4) Stress dan koping keluarga yang digunakan keluarga
5) Perkembangan keluarga

b. Berkaitan dengan individu sebagai anggota keluarga


1) Fisik
2) Mental
3) Emosi
4) Sosio
5) Spiritual

Adapun tujuan pengkajian menurut Suprijno (2004) yang berkaitan dengan tugas keluarga dibidang
kesehatan, yaitu :
a. Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan. Hal ini perlu dikaji
adalah sejauh mana keluarga mengetahui fakta dari masalah kesehatan, meliputi pengertian,
tanda dan gejala, faktor penyebab dan faktor yang mempengaruhi serta persepsi keluarga
terhadap masalah kesehatan terutama yang dialami anggota keluarga.
b. Mengetahui kemamupuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan
kesehatan yang tepat, perlu dikaji tentang :
1) Kemampuan keluarga memahami sifat dan luasnya masalah
2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga ?
3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami ?
4) Apakah keluarga merasa takut terhadap akibat dari masalah kesehatan yang
dialami anggota keluarga ?
5) Apakah keluarga mempunyai sikap yang tidak mendukung (negative) terhadap
upaya kesehatan yang dapat dilakukan pada anggota keluarga ?
6) Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk menjangkau fasilitas pelayanan
kesehatan ?
7) Apakah keluarga mempunyai kepercayaan terhadap tenaga kesehatan?
8) Apakah keluarga telah memperoleh informasi tentang kesehatan yang tepat untuk
melakukan tindakan dalam rangka mengatasi masalah kesehatan ?
9) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit, perlu dikaji tentang :
c. Pengetahuan keluarga tentang penyakit yang dialami anggota keluarga (sifat, penyebaran,
komplikasi, kemungkinan setelah tindakan dan cara perawatannya)
1) Pemahaman keluarga tentang perawatan yang perlu dilakukan anggota keluarga
2) Pengetahuan keluarga tentang peralatan, cara dan fasilitas untuk merawat anggota
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
3) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki keluarga (anggota keluarga
yang mampu dan dapat bertanggung jawab, sumber keuangan/financial, fasilitas
fisik, dukungan psikososial)
4) Bagaimana sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit atau
membutuhkan bantuan kesehatan
13
Untuk mengetahui kemampuan keluarga memelihara memodifikasi lingkungan rumah yang
sehat, perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki oleh keluarga disekitar lingkungan
rumah
2) Kemampuan keluarga melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan
3) Pengetahuan keluarga dan sikap keluarga terhadap sanitasi lingkungan yang higenis
sesuai syarat kesehatan
4) Pengetahuan keluarga tetang upaya pencegahan penyakit yang dapat dilakukan oleh
keluarga
5) Kebersamaan anggota keluaga untuk meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah
yang menunjang kesehatan keluarga
e. Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di
masyarakat, perlu dikaji tentang :
1) Pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat
dijangkau keluarga
2) Pemahaman keluarga tentang keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan
3) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap fasilitas dan petugas kesehatan melayani
4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan tentang fasilitas
dan petugas kesehatan yang melayani?
5) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan dan bila tidak dapat apakah
penyebabnya ?

2. Diagnosa Keperawatan

Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa keperawatan keluarga
yang mungkin muncul pada kasus asam urat adalah:

1. Nyeri akut
Batasan karakteristik:
1) Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas (mis.,anggota keluarga, pemberi
asuhan)
2) Mengekspresikan perilaku nyeri (mis.,gelisah,merengek,menangis, waspada)
3) Perubahan pada parameter fisiologis( mis., tekanan darah, frekuensi jantung,
frekuensi pernapasan)
4) Perilaku distraksi

2. Hambatan mobiitas fisik


Batasan karakteristik:
1) Gangguan sikap berjalan
2) Ketidaknyamanan
3) Keterbatasan rentang gerak
4) Gerakan lambat

14
3. Defisiensi pengetahuan
Batasan karakteristik:
1) Ketidakakuratan mengikuti perinntah
2) Kurang pengetahuan
3) Perilaku tidak tepat

Menentukan Diagnosa Keperawatan :

Sebelum menentukan diagnosa keperawatan tentu harus menyusun prioritas masalah dengan
menggunakan proses skoring seperti pada tabel berikut :

No Kriteria Nilai Bobot


1. Sifat masalah :
a. tidak /kurang sehat 3 1
b. ancaman kesehatan 2
c. krisis 1

2 kemungkinan masalah dapat diubah:


a. dengan mudah
b. hanya sebagian 2 2
c. tidak dapat 1
0

3 potensi masalah untuk diubah


a. tinggi 3 1
b. cukup 2
c. rendah 1
4 menonjolkan masalah:
1) masalah berat harus ditangani 2 1
2) masalah yang tidak perlu 1
segera 0
ditangani
3) masalah tidak dirasakan

Skoring

1) Tentukan jumlah skor untuk setiap kriteria


2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot
3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria
4) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

15
3. Perencanaan (intervensi Keperawatan)

Diagnosa NOC NIC

1. Nyeri  kontrol nyeri  manajemen nyeri


akut a. mengurangi kapan nyeri a. Gali pengetahuan
dan kepercayaan
terjadi (1-5)
pasien mengenai
1.tidak pernah
nyeri.
menunjukkan b. Gali bersama pasien
2 : jarang menunjukkan faktor yang dapat
menurunkan atau
3 : kadang kadang
mempererat nyeri
menunjukkan
c. Ajarkan metode
4 : sering menunjukkan nonfarmakologi
untuk menurunkan
5 : secara konsisten
nyeri
menunjukkan.
d. Gunakan metode
b. menggambarkan faktor penilaian yang
sesuai dengan
peyebabnya (1-5)
tahapan
1 : tidak pernah
perkembangan
menunjukkan untuk memonitor
2 : jarang menunjukkan perubahan nyeri
3 : kadang kadang
menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : secara konsisten
menunjukkan
c. mengguakan tindakan
pengurangan nyeri tanpa
analgesic (1-5)

16
1 : tidak pernah
menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang kadang
menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : secara konsisten
menunjukkan
d. melaporkan nyeri yang
terkontrol (1-5)
1 : tidak pernah
menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang kadang
menunjukkan
4 : sering menunjukkan
5 : secara konsisten
menunjukkan

2. hambatan  pergerakan  terapi aktivitas


a
mobilitas fisik . gerakan otot(1-5)
a. dorong aktifitas
1 : sangat terganggu
kreatif yang tepat
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu b.bantu klien
4 : sedikit terganggu
mengidentifikasi
5 :tidak terganggu
aktifitas yang
b. gerakan sendi(1-5)
1 : sangat terganggu diinginkan
2 : banyak terganggu
c. bantu klien dan
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu

17
5 :tidak terganggu keluarga untuk
c. berjalan(1-5)
mengidentifikasi
1 : sangat terganggu
kelemahan dalam
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu aktifitas tertentu
4 : sedikit terganggu
5 :tidak terganggu
d. bergerak dengan mudah
(1-5)
1 : sangat terganggu
2 : banyak terganggu
3 : cukup terganggu
4 : sedikit terganggu
5 :tidak terganggu

 manajemen arthritis  Pengajaran proses


3. defisiensi
a. tanda dan gejala awal(1-5) penyakit
pengetahuan
1 : tidak ada a. Kaji tingkat
pengetahuan
pengatahuan pasien
2 : pengetahuan terbatas
terkait dengan
3 : pengetahuan sedang
4 : pengetahuan banyak proses penyakit
5 : pengetahuan sangat
b. Jelaskan
banyak
patofisiologi
b.faktor penyebab(1-5)
penyakit
1 : tidak ada
pengetahuan c. Kenali pengetahuan
2 : pengetahuan terbatas
pasien mengenai
3 : pengetahuan sedang
kondisinya
4 : pengetahuan banyak
5 : pengetahuan sangat

18
banyak
c. strategi mengelola nyeri

(1-5) d. Jelaskan tanda dan

1 : tidak ada gejala yang umum

pengetahuan dari penyakit


2 : pengetahuan terbatas
3 : pengetahuan sedang
4 : pengetahuan banyak
5 : pengetahuan sangat
banyak

19
4. Pelaksanaan Rencana Keperawatan/Implementasi.

Implementasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan keluarga dengan asam urat, yaitu :
a. Nyeri akut
1) Gali pengetahuan dan kepercayaan pasien mengenai nyeri.
2) Gali bersama pasien faktor yang dapat menurunkan atau mempererat nyeri
3) Ajarkan metode nonfarmakologi untuk menurunkan nyeri
4) Gunakan metode penilaian yang sesuai dengan tahapan perkembangan untuk memonitor
perubahan nyeri
b. hambatan mobilitas fisik
1) Dorong aktifitas kreatif yang tepat
2) bantu klien mengidentifikasi aktifitas yang diinginkan
3) bantu klien dan keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan dalam aktifitas tertentu
d. defisiensi pengetahuan
1) Kaji tingkat pengatahuan pasien terkait dengan proses penyakit
2) Jelaskan patofisiologi penyakit
3) Kenali pengetahuan pasien mengenai kondisinya

5. Melaksanakan Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada asuhan keperawatan keluarga dengan asam urat adalah :
a. Keluarga dapat mengatasi nyeri akut yang terjadi
b. Hambatan mobilitas fisik dapat teratasi
c. Keluarga dapat mengatahui secara umum mengenai penyakit gout arthritis (asam urat)

20

Anda mungkin juga menyukai