Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan kesehatan merupakan suatu harga hidup yang tinggi, seiring
dengan waktu hidup maka peningkatan kesehatan semakin diperlukan terlebih
untuk para lansia. Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu kehidupan.
(Yusuf dkk, 2015), Pada aspek sosial, selama proses ini seseorang akan
mengalami penurunan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Proses penuaan pada umumnya dimulai pada umur 45 tahun dan cenderung
menimbulkan gangguan pada umur sekitar 60 tahun (Mohede dkk, 2013).
Lansia menrut WHO (Word Health Organization) adalah orang yang
berumur 60-70 tahun. WHO membagi lansia menurut tingkatan usia lansia
yakni usia pertengahan (45-59 tahun),usia lanjut (60-74) ,usia lanjut tua
(75-84),usia sangat tua (>84 tahun).
Berdasarkan data Perserikaan Bangsa-bangsa (PBB) tentang World
Population Ageing, diperkirakan pada tahun 2015 terdapat 901 juta jiwa
penduduk lanjut usia di dunia. Jumlah tersebut diproyeksikan terus meningkat
mencapai 2 (dua) miliar jiwa pada tahun 2050 (UN, 2015). Seperti halnya
yang terjadi di negara-negara di dunia, Indonesia juga mengalami penuaan
penduduk. Tahun 2019, jumlah lansia Indonesia diproyeksikan akan
meningkat menjadi 27,5 juta atau 10,3%, dan 57,0 juta jiwa atau 17,9% pada
tahun 2045 (BPS, Bappenas, UNFPA, 2018). Menurut Riskesdas (2019) saat
ini kita mulai memasuki priode Aging Population, dimana terjadi peningkatan
umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia, Indonesia
mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%)
pada tahun 2010, menjadi 25,7 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan
diperkirakan akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa
(15,77%). Sedangakan bedasarkan data yang di dapat dari dinas kesehataan di
Provinsi Bengkulu (2019) jumlah usia lanjut sebesar 141.070 jiwa dengan
rincian 72.095 laki laki dan 68.975 perempuan. Keluhan tentang kesulitan
tidur di waktu malam seringkali terjadi pada lansia. Hasil penelitian oleh
Khasanah dan Hidayati (2012) adalah 29 (29,9%) lansia memiliki kualitas
tidur yang baik sedangkan 68 (70,1%) memiliki kualitas tidur yang buruk.
Sehingga diperlukan terapi yang efektif dan aman dari efek samping.
Perubahan pola tidur lansia disebabkan karena perubahan Sistem Saraf
Perifer/SSP yang mempengaruhi pengaturan tubuh. Kerusakan sensorik
umum dengan penuan dapat mengurangi sensitivitas terhadap waktu yang
mempertahankan irama sirkadian (Hanifa dalam Siti haisah, 2017).
Penelitian di Amerika Serikat mengidentifikasi bahwa 50 % lansia yang
tinggal di komunitas dan 70% lansia yang tinggal di tempat perawatan
mengeluhkan kualitas tidur mereka. 21% lansia di Indonesia mengalami
gangguan dalam kualitas tidurnya. Umumnya hampir 1,5 kali lipat lebih
banyak di derita orangtua di banding anak muda (Wahyuni, 2009).
Beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada usia lanjut
antara lain gangguan fungsi kognitif dan keseimbangan. Gangguan satu
atau lebih fungsi tersebut dapat menyebabkan gangguan fungsi sosial,
pekerjaan, dan aktivitas harian. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013, penyakit terbanyak dialami lansia ialah hipertensi
(57,6%), arthritis (51,9%), dan stroke (46,1%). Selain itu lansia juga mengalami
perubahan-perubahan secara fisiologis, salah satu perubahan fisiologis yang
terjadi adalah penurunan kualitas tidur. Tidur sangat penting untuk
peningkatan kesehatan,dan gangguan tidur juga dapat mempengaruhi kualitas
hidup. Satu teori tidur adalah berhubungan dengan penyembuhan,
memperoleh kualitas tidur terbaik adalah penting untuk peningkatkan
kesehatan yang baik dan pemulihan individu yang sakit. Jumlah tidur total
tidak berubah sesuai pertambahan usia. (Potter & Perry ,2010)
Keluhan tentang kesulitan tidur waktu malam sering kali terjadi di
antara lansia, sering kali akibat penyakit kronik contohnya akibat nyeri
sendi. Kecenderungan untuk tidur siang meningkat secara progresif dengan
bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari yang di pakai untuk tidur
dapat terjadi karena seringnya terbangun pada malam hari. Dibandingkan
dengan jumlah waktu yang dihabiskan di tempat tidur, waktu yang dipakai
tidur menurun sejam atau lebih (Evans dan Rogers dalam Potter & Perry ,
2010).
Perubahan tidur yang mempengaruhi kualitas tidur yang berhubungan
dengan proses penuaan pada seperti meningkatkan latensi tidur, efesiensi
tidur berkurang, bangun lebih awal, mengurangi tahapan tidur nyenyak dan
gangguan irama sirkadian, peningkatan tidur siang. Jumlah waktu yang
dihabiskan untuk tidur lebih dalam menurun. Lansia melaporkan sering tidur
siang dan mengalami kesulitan jatuh tidur dan tetap tidur (Stanley, 2006 :
Oliveira, 2010).
Teknik relaksasi Benson yang diidentifikasi oleh Benson (2000)
dapat menyelesaikan relaksasi semua otot dan merupakaan upaya untuk
memusatkan perhatian pada suatu fokus dengan menyebut berulang-ulang
kalimat ritual dan menghilangkan berbagai pikiran yang menggangu (Green
dan Setyawati ,2005). Teknik relaksasi benson dapat menurunkan
kecemasan,mengatasi serangan hiperventilasi, mengurangi sakit kepala, nyeri
punggung,angina pektoris, hipertensi, gangguan tidur dan mengurangi stres
(Benson ,2000). Kelebihan dari teknik ini merupakan salah satu metode
yang hemat biaya dan mudah digunakan serta tidak memiliki efek
samping (Rambod ,dkk, 2013).
Teknik relaksasi benson merupakan teknik latihan nafas. Dengan
latihan nafas yang teratur dan dilakukan dengan benar, tubuh menjadi rileks,
menghilangkan ketegangan saat mengalami stress dan bebas dari
ancaman. Perasaan rileks akan diteruskan ke hipotalamuss untuk
menghasilkan Corticotropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF
merangsang kelenjar pituitary untuk meningkatkan produksi
Proopioidmelanocortin (POMC) sehingga produksi enkephalin oleh medula
adrenal meningkat. Kelenjar pituitary juga menghasilkan β endorphin
sebagai neurotransmitter. Dengan meningkatnya enkephalin dan β
endorphalin, pasien akan merasa rileks dan nyaman (Taylor, dalam
Risnasari, 2011).
Terapi murottal Al-Quran dengan tempo yang lambat serta
harmonis dapat menurunkan hormon-hormon stres, mengaktifkan hormon
endorfin alami (serotonin). Mekanisme ini dapat meningkatkan perasaan
rileks, mengurangi perasaan takut, cemas, dan tegang, serta memperbaiki
sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah, memperlambat
pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak (Heru,
2008).
Penelitian ini juga dilakukan oleh Hidayat (2016), tentang Pengaruh
Relaksasi Benson Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Panti Sosial Tresna
Wherdha Sabai Nan Aluih Sicincin. Hasil penelitian didapatkan perbedaan
yang bermakna peningkatan kualitas tidur sebelum intervensi dan setelah
intervensi (p.value = 0,000). Dan Penelitian lain juga yang dilakukan oleh
peneliti yang berbeda yaitu Sandirama (2010), nilai mean pada post perlakuan
yaitu : 18,30 dan nilai mean pada post kontrol yaitu : 22,00, dari uji Mann
Whitney didapatkan p-value sebesar 0,000, sedangkan untuk kelompok
kontrol didapatkan p-value 0,496. Terlihat bahwa p-value untuk kelompok
eksperimen lebih kecil dari nilai α (0,05). Hal ini menunjukan bahwa Ho
ditolak untuk kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang signifikan
penurunan tingkat insomnia sebelum dan setelah dilakukan terapi murottal
Al-Quran.
Berdasarakan survei awal didaptkan dari lokasi penelitian di (Panti
Sosial Tresna Werdha Kota bengkulu) bahwa rata-rata 7 dari 10 lansia yang
menetap atau lansia binaan di Panti Sosial Tresna Werdha Kota Bengkulu
mengalami gangguan kualitas tidur. Maka dari itu saya sangat tertarik untuk
melakukan penelitian ini guna meningkatkan kualitas tidur lansia melihat
masalah seperti kurang tidur lansia yang dianggap tidak bermasalah justru
sangat berdampak pada lansia. Dari masalah inilah yang membuat peneliti
tertarik untuk mengangkat judul Pengaruh Relaksasi Benson dan Murottal Al-
Quran Terhadap Kualitas Tidur Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kota
Bengkulu.

B. Rumusan Masalah
Hasil data survei awal yang telah didapatkan dari lokasi penelitian
PSTW Kota Bengkulu bahwa 7 dari 10 lansia mengalami gagguan kualitas
tidur. Maka dalam penelitian ini ada beberapa rumusan masalah yang muncul
diantaranya adalah :
Apakah ada pengaruh terapi kombinasi relaksasi Benson dan murottal Al-
Quran terhadap kualitas tidur lansia ?
C. Batasan Masalah
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan terfokus pada tujuan
penelitian, maka penulis memberikan batasan masalah yaitu penerapan terapi
kombinasi relaksasi Benson dan murottal Al-Quran pada lansia yang
mengalami gangguan kualitas tidur di Panti Sosial Tresna Werdha Kota
Bengkulu tahun 2020.

D. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada
pengaruh terapi kombinasi relaksasi benson dan murottal Al-Quran terhadap
kualitas tidur lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Kota Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh terapi kombinasi
relaksasi Benson dan Murottal Al-Quran terhadap Kualitas Tidur
Lansia.
b. Mendeskripsikan fase atau tahapan melakukan terapi relaksasi Benson
dan Murottal Al-Quran
c. Mendeskripsikan evaluasi hasil penerapan terapi relaksasi Benson dan
Murottal Al-Quran terhadap kualitas tidur lansia.

E. Manfaat
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini diantaranya adalah :
1. Manfaat bagi instansi pendidik
Sebagai sumber informasi kepustakaan dan sebagai referensi dalam
pengembangan penelitian yang lain untuk tingkatan selanjutnya dalam
membuat skripsi pada jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes
Bengkulu.
2. Manfaat bagi pelayanan kesehatan
Penelitian ini dapat bermanfaat bagi perawat atau pelayanan kesehatan
untuk menerapkan tindakan terapi kombinasi relaksasi Benson dan
murottal Al-Quran terhadap lansia yang mengalami penurunan kualitas
tidur agar dapat melakukan prosedur tindakan tersebut dengan baik dan
benar.
3. Manfaat bagi peneliti lain
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan data dasar dan informasi
bagi pengembangan peneliti selanjutnya tentang terapi kombinasi
pengaruh relaksasi Benson dan Murottal Al-Quran terhadap kualitas tidur
lansia.

Anda mungkin juga menyukai