Naimah Khayriyyah
NIS :
Kelas VIII.11
Maulid Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad saw, yang jatuh pada
tanggal 12 Rabiul Awal (kalender Islam).
Sebagai umat Islam, tentu saja kita wajib mengetahui tentang kisah Nabi Muhammad
Saw.
Kisah kehidupan beliau bukan hanya untuk dibaca atau didengarkan saja, tetapi dapat
dijadikan contoh dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kisah hidup Rasulullah Saw. memang penuh dengan hikmah. Meskipun beliau
seorang nabi dan rasul pilihan Allah, hidupnya tidak lantas selalu bahagia dan mudah.
Beliau juga tetap menerima cobaan dan tantangan dalam berdakwah
menyebarkan agama Islam.
Berikut cerita lengkap Nabi Muhammad Saw sejak lahir hingga wafat yang dikutip
dari alwib.net:
Garis Keturunan
Rasulullah Saw mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab
bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan dan selanjutnya
bertemu garis keterunan beliau dengan Nabi Ismail as.
Adapun garis keturunan beliau dari sisi Ibunya adalah Muhammad bin Aminahbinti
Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan demikian, garis keturunan
beliau dari sisi ayah dan ibu bertemu pada kakek beliau, Kilab.
Tahun Gajah
Pada tahun ini datang pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah dari negeri
Habasyah untuk merobohkan Ka’bah.
Maksud jahat mereka ini berhasil digagalkan dengan pertolongan Allah SWT yang
mengirimkan burung-burung Ababil, yang menjatuhkan batu-batu yang mengandung
wabah penyakit dan menimpakannya atas pasukan Abrahah.
Perisitiwa ini terjadi pada pertengahan abad ke 6 Masehi.
Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Menurut pendapat yang paling kuat, Rasulullah Saw dilahirkan pada hari Senin,
malam 12 Rabiul Awwal di Makkah bertepatan dengan awal Tahun Gajah.
Jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dengan kelahiran Nabi Isa As adalah
571 tahun, antara Nabi Isa as hingga wafatnya Nabi Musa As adalah 1716 tahun,
antara Nabi Musa As dan Nabi Ibrahim As adalah 545 tahun, antara Nabi Ibrahim As
dan air bah yang terjadi pada masa Nabi Nuh As adalah 1080 tahun, antara air bah
Nabi Nuh As dan Nabi Adam As adalah 2242 tahun.
Sehingga jarak antara kelahiran Nabi Muhammad Saw dan Nabi Adam As adalah
6155 tahun, berdasarkan riwayat yang masyhur dari para ahli sejarah.
Nabi Muhammad Saw dibesarkan di Makkah sebagai anak yatim, karena ayahnya
Abdullah wafat di Madinah dua bulan sebelum Beliau lahir.
Pada waktu itu ayahnya sedang berdagang di Syam dan singgah di Madinah dalam
keadaan sakit, hingga wafat di rumah pamannya dari bani Najjar.
Ayahnya tidak meninggalkan apa-apa kecuali 5 ekor unta dan sahaya perempuan.
Masa Persusuan Nabi Muhammad SAW
Pada waktu itu bangsa Arab mempunyai kebiasaan untuk menitipkan penyusuan
anak-anak mereka kepada perempuan lain di dusun dengan harapan agar anak tersebut
di kemudian hari mempunyai tubuh yang kuat dan omongan yang fasih.
Berdasarkan kebiasaan inilah kakeknya Abdul Muthalib menyerahkan cucunya
Muhammad Saw kepada Halimah binti Dzuaib As-Sa’diyah salah seorang perempuan
dari Bani Sa’ad untuk menyusui Beliau.
Pada saat itu, Bani Sa’ad sedang dilanda paceklik, kemarau panjang melanda daerah
tempat tinggal mereka.
Tapi ketika Muhammad kecil tiba di kediaman halimah dan menetap di sana untuk
disusui, lambat laun tanah di sekitar kediaman Halimah kembali subur.
Ketika Rasulullah Saw tinggal di kediaman Halimah sering terjadi hal-hal luar biasa
pada diri Nabi Muhammad Saw termasuk peristiwa “pembelahan dada”.
Setelah disapih, Nabi Muhammad pun dikembalikan kepada ibundanya Aminah. Saat
itu, Rasulullah Saw baru berusia lima tahun.
Pada tahun keenam dari umur beliau SAW, ibunya membawanya pergi ke Madinah
untuk menemui paman-pamannya di sana.
Namun ketika baru sampai ke desa Abwa, yakni suatu desa yang terletak antara kota
Mekkah dan Madinah, Ibunya, Aminah meninggal dunia.
Maka beliau Saw diasuh oleh Ummu Aiman dibawah tanggungan kakek beliau Abdul
Muthalib, dan ini berlangsung selama dua tahun.
Pada tahun kedelapan dari umur beliau, Abdul Muthalib kakek beliau meninggal
dunia, maka beliau selanjutnya diasuh oleh paman beliau Abu Thalib.
Abu Thalib ini adalah seorang yang dermawan namun kehidupannya fakir yang tak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Tatkala Nabi Muhammad Saw mencapai usia 12 tahun, Beliau dibawa berniaga oleh
pamannya, Abu Thalib ke negeri Syam, dan ini merupakan perjalanan beliau yang
pertama.
Para kafilah dagang ini berkumpul di dekat kota Basrah dan di sana bertemu dengan
seorang pendeta Yahudi bernama Buhaira dan ada pula yang mengatakan pendeta
Nasrani.
Pendeta ini memahami adanya keistimewaan pada diri Nabi Muhammad Saw dan
berkata kepada Abu Thalib: “Sesungguhnya anak saudara ini akan mendapatkan
kedudukan yang tinggi, maka jagalah dia baik-baik.”
Kemudian pulanglah Abu Thalib bersama Nabi Muhammad Saw ke Mekkah.
Berperan Dalam Perang Fijar
Pada tahun kelima belas, beliau pernah ikut dalam peperangan Fijar yang terjadi di
suatu tempat antara Nahlah dan Thaif.
Peperangan ini sebenarnya akan dimenangkan oleh kelompok dimana beliau SAW
berada di dalamnya, namun akhirnya terjadi suatu perdamaian diantara dua kelompok
yang berperang itu.
Ketika Nabi Muhammad Saw mencapai usia 25 tahun, Beliau pun pergi ke Syam
untuk kedua kalinya dengan membawa barang dagangan milik Khadijah binti
Khuwailid, seorang wanita ternama dan kaya yang dipercayakan kepada Beliau.
Dalam perjalanan itu Nabi Muhammad Saw disertai seorang sahaya Khadijah yang
bernama Maisaroh.
Dalam perjalanan itu beliau bertemu dengan rahib bernama Nasthur, dan ia pun
memahami adanya keistimewaan-keistemewaan pada diri Nabi Muhammad Saw
sebagaimana yang pernah dilihat oleh Buhaira.
Setibanya di Mekkah dari perjalanan dagang ini, Beliau menikah dengan Khadijah
binti Khuwailid, yaitu dua bulan sesudah kedatangannya.
Setelah itu Nabi Muhammad Saw pindah ke rumah Khadijah untuk memulai
lembaran baru dari kehidupannya, umur Khadijah pada waktu itu 40 tahun.
Dari pernikahan itu lahir 3 orang putera yaitu Al Qasim, Abdullah dan Thayyib, yang
semuanya meninggal di waktu kecil, serta 4 orang puteri yaitu Zainab, Ruqayyah,
Ummu Kultsum dan Fatimah.
Keempat puteri itu hidup sampai mereka besar. Yang tertua dari mereka menikah
dengan Abil Aash ibnu Rabi’ bin Abdus Syam.
Ruqayyah menikah dengan Utbah bin abi Lahab, sedang Ummu Kultsum menikah
dengan Utaibah bin Abi Lahab.
Ruqayyah dan Ummu Kultsum kemudian menikah lagi dengan Usman bin Affan.
Adapun yang termuda yaitu Fatimah Az Zahra menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra.
Ka’bah adalah bangunan pertama yang didirikan atas nama Allah Swt untuk
beribadah dan menauhidkan-Nya.
Bangunan ini didirikan oleh Abul Anbiya, Nabi Ibrahim As setelah berhasil
menghancurkan berhala-berhala yang disembah kaumnya sekaligus kuil tempat
pemujaannya.
Setelah masa Nabi Ibrahim As, ka’bah beberapa kali dilanda bencana yang
melemahkan dinding dan fondasinya.
Banjir besar menggoyahkan bangunan Ka’bah beberapa tahun sebelum nubuwwah.
Nabi Muhammad Saw ikut aktif dalam perbaikan Ka’bah. Beliau ikut memanggul
batu di atas pundaknya dengan beralaskan sehelai kain. Menurut pendapat yang sahih,
peristiwa itu terjadi ketika Nabi Muhammad Saw menginjak usia 35 tahun.
Nabi Muhammad Saw juga memainkan peranan penting dalam memecahkan masalah
pelik yang menyebabkan semua kabilah bertengkar sengit.
Tak kunjung ada keputusan siapa yang paling berhak untuk mendapatkan kehormatan
mengembalikan Hajar Aswad di tempat semula.
Nabi Muhammad Saw berhasil memecahkan masalah itu dengan sangat brilian.
Beliau memutuskan untuk meletakkan Hajar Aswad di atas surbannya dan masing-
masing kabilah memilih memilih seorang wakil yang memegang ujung sorban dan
mengangkatnya bersama-sama, hingga tiba di tempatnya lalu Nabi Muhammad Saw
mengambil Hajar Aswad dan menaruhnya di tempatnya, maka bereslah persoalannya.
Pada tahun keempat puluh, Allah Swt memuliakan beliau SAW dengan ditetapkannya
sebagai Nabi dan Rasul dengan turunnya Malaikat Jibril kepadanya, dimana
sebelumnya beliau menyendiri beruzlah dan beribadah dengan memilih tempat di Gua
Hira disebelah atas Jabal Nur.
Dan pertama kali yang beliau rasakan dan diperlihatkan kepada beliau adalah adanya
mimpi yang benar.
Ketika Nabi Muhammad Saw menyendiri di Gua Hira, turunlah wahyu pertama
dibawa oleh Jibril yang merupakan wahyu dari Allah SWT, ialah firman Allah yang
berbunyi :
َ ُّا ْق َر ْأ َو َرب – ق
الَّ ِذي عَلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم – ك اأْل َ ْك َر ُم ٍ َق اإْل ِ ن َسانَ ِم ْن َعل َ ِّا ْق َر ْأ بِاس ِْم َرب
َ َك الَّ ِذي َخل
َ َ َخل – ق
Yang artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al-‘Alaq, 1-4)
Adalah Waraqah bin Nauval anak paman Khadijah binti Khuwailid, seorang yang
masyhur di Makkah karena keluasan ilmunya dalam hal ihwal agama-agama samawi.
Tatkala Jibril turun membawa wahyu kepada Nabi Muhammad Saw, Khadijah pergi
menemuinya dan memberitahukan kepadanya tentang peristiwa tersebut. Waraqah
berkata: “Demi Tuhan yang nyawa Waraqah berada ditangan-Nya, jika engakau
percaya hai Khadijah, telah datang malaikat agung yang pernah datang kepada Musa
dan sesungguhnya ia (Nabi Muhammad Saw) adalah nabi dari umat ini.”
Dan diantara orang yang pertama kali beriman dari kalangan laki-laki adalah Abu
Bakar bin Kuhafah, dan dari kalangan wanita adalah istri beliau, Khadijah dan dari
kalangan anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib, dimana Ali belum pernah melakukan
sujud sama sekali terhadap suatu patung, sehingga dengan demikian kepada beliau
diberi tambahan (sesudah menyebut namanya) dengan sebutan Karramallahu Wajhah
(Allah telah memuliakan pribadinya).
Perintah Dakwah Secara Terang-terangan
Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah secara
terang-terangan, dengan firmanNya,
َفَاصْ َد ْع بِ َما تُ ْؤ َم ُر َوأَ ْع ِرضْ ع َِن ْال ُم ْش ِر ِكين
Yang artinya :
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (Al-Hijr, 94)
Maka beliau respon dan sambut perintah Allah SWT ini dengan baik, maka beliau
melakukan dakwah kepada manusia untuk mengesakan Allah dan meninggalkan
perbuatan syirik dan kekufuran. Sebagian mereka ada yang beriman dan sebagian ada
yang kafir.
Rasulullah Saw mempunyai nama lengkap Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushayi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab
bin Luayy bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin
Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin ‘Adnan dan selanjutnya
bertemu garis keterunan beliau dengan Nabi Ismail as.
Adapun garis keturunan beliau dari sisi Ibunya adalah Muhammad bin Aminahbinti
Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Kilab. Dengan demikian, garis keturunan
beliau dari sisi ayah dan ibu bertemu pada kakek beliau, Kilab.
Nabi Muhammad Saw pernah disakiti oleh kaumnya secara keji, antara lain beliau
dilempari dengan batu atau dengan kotoran di pintu rumahnya. Namun beliau
senantiasa bersikap sabar dan sabar, sehingga akhirnya yang hak mengalahkan yang
batil, karena sebenarnya yang batil itu akan kalah dan hancur.
Pada tahun ini, Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk
berhijrah ke negeri Habasyah (Ethiopia), setelah mengetahui bahwa Kaum Quraisy
selalu melakukan tindakan-tindakan yang menyakitkan kepada mereka, padahal tidak
ada kaum kerabat yang akan menolong dan menghalang-halangi tindakan kaum
Quraisy tersebut.
Maka sebagian sahabat berhijrah untuk menyelamatkan agama mereka, dan ini adalah
hijrah pertama dari Mekkah, dimana jumlah mereka yang berhijrah adalah 80 orang
sahabat. Mereka kembali lagi ke Mekkah dari Habasyah setelah berdiam di sana
selama tiga bulan.
Pada tahun ketujuh ini, Nabi bersama-sama pamannya, Abu Thalib dan Bani Hasyim
serta Bani Muthalib, baik yang muslim maupun yang masih kafir, memasuki Syi’ib.
Maka pada kesempatan ini kalangan Quraisy memboikot dengan memutus jalur suplai
makanan dan kegiatan berniaga di pasar kepada mereka, kecuali apabila mereka
menyerahkan Nabi Muhammad Saw kepada kalangan Quraisy untuk dibunuh.
Kaum Quraisy menulis isi boikot di lembaran kulit yang digantungkan di Kabah.
Maka Nabi Muhammad Saw memerintahkan kepada para sahabatnya untuk
melakukan hijrah ke Habasyah, yakni hijrah untuk kedua kalinya.
Penghentian Boikot
Nabi Muhammad Saw dan kaumnya terkurung di dalam Syi’ib selama 3 tahun tidak
menerima makanan kecuali secara sembunyi-sembunyi, sehingga mereka makan
dedaunan. Kemudian orang-orang Quraisy menghentikan pemboikotan, sedang
lembaran kulit yang berisi pengumuman biokot itu telah dimakan rayap.
Maka keluarlah Nabi Muhammad Saw dari tempat yang terkurung itu, perisitiwa itu
terjadi pada 10 tahun kenabian.
Tahun Kesedihan (‘Amul Huzni)
Pada tahun kesepuluh, Khadijah istri Nabi Muhammad Saw wafat dan dua bulan
kemudian wafat pula paman Nabi Muhammad Saw, Abu Thalib, pada usia delapan
puluh tujuh tahun.
Setelah wafat Abu Thalib ini, tindakan menyakiti Nabi Muhammad Saw dari
kalangan Quraisy semakin bertambah keras, karena mereka beranggapan bahwa apa
yang telah mereka usahakan dan capai dari Rasulullah SAW tidak seperti apa yang
telah mereka peroleh ketika Abu Thalib masih hidup.
Hijrah ke Thaif
Pada tahun kesepuluh ini, Rasulullah melakukan hijrah ke Thaif, dan beliau berdiam
di sana selama satu bulan, melakukan dakwah kepada penduduk Thaif. Namun
dakwah beliau di sana tidak mendapat respon dari mereka, bahkan justru menolaknya
dengan suatu penolakan dan tindakan yang buruk.
Mereka melakukan pelemparan batu kepada beliau, sehingga mengenai kepala beliau
dan menyebabkan luka-luka di kepalanya. Setelah dakwah di sana gagal, beliau
kembali lagi ke Mekkah.
Pada tahun kesebelas ini, terjadinya peristiwa Isra dan Mi’raj. Isra adalah perjalanan
Rasulullah Saw di waktu malam hari dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjdiil
Aqsha di Baitul Maqdis di Palestina, dan beliau pulang kembali pada malam itu juga
ke Mekkah. Al-Qur’an telah menjelaskan peristiwa ini dengan firman Allah Swt :
وx َ ه لَ ْياًل ِّمنَ ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام إِلَى ْال َم ْس ِج ِد اأْل َ ْقxِ ُس ْب َحانَ الَّ ِذي أَ ْس َر ٰى بِ َع ْب ِد
َ xُإِنَّهُ ه ۚهُ ِم ْن آيَاتِنَاxَهُ لِنُ ِريxَا َحوْ لxxَصى الَّ ِذي بَا َر ْكن
صي ُر ِ َال َّس ِمي ُع ْالب
Yang artinya :
”Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya, agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya
Dia adalah Maha Mendengar dan Maha Melihat.” (Al-Isra, 1)
Sedangkan Mi’raj adalah naiknya beliau pada malam itu juga ke alam tinggi dan di
sana diwajibkannya ibadah shalat yang lima waktu.
Tersebarnya Islam di Madinah
Hijrah ke Madinah
Dan ketika tindakan menyakiti Nabi dan para sahabat serta kaum muslimin bertambah
keras dari kalangan Quraisy, maka Nabi memerintahkan kaum muslimin untuk
melakukan hijrah ke Madinah dan selanjutnya beliau pun bersama-sama dengan Abu
Bakar juga melakukan hijrah dengan berjalan kaki cepat-cepat hingga beliau berdua
sampai ke Gua Tsur.
Nabi Muhammad Saw di Gua Tsur
Di dalam Gua Tsur ini, turun wahyu dari Allah SWT berupa ayat,
َ ِإِ ْذ يَقُو ُل ل
صا ِحبِ ِه اَل تَحْ ز َْن إِ َّن اللَّـهَ َم َعنَا
Yang artinya,
”… di waktu dia berkata kepada temannya, ‘Janganlah kamu berduka cita,
sesungguhnya Allah beserta kita’.” (At-Taubah, 40)
Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah SAW akan tidur di dalam Gua itu, Abu Bakar
meletakan kepala beliau di atas dua lututnya dan sewaktu beliau sedang tidur, Abu
Bakar melihat suatu lubang di dinding gua itu, maka ia meletakkan mata kakinya
untuk menutupi lubang tersebut, khawatir di dalam lubang itu ada sesuatu yang
menyakiti Nabi.
Maka pada saat itu mata kaki Abu Bakar disengat oleh kalajengking yang ada di
dalam lubang itu, tetapi Abu Bakar meskipun merasa kesakitan oleh sengatan itu,
tidak menggerakkan kakinya, dan ketika rasa sakitnya memuncak, air mata Abu
Bakar berjatuhan mengenai pipi Rasulullah SAW.
Maka beliau terbangun dan menanyakan kepada Abu Bakar kenapa ia menangis? Ia
menjawab bahwa ia disengat kalajengking di kakinya, maka beliau mengusap dengan
tangan beliau di tempat yang sakit itu, dan seketika rasa sakit itu hilang dengan
pertolongan Allah SWT.
Setelah tiga malam beliau dan Abu Bakar berdiam di Gua Tsur, seorang petunjuk
jalan datang menemui beliau berdua dengan membawa dua ekor unta tunggangan.
Maka kemudian mereka bertiga pergi berjalan menuju kota Madinah.
Mereka tiba di kota Quba pada hari Senin tanggal dua belas Rabi’ul Awwal. Itulah
tanggal hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah, yang kelak dijadikan awal
penanggalan Islam yang dimulai dari bulan Muharram, yaitu awal Tahun Hijriyah
yang disandarkan kepada hijrah beliau ke Madinah.
Di kota Quba ini, Rasulullah SAW mendirikan sebuah masjid yang oleh Allah SWT
diberikan sifat sebagai masjid yang dibangun atas dasar taqwa (kepada Allah) dari
semenjak pertama hari dibangunnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang cinta
untuk bersuci, dan Rasulullah SAW melakukan shalat di dalam masjid ini bersama-
sama empat puluh orang sahabatnya.
Setelah melakukan shalat Jum’at pertama yang Rasulullah SAW lakukan di desa Bani
Salim bin ‘Auf, beliau kemudian menaiki untanya menuju kota Madinah.
Di sana para kaum Anshar menyambut beliau dengan suka cita penuh kegembiraan,
setaya mengelilingi beliau, sementara para wanita dan anak-anak keluar dari rumah
mereka ingin menemui beliau seraya mendendangkan nasyid :
Thala’al badru ‘alaina, min tsaniyatil wada’i
Wajabasy syukru’alaina, ma da’a lillahi da’i
Ayyuhal mab’utsu fina, ji ta bil amri mutha’i
Yang artinya,
“Di atas kita telah muncul bulan purnama. Muncul dari Tsaniyah al-Wada. Kita wajib
bersyukur kepadaNya, Seorang Da’I menyeru kita ke jalanNya. Wahai orang yang
diutus kepada kami, Kau datang membawa perintah yang harus ditaati.”
Disyariatkannya Berperang
Sebagaimana kita ketahui, bahwa Nabi SAW tidak pernah memaksa seseorang untuk
memeluk agama Islam, juga beliau tidak memiliki sebuah pedang untuk menebas
leher-leher orang.
Tugas yang diemban beliau adalah semata-mata untuk berdakwah mengajak orang
untuk beriman, sekaligus menyampaikan kabar gembira dengan datangnya Islam.
Namun karena kaum kafir Quraisy terus menerus menyakiti orang-orang islam,
disebabkan hasad dan dengki, maka kepada kaum muslimin diijinkan untuk berperang
mempertahankan diri atas tindakan mereka.
Di tahun ini terjadi perang Waddan, yaitu suatu desa yang terletak diantara kota
Mekkah dan kota Madinah, juga perang Buwath, yaitu suatu pegunungan dari
pegunungan Juhainah, dan perang Al-‘Asyirah yaitu suatu tempat antara Yanbu’ dan
Dzil Marwah, yang kesemua itu semata-mata untuk menghambat perjalanan kaum
Quraisy, bukan untuk membinasakannya.
Perubahan Arah Kiblat dan Puasa Ramadhan
Pada tahun kedua hijrah ini, arah kiblat dirubah, yang semula menghadap ke arah
Baitul Maqdis di Palestina, kini ke arah Ka’bah yang ada di Mekkah.
Juga pada tahun ini, diwajibkannya puasa Ramadhan, dimana Rasulullah SAW
sebelumnya berpuasa sebanyak tiga hari setiap bulannya.
Pada tahun kedua hijriah ini, juga ditetapkannya kewajiban untuk mengeluarkan zakat
bagi orang-orang kaya dari umat Islam, yang diberikan kepada orang-orang fakir dan
miskin dan golongan-golongan lainnya, sebagaimana dijelaskan oleh Allah SWT
dalam Al-Qur’an,
يل اللَّـ ِه َواب ِْن
ِ ِبxار ِمينَ َوفِي َسxَ ِ ب َو ْالغ ِ اxَوبُهُ ْم َوفِي الرِّ قxxُ ِة قُلxَين َو ْال َعا ِملِينَ َعلَ ْيهَا َو ْال ُم َؤلَّف
ِ ات لِ ْلفُقَ َرا ِء َو ْال َم َسا ِك َّ إِنَّ َما ال
ُ َص َدق
َّ َّ ً
َواللـهُ َعلِي ٌم َح ِكي ٌم ۗضة ِّمنَ اللـ ِه َ فَ ِري ۖال َّسبِي ِل
Yang artinya,
”Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang
miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan orang-
orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan oleh
Allah dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (At-Taubah, 60)
Pada tahun kedua hijriah juga terjadi Perang Badar Kubra, yaitu ketika Nabi
Muhammad Saw keluar kota Madinah dengan membawa pasukan sebanyak 313
personil. Ketika kaum kafir Quraisy mengetahui hal tersebut, maka mereka
mengumpulkan pasukannya yang berjumlah 1000 personil.
Dan kedua pasukan ini, bertemu di Badar, maka terjadilah pertempuran antara
keduanya, dan Allah SWT dalam pertempuran ini menolong pasukan Islam dengan
mendatangkan para malaikat yang ikut bertempur bersama mereka.
Dalam jarak waktu yang tidak lebih dari satu jam, pasukan Quraisy dapat dikalahkan,
mereka lari dengan meinggalkan korban mati dari pihak mereka sebanyak 70 orang
dan tertawan sebanyak 70 orang juga. Firman Allah SWT,
َفَاتَّقُوا اللَّـهَ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون ۖ ٌص َر ُك ُم اللَّـهُ بِبَ ْد ٍر َوأَنتُ ْم أَ ِذلَّة
َ ََولَقَ ْد ن
Yang artinya :
”Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah
(ketika itu) orang-orang yang lemah.” (Ali Imran, 123)
Tawanan-tawanan Quraisy pada waktu itu terbagi menjadi 2 bagian. Satu bagian
terdiri dari orang-orang kaya dan satu bagian terdiri dari orang-orang miskin.
Adapun orang-orang kaya, mereka itu ditebus oleh keluarga mereka dengan harta
sedangkan orang-orang miskin tebusannya ialah tiap-tiap orang harus mengajar
membaca dan menulis kepada sepuluh orang anak di Madinah.
Pada tahun kedua hijriah pula disyari’atkannya Shalat Hari Raya, yang hikmahnya tak
diragukan lagi banyaknya, bagi orang yang berakal. Seorang Imam memimpin dan
melaksanakan Shalat Hari Raya ini sebanyak dua raka’at bersama-sama kaum
muslimin.
Kemudian menyampaikan khutbah sesudahnya, memberikan pengajaran dan nasehat
kepada mereka. Selanjutnya kaum muslimin bersalaman satu sama lain penuh
keakraban dan persaudaraan paripurna.
Pada tahun kedua hijrah ini, Ali menikah dengan Fatimah, semoga Allah SWT
meridhoi keduanya. Saat itu Ali berusia 21 tahun, sementara Fatimah berusia 15
tahun. Juga di tahun itu Rasulullah SAW menikahi Aisyah binti Abu Bakar Shiddiq,
semoga Allah meridhoi keduanya dan menjadikan surga tempat tinggalnya.
Perang Ghathafan
Perang Ghathafan terjadi pada tahun 3 hijriah. Peperangan ini sebenarnya tidak begitu
penting, akan tetapi dalam perang ini terjadi suatu peristiwa besar. Pada waktu itu
keluar 450 orang dari Bani Tsa’labah dan Muharib di bawah pimpinan Du’tsur bin
Harits Al Muharibi yang ingin menyerbu Madinah. Maka keluarlah Nabi Muhammad
Saw dengan pasukannya dan larilah musuh ke gunung-gunung.
Tatkala Nabi Muhammad Saw sedang berisirahat dan menjemur bajunya yang basah
sambil duduk di bawah pohon, tiba-tiba muncul Du’tsur secara diam-diam hendak
membunuh Beliau seraya berkata:
“Siapakah yang akan melindungimu, hai Muhammad?”
Beliau menjawab: “Allah Ta’ala.”
Maka orang itu pun merasa takut dan pedangnya terjatuh dari tangannya, lalu Nabi
Muhammad Saw mengambilnya seraya berkata: “Siapakah yang dapat melindungimu
dariku?”
Du’tsur menajawab: “Tidak ada.”
Maka Nabi Muhammad Saw memaafkannya dan ia pun masuk Islam serta mengajak
kaumnya memeluk agama Islam.
Perang Uhud
Pada tahun 3 hijriah terjadi peperangan Uhud, 3000 personil pasukan Quraisy yang
terdiri dari pasukan berkuda dan perbekalan perang yang cukup banyak, berangkat
menuju kota Madinah untuk melaksanakan balas dendam atas terbunuhnya para
bangsawan mereka di peperangan Badar.
Dan ini merupakan hari-hari yang cukup menyedihkan bagi kaum muslimin karena
pada perang ini telah mati syahid Hamzah, paman Rasulullah SAW. Jumlah pasukan
Islam yang terbunuh secara syahid sebanyak 70 lebih personil diantaranya 6 orang
dari kaum Muhajirin dan selebihnya dari kaum Anshar. Sementara dari pihak kaum
Musyrikin yang tewas ada sebanyak 23 orang.
Pada tahun ini dilahirkannya Hasan bin Ali r.a dan Usman bin Affan menikah dengan
Ummi Kulsum putrid Rasulullah SAW, setelah wafatnya Ruqoyah, saudara Ummi
Kulsum. Oleh karena itulah Usman bin Affan dijuluki Dzun Nurain(yang mempunyai
dua cahaya). Pada tahun ini juga Rasulullah SAW menikahi Hafsah binti Umar bin
Khattab r.a.
Pada tahun ini Allah SWT mengharamkan khamar secara mutlak, karena bahayanya
yang demikian besar terhadap akal, harta benda dan fisik manusia. Allah SWT
berfirman,
َنصابُ َواأْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِّم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَا ِن فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون
َ َ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواأْل
Yang artinya,
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khammar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaithan. Maka jauhilah pebuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.” (Al-Maidah, 90)
Pada tahun ini Rasulullah SAW memerintahkan kaum Yahudi untuk pergi
meninggalkan kota Madinah. Sebelumnya diantara mereka dengan Rasulullah SAW
telah diadakan suatu perjanjian, dimana diantara kedua belah pihak harus saling
memelihara dan menjaga keamanan masing-masing dan tidak saling mengkhianati
terhadap perjanjian itu.
Namun pihak Yahudi berkhianat terhadap Rasul dan berusaha membunuh beliau,
karena terbujuk oleh rayuan syaithan.
Oleh karena itulah mereka diperintahkan untuk keluar atau diusir oleh Rasulullah
SAW dari Madinah. Namun mereka enggan mematuhi perintah beliau, dan mereka
tetap tidak mau pergi. Maka kaum muslimin mengepung mereka dan melakukan
pemboikotan terhadap mereka serta memaksa mereka untuk pergi meninggalkan
Madinah, dan akhirnya mereka pergi.
Pada tahun ini disyariatkannya shalat Khauf, shalat karena takut dan diturunkannya
wahyu tentang tayammum. Juga di tahun ini, Rasulullah SAW memerintahkan Zaid
bin Tsabit untuk mempelajari tulisan orang Yahudi agar Zaid bias menuliskan untuk
Nabi surat kepada orang Yahudi, dan membacakan kepada beliau surat-surat yang
datang dari mereka. Pada tahun ini pula, Husein bin Ali r.a dilahirkan.
Pada tahun kelima hijriah ini, ibadah haji diwajibkan bagi mereka yang mampu
mengadakan perjalanan ke Mekkah. Allah SWT berfirman,
ِ اس ِحجُّ ْالبَ ْي
ت َم ِن ا ْستَطَا َع إِلَ ْي ِه َسبِياًل ِ ََّولِلَّـ ِه َعلَى الن
Yang artinya,
”…mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah SWT, yaitu (bagi)
orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (Ali Imran, 97)
Hikmah diwajibkannya ibadah haji cukup banyak, diantaranya yang terpenting dan
paling esensi adalah berkumpulnya kaum Muslimin yang sedang melaksanakan
ibadah haji ini. Dengan perbedaan kulit, etnis dan bahasa, dan Negara, berkumpul di
satu tempat dalam rangka memperbaharui janji ikatan ukhuwah islamiyyah dan tekad
kesetian untuk menegakkan kalimah Allah di muka bumi.
Rasulullah SAW harus mengembalikan ke pihak kaum Musyrikin Quraisy bila ada
dari mereka yang datang ke Madinah, meskipun telah masuk Islam.
Tidak ada kewajiban bagi kaum Musyrikin Quraisy untuk mengembalikan kepada
Rasulullah SAW orang yang datang ke pihak mereka dari Madinah.
Barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Muhammad, boleh masuk ke
kelompoknya. Dan barangsiapa yang ingin masuk ke kelompok Quraisy, juga
dipersilahkan masuk ke kelompoknya.
Bai’atur Ridwan
Nabi Muhammad Saw pada tahun 6 hijriah ini berkirim surat kepada beberapa orang
Raja, mengajak mereka untuk memeluk Islam. Surat-surat itu diberi stempel dengan
sebuah cincin yang terbuat dari perak yang tertulis padanya kata-kata: Muhammad
Rasulullah.
Sebagian mereka ada yang menyambut ajakan ini dan masuk Islam, dari sebagian lagi
ada yang tetap dalam kekafirannya. Dan diantara mereka yang beriman, adalah
Najasyi Raja Habasyah, Mundzir bin Sawa Raja Bahrain dan Jaifar dan ‘Abd dan dua
orang Raja ‘Amman.
Perang Khaibar
Pada tahun 7 hijriah terjadi Perang Khaibar. Pihak yang menyerang pada kali ini
adalah mereka yang pernah menyerang sebelumnya ke kota Madinah pada perang
Khandak.
Maka Rasulullah Saw dengan 1600 prajuritnya menyongsong mereka serta kemudian
mengepungnya selama enam hari. Dan pada malam ketujuh, Rasulullah Saw
menyerahkan bendera perang kepada Ali bin Abi Thalib (semoga Allah
memuliakannya) untuk memimpin perang.
Pada saat itu, Ali mengeluh sedang menderita sakit mata, maka ketika Rasulullah Saw
mengetahui itu, kedua mata Ali diusap oleh tangan beliau sambal berdoa untuk
kesembuhan kedua matanya. Maka dengan atas izin Allah Swt, kedua mata Ali
seketika sembuh.
Pada perang Khaibar ini, Allah Swt memberikan kemenangan kepada pihak kaum
Muslimin dibawah komando Ali, dengan membawa rampasan perang yang cukup
besar.
‘Umatul-Qadha (‘Umrah Pengganti)
Perang Mu’tah
Pada tahun 8 hijriah terjadi Perang Mu’tah yang terkenal itu. Ketika itu Nabi
Muhammad Saw mempersiapkan prajuritnya sebanyak 3000 orang dan menugaskan
Zaid bin Haritsah untuk menjadi pimpinannya. Sementara pihak Romawi telah
mengerahkan pasukannya sebanyak 150000 prajurit.
Kedua pasukan bertemu di Mu’tah dan terjadilah pertempuran diantara keduanya.
Kalau tidak karena tipu daya Khalid bin Walid serta strateginya yang jitu, kaum
Muslimin di awal-awal pertempuran hampir mengalami kekalahan, tetapi berkat
strategi Khalid tersebut akhirnya pasukan kaum Muslimin mendapatkan kemenangan.
Ekspedisi Tabuk
Pada tahun 9 hijriah terjadi Perang Tabuk yang dinamakan Perang ‘Usrah yakni
perang di masa susah dan sulit, karena peperangan ini terjadi ketika kaum muslimin
sedang mengalami kesulitan hidup, karena paceklik dan udara pun sangat panas.
Ketika itu Nabi Muhammad Saw mengumpulkan sejumlah pasukan dari Mekkah dan
Madinah serta dari beberapa kabilah Arab, setelah mendengar berita bahwa orang-
orang kafir mengerahkan pasukannya di daerah Syam untuk melakukan penyerangan
terhadap kaum muslimin di negeri mereka, yakni Madinah.
Maka datanglah Abu Bakar memberikan sumbangan dengan seluruh harta
kekayaannya, Umar bin Khattab dengan separuh kekayaannya, Usman bin Affan
dengan sepuluh ribu dinar, sementara para ibu-ibu muslimat menyumbangkan
perhiasan-perhiasan mereka sekedar kemampuan mereka.
Kemudian Nabi Muhammad Saw beserta prajurit tentaranya yang berjumlah 30000
personil berangkat menuju Tabuk. Namun sesampai di sana Beliau beserta prajuritnya
sama sekali tak melihat pasukan musuh sebagaimana yang Beliau dengar itu. Maka
akhirnya Rasulullah Saw memutuskan untuk kembali ke Madinah, setelah berdiam di
Tabuk selama dua puluh malam dan dalam perjalanan pulang kembali itu, sempat
membangun beberapa masjid.
Pada tahun 9 hijriah telah datang kepada Nabi Muhammad Saw, utusan dari Tsaqif
dan mereka semuanya memeluk Islam dan melakukan dakwah terhadap kaumnya
yakni penduduk Thaif, maka mereka merespon ajakan tersebut dengan memeluk
Islam.
Di tahun ini telah wafat Ummu Kultsum putri Rasulullah Saw, isteri Usman bin Affan
Ra. Juga telah wafat Abdullah bin Abi Salul, pemimpin orang-orang munafik, dimana
dengan meninggalnya ini kaum Muslimin merasa lega karena bebas dari kejahatan-
kejahatannya.
Pada tahun 10 hijriah Nabi Muhammad Saw mengutus Ali bin Abi Thalib ke Bani
Madzij dari penduduk Yaman. Maka beliau berangkat ke sana dan sesampainya di
sana beliau menemui mereka dan mengajak mereka untuk memeluk agama Islam.
Mereka menolak ajakan Ali ini dan melempari kaum Muslimin dengan bongkahan
batu-batu, maka oleh kaum Muslimin tindakan mereka itu dibalesnya dan akhirnya
mereka kalah dan minta damai, dan oleh Ali permintaan mereka ini dipenuhi.
Dan Ali menemui mereka dan mengajak mereka untuk memeluk Islam, maka mereka
mengikuti ajakan Ali dan masuk Islam semuanya.
Dan pada tahun ini juga Rasulullah Saw mengutus Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa
Al-Asy’ari untuk mengajarkan ajaran-ajaran syariat islam. Mu’adz diutus ke
penduduk Kurah al-‘Ulya dari arah ‘Adn, sementara Abu Musa diutus ke Kurah as-
Sufla.
Haji Wada’
Ketika Nabi Muhammad Saw wafat, sahabat Abu Bakar sedang tidak ada di Madinah.
Sewaktu diberi tahu bahwa Nabi Muhammad Saw wafat, maka beliau segera datang
ke rumah Aisyah dan masuk ke dalam seraya membuka kain penutup wajah jenazah
Rasulullah Saw dan kemudian menciumnya dan terus menangis.
Selanjutnya beliau keluar dan mengucapkan pidato, maka beliau memuji Allah dan
menyanjungnya. Selanjutnya berkata: “Ketauhilah, barangsiapa yang menyembah
Muhammad, maka sesungguhnya Muhammad kini telah mati, dan barangsiapa
menyembah Allah, maka sesungguhnya Allah tetap senantiasa hidup tidak akan
pernah mati. Kemudian beliau membaca firman Allah Swt:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula).” (Az-
Zumar, 30).
Dan firman Allah Swt:
Yang terjemahannya sebagai berikut:
“Muhammad, itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang Rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu akan
berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak
dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi
balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Ali Imran, 144)
Usia Nabi Muhammad Saw adalah 63 tahun. Empat puluh tahun dijalani sebelum
ditetapkannya sebagai Nabi di Mekkah, tiga belas tahun sesudah beliau menjadi Nabi
di Mekkah juga, dan sepuluh tahun beliau jalani di Madinah sesudah hijrah.
Para ahli tarikh telah bersepakat bahwa hari lahir Nabi Muhammad Saw, hijrahnya
dan wafatnya adalah pada hari senin tanggal 12 Rabiul Awwal. Semoga Allah Swt
menganugerahkan shalawat dan salam kesejahteraan kepada Beliau dan kepada
keleuarga serta para sahabatnya semua.
Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Kisah Perjalanan Hidup Nabi Muhammad dari
Lahir Hingga Wafat yang Bisa Membuat Air Mata
Menetes, https://jogja.tribunnews.com/2017/11/30/kisah-perjalanan-hidup-nabi-muhammad-dari-
lahir-hingga-wafat-yang-bisa-membuat-air-mata-menetes?page=all.