7440 14628 1 SM
7440 14628 1 SM
238
Masloman, Kandou dan Tilaar, Analisis Pelaksanaan Pencegahan
pada resiko terjadinya infeksi atau infeksi Program pencegahan dan pengendalian
nosokomial. Angka infeksi nosokomial infeksi di rumah sakit penting bagi
terus meningkat (Al Varado, 2000) kesehatan pasien dan keselamatan petugas,
mencapai sekitar 9% atau lebih dari 1,4 pengunjung dan lain-lain di lingkungan
juta pasien rawat inap di rumah sakit rumah sakit (Schekler, 1998 dalam Molina
seluruh dunia. Hasil survey point 2012). Sehingga pada tahun 1976 Joint
prevalensi dari 11 rumah sakit di DKI Commission on Accreditation of Health
Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya Care Organizations (JCAHO)
dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. memasukkan kegiatan pengawasan,
Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada tahun pelaporan, evaluasi perawatan, organisasi
2003 didapatkan angka infeksi nosokomial yang berkaitan dengan pencegahan dan
untuk ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, pengendalian infeksi nosokomial menjadi
ISK (Infeksi Saluan Kemih) 15,1%, IADP syarat untuk akreditasi rumah sakit yang
(Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, merupakan ukuran kualitas dari pelayanan
pneumonia 24,5% dan infeksi saluan napas kesehatan di rumah sakit atau fasilitas
lain 15,1% serta infeksi lain 32,1% kesehatan lainnya.
(Depkes RI 2008). Pelaksanaan pencegahan dan
Di Indonesia, salah satu contoh pengendalian infeksi nosokomial di RSUD
pelaksanaan program pencegahan dan DR. Sam Ratulangi Tondano dilakukan
pengendalian infeksi di rumah sakit adalah oleh Tim Pencegahan dan Pengendalian
yang dilakukan di RSUP Dr. Hasan Infeksi di Rumah Sakit yang dibentuk
Sadikin Bandung yang telah berhasil pada tahun 2010. Pada tahun 2011 RSUD
menurunkan angka kejadian infeksi luka DR. Sam Ratulangi Tondano sudah
operasi bersih dari 4,11% pada tahun 1989 terakreditasi untuk 5 bidang pelayanan.
menjadi 1,71% pada tahun 1990 Dan pada tahun 2014 ini, RSUD DR. Sam
(Gondodiputro, 1996). Ratulangi Tondano tengah melakukan
persiapan untuk penilaian akreditasi versi
Infeksi nosokomial itu sendiri adalah
2012.
infeksi yang didapat pasien di rumah sakit
atau fasilitas kesehatan lainnya, pada saat Berdasarkan latar permasalahan di atas
pasien masuk perawatan tidak maka tujuan yang akan dicapai dari
menunjukkan gejala atau tidak dalam masa penelitian ini adalah untuk mengetahui
inkubasi dan termasuk juga infeksi yang gambaran pelaksanaan pencegahan dan
didapat di rumah sakit tetapi baru timbul pengendalian infeksi di kamar operasi
setelah pasien pulang perawatan dan RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano.
termasuk infeksi yang terjadi akibat
kesalahan prosedur tindakan yang
dilakukan oleh petugas (Palmer, 1984
dalam Molina 2012). Metode Penelitian
Prosedur tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi mutlak harus Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
diterapkan di rumah sakit termasuk di menggunakan metode kualitatif yang
kamar operasi. Kamar operasi merupakan bertujuan untuk mendapatkan informasi
suatu unit khusus di rumah sakit tempat yang lebih mendalam tentang pelaksanaan
melakukan pembedahan. Mencegah pencegahan dan pengendalian infeksi di
infeksi setelah tindakan operasi adalah kamar operasi RSUD DR. Sam Ratulangi
sebuah proses kompleks yang bermula di Tondano. Lokasi penelitian dilaksanakan
kamar operasi dengan mempersiapkan dan di kamar operasi RSUD DR. Sam
mempertahankan lingkungan yang aman Ratulangi Tondano, khususnya di area
untuk melakukan pembedahan. semi ketat dan ketat/terbatas. Waktu
239
JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015
penelitian dilakukan pada bulan November adalah cuci tangan steril yang harus
2014 sampai dengan bulan Januari 2015. dilakukan oleh dokter dan perawat
Informan dalam penelitian ini adalah yang sebelum melakukan tindakan operasi,
terlibat langsung maupun tidak langsung sedangkan yang kedua adalah cuci tangan
dalam pelaksanaan pencegahan dan biasa yang harus dilakukan oleh seluruh
pengendalian infeksi di kamar operasi pegawai yang bekerja di kamar operasi
RSUD DR. Sam Ratulangi antara lain sebelum dan juga setelah melakukan
Direktur Rumah Sakit (1), tenaga medis kegiatan di kamar operasi. Pelaksanaan
(3), tenaga keperawatan (2), sanitarian (2), cuci tangan steril yang baik sebelum
dan petugas laundry (2) di kamar operasi melakukan tindakan operasi mampu
RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano. menekan pembentukan koloni bakteri pada
Pengumpulan data yang digunakan dalam tangan tim operasi, yang berdampak pada
penelitian ini adalah dengan menggunakan menurunnya tingkat kejadian infeksi pada
pedoman wawancara mendalam, observasi situs operasi (Tanner J, Swarbrook S,
langsung dan observasi dokumen. Data Stuart J, 2008). Begitu juga dengan 6
primer diperoleh dari wawancara langkah cuci tangan biasa sesuai pedoman
mendalam dan observasi langsung, WHO harus selalu dilakukan sebelum dan
sedangkan data sekunder diperoleh dari setelah melakukan kegiatan atau tugas di
observasi dokumen. Data yang telah kamar operasi. Kebiasaan cuci tangan
dikumpulkan melalui wawancara petugas merupakan perilaku mendasar
mendalam diolah dengan membuat sekali dalam upaya mencegah cross
transkrip hasil pembicaraan tersebut. infection (infeksi silang). Hal ini
Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan mengingat rumah sakit sebagai tempat
metode analisis isi (content analysis) yaitu berkumpulnya segala macam penyakit,
membandingkan hasil penelitian dengan baik menular maupun tidak menular
teori-teori yang ada di kepustakaan. (Musadad, Lubis, Kasnodihardjo, 1993).
Dari hasil observasi dokumen,
didapatkan SPO kebersihan tangan di
kamar operasi ada, hanya saja tidak
Hasil dan Pembahasan ditempelkan di tempat mencuci tangan.
Tetapi melalui observasi langsung, dapat
1. Kebersihan Tangan dikonfirmasi bahwa pelaksanaan
pencegahan dan pengendalian infeksi di
Pelaksanaan kebersihan tangan di kamar operasi RSUD DR. Sam Ratulangi
kamar operasi RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano sudah sesuai dengan pedoman
Tondano melalui hasil wawancara pelaksanaan pencegahan dan pengendalian
mendalam menggambarkan bahwa seluruh infeksi di kamar operasi. Lebih lanjut lagi,
petugas kesehatan telah melakukan SPO kebersihan tangan, baik cuci tangan
kebersihan tangan sesuai pedoman biasa maupun steril harus ditempel di
pencegahan dan pengendalian infeksi di tempat mencuci tangan agar seluruh
kamar operasi, tetapi 1 orang petugas petugas yang bekerja di kamar operasi
laundry tidak melaksanakan kebersihan dapat melaksanakan langkah-langkah cuci
tangan sesuai pedoman pencegahan dan tangan yang benar untuk mengurangi
pengendalian infeksi. Fasilitas penunjang penyebaran infeksi di kamar operasi.
cuci tangan juga merupakan faktor penting
yang berperan dalam kepatuhan petugas
untuk mencuci tangan dengan benar. 2. Alat Pelindung Diri
Kebersihan tangan di kamar operasi Dari hasil wawancara mendalam,
dibagi menjadi 2 macam, yaitu pertama didapatkan seluruh tenaga dokter telah
240
Masloman, Kandou dan Tilaar, Analisis Pelaksanaan Pencegahan
241
JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015
kamar operasi, topi dan masker, hal ini APD saat masuk di kamar operasi dan juga
sudah sesuai dengan SPO mengenai tidak disediakan untuk mereka. Hal ini
pemrosesan alat pasien dan sesuai dengan sangat penting bagi petugas laundry agar
pedoman Departemen Kesehatan dimana tidak terkena infeksi khususnya dari linen
dalam memproses peralatan pasien harus infeksius yang mereka tangani dari kamar
didahului dengan pre-cleaning operasi.
(pembersihan awal) yang menggunakan Green dalam Notoadmodjo (2003)
deterjen atau sikat kemudian tahap menyebutkan bahwa pengetahuan
pembersian yaitu cuci bersih dan tiriskan, merupakan salah satu faktor yang
lalu disterilisasi atau disinfeksi tergantung mempengaruhi perilaku seseorang. CDC
peralatannya. Sarana dan prasarana dalam memperkirakan sekitar 36% infeksi
mendukung proses pencucian peralatan nosokomial infeksi dapat dicegah bila
pasien di kamar operasi RSUD DR. Sam semua petugas kesehatan diberikan
Ratulangi Tondano juga sudah cukup baik. pedoman khusus dalam pengkontrolan
Menurut Tietjen (2004) bahwa infeksi ketika merawat pasien dan
pengelolaan alat kesehatan bekas pakai lingkungan rumah sakit.
bertujuan untuk mencegah penyebaran
infeksi melalui alat kesehatan atau untuk
menjamin alat kesehatan tersebut dalam 4. Pengelolaan Limbah
kondisi steril dan siap pakai.
Ketidaksterilan alat yang digunakan dapat Limbah medis merupakan bahan
berakibat buruk bagi pasien dan petugas infeksius dan berbahaya yang harus
kesehatan sendiri, seperti laporan dari dikelola dengan benar agar tidak menjadi
Amritsar, India yang mengatakan bahwa sumber infeksius baru bagi masyarakat
alat operasi yang tidak steril
disekitar rumah sakit maupun bagi tenaga
mengakibatkan 15 pasien katarak menjadi
buta (Anonimous, 2014). kesehatan yang ada di rumah sakit itu
sendiri. Limbah medis padat adalah limbah
Manajemen linen yang baik
padat yang terdiri dari limbah infeksius,
merupakan salah satu upaya untuk
menekan kejadian infeksi nosokomial. limbah patologi, limbah benda tajam,
Selain itu pengetahuan dan perilaku limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
petugas kesehatan juga mempunyai peran kimiawi, limbah radioaktif, limbah
yang sangat penting (Anonimous, 2004). kontainer bertekanan, dan limbah dengan
Pengelolaan linen di kamar operasi kandungan logam berat yang tinggi
RSUD DR. Sam Ratulangi belum sesuai (Kementerian Negara Lingkungan Hidup
dengan pedoman yang ada, dari hasil RI, 2008).
wawancara mendalam yang dilakukan Rumah sakit merupakan salah satu
dengan petugas laundry, didapatkan bahwa sarana kesehatan yang potensial
petugas laundry yang datang mengambil
menimbulkan dampak negatif pada
linen kotor di kamar operasi tidak
memakai sandal khusus kamar operasi lingkungan. Seperti halnya sektor industri,
untuk masuk di dalam kamar operasi dan kegiatan rumah sakit berlangsung dua
tidak memakai alat pelindung diri (APD) puluh empat jam sehari dan melibatkan
seperti masker, celemek plastik, dan berbagai aktifitas orang banyak sehingga
sarung tangan. Setelah ditanyakan potensial dalam menghasilkan sejumlah
kembali mengapa tidak memakai APD
besar limbah. (Kementerian Negara
dalam pengelolaan linen di kamar operasi,
petugas laundry hanya mengatakan bahwa Lingkungan Hidup RI, 2008).
mereka tidak tahu apabila harus memakai
242
Masloman, Kandou dan Tilaar, Analisis Pelaksanaan Pencegahan
243
JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015
244
Masloman, Kandou dan Tilaar, Analisis Pelaksanaan Pencegahan
245
JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015
syndrome (SARS), kini termasuk dalam kamar operasi harus memakai masker dan
Kewaspadaan Standar. Peningkatan juga karena masker selalu tersedia di
penerapan Kewaspadaan Standar ini di kamar operasi.
seluruh dunia akan secara signifikan
menurunkan risiko yang tidak perlu dalam
9. Praktek Menyuntik yang Aman
pelayanan kesehatan. Peningkatan
lingkungan kerja yang aman sesuai dengan Center for Disease Control (CDC)
langkah yang dianjurkan dapat memperkirakan setiap tahun terjadi
menurunkan risiko transmisi (WHO, 385.000 kejadian luka akibat benda tajam
2008). Hygiene respirasi/etika batuk yang terkontaminasi darah pada tenaga
adalah cara penting untuk mengendalikan kesehatan di rumah sakit di Amerika.
Pekerja kesehatan beresiko terpapar darah
penyebaran infeksi di sumbernya. Khusus
dan cairan tubuh yang terinfeksi
di kamar operasi, penggunaan masker (bloodborne pathogen) yang dapat
merupakan hal yang wajib. Hygiene menimbulkan infeksi HBV (Hepatitis B
respirasi atau etika batuk di kamar operasi Virus), HCV (Hepatitis C Virus) dan HIV
dilakukan melalui pemakaian masker. melalui berbagai cara, salah satunya
melalui luka tusuk jarum atau yang dikenal
Dari hasil wawancara mengenai dengan istilah Needle Stick Injury atau NSI
hygiene respirasi/etika batuk di kamar (Daley & Karen, 2004).
operasi, didapatkan seluruh petugas di Pencegahan kontaminasi pada
kamar operasi, baik dokter, perawat, peralatan injeksi dan terapi dapat
sanitarian, dan petugas laundry telah dilakukan dengan praktek menyuntik yang
melakukan sesuai dengan pedoman aman dengan memakai jarum yang steril,
pelaksanaan pencegahan dan pengendalian sekali pakai pada setiap suntikan. Dari
hasil wawancara mendalam dan observasi
infeksi dengan memakai masker. Hal itu langsung didapatkan bahwa dokter
dikonfirmasi juga oleh direktur dan dapat anestesi dan perawat melakukan praktek
dilihat dari hasil observasi langsung, menyuntik dengan sekali pakai, namun
bahwa seluruh petugas yang memasuki mereka selalu menutup kembali jarum
kamar operasi sudah memakai masker. suntik yang dipakai kemudian
Pengetahuan dan kesadaran petugas kamar membuangnya di wadah botol air mineral
yang kosong, karena tidak tersedianya
operasi yang tinggi akan pemakaian
wadah tahan tusuk dan air. Hal ini tidak
masker dalam melakukan etika batuk sesuai dengan pedoman yang ada, dimana
sangat meminimalisir terjadinya jarum suntik sehabis pakai langsung
penyebaran virus. dibuang ke wadah tahan tusuk dan air
tanpa harus menutup jarum suntik
Hasil observasi dokumen, didapatkan kembali, seperti SPO yang sudah ada di
bahwa SPO hygiene respirasi/etika batuk RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano.
juga sudah ada dan masker di kamar Rekomendasi teknik kewaspadaan
operasi selalu ada, sehingga para petugas standar dari WHO (2004) penutupan
selalu memakai masker apabila berada di kembali jarum suntik bersama setelah
kamar operasi. Kepatuhan petugas dalam digunakan sebaiknya tidak perlu
pemakaian masker bisa dikarenakan dilakukan, jadi jarum suntik bersama
peraturan kamar operasi yang sypring-nya langsung dibuang ke kotak
khusus. Penanganan benda tajam menurut
mengharuskan siapa saja yang memasuki
Tietjen (2004), yaitu: 1. Tidak disarankan
246
Masloman, Kandou dan Tilaar, Analisis Pelaksanaan Pencegahan
untuk menyarungkan kembali atau sarung tangan steril dan alas kaki kamar
melepaskan spuit. 2. Memasukkan benda- operasi
benda tajam tersebut ke dalam wadah
sebelum diinsersi.
Kesimpulan
247
JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015
248
Masloman, Kandou dan Tilaar, Analisis Pelaksanaan Pencegahan
249