Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL PENELITIAN

Analisis Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Kamar


Operasi RSUD Dr Sam Ratulangi Tondano

Implementation Analysis of Prevention and Control of Infection in Operating


Room Dr. Sam Ratulangi Hospital Tondano

Anugrah Perdana Masloman 1) G. D Kandou 2) Ch. R. Tilaar 3)


1)
RSUD Dr Sam Ratulangi Tondano
2)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado
3)
Pascasarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstrak surgery. Infection prevention and control programs


in hospitals is important for the patient's health
Prosedur tindakan pencegahan dan and safety officer, visitors and others in the
pengendalian infeksi mutlak harus diterapkan di hospital environment. The purpose of research to
rumah sakit termasuk di kamar operasi. Kamar describe the implementation of prevention and
operasi merupakan suatu unit khusus di rumah sakit control of infections in hospital operating rooms
tempat melakukan pembedahan. Mencegah infeksi DR. Sam Ratulangi Tondano. The results showed
setelah tindakan operasi adalah sebuah proses that the implementation of hand hygiene, use of
kompleks yang bermula di kamar operasi dengan personal protective equipment, processing
mempersiapkan dan mempertahankan lingkungan equipment patients, waste management,
yang aman untuk melakukan pembedahan. Program environmental management, health programs
pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah health workers, patient placement, respirasipraktek
sakit penting bagi kesehatan pasien dan hygiene and safe injecting practices for lumbar
keselamatan petugas, pengunjung dan lain-lain di puncture has not been run in accordance with the
lingkungan rumah sakit. Tujuan penelitian untuk guidelines for the prevention and control of
mengetahui gambaran pelaksanaan pencegahan dan infection Ministry Of Health.
pengendalian infeksi di kamar operasi RSUD DR.
Sam Ratulangi Tondano. Hasil penelitian
menunjukan bahwa pelaksanaan kebersihan tangan, Keywords : Precautions, Infection Control.
pemakaian alat pelindung diri, pemrosesan
peralatan pasien, pengelolaan limbah, pengelolaan
lingkungan, program kesehatan petugas kesehatan,
penempatan pasien, hygiene respirasipraktek
menyuntik yang aman dan praktek untuk lumbal
pungsi belum berjalan sesuai dengan pedoman
Pendahuluan
pencegahan dan pengendalian infeksi Kementerian
Kesehatan
Pencegahan dan pengendalian infeksi
nosokomial menjadi tantangan di seluruh
dunia karena infeksi nosokomial dapat
Kata Kunci : Tindakan Pencegahan, Pengendalian meningkatkan morbiditas dan mortalitas
Infeksi, . serta meningkatkan biaya kesehatan
disebabkan terjadi penambahan waktu
pengobatan dan perawatan di rumah sakit.
Abstract Prevalensi infeksi nosokomial di negara
berkembang dengan sumber daya terbatas
Procedures and infection control precautions lebih dari 40% (Raka, 2008 dalam Alp
should be applied absolute in the hospital, dkk, 2011).
including in the operating room. Operating room is
a special unit in the hospital where the surgery. Masyarakat yang menerima pelayanan
Prevent infection after surgery is a complex kesehatan, tenaga kesehatan dan
process that begins in the operating room to pengunjung di rumah sakit dihadapkan
prepare and maintain a safe environment to do the

238
Masloman, Kandou dan Tilaar, Analisis Pelaksanaan Pencegahan

pada resiko terjadinya infeksi atau infeksi Program pencegahan dan pengendalian
nosokomial. Angka infeksi nosokomial infeksi di rumah sakit penting bagi
terus meningkat (Al Varado, 2000) kesehatan pasien dan keselamatan petugas,
mencapai sekitar 9% atau lebih dari 1,4 pengunjung dan lain-lain di lingkungan
juta pasien rawat inap di rumah sakit rumah sakit (Schekler, 1998 dalam Molina
seluruh dunia. Hasil survey point 2012). Sehingga pada tahun 1976 Joint
prevalensi dari 11 rumah sakit di DKI Commission on Accreditation of Health
Jakarta yang dilakukan oleh Perdalin Jaya Care Organizations (JCAHO)
dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof. memasukkan kegiatan pengawasan,
Dr. Sulianti Saroso Jakarta pada tahun pelaporan, evaluasi perawatan, organisasi
2003 didapatkan angka infeksi nosokomial yang berkaitan dengan pencegahan dan
untuk ILO (Infeksi Luka Operasi) 18,9%, pengendalian infeksi nosokomial menjadi
ISK (Infeksi Saluan Kemih) 15,1%, IADP syarat untuk akreditasi rumah sakit yang
(Infeksi Aliran Darah Primer) 26,4%, merupakan ukuran kualitas dari pelayanan
pneumonia 24,5% dan infeksi saluan napas kesehatan di rumah sakit atau fasilitas
lain 15,1% serta infeksi lain 32,1% kesehatan lainnya.
(Depkes RI 2008). Pelaksanaan pencegahan dan
Di Indonesia, salah satu contoh pengendalian infeksi nosokomial di RSUD
pelaksanaan program pencegahan dan DR. Sam Ratulangi Tondano dilakukan
pengendalian infeksi di rumah sakit adalah oleh Tim Pencegahan dan Pengendalian
yang dilakukan di RSUP Dr. Hasan Infeksi di Rumah Sakit yang dibentuk
Sadikin Bandung yang telah berhasil pada tahun 2010. Pada tahun 2011 RSUD
menurunkan angka kejadian infeksi luka DR. Sam Ratulangi Tondano sudah
operasi bersih dari 4,11% pada tahun 1989 terakreditasi untuk 5 bidang pelayanan.
menjadi 1,71% pada tahun 1990 Dan pada tahun 2014 ini, RSUD DR. Sam
(Gondodiputro, 1996). Ratulangi Tondano tengah melakukan
persiapan untuk penilaian akreditasi versi
Infeksi nosokomial itu sendiri adalah
2012.
infeksi yang didapat pasien di rumah sakit
atau fasilitas kesehatan lainnya, pada saat Berdasarkan latar permasalahan di atas
pasien masuk perawatan tidak maka tujuan yang akan dicapai dari
menunjukkan gejala atau tidak dalam masa penelitian ini adalah untuk mengetahui
inkubasi dan termasuk juga infeksi yang gambaran pelaksanaan pencegahan dan
didapat di rumah sakit tetapi baru timbul pengendalian infeksi di kamar operasi
setelah pasien pulang perawatan dan RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano.
termasuk infeksi yang terjadi akibat
kesalahan prosedur tindakan yang
dilakukan oleh petugas (Palmer, 1984
dalam Molina 2012). Metode Penelitian
Prosedur tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi mutlak harus Penelitian ini bersifat deskriptif dengan
diterapkan di rumah sakit termasuk di menggunakan metode kualitatif yang
kamar operasi. Kamar operasi merupakan bertujuan untuk mendapatkan informasi
suatu unit khusus di rumah sakit tempat yang lebih mendalam tentang pelaksanaan
melakukan pembedahan. Mencegah pencegahan dan pengendalian infeksi di
infeksi setelah tindakan operasi adalah kamar operasi RSUD DR. Sam Ratulangi
sebuah proses kompleks yang bermula di Tondano. Lokasi penelitian dilaksanakan
kamar operasi dengan mempersiapkan dan di kamar operasi RSUD DR. Sam
mempertahankan lingkungan yang aman Ratulangi Tondano, khususnya di area
untuk melakukan pembedahan. semi ketat dan ketat/terbatas. Waktu

239
JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015

penelitian dilakukan pada bulan November adalah cuci tangan steril yang harus
2014 sampai dengan bulan Januari 2015. dilakukan oleh dokter dan perawat
Informan dalam penelitian ini adalah yang sebelum melakukan tindakan operasi,
terlibat langsung maupun tidak langsung sedangkan yang kedua adalah cuci tangan
dalam pelaksanaan pencegahan dan biasa yang harus dilakukan oleh seluruh
pengendalian infeksi di kamar operasi pegawai yang bekerja di kamar operasi
RSUD DR. Sam Ratulangi antara lain sebelum dan juga setelah melakukan
Direktur Rumah Sakit (1), tenaga medis kegiatan di kamar operasi. Pelaksanaan
(3), tenaga keperawatan (2), sanitarian (2), cuci tangan steril yang baik sebelum
dan petugas laundry (2) di kamar operasi melakukan tindakan operasi mampu
RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano. menekan pembentukan koloni bakteri pada
Pengumpulan data yang digunakan dalam tangan tim operasi, yang berdampak pada
penelitian ini adalah dengan menggunakan menurunnya tingkat kejadian infeksi pada
pedoman wawancara mendalam, observasi situs operasi (Tanner J, Swarbrook S,
langsung dan observasi dokumen. Data Stuart J, 2008). Begitu juga dengan 6
primer diperoleh dari wawancara langkah cuci tangan biasa sesuai pedoman
mendalam dan observasi langsung, WHO harus selalu dilakukan sebelum dan
sedangkan data sekunder diperoleh dari setelah melakukan kegiatan atau tugas di
observasi dokumen. Data yang telah kamar operasi. Kebiasaan cuci tangan
dikumpulkan melalui wawancara petugas merupakan perilaku mendasar
mendalam diolah dengan membuat sekali dalam upaya mencegah cross
transkrip hasil pembicaraan tersebut. infection (infeksi silang). Hal ini
Selanjutnya data tersebut dianalisis dengan mengingat rumah sakit sebagai tempat
metode analisis isi (content analysis) yaitu berkumpulnya segala macam penyakit,
membandingkan hasil penelitian dengan baik menular maupun tidak menular
teori-teori yang ada di kepustakaan. (Musadad, Lubis, Kasnodihardjo, 1993).
Dari hasil observasi dokumen,
didapatkan SPO kebersihan tangan di
kamar operasi ada, hanya saja tidak
Hasil dan Pembahasan ditempelkan di tempat mencuci tangan.
Tetapi melalui observasi langsung, dapat
1. Kebersihan Tangan dikonfirmasi bahwa pelaksanaan
pencegahan dan pengendalian infeksi di
Pelaksanaan kebersihan tangan di kamar operasi RSUD DR. Sam Ratulangi
kamar operasi RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano sudah sesuai dengan pedoman
Tondano melalui hasil wawancara pelaksanaan pencegahan dan pengendalian
mendalam menggambarkan bahwa seluruh infeksi di kamar operasi. Lebih lanjut lagi,
petugas kesehatan telah melakukan SPO kebersihan tangan, baik cuci tangan
kebersihan tangan sesuai pedoman biasa maupun steril harus ditempel di
pencegahan dan pengendalian infeksi di tempat mencuci tangan agar seluruh
kamar operasi, tetapi 1 orang petugas petugas yang bekerja di kamar operasi
laundry tidak melaksanakan kebersihan dapat melaksanakan langkah-langkah cuci
tangan sesuai pedoman pencegahan dan tangan yang benar untuk mengurangi
pengendalian infeksi. Fasilitas penunjang penyebaran infeksi di kamar operasi.
cuci tangan juga merupakan faktor penting
yang berperan dalam kepatuhan petugas
untuk mencuci tangan dengan benar. 2. Alat Pelindung Diri
Kebersihan tangan di kamar operasi Dari hasil wawancara mendalam,
dibagi menjadi 2 macam, yaitu pertama didapatkan seluruh tenaga dokter telah

240
Masloman, Kandou dan Tilaar, Analisis Pelaksanaan Pencegahan

melaksanakan pemakaian alat pelindung digunakan pekerja khususnya perawat


diri sesuai pedoman pencegahan dan sebagai kewaspadaan standar (standard
pengendalian infeksi. Sedangkan tenaga precaution) dalam melakukan tindakan
keperawatan, petugas sanitarian dan keperawatan menurut Departemen
petugas laundry tidak memakai alat Kesehatan RI, 2007 yang bekerjasama
pelindung diri yang lengkap saat berada di dengan Perhimpunan Pengendalian Infeksi
kamar operasi. Dari hasil observasi Indonesia (PERDALIN).
dokumen, didapatkan SPO untuk Di kamar operasi, alat pelindung diri
pemakaian alat pelindung diri di kamar wajib untuk digunakan. Semua orang yang
operasi sudah ada. Sedangkan dari hasil masuk kamar operasi, tanpa kecuali wajib
observasi langsung ditemukan ada memakai baju khusus sesuai dengan
beberapa alat pelindung diri yang tidak ketentuan. Alas kaki harus dibedakan
tersedia untuk tenaga keperawatan, yaitu untuk kamar operasi dan kegiatan di luar
pelindung mata/pelindung wajah. kamar operasi. Harus memakai topi,
Sedangkan bagi petugas sanitarian dan masker dan sarung tangan (Depkes RI,
petugas laundry alat pelindung diri yang 1993). Bagi dokter dan perawat yang akan
tidak tersedia, yaitu alas kaki khusus melakukan tindakan operasi, harus
kamar operasi dan apron. memakai tambahan pelindung
Banyak faktor yang mempengaruhi mata/pelindung wajah, apron, gaun
petugas kesehatan dalam menggunakan pelindung bedah, dan juga sarung tangan
Alat Pelindung Diri dalam menjamin steril.
keselamatannya sebelum bersentuhan
dengan pasien dan melakukan tindakan.
Dapat dipengaruhi oleh motivasi, perilaku, 3. Pemrosesan Peralatan Pasien dan
kebiasaan maupun ketersediaan Alat
Pengelolaan Linen
Pelindung Diri tersebut.
Ketersediaan fasilitas merupakan salah Peralatan perawatan pasien selalu
satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan memegang prinsip: mencegah segala
dan termasuk faktor pemungkin (Green, bentuk pajanan ke permukaan kulit
1990). Kurangnya penerapan kewaspadaan dan membran mukosa kulit, maka seluruh
universal di rumah sakit dapat terjadi peralatan perawatan pasien dilakukan
karena tidak tersedianya sarana dan pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi
fasilitas untuk menjamin kesehatan sesuai prosedur yang benar, sebelum
lingkungan di rumah sakit dan personal. dipakai lagi. Pengelolaan alat-alat
Alat pelindung diri merupakan suatu alat kesehatan bertujuan untuk mencegah
yang dipakai untuk melindungi diri atau penyebaran infeksi melalui alat kesehatan
tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan atau untuk menjamin alat tersebut dalam
kerja, dimana secara teknis dapat keadaan steril dan siap pakai (Depkes,
mengurangi tingkat keparahan dari 2003).
kecelakaan kerja yang terjadi. Peralatan Pada hasil wawancara mendalam,
pelindung diri tidak menghilangkan didapatkan bahwa pemrosesan peralatan
bahaya ataupun mengurangi bahaya yang pasien dilakukan oleh perawat, pertama
ada. peralatan ini hanya mengurangi dengan prabilas dengan air mengalir,
jumlah kontak dengan bahaya dengan cara kemudian dicuci dan disterilkan dengan
penempatan penghalang antara tenaga menggunakan autoclave dan kemudian
kerja dengan bahaya (Suma’mur, 2009). dibungkus dan disimpan. Perawat yang
Alat pelindung diri yang menjadi melakukan pencucian adalah perawat yang
komponen utama Personal Precaution memakai alat pelindung diri seperti sarung
beserta penggunaannya yang biasa tangan, celemek plastik, boots/sandal

241
JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015

kamar operasi, topi dan masker, hal ini APD saat masuk di kamar operasi dan juga
sudah sesuai dengan SPO mengenai tidak disediakan untuk mereka. Hal ini
pemrosesan alat pasien dan sesuai dengan sangat penting bagi petugas laundry agar
pedoman Departemen Kesehatan dimana tidak terkena infeksi khususnya dari linen
dalam memproses peralatan pasien harus infeksius yang mereka tangani dari kamar
didahului dengan pre-cleaning operasi.
(pembersihan awal) yang menggunakan Green dalam Notoadmodjo (2003)
deterjen atau sikat kemudian tahap menyebutkan bahwa pengetahuan
pembersian yaitu cuci bersih dan tiriskan, merupakan salah satu faktor yang
lalu disterilisasi atau disinfeksi tergantung mempengaruhi perilaku seseorang. CDC
peralatannya. Sarana dan prasarana dalam memperkirakan sekitar 36% infeksi
mendukung proses pencucian peralatan nosokomial infeksi dapat dicegah bila
pasien di kamar operasi RSUD DR. Sam semua petugas kesehatan diberikan
Ratulangi Tondano juga sudah cukup baik. pedoman khusus dalam pengkontrolan
Menurut Tietjen (2004) bahwa infeksi ketika merawat pasien dan
pengelolaan alat kesehatan bekas pakai lingkungan rumah sakit.
bertujuan untuk mencegah penyebaran
infeksi melalui alat kesehatan atau untuk
menjamin alat kesehatan tersebut dalam 4. Pengelolaan Limbah
kondisi steril dan siap pakai.
Ketidaksterilan alat yang digunakan dapat Limbah medis merupakan bahan
berakibat buruk bagi pasien dan petugas infeksius dan berbahaya yang harus
kesehatan sendiri, seperti laporan dari dikelola dengan benar agar tidak menjadi
Amritsar, India yang mengatakan bahwa sumber infeksius baru bagi masyarakat
alat operasi yang tidak steril
disekitar rumah sakit maupun bagi tenaga
mengakibatkan 15 pasien katarak menjadi
buta (Anonimous, 2014). kesehatan yang ada di rumah sakit itu
sendiri. Limbah medis padat adalah limbah
Manajemen linen yang baik
padat yang terdiri dari limbah infeksius,
merupakan salah satu upaya untuk
menekan kejadian infeksi nosokomial. limbah patologi, limbah benda tajam,
Selain itu pengetahuan dan perilaku limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah
petugas kesehatan juga mempunyai peran kimiawi, limbah radioaktif, limbah
yang sangat penting (Anonimous, 2004). kontainer bertekanan, dan limbah dengan
Pengelolaan linen di kamar operasi kandungan logam berat yang tinggi
RSUD DR. Sam Ratulangi belum sesuai (Kementerian Negara Lingkungan Hidup
dengan pedoman yang ada, dari hasil RI, 2008).
wawancara mendalam yang dilakukan Rumah sakit merupakan salah satu
dengan petugas laundry, didapatkan bahwa sarana kesehatan yang potensial
petugas laundry yang datang mengambil
menimbulkan dampak negatif pada
linen kotor di kamar operasi tidak
memakai sandal khusus kamar operasi lingkungan. Seperti halnya sektor industri,
untuk masuk di dalam kamar operasi dan kegiatan rumah sakit berlangsung dua
tidak memakai alat pelindung diri (APD) puluh empat jam sehari dan melibatkan
seperti masker, celemek plastik, dan berbagai aktifitas orang banyak sehingga
sarung tangan. Setelah ditanyakan potensial dalam menghasilkan sejumlah
kembali mengapa tidak memakai APD
besar limbah. (Kementerian Negara
dalam pengelolaan linen di kamar operasi,
petugas laundry hanya mengatakan bahwa Lingkungan Hidup RI, 2008).
mereka tidak tahu apabila harus memakai

242
Masloman, Kandou dan Tilaar, Analisis Pelaksanaan Pencegahan

Pembuangan limbah dan penanganan dasarnya para perawat mengetahui


limbah kamar operasi, tergantung jenis bagaimana cara pembuangan yang benar.
limbah dengan prinsip, limbah padat Hanya dikarenakan oleh wadah
ditangani terpisah dengan limbah cair. pembuangan yang tidak tersedia. Sampah
Limbah cair dibuang di tempat khusus yang terkumpul akan diambil keesokan
yang berisi larutan disinfektan yang pagi harinya oleh petugas sanitarian.
selanjutnya mengalir ketempat Limbah non infeksi tidak dipisahkan
pengelolaan limbah cair rumah sakit. Dari kering dan basah. Petugas sanitarian yang
hasil wawancara mendalam dan observasi masuk ke kamar operasi hanya mengambil
langsung pelaksanaan, limbah cair dibuang limbah yang sudah di-pack oleh perawat
dari wastafel di spoelhoek yang tanpa memakai APD yang lengkap.
selanjutnya mengalir ke instalasi Prosedur ini belum sesuai dengan
pengolahan air limbah (IPAL), prosedur pedoman yang diterbitkan oleh
ini sudah sesuai dengan pedoman. Begitu Departemen Kesehatan.
juga dengan SPO yang ada.
Menurut Tietjen L, dkk (2004)
Limbah non infeksi yang kering dan keterbatasan sumber daya manusia di
basah ditempatkan pada tempat yang rumah sakit dapat disiasati dengan
tertutup serta tidak mudah bertebaran dan kedisiplinan, efisiensi kerja dan kesadaran
selanjutnya dibuang ke tempat yang tinggi pada pelayanan kesehatan.
pembuangan rumah sakit. Limbah infeksi Menurut Rubin R. (2006) bekerja dengan
ditempatkan pada tempat yang tertutup dan sumber daya manusia dan peralatan yang
tidak mudah bocor serta diberi label warna terbatas mempunyai risiko 10 kali terjadi
merah ”untuk dimusnahkan”. infeksi nosokomial. Kamar operasi RSUD
DR. Sam Ratulangi sangat membutuhkan
Proses pengelolaan limbah medis tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya,
dilakukan oleh perawat pada tahap begitu juga dengan petugas sanitarian
pemilahannya dan petugas kebersihan khusus untuk kamar operasi, agar
pada tahap pengangkatannya (Pruss, kebersihan kamar operasi selalu terjaga
2005). Dari hasil wawancara mendalam dan juga peralatan yang kurang dapat
dan observasi langsung pelaksanaan, mengakibatkan terjadinya infeksi
didapatkan bahwa RSUD DR. Sam nosokomial baik terhadap pasien, dokter,
Ratulangi masih memiliki tenaga kerja perawat dan petugas sanitarian yang
yang kurang, yaitu petugas sanitarian masuk kamar operasi tanpa menggunakan
yang untuk saat ini masih out sourcing, alat pelindung diri yang semestinya.
dan hanya datang setiap pagi hari. Jadi
apabila terdapat beberapa jumlah operasi
dalam sehari, perawat hanya
5. Kebersihan Lingkungan Rumah Sakit
mengidentifikasi, memisahkan limbah
infeksi dan non infeksi kemudian packing. Berdasarkan Perioperative Standards
Jarum suntik tidak dibuang di wadah tahan and Recommended Practices (2010),
tusuk dan air, karena wadahnya tidak kebersihan adalah ketiadaan dari debu
tersedia. Jarum suntik hanya dibuang di yang tampak, sampah, kotoran atau
botol bekas air mineral, namun pada substansi-substansi tubuh di dalam kamar
operasi. Proses pembersihan yang

243
JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015

terstandarisasi tidak hanya melindungi lingkungan rumah sakit, termasuk


keselamatan pasien, tetapi juga menjamin lingkungan kamar operasi, sering tidak
keselamatan dari para petugas kesehatan dibersihkan secara menyeluruh atau secara
(Neil et al, 2005). konsisten dengan kebijakan rumah sakit
yang bersangkutan. Dan dari 71 kamar
Manfaat pengelolaan kesehatan dan
operasi yang dievaluasi di 6 rumah sakit
kebersihan lingkungan di rumah sakit
ditemukan angka rata-rata pembersihan
adalah, perlindungan terhadap lingkungan,
kamar operasi hanya 25%. Begitu juga
manajemen lingkungan rumah sakit yang
dengan penelitian yang dilakukan oleh
lebih baik, pengembangan sumber daya
Munoz-Price et al (2012) yang
manusia, kontinuitas peningkatan
menyebutkan bahwa berdasarkan
performa lingkungan rumah sakit,
penemuan dan literatur yang ada, kamar
kepatuhan terhadap perundang-undangan,
operasi bukan merupakan tempat yang
bagian dari manajemen mutu terpadu,
bersih seperti yang umumnya dipercaya
pengurangan/penghematan biaya dan dapat
oleh para penyedia layanan kesehatan.
meningkatkan citra rumah sakit
(Adisasmito, 2007). Salah satu rekomendasi mengenai
kebersihan lingkungan kamar operasi yang
Pemeliharaan kamar operasi
disusun oleh Association of Perioperative
merupakan proses pembersihan ruang
Nurses (AORN) pada tahun 2013, pasien
beserta alat-alat standar yang ada di kamar
harus selalu diberikan lingkungan kamar
operasi. Dilakukan teratur sesuai jadwal,
operasi yang bersih dan aman. Dan
tujuannya untuk mencegah infeksi silang
petugas kesehatan maupun petugas
dari atau kepada pasien serta
kebersihan di kamar operasi harus
mempertahankan sterilitas. Cara
menerima pendidikan dan harus selalu di-
pembersihan kamar operasi ada 3 macam
update mengenai prinsip-prinsip dan
yaitu cara pembersihan rutin/harian, cara
proses dalam pembersihan dan disinfeksi
pembersihan mingguan dan cara
kamar operasi (Kak, Burkhalter & Cooper,
pembersihan sewaktu.
2001).
Dari hasil wawancara mendalam dan
Mengenai sarana dan prasarana,
observasi yang dilakukan, didapatkan
direktur rumah sakit mengatakan bahwa
bahwa kamar operasi RSUD DR. Sam
Ratulangi sudah melakukan pembersihan mereka mempunyai 1 alat UV, tapi
memerlukan lebih dari satu untuk
sewaktu yang dilakukan oleh perawat
dijadikan cadangan apabila alat UV yang
setiap kali setelah kamar operasi
lainnya rusak. SPO kebersihan lingkungan
digunakan untuk tindakan operasi.
rumah sakit sudah ada, namun belum
Pembersihan harian tidak dilakukan karena
berjalan sesuai dengan pedoman yang ada.
pembersihan rutin yang dilakukan oleh
Pihak rumah sakit perlu melakukan
petugas sanitarian hanya pada pagi hari,
pengecekkan yang rutin terhadap sarana
sedangkan pembesihan harian yang
dan prasarana di kamar operasi dan
dimaksud adalah pembersihan yang
mensosialisasikan pentingnya memakai
dilakukan setelah operasi terakhir dari
alat pelindung diri bagi petugas yang
seluruh operasi sudah selesai pada hari
bekerja di kamar operasi termasuk di
yang sama. Pembersihan mingguan
dalamnya petugas sanitarian. Peter Wilson
dilakukan oleh petugas sanitarian sekali
(2008) mencatat tingkat kesadaran rendah
setiap minggu.
yang lebih dominan dibandingkan dengan
Jefferson et al (2011) dalam “A novel faktor fasilitas rumah sakit. Hal ini dapat
technique for identifying opportunities to dilihat dari kesadaran petugas sanitarian
improve enviromental hygiene in the dengan tidak memakai alat pelindung diri
operating room” menyatakan bahwa yang semestinya dalam kamar operasi,

244
Masloman, Kandou dan Tilaar, Analisis Pelaksanaan Pencegahan

karena alat pelindung diri selalu tersedia di memungkinkan A, influenza, campak,


kamar operasi. Kebersihan lingkungan tetanus, difteri, rubella (Depkes RI, 2007).
rumah sakit juga didukung oleh fasilitas Berdasarkan hasil wawancara
pelayanan kesehatan lainnya seperti ruang mengenai program kesehatan bagi petugas
bangunan, penghawaan, saluran limbah, kesehatan seperti pemberian vaksinasi
dan lain sebagainya. Rumah sakit harus untuk penyakit menular, hampir seluruh
membuat dan melaksanakan prosedur rutin informan yang diwawancarai menyatakan
untuk pembersihan, disinfeksi permukaan bahwa tidak pernah mendapatkan
lingkungan, tempat tidur, vaksinasi untuk penyakit menular. Hanya
peralatan disamping tempat tidur dan informan perawat dan direktur rumah sakit
pinggirannya, permukaan yang sering saja yang menyatakan bahwa beberapa
disentuh dan pastikan kegiatan ini tahun yang lalu di RSUD DR. Sam
dimonitor. Kurangnya monitor dari Ratulangi Tondano pernah dilakukan
manajemen, akan mempengaruhi pemberian vaksinasi Hepatitis B.
kedisiplinan pegawai dalam melakukan Sedangkan dari hasil observasi dokumen,
tugas masing-masing. tidak didapatkan adanya SPO mengenai
Manajemen kesehatan lingkungan di perlindungan petugas kesehatan.
rumah sakit menurut penelitian yang 7. Penempatan Pasien
dilakukan oleh Azhar (2010), bahwa
komitmen petugas sangat menentukan
Dari hasil wawancara yang dilakukan,
keberhasilan manajemen kesehatan
lingkungan di suatu rumah sakit. didapatkan bahwa di RSUD DR. Sam
Ratulangi Tondano belum pernah
dilakukan operasi pada pasien dengan
6. Kesehatan Karyawan/Perlindungan penyakit menular. SPO penempatan pasien
dengan penyakit menular juga tidak ada.
Petugas Kesehatan
Prosedur yang dijalankan oleh RSUD DR.
Petugas kesehatan beresiko terinfeksi Sam Ratulangi Tondano adalah jika terjadi
bila terekspos saat bekerja, juga dapat kasus pasien yang harus dilakukan
mentransmisikan infeksi kepada pasien tindakan operasi, maka pihak rumah sakit
maupun petugas kesehatan yang lain. akan merujuk pasien tersebut ke RSUP
Manajemen rumah sakit dan petugas Prof. Dr. R. D. Kandou.
kesehatan memiliki tanggung jawab yang
sama untuk mencegah penyebaran infeksi
8. Hygiene Respirasi/Etika Batuk
dari petugas kesehatan ke pasien ataupun
sebaliknya, dari pasien ke petugas
Hygiene respirasi/etika batuk adalah
kesehatan dengan melakukan pencegahan
terhadap penyakit-penyakit yang dapat suatu teknik yang dirancang untuk
dicegah melalui pemberian vaksinasi. meminimalkan penularan patogen
Karena itu, fasilitas kesehatan harus pernapasan melalui rute droplet atau udara
memiliki program pencegahan dan (CDC, 2012). Pengendalian penyebaran
pengendalian infeksi bagi petugas patogen dari sumber yang infeksius
kesehatan (Bolyard EA, et al 1998). Saat merupakan kunci program pengendalian
menjadi karyawan baru seorang petugas
kesehatan harus diperiksa riwayat pernah sumber penularan infeksi. Salah satu
infeksi apa saja dan status imunisasinya. langkah pengendalian sumber penularan
Imunisasi yang dianjurkan untuk petugas infeksi adalah kebersihan pernapasan dan
kesehatan adalah Hepatitis B, dan bila etika batuk yang dikembangkan saat
munculnya severe acute respiratory

245
JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015

syndrome (SARS), kini termasuk dalam kamar operasi harus memakai masker dan
Kewaspadaan Standar. Peningkatan juga karena masker selalu tersedia di
penerapan Kewaspadaan Standar ini di kamar operasi.
seluruh dunia akan secara signifikan
menurunkan risiko yang tidak perlu dalam
9. Praktek Menyuntik yang Aman
pelayanan kesehatan. Peningkatan
lingkungan kerja yang aman sesuai dengan Center for Disease Control (CDC)
langkah yang dianjurkan dapat memperkirakan setiap tahun terjadi
menurunkan risiko transmisi (WHO, 385.000 kejadian luka akibat benda tajam
2008). Hygiene respirasi/etika batuk yang terkontaminasi darah pada tenaga
adalah cara penting untuk mengendalikan kesehatan di rumah sakit di Amerika.
Pekerja kesehatan beresiko terpapar darah
penyebaran infeksi di sumbernya. Khusus
dan cairan tubuh yang terinfeksi
di kamar operasi, penggunaan masker (bloodborne pathogen) yang dapat
merupakan hal yang wajib. Hygiene menimbulkan infeksi HBV (Hepatitis B
respirasi atau etika batuk di kamar operasi Virus), HCV (Hepatitis C Virus) dan HIV
dilakukan melalui pemakaian masker. melalui berbagai cara, salah satunya
melalui luka tusuk jarum atau yang dikenal
Dari hasil wawancara mengenai dengan istilah Needle Stick Injury atau NSI
hygiene respirasi/etika batuk di kamar (Daley & Karen, 2004).
operasi, didapatkan seluruh petugas di Pencegahan kontaminasi pada
kamar operasi, baik dokter, perawat, peralatan injeksi dan terapi dapat
sanitarian, dan petugas laundry telah dilakukan dengan praktek menyuntik yang
melakukan sesuai dengan pedoman aman dengan memakai jarum yang steril,
pelaksanaan pencegahan dan pengendalian sekali pakai pada setiap suntikan. Dari
hasil wawancara mendalam dan observasi
infeksi dengan memakai masker. Hal itu langsung didapatkan bahwa dokter
dikonfirmasi juga oleh direktur dan dapat anestesi dan perawat melakukan praktek
dilihat dari hasil observasi langsung, menyuntik dengan sekali pakai, namun
bahwa seluruh petugas yang memasuki mereka selalu menutup kembali jarum
kamar operasi sudah memakai masker. suntik yang dipakai kemudian
Pengetahuan dan kesadaran petugas kamar membuangnya di wadah botol air mineral
yang kosong, karena tidak tersedianya
operasi yang tinggi akan pemakaian
wadah tahan tusuk dan air. Hal ini tidak
masker dalam melakukan etika batuk sesuai dengan pedoman yang ada, dimana
sangat meminimalisir terjadinya jarum suntik sehabis pakai langsung
penyebaran virus. dibuang ke wadah tahan tusuk dan air
tanpa harus menutup jarum suntik
Hasil observasi dokumen, didapatkan kembali, seperti SPO yang sudah ada di
bahwa SPO hygiene respirasi/etika batuk RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano.
juga sudah ada dan masker di kamar Rekomendasi teknik kewaspadaan
operasi selalu ada, sehingga para petugas standar dari WHO (2004) penutupan
selalu memakai masker apabila berada di kembali jarum suntik bersama setelah
kamar operasi. Kepatuhan petugas dalam digunakan sebaiknya tidak perlu
pemakaian masker bisa dikarenakan dilakukan, jadi jarum suntik bersama
peraturan kamar operasi yang sypring-nya langsung dibuang ke kotak
khusus. Penanganan benda tajam menurut
mengharuskan siapa saja yang memasuki
Tietjen (2004), yaitu: 1. Tidak disarankan

246
Masloman, Kandou dan Tilaar, Analisis Pelaksanaan Pencegahan

untuk menyarungkan kembali atau sarung tangan steril dan alas kaki kamar
melepaskan spuit. 2. Memasukkan benda- operasi
benda tajam tersebut ke dalam wadah
sebelum diinsersi.
Kesimpulan

1. Pelaksanaan kebersihan tangan di


10. Praktek untuk Lumbal Pungsi
kamar operasi RSUD DR. Sam
Pemakaian masker pada insersi kateter Ratulangi Tondano belum berjalan
sesuai dengan pedoman pencegahan
atau injeksi suatu obat kedalam area
dan pengendalian infeksi Kementerian
spinal/epidural melalui prosedur lumbal Kesehatan.
punksi misal saat melakukan anastesi 2. Pelaksanaan pemakaian alat pelindung
spinal dan epidural untuk mencegah diri di kamar operasi RSUD DR. Sam
transmisi droplet flora orofaring (Depkes, Ratulangi Tondano belum berjalan
2011). sesuai dengan pedoman pencegahan
dan pengendalian infeksi Kementerian
Walaupun jarang, infeksi yang terjadi Kesehatan.
akibat pemberian anestesi spinal di kamar 3. Pelaksanaan pemrosesan peralatan
operasi sangat berbahaya. Studi yang pasien di kamar operasi RSUD DR.
dilakukan oleh Schulz-Stubnerr (2008) Sam Ratulangi Tondano belum
menyatakan bahwa dari 100.000 prosedur berjalan sesuai dengan pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi
anestesi spinal didapatkan angka kejadian
Kementerian Kesehatan.
meningitis yang berhubungan dengan 4. Pelaksanaan pengelolaan limbah di
pemberian anestesi spinal sebesar 3.7-7.2. kamar operasi RSUD DR. Sam
Sedangkan kejadian epidural abses Ratulangi Tondano belum berjalan
berkisar antara 0.2 sampai 83/100.000 sesuai dengan pedoman pencegahan
prosedur anestesi spinal. Kebersihan dan pengendalian infeksi Kementerian
Kesehatan.
tangan dan pemakaian alat pelindung diri
5. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan
sebelum melakukan pembereian anestesi kamar operasi RSUD DR. Sam
spinal merupakan salah satu cara yang Ratulangi Tondano belum berjalan
penting untuk menekan angka kejadian sesuai dengan pedoman pencegahan
infeksi saat pemberian anestesi spinal. dan pengendalian infeksi Kementerian
Biddle C. (2009) dalam penelitiannya Kesehatan.
menyebutkan bahwa ketidakpatuhan 6. Pelaksanaan program kesehatan
karyawan/perlindungan petugas
terhadap teknik mencuci tangan yang tepat
kesehatan di kamar operasi RSUD DR.
merupakan penyumbang terbesar dari Sam Ratulangi Tondano belum
infeksi nosokomial yang terjadi pada berjalan sesuai dengan pedoman
pemberian anestesi di kamar operasi. pencegahan dan pengendalian infeksi
Kementerian Kesehatan.
Dari hasil wawancara mendalam dan
7. Pelaksanaan penempatan pasien di
observasi, didapatkan bahwa praktek untuk
kamar operasi RSUD DR. Sam
lumbal pungsi di kamar operasi seperti
Ratulangi Tondano belum berjalan
pemberian anestesi spinal atau epidural
sesuai dengan pedoman pencegahan
dilakukan oleh dokter anestesi dengan
dan pengendalian infeksi Kementerian
menggunakan alat pelindung diri yang
Kesehatan.
lengkap seperti baju operasi,topi, masker,
8. Pelaksanaan hygiene respirasi/etika
batuk di kamar operasi RSUD DR.

247
JIKMU, Vol. 5, No. 2, April 2015

Sam Ratulangi Tondano sudah berjalan seluruh petugas kesehatan di rumah


sesuai dengan pedoman pencegahan sakit, khususnya di kamar operasi.
dan pengendalian infeksi Kementerian 5. Membuat SPO mengenai
Kesehatan. penempatan pasien dan praktek
9. Pelaksanaan praktek menyuntik yang untuk lumbal
aman di kamar operasi RSUD DR.
Sam Ratulangi Tondano belum Bagi petugas kesehatan di kamar operasi
berjalan sesuai dengan pedoman RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano:
pencegahan dan pengendalian infeksi 1. Menjalankan tugas dengan selalu
Kementerian Kesehatan. memperhatikan pedoman
10. Pelaksanaan praktek untuk lumbal pencegahan dan pengendalian
pungsi di kamar operasi RSUD DR. infeksi di kamar operasi sesuai
Sam Ratulangi Tondano belum dengan SPO yang telah ada.
berjalan sesuai dengan pedoman
pencegahan dan pengendalian infeksi 2. Selalu proaktif untuk
Kementerian Kesehatan. mengkomunikasikan kendala-
kendala yang ada di kamar operasi
dengan pihak manajemen RSUD
DR. Sam Ratulangi Tondano, agar
Saran masalah yang ada dapat segera
ditangani.
Bagi RSUD DR. Sam Ratulangi Tondano:
1. Pengaktifan kembali tim
Pencegahan dan Pengendalian Daftar Pustaka
Infeksi di RSUD DR. Sam
Ratulangi Tondano dan membuat Alvarado, C.J. 2000. The Science of Hand
surat keputusan mengenai Hygiene: A Self Study Monograph.
pemberian sanksi terhadap petugas University of Wisconsin Medical and
pemberi pelayanan kesehatan yang School and Sci-Health
tidak mengikuti pedoman Communication. USA.
pencegahan dan pengendalian Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial
infeksi yang telah tertulis dalam Problematika dan Pengendaliannya.
SPO, khususnya di kamar operasi. Jakarta: Salemba Medika.
2. Memperhatikan ketersediaan Departemen Kesehatan RI. 2001.
sarana dan prasarana penunjang Direktorat Pelayanan Medik
pencegahan dan pengendalian Spesialistik: Peodman Pengendalian
infeksi di kamar operasi, seperti Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit.
alat pelindung diri dan wadah Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
pembuangan limbah tajam.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman
3. Memperhatikan ketersediaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
tenaga kerja, seperti penambahan di Rumah Sakit dan Fasilitas
petugas sanitarian yang bertugas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta:
khusus di kamar operasi.. Departemen Kesehatan RI.
4. Memperhatikan kesehatan Gondodiputro, S. 1996. Identifikasi
karyawan/petugas kesehatan yang Faktor-Faktor Penyebab Menurunnya
bekerja di kamar operasi, seperti Kegiatan Panitia Pengendalian Infeksi
pemberian vaksinasi untuk Nosokomial di RSUP Dr. Hasan
penyakit-penyakit yang dapat Sadikin Bandung. Tesis Program
dicegah dengan vaksinasi bagi

248
Masloman, Kandou dan Tilaar, Analisis Pelaksanaan Pencegahan

Pascasarjana Universitas Indonesia. le_Income_Countries diakses tanggal


Universitas Indonesia. 20 November 2014.
Kementrian Kesehatan Republik Scheckler, William E., et al. 1998.
Indonesia, 2011. Standar Akreditasi Requirements for Infrastructure and
Rumah Sakit. Jakarta. Essential Activities of Infection
Control and Epidemiology in
Molina, V.F. 2012. Analisis Pelaksanaan
Hospitals: A Consensus Panel Report.
Program Pencegahan dan Pengendalian
USA.
Infeksi Nosokomial di Rumkital Dr.
Mintohardjo Jakarta Tahun 2012. Tesis Tietjen, et al. 1992. Processing
Program Pascasarjana Universitas instruments, gloves and other items, in
Indonesia. Universitas Indonesia. Infection Prevention Guidelines for
Family Planning Programs. EMS Inc.
Raka, Lul., Prevention and Control of
Durant.
Hospital-Related Infection in Low and
Middle Income Countries, The Open WHO, 2007. WHO Interim Guideline
Infection Diseases Journal, 2010, Infection Prevention and control of
diunduh dari epidemic and pandemic prone acute
http://www.researchgate.net/publicatio respiratory diseases in health care.
n/228639430_Prevention_and_Control WHO, 2002. Prevention of Hospital
_of_Hospital- Acquired Infections. 2nd edition.
Related_Infections_in_Low_and_Midd

249

Anda mungkin juga menyukai