Anda di halaman 1dari 23

b

BUDIDAYA TANAMAN SAWI


(Makalah Teknik Produksi Tanaman Hortikultura)

Oleh

Marida Arista Tantia 1414121140


Marina Simanungkalit 1414121141
Nasrulloh Zein Maksum 1414121162
Novita Lestari 1414121180
Nur Afni Aprilia 1414121181

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sayuran adalah salah satu komponen dari menu makanan yang sehat, maka tidak heran jika

kebutuhan sayuran dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan kesadaran masyarakat tentang

kesehatan. Di antara bermacam-macam jenis sayuran yang dapat dibudidayakan, tanaman sawi

(Brassica juncea L.) merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai komersial tinggi.

Budidaya tanaman sawi relatif mudah untuk dilaksanakan, sehingga dapat dilakukan oleh petani

ataupun pemula yang ingin menekuni agrobisnis budidaya tanaman ini. Budidaya tanaman sawi

juga sangat cepat menghasilkan karena tanaman ini memiliki umur relatif pendek (genjah), mulai

dari awal pertanaman hingga siap panen. Tanaman sawi hijau dapat dipanen setelah berumur 30

hari setelah tanam sedangkan Masa panen pada tanaman pakcoy termasuk singkat. Rata-rata,

sawi sendok ini bisa dipetik hasilnya setelah berumur 45-60 hari sejak proses penanaman

(Margiyanto, 2010).

Tanaman sawi termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae atau tanaman kubis-

kubisan yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena kaya akan serat, kandungan gizinya tinggi,

dan juga tanaman ini dipercaya mempunyai khasiat obat. Bagian tanaman dari sawi yang

dikonsumsi adalah daun-daunnya yang masih muda. Mengingat manfaat dan kegunaan dari

tanaman sawi yang begitu besar, sebaiknya mulai saat ini budidaya tanaman sawi perlu untuk

dikembangkan dalam upaya ikut serta menjaga kesehatan masyarakat (Haryanto., et al, 1995).
Selain memiliki kandungan vitamin dan gizi yang penting bagi tubuh, tanaman sawi dipercaya

dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Sawi yang dikonsumsi

berfungsi pula sebagai penyembuh sakit kepala Sebagian masyarakatpun mempercayai tanaman

ini mampu bekerja sebagai bahan pembersih darah. Penderita penyakit ginjal dianjurkan untuk

mengonsumsi sawi dalam jumlah besar karena dapat membantu memperbaiki fungsi kerja ginjal

(Yudharta, 2010).

Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam setiap 100 g berat basah tanaman sawi

berupa protein (2,3 g), lemak (0,3 g), karbohidrat (4,0 g), Ca (220,0 g), P (38,0 g), Fe (2,9 g),

vitamin A (1.940 mg), vitamin B (0,09 mg), dan vitamin C (102 mg). Tanaman sawi kaya akan

sumber vitamin A, sehingga berdaya guna dalam upaya mengatasi masalah kekurangan vitamin

A atau mengatasi penyakit rabun ayam (Xerophthalmia) yang sampai kini menjadi masalah

kalangan anak balita. Kandungan nutrisi lain pada tanaman ini berguna juga dalam menjaga

kesehatan tubuh manusia (Haryanto., et al, 1995).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan pembuatan makalah adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui cara budidaya tanaman sawi yang baik dan benar

2. Mengetahui manfaat dan faktor yang mempengaruhi produksi tanaman sawi


II. BUDIDAYA DAN USAHA TANI

2.1 Jenis – Jenis Tanaman Sawi Budidaya

Tanaman daerah masing-masing. Sebelum membudidayakan harus menentukan jenis dan macam

sawi, dengan begitu akan memudahkan untuk mencapai tujuan pembudidayaan. Berikut ada 4

jenis sawi yang dapat di budidayakani:

a. Sawi Hijau ( Sawi bunga )

Sawi hijau ( Brassica compestris sp. ) merupakan jenis sawi yang sangat populer di budidayakan.

Tanaman sawi hijau ini memiliki batang pendek, daun berwarna keputih-putihan, dan juga

memiliki rasa pahit. Tanaman ini dapat tumbuh baik dengan temparatur suhu normal, dan juga

baik di budidayakan di dataran tinggi yang mengandung bahan organik serta unsur hara yang

baik.
b. Sawi Putih

Sawi putih ( B. Juncea L ) merupakan jenis yang sangat di sukai banyak orang dan juga banyak

yang membudidayakan tanaman ini. Tanaman sawi ini memiliki bentuk bunga berwarna kuning

cerah, daun berwarna hijau mudah hingga tua, memiliki batang pendek dan tidak memiliki rasa.

Tanaman sawi ini dapat di budidayakan di dataran rendah dan dataran tinggi dengan berbagai

media, harus memiliki curah hujan baik, media tanam memiliki kandungan organik tinggi, subur

da gembur. Dan cahaya matahari yang memadai.

c. Sawi Jepun ( Siow pak choi )

Sawi jepun ( Barssica camprestis sp ) merupakan jenis sayuran sawi yang banyak di budidayakan

di wilayah tertentu. Tanaman ini memiliki batang pendek berwrna putih, pangkal daun bergaris
atau mengkerut kebawah, berwarna hijau muda dan tua. Tanaman ini banyak di budidayakan di

wilayah tertentu dengan suhu normal, cahaya matahari memadai, media tanah subur, gembur dan

banyak mengandung bahan organik dan memiliki curah hujan yang baik.

d. Sawi Pahit ( Bitter mustard )

sawi merupakan jenis tanaman sayuran yang sangat di kenali dan populer. Tanaman ini sudah

banyak yang membudidayakan baik di negara indonesia  maupun negara lainnya. Selain mudah

di budidayakan tanaman memiliki daya pertumbuhan yang sangat cepat dan juga memiliki nilai

ekonomis yang relatif tinggi. Nilai ekenomis yang tinggi membuat para petani ingin

membudidayakan tanaman sawi ini. Sawi ini di kenal sebagai caisim, kubis dan lobak atau

lainnya , tergantung dengan sawi pahit ( Brassica juncea var rugosa ) merupakan salah satu jenis

tanaman sawi terakhir yang paling populer di indonesia. Tanaman ini selain populer juga

memiliki daya jual yang sangat tinggi dan juga mudah dibudidayakan (Yudharta, 2010).

Tanaman ini memiliki daun berwarna hijau muda hingga hijau tua, memiliki batang pendek

berwrna putih, bunga berwrna kuning cerah, memiliki biji mengkilap berwrna hitam dan juga

memiliki rasa khas pahit. Tanaman sawi pahit ini dapat di budidayakan di dataran rendah dan
tinggi, dengan suhu normal, media tanam gembur, subur dan banyak mengandung bahan organik

dan juga pertumbuhan yang sangat cepat.

2.2 Syarat Tumbuh

Kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) dapat

memberikan hasil panen yang tinggi.  Sehingga dengan demikian untuk menunjang usaha tani

sawi hijau yang berhasil, lokasi usaha tani harus memiliki kondisi lingkungan yang sesuai seperti

yang di kehendaki tanaman. Sebab, kecocokan keadaan lingkungan (iklim dan tanah) sangat

menunjang produktivitas tanaman berproduksi. Hingga dewasa ini masih banyak di jumpai

petani mengalami kegagalan panen atau memperoleh kuntungan yang rendah karena kurang

memperhatikan keadaan lingkungan lokasi penanaman (Yudharta, 2010).

Tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas

maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi.

Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi.  Daerah

penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas

permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100

meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam

sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara

teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. Lebih

cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang
pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir

musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak

mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah

yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara  pH 6 sampai pH 7 (Margiyanto, 2010).

2.3 Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-

tahap penggemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi

udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan

menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus

dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh dan bebas dari

daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan

kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat

baik untuk dan bedengan siap tanam. Penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk

kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat

merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH

terlalu rendah (asam) sebaiknya dilakukan pengapuran. Pengapuran ini bertujuanuntuk

menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman

benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam

melakukan penggemburan tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur

yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (Haryanto, 1995).
2.4 Pembenihan

Salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya sawi hijau adalah faktor pembenihan, karena

benih yang baik dapat menghasilkan tanaman yang memiliki pertumbuhan bagus. Untuk setiap

hektar lahan tanam, dibutuhkan benih sawi sebanyak 750 gram. Pada umumnya benih sawi yang

baik memiliki bentuk bulat, kecil, warna kulit coklat kehitaman, agak keras, dan permukaannya

licin mengkilap. Benih sawi yang akan digunakan untuk bercocok tanam harus memiliki kualitas

yang baik. Jika benih tersebut didapat dari membeli, maka saat membeli harus diperhatikan

lamanya penyimpanan, kadar air, varietas, suhu dan tempat untuk menyimpan. Perhatikan dan

pastikan bahwa kemasan benih tersebut dalam kondisi utuh dan kemasan berbahan alumunium

foil. Jika benih yang digunakan didapat dari hasil penanaman, hal-hal yang harus diperhatikan

adalah yang terkait dengan kualitas benih tersebut, misalnya tanaman yang bijinya akan diambil

untuk dijadikan benih harus berumur sekurang-kurangnya 70 hari. Tanaman sawi yang akan

dibuat benih harus terpisah dari tanaman sawi lainnya. Perhatikan pula proses yang lain yang

akan dilakukan, seperti proses penganginan, tempat untuk menyimpan dan pastikan benih yang

akan ditanam tersebut tidak lebih dari 3 tahun di tempat penyimpanan (Suprijadi, 2009).

2.5 Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil

yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini

tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan

pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air
demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan

sehari cukup sekali sore atau pagi hari.  Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan

dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu

rapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan

penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati

atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya

dilakukan 2-4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma

pada bedeng penanaman (Kloppenburg, 2008).

Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan

penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Pemupukan tambahan

diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok

teh sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m

bedengan  (Kloppenburg, 2008).

2.6  Panen dan pasca panen

Umur panen sawi kurang lebih 40 hari, cara panen sawi ada dua macam yaitu pertama mencabut

seluruh tanaman beserta akarnya dan kedua dengan memotong bagian pangkal batang yang

berada diatas tanah dengan pisau tajam. Paska panen pada sawi yang perlu diperhatiakan adalah

pencucian dan pembuangan kotoran seperti tanah yang menempel pada sawi dengan air

mengalir, sortasi yaitu dengan memilih tanaman sawi yang baik secara fisik dengan memisahkan

tanaman sawi yang rusak, pengemasan pada tanaman sawi pengemasan yang dilakukan yaitu
dengan mengikat batang sawi dengan menggunakan tali, dan pengolahan tanaman sawi yang

telah dikemas siap untuk dipasarkan dan dapat di masak untuk dikonsumsi(Anonim, 2008)
.
III. PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN

3.1 Praktikum

a. Pengolahan Lahan .

Pengolahan lahan yang dilakukan adalah pertama dilakukan pencangkulan yang bertujuan untuk

menggemburkan tanah dan menekan pertumbuhan gulma yang tumbuh di lahan yang diolah.

Setelah itu, diberi pupuk kandang maksimal tiga hari sebelum penanaman sebanyak kurang lebih

25 kg. Jarak tanam sawi yang digunakan adalah 25 x 25 cm.

b. Penanaman

Pada kelompok kami, penanaman tidak dilakukan dengan benih, namun mengambil bibit yang

berasal dari kelompok lain yang telah berumur 2 MST.


Pada guludan dibuat lubang tanam dengan jarak 25 x 25 cm. Bibit yang telah dipilih, ditanam

dalam lubang yang telah dibuat. Pada saat penanaman pastikan saat menutup lubang leher akar

tidak tertutup tanah. Setelah itu dilakukan penyiraman. Satu minggu setelah penanaman, bibit

yang sudah ditanam ada beberapa yang mati karena diserang hama. Hal tersebut yang

menyebabkan harus dilakukan penyulaman kembali.

c. Pemeliharaan

Penyiraman dilakukan secara rutin pada sore hari. Jumlah air yang digunakan pada saat

penyiraman tidak terlalu banyak hanya sampai tanah dalam keadaan lembab. Perawatan yang

dilakukan selanjutnya adalah penggemburan dan pembumbunan. Tidak hanya itu, perawatan

yang lain adalah penyiangan gulma. Tiga minggu setelah tanam, dilakukan pemupukan dengan

pupuk Growmore dengan konsentrasi 2g/L. Untuk mengendalikan hama belalang kami

menggunakan pestisida nabati dari ekstrak bawang merah dan minyak tanah serta detergen.
d. Panen dan Pasca Panen.

Pemanenan dapat dilakukan saat tanaman sawi berumur 40 hari setelah tanam. Pemanenan

dilakukan dengan cara mencabut tanaman beserta akarnya kemudian akar tanaman dicuci. Pada

kelompok kami hasil produksi yang didapatkan tidak maksimal karena disebabkan serangan

belalang yang memakan daun tanaman sampai habis.

3.2 Pembahasan

Berdasarkan literatur, dalam budidaya sawi yang dilakukan pertama adalah pengolahan lahan.

Pengolahan lahan ini dengan cara menggemburkan tanah dan memperbaiki struktur tanah untuk

sirkulasi udara dan air dalam tanah. Dalam persiapan lahan ini, diberikan pupuk dasar untuk

memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Sebelum lahan digemburkan, maka gulma dan semak
yang ada di sekitar lahan harus dibersihkan terlebih dahulu dan jika pH tanah terlalu asam,

dilakukan pengapuran agar pH mendekati netral dan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada

praktikum yang sudah dilakukan, pengolahan lahan sudah sesuai dengan literatur hanya saja

tidak dilakukan pengapuran karena pH sudah sesuai.

Dilihat dari literatur, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah pembenihan. Pada kelompok

kami, penanaman sawi tidak dengan benih melainkan dengan bibit. Bibit sawi yang digunakan

berusia dua minggu setelah tanam. Dalam tahap pembenihan ini, maka tidak sesuai dengan

literatur.

Pemeliharaan yang dilakukan dalam praktikum adalah penyiraman, penyulaman, penyiangan,

penggemburan, pemberian pupuk dan pengendalian hama dengan menggunakan pestisida nabati.

Penyiraman yang dilakukan, disesuaikan dengan keadaan iklim atau keadaan tanah. Jika saat

hujan turun, maka penyiraman tidak dilakukan dan jika hujan tidak turun, penyiraman dilakukan

pada sore hari dan tidak terlalu banyak atau sampai air tergenang.

Penyulaman dilakukan pada saat bibit awal yang dipindahkan sudah berumur satu minggu dan

hanya tanaman yang terserang hama belalang yang memakan tanaman sampai habis.

Penyulaman ini juga dengan bibit yang didapat dari kelompok lain yang tanamannya berhasil

dan tumbuh baik. Pada saat penyulaman, dalam satu lubang hanya ditanami satu bibit saja dan

dengan jarak yang sesuai maka tidak lagi perlu dilakukan penjarangan sesuai dengan literatur.

Penyulaman dilakukan untuk memenuhi jumlah tanaman yang kosong atau mati karena hal

tertentu agar tidak merugikan secara ekonomis. Penyulaman dilakukan karena tanaman dimakan
oleh hama sehingga hanya tersisa batang tanaman. Tanaman diserang hama belalang sehingga

memerlukan dilakukan penyulaman.

Penyiangan gulma dilakukan hanya jika terdapat gulma disekitar tanaman yang menghambat

pertumbuhan tanaman. Pemupukan yang dilakukan menggunakan pupuk Growmore tidak

menggunakan pupuk urea. Penggemburan dilakukan hanya sekali pada saat dilakukan

penyulaman kembali, karena tekstur tanah pada guludan tidak baik lagi dan ini menjadi salah

satu faktor kecil dalam menghambat sirkulasi dalam tanah yang menyebabkan tanaman kami

sedikit terganggu pertumbuhannya.

Pada pemeliharaan untuk mengendalikan hama yang menyerang, maka kelompok kami

menggunakan pestisida nabati. Pemanenan yang dilakukan berusia kurang lebih 40 hari namun

produksi kelompok kami tidak baik karena banyak yang dimakan hama sampai habis.

Jika dibandingkan dengan literatur, pada kelompok kami tidak sesuai. Ketidaksesuain ini

terdapat pada tahap pemupukan. Pemupukan yang seharusnya meggunakn urea, namun kami

hanya menggunakan pupuk cair yaitu Growmore dengan konsentrasi 2g/L. Pada dasarnya,

budidaya yang kami lakukan adalah semi organik yang tidak menggunakan pupuk anorganik

atau pestisida kimia.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2008. Budidaya Tanaman Sawi. http//zuldesains wordpress. com/2008/01/11/budidaya

tanaman sawi. html. diakses pada 4 Mei 2016, Pukul 15.00 WIB.

Haryanto, E, Suhartini, T dan Rahayu, E. 1995. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kloppenburg, 2008. Petunjuk Lengkap mengenai Tanam-tanaman di Indonesia dan Khasiatnya sebagai

Obat-obatan Tradisional. Yayasan Dana Sejahtera. Yogyakarta

Margiyanto, 2010. Alam Ilmu Pengetahuan . Jakarta. Grafindo. Jakarta

Yudharta, 2010. Pertumbuhan Tanaman Sawi . UGM. Yokyakarta

Suprijadi, 2009. Budidaya Tanaman Sawi . Erlangga. Jakarta

IV. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari makalah adalah sebagai berikut:


1.    Tanaman sawi hijau(Brassica juncae L) merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai

komersial tinggi. Budidaya tanaman sawi relatif mudah untuk dilaksanakan karena sawi dapat

tumbuh pada dataran rendah dan tinggi.

2.    Teknik budidaya tanaman sawi hijau meliputi pemilihan benih, pengolahan tanah, pembibitan,

penanaman dan pemeliharaan.

3.    Pada praktikum yang dilakukan produksi tanaman sawi tidak maksimal dikarenakan pengolahan

tanah yang kurang baik, dan adanya serangan hama belalang yang aktif memakan daun pada

sawi.

4.    Berdasarkan literatur teknik pengolahan lahan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit

tidak sesuai dengan literatur.

Anda mungkin juga menyukai