Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sayuran adalah salah satu komponen dari menu makanan yang sehat, maka tidak heran jika
kebutuhan sayuran dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan. Di antara bermacam-macam jenis sayuran yang dapat dibudidayakan, tanaman sawi
(Brassica juncea L.) merupakan salah satu komoditas yang mempunyai nilai komersial tinggi.
Budidaya tanaman sawi relatif mudah untuk dilaksanakan, sehingga dapat dilakukan oleh petani
ataupun pemula yang ingin menekuni agrobisnis budidaya tanaman ini. Budidaya tanaman sawi
juga sangat cepat menghasilkan karena tanaman ini memiliki umur relatif pendek (genjah), mulai
dari awal pertanaman hingga siap panen. Tanaman sawi hijau dapat dipanen setelah berumur 30
hari setelah tanam sedangkan Masa panen pada tanaman pakcoy termasuk singkat. Rata-rata,
sawi sendok ini bisa dipetik hasilnya setelah berumur 45-60 hari sejak proses penanaman
(Margiyanto, 2010).
Tanaman sawi termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae atau tanaman kubis-
kubisan yang memiliki nilai ekonomis tinggi karena kaya akan serat, kandungan gizinya tinggi,
dan juga tanaman ini dipercaya mempunyai khasiat obat. Bagian tanaman dari sawi yang
dikonsumsi adalah daun-daunnya yang masih muda. Mengingat manfaat dan kegunaan dari
tanaman sawi yang begitu besar, sebaiknya mulai saat ini budidaya tanaman sawi perlu untuk
dikembangkan dalam upaya ikut serta menjaga kesehatan masyarakat (Haryanto., et al, 1995).
Selain memiliki kandungan vitamin dan gizi yang penting bagi tubuh, tanaman sawi dipercaya
dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Sawi yang dikonsumsi
berfungsi pula sebagai penyembuh sakit kepala Sebagian masyarakatpun mempercayai tanaman
ini mampu bekerja sebagai bahan pembersih darah. Penderita penyakit ginjal dianjurkan untuk
mengonsumsi sawi dalam jumlah besar karena dapat membantu memperbaiki fungsi kerja ginjal
(Yudharta, 2010).
Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam setiap 100 g berat basah tanaman sawi
berupa protein (2,3 g), lemak (0,3 g), karbohidrat (4,0 g), Ca (220,0 g), P (38,0 g), Fe (2,9 g),
vitamin A (1.940 mg), vitamin B (0,09 mg), dan vitamin C (102 mg). Tanaman sawi kaya akan
sumber vitamin A, sehingga berdaya guna dalam upaya mengatasi masalah kekurangan vitamin
A atau mengatasi penyakit rabun ayam (Xerophthalmia) yang sampai kini menjadi masalah
kalangan anak balita. Kandungan nutrisi lain pada tanaman ini berguna juga dalam menjaga
1.2 Tujuan
Tanaman daerah masing-masing. Sebelum membudidayakan harus menentukan jenis dan macam
sawi, dengan begitu akan memudahkan untuk mencapai tujuan pembudidayaan. Berikut ada 4
Sawi hijau ( Brassica compestris sp. ) merupakan jenis sawi yang sangat populer di budidayakan.
Tanaman sawi hijau ini memiliki batang pendek, daun berwarna keputih-putihan, dan juga
memiliki rasa pahit. Tanaman ini dapat tumbuh baik dengan temparatur suhu normal, dan juga
baik di budidayakan di dataran tinggi yang mengandung bahan organik serta unsur hara yang
baik.
b. Sawi Putih
Sawi putih ( B. Juncea L ) merupakan jenis yang sangat di sukai banyak orang dan juga banyak
yang membudidayakan tanaman ini. Tanaman sawi ini memiliki bentuk bunga berwarna kuning
cerah, daun berwarna hijau mudah hingga tua, memiliki batang pendek dan tidak memiliki rasa.
Tanaman sawi ini dapat di budidayakan di dataran rendah dan dataran tinggi dengan berbagai
media, harus memiliki curah hujan baik, media tanam memiliki kandungan organik tinggi, subur
Sawi jepun ( Barssica camprestis sp ) merupakan jenis sayuran sawi yang banyak di budidayakan
di wilayah tertentu. Tanaman ini memiliki batang pendek berwrna putih, pangkal daun bergaris
atau mengkerut kebawah, berwarna hijau muda dan tua. Tanaman ini banyak di budidayakan di
wilayah tertentu dengan suhu normal, cahaya matahari memadai, media tanah subur, gembur dan
banyak mengandung bahan organik dan memiliki curah hujan yang baik.
sawi merupakan jenis tanaman sayuran yang sangat di kenali dan populer. Tanaman ini sudah
banyak yang membudidayakan baik di negara indonesia maupun negara lainnya. Selain mudah
di budidayakan tanaman memiliki daya pertumbuhan yang sangat cepat dan juga memiliki nilai
ekonomis yang relatif tinggi. Nilai ekenomis yang tinggi membuat para petani ingin
membudidayakan tanaman sawi ini. Sawi ini di kenal sebagai caisim, kubis dan lobak atau
lainnya , tergantung dengan sawi pahit ( Brassica juncea var rugosa ) merupakan salah satu jenis
tanaman sawi terakhir yang paling populer di indonesia. Tanaman ini selain populer juga
memiliki daya jual yang sangat tinggi dan juga mudah dibudidayakan (Yudharta, 2010).
Tanaman ini memiliki daun berwarna hijau muda hingga hijau tua, memiliki batang pendek
berwrna putih, bunga berwrna kuning cerah, memiliki biji mengkilap berwrna hitam dan juga
memiliki rasa khas pahit. Tanaman sawi pahit ini dapat di budidayakan di dataran rendah dan
tinggi, dengan suhu normal, media tanam gembur, subur dan banyak mengandung bahan organik
Kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) dapat
memberikan hasil panen yang tinggi. Sehingga dengan demikian untuk menunjang usaha tani
sawi hijau yang berhasil, lokasi usaha tani harus memiliki kondisi lingkungan yang sesuai seperti
yang di kehendaki tanaman. Sebab, kecocokan keadaan lingkungan (iklim dan tanah) sangat
menunjang produktivitas tanaman berproduksi. Hingga dewasa ini masih banyak di jumpai
petani mengalami kegagalan panen atau memperoleh kuntungan yang rendah karena kurang
Tanaman sawi hijau (Brassica juncae L) dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas
maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi.
Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah
penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas
permukaan laut. Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100
meter sampai 500 meter dpl. Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam
sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara
teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. Lebih
cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang
pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir
musim penghujan. Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak
mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah
Pengolahan tanah secara umum melakukan penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-
tahap penggemburan yaitu pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi
udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan
menambah kesuburan lahan yang akan kita gunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus
dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak atau pepohonan yang tumbuh dan bebas dari
daerah ternaungi, karena tanaman sawi suka pada cahaya matahari secara langsung. Sedangkan
kedalaman tanah yang dicangkul sedalam 20 sampai 40 cm. Pemberian pupuk organik sangat
baik untuk dan bedengan siap tanam. Penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk
kandang yang baik yaitu 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat
merata dan bercampur dengan tanah yang akan kita gunakan. Bila daerah yang mempunyai pH
menaikkan derajad keasam tanah, pengapuran ini dilakukan jauh-jauh sebelum penanaman
benih, yaitu kira-kira 2 sampai 4minggu sebelumnya. Sehingga waktu yang baik dalam
melakukan penggemburan tanah yaitu 2 – 4 minggu sebelum lahan hendak ditanam. Jenis kapur
yang digunakan adalah kapur kalsit (CaCO3) atau dolomit (Haryanto, 1995).
2.4 Pembenihan
Salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya sawi hijau adalah faktor pembenihan, karena
benih yang baik dapat menghasilkan tanaman yang memiliki pertumbuhan bagus. Untuk setiap
hektar lahan tanam, dibutuhkan benih sawi sebanyak 750 gram. Pada umumnya benih sawi yang
baik memiliki bentuk bulat, kecil, warna kulit coklat kehitaman, agak keras, dan permukaannya
licin mengkilap. Benih sawi yang akan digunakan untuk bercocok tanam harus memiliki kualitas
yang baik. Jika benih tersebut didapat dari membeli, maka saat membeli harus diperhatikan
lamanya penyimpanan, kadar air, varietas, suhu dan tempat untuk menyimpan. Perhatikan dan
pastikan bahwa kemasan benih tersebut dalam kondisi utuh dan kemasan berbahan alumunium
foil. Jika benih yang digunakan didapat dari hasil penanaman, hal-hal yang harus diperhatikan
adalah yang terkait dengan kualitas benih tersebut, misalnya tanaman yang bijinya akan diambil
untuk dijadikan benih harus berumur sekurang-kurangnya 70 hari. Tanaman sawi yang akan
dibuat benih harus terpisah dari tanaman sawi lainnya. Perhatikan pula proses yang lain yang
akan dilakukan, seperti proses penganginan, tempat untuk menyimpan dan pastikan benih yang
akan ditanam tersebut tidak lebih dari 3 tahun di tempat penyimpanan (Suprijadi, 2009).
2.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan hal yang penting. Sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil
yang akan didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman, penyiraman ini
tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih maka kita perlu melakukan
pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba kita harus menambah air
demi kecukupan tanaman sawi yang kita tanam. Bila tidak terlalu panas penyiraman dilakukan
sehari cukup sekali sore atau pagi hari. Tahap selanjutnya yaitu penjarangan, penjarangan
dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu
rapat. Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah penyulaman, penyulaman ialah tindakan
penggantian tanaman ini dengan tanaman baru. Caranya sangat mudah yaitu tanaman yang mati
atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya
dilakukan 2-4 kali selama masa pertanaman sawi, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma
Biasanya penyiangan dilakukan 1 atau 2 minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan
diberikan setelah 3 minggu tanam, yaitu dengan urea 50 kg/ha. Dapat juga dengan satu sendok
teh sekitar 25 gram dilarutkan dalam 25 liter air dapat disiramkan untuk 5 m
bedengan (Kloppenburg, 2008).
Umur panen sawi kurang lebih 40 hari, cara panen sawi ada dua macam yaitu pertama mencabut
seluruh tanaman beserta akarnya dan kedua dengan memotong bagian pangkal batang yang
berada diatas tanah dengan pisau tajam. Paska panen pada sawi yang perlu diperhatiakan adalah
pencucian dan pembuangan kotoran seperti tanah yang menempel pada sawi dengan air
mengalir, sortasi yaitu dengan memilih tanaman sawi yang baik secara fisik dengan memisahkan
tanaman sawi yang rusak, pengemasan pada tanaman sawi pengemasan yang dilakukan yaitu
dengan mengikat batang sawi dengan menggunakan tali, dan pengolahan tanaman sawi yang
telah dikemas siap untuk dipasarkan dan dapat di masak untuk dikonsumsi(Anonim, 2008)
.
III. PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
3.1 Praktikum
a. Pengolahan Lahan .
Pengolahan lahan yang dilakukan adalah pertama dilakukan pencangkulan yang bertujuan untuk
menggemburkan tanah dan menekan pertumbuhan gulma yang tumbuh di lahan yang diolah.
Setelah itu, diberi pupuk kandang maksimal tiga hari sebelum penanaman sebanyak kurang lebih
b. Penanaman
Pada kelompok kami, penanaman tidak dilakukan dengan benih, namun mengambil bibit yang
dalam lubang yang telah dibuat. Pada saat penanaman pastikan saat menutup lubang leher akar
tidak tertutup tanah. Setelah itu dilakukan penyiraman. Satu minggu setelah penanaman, bibit
yang sudah ditanam ada beberapa yang mati karena diserang hama. Hal tersebut yang
c. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan secara rutin pada sore hari. Jumlah air yang digunakan pada saat
penyiraman tidak terlalu banyak hanya sampai tanah dalam keadaan lembab. Perawatan yang
dilakukan selanjutnya adalah penggemburan dan pembumbunan. Tidak hanya itu, perawatan
yang lain adalah penyiangan gulma. Tiga minggu setelah tanam, dilakukan pemupukan dengan
pupuk Growmore dengan konsentrasi 2g/L. Untuk mengendalikan hama belalang kami
menggunakan pestisida nabati dari ekstrak bawang merah dan minyak tanah serta detergen.
d. Panen dan Pasca Panen.
Pemanenan dapat dilakukan saat tanaman sawi berumur 40 hari setelah tanam. Pemanenan
dilakukan dengan cara mencabut tanaman beserta akarnya kemudian akar tanaman dicuci. Pada
kelompok kami hasil produksi yang didapatkan tidak maksimal karena disebabkan serangan
3.2 Pembahasan
Berdasarkan literatur, dalam budidaya sawi yang dilakukan pertama adalah pengolahan lahan.
Pengolahan lahan ini dengan cara menggemburkan tanah dan memperbaiki struktur tanah untuk
sirkulasi udara dan air dalam tanah. Dalam persiapan lahan ini, diberikan pupuk dasar untuk
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Sebelum lahan digemburkan, maka gulma dan semak
yang ada di sekitar lahan harus dibersihkan terlebih dahulu dan jika pH tanah terlalu asam,
dilakukan pengapuran agar pH mendekati netral dan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pada
praktikum yang sudah dilakukan, pengolahan lahan sudah sesuai dengan literatur hanya saja
Dilihat dari literatur, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah pembenihan. Pada kelompok
kami, penanaman sawi tidak dengan benih melainkan dengan bibit. Bibit sawi yang digunakan
berusia dua minggu setelah tanam. Dalam tahap pembenihan ini, maka tidak sesuai dengan
literatur.
penggemburan, pemberian pupuk dan pengendalian hama dengan menggunakan pestisida nabati.
Penyiraman yang dilakukan, disesuaikan dengan keadaan iklim atau keadaan tanah. Jika saat
hujan turun, maka penyiraman tidak dilakukan dan jika hujan tidak turun, penyiraman dilakukan
pada sore hari dan tidak terlalu banyak atau sampai air tergenang.
Penyulaman dilakukan pada saat bibit awal yang dipindahkan sudah berumur satu minggu dan
hanya tanaman yang terserang hama belalang yang memakan tanaman sampai habis.
Penyulaman ini juga dengan bibit yang didapat dari kelompok lain yang tanamannya berhasil
dan tumbuh baik. Pada saat penyulaman, dalam satu lubang hanya ditanami satu bibit saja dan
dengan jarak yang sesuai maka tidak lagi perlu dilakukan penjarangan sesuai dengan literatur.
Penyulaman dilakukan untuk memenuhi jumlah tanaman yang kosong atau mati karena hal
tertentu agar tidak merugikan secara ekonomis. Penyulaman dilakukan karena tanaman dimakan
oleh hama sehingga hanya tersisa batang tanaman. Tanaman diserang hama belalang sehingga
Penyiangan gulma dilakukan hanya jika terdapat gulma disekitar tanaman yang menghambat
menggunakan pupuk urea. Penggemburan dilakukan hanya sekali pada saat dilakukan
penyulaman kembali, karena tekstur tanah pada guludan tidak baik lagi dan ini menjadi salah
satu faktor kecil dalam menghambat sirkulasi dalam tanah yang menyebabkan tanaman kami
Pada pemeliharaan untuk mengendalikan hama yang menyerang, maka kelompok kami
menggunakan pestisida nabati. Pemanenan yang dilakukan berusia kurang lebih 40 hari namun
produksi kelompok kami tidak baik karena banyak yang dimakan hama sampai habis.
Jika dibandingkan dengan literatur, pada kelompok kami tidak sesuai. Ketidaksesuain ini
terdapat pada tahap pemupukan. Pemupukan yang seharusnya meggunakn urea, namun kami
hanya menggunakan pupuk cair yaitu Growmore dengan konsentrasi 2g/L. Pada dasarnya,
budidaya yang kami lakukan adalah semi organik yang tidak menggunakan pupuk anorganik
tanaman sawi. html. diakses pada 4 Mei 2016, Pukul 15.00 WIB.
Haryanto, E, Suhartini, T dan Rahayu, E. 1995. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.
IV. KESIMPULAN
komersial tinggi. Budidaya tanaman sawi relatif mudah untuk dilaksanakan karena sawi dapat
2. Teknik budidaya tanaman sawi hijau meliputi pemilihan benih, pengolahan tanah, pembibitan,
3. Pada praktikum yang dilakukan produksi tanaman sawi tidak maksimal dikarenakan pengolahan
tanah yang kurang baik, dan adanya serangan hama belalang yang aktif memakan daun pada
sawi.
4. Berdasarkan literatur teknik pengolahan lahan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit