Anda di halaman 1dari 7

Mikhail Kalashnikova, Tarikan Senapan Legendaris AK-47 dan Warisan Penyesalan

By Apiida

Jumlah Kata: 1580

Sahabat Naura …Bagaimana kabarnya?

Kali ini Majalah Naura terbit bertepatan dengan ulang tahun ke-50 Mahanegara Bumi, 2 Mei
2070. Dengan bangga, kami mempersembahkan edisi khusus Para Pemberi Pengaruh Bumi.
Tentu semua ingat, detik-detik terbentuknya Mahanegara kita ini. Beberapa bulan di tahun 2020,
masing-masing negara lama melawan Covid-19 sendiri-sendiri. Terbangunlah tanpa sengaja, rasa
yang sama.

Kesadaran bahwa batas-batas antar negara tak penting lagi. Para pemimpin negara-negara lama
pun sepakat mendeklarasikan Mahanegara Bumi. Satu-satunya negara yang kini ada di muka
bumi. Untuk meningkatkan rasa saling mengenal, kali ini kami tampil tanpa rubrik. Sepenuhnya
mengangkat kisah orang-orang berpengaruh antar waktu, bidang, maupun wilayah.

Para reporter kami bertolak ke masa lalu, menggunakan teknologi terbaru yaitu Kapsul Waktu.
Hanya perlu 1 menit 23 detik untuk perjalanan pergi atau pulang. Kapsul waktu ini hanya bisa
dipakai selama maksimal 12 jam.

Jadi, ada keseruan dan ketegangan sendiri bagi para reporter. Terlambat satu menit saja, mereka
akan tertinggal di masa lalu. Semoga, upaya kami bisa membuat warga Mahanegara menjadi
lebih saling mengenal tokoh bersejarah kita.

---***---

Berangkat dari kantor redaksi Naura, wajah saya sudah tertekuk. Bersungut, mengatur waktu
setidaknya 12 jam kali ini terasa berat. Bagaimana tidak? Saya harus memasuki pusat militer
rusia. Di mana, pusat tempat latihan militer terbesar dan paling keras di masanya. Demi bertemu
Mikhail Kalashnikova, khususnya.
Kali ini, semua persiapan ke Rusia sudah selesai. Kapsul waktu sudah dicek, perlengkapan di
sana dan juga timer sudah terpasang. Ah, kepala saya pusing saat sinar ini menarikku ke sebuah
lorong panjang. Beruntunglah saya tiba di sebuah barak yang tak jauh dari pusat komando
militer. Terlihat barisan prajurit di lapangan.

Mengendap, saya memasuki markas militer. Mencari ruang di mana Mikhail (panggilan
akrabnya) berada. Layaknya sebagai tamu kehormatan, dengan kepala tegak saya bertanya ke
salah seorang prajurit yang lewat. Ruangan paling besar di sudut kanan sebelah aula. Di sanalah
saya melihatnya menyeduh kopi di ruangan.

Selayaknya seorang wartawan zaman dulu. Saya masuk, sedikit memberi laporan terkait janji
palsu yang saya buat dan berdiri di sudut ruangan.

“Kemarilah! Apa yang kau lakukan di sana?” Ragu, kaki ini mencoba melangkah tegap, “Coba
angkat senjata itu. Bagaimana menurutmu?”

Dalam keterkejutan, saya lirik senjata yang ada di atas meja. Saya mengenali itu, AK-47.
Mahakarya ciptaan Mikhail yang mendunia dan masih bertahan hingga masa depan. Tatapan
tajam itu mendominasi, sekali lagi kaki ini gemetar tak keruan. Saat memegangnya, tangan ini
seakan mau turun karena memang lebih berat daripada yang saya bayangkan.

Q: “Senjata serbu ini lebih berat daripada dugaan saya. Ini adalah mahakarya. Mengapa namanya
AK-47?”

A: “Sebagi bentuk penghormatan. Nama saya disematkan dalam senjata ini. Lengkapnya “A”
singkatan dari “Avtomat” yang artinya senapan otomastis dan “K” Kalashnikova. Sedangkan,
angka “47” merujuk pada tahun berakhirnya kompetisi merancang senapan serbu Rusia.”

Q: “Bagaimana perasaan Anda kala itu?”

A: “Tentu saja ada kebanggaan tersendiri. Namun, sebagai prajurit saya lebih bangga melihat
senjata ini dipegang sesama rekan prajurit yang bertarung demi negaranya.”

Q: “Menarik! Sepertinya Anda memiliki ikatan terselubung dengan peperangan.”


A: “Tentu saja, saya lahir, hidup dan berjuang dalam peperangan. Peperangan adalah bagian dari
hidupku.”

[Mikhail mengangkat cangkir itu ke mulut, menyesap kopi hingga tandas.]

Q: “Tolong, ceritakan mengenai masa kecil Anda yang tidak banyak diketahui orang lain?”

A: “Saya lahir saat perang saudara, disusul Revolusi Bolshevik*. Berasal dari keluarga petani di
desa Kurya, wilayah Altai, Siberia bagian selatan. Setelahnya, bisa diketahui. Masa itu belum
stabil, masih banyak peperangan. Jadilah saya masuk wajib militer, sekitar tahun 1938.”

Q: “Bagaimana karier Anda sebagai prajurit?””

A: “Pernah menjadi bagian dari Tentara Merah dan menjadi komandan tank pada awal Perang
Patriotik Besar dan bertugas di komando daerah khusus di Kiev Ukraina. Namun, sejak saya
cidera karena tentara Jerman. Saya lebih memilih berperang di jalur belakang. Begitulah,
setelahnya saya merancang indikator inersi untuk mencatat jumlah tembakan dari meriam tank.
Lalu, juga juga membuat perangkat untuk melihat efektivitas tembakan dari jendela tank. Begitu
pula indikator untuk melihat kinerja mesin tank.”

[Kami terdiam sejenak, ada suara menggelegar dari luar. Sepertinya sebuah bom di ledakkan di
luar markas, pandangan Mikhail seakan mengatakan itu sudah biasa.]

Q: “Pengalaman Anda semasa muda sepertinya sudah mumpuni dan banyak. Lalu, saya dengar
Anda pernah diserang musuh dan mengalami luka berat. Bagaimana rasanya menjadi seorang
prajurit yang berada di rumah sakit?”

A: “Sangat menyiksa dan seakan tidak berguna. Di saat yang lain berjuang, saya terbaring
dengan perban di tubuh. Ego dan rasa percaya diri saya sangat kuat, di sinilah saya menekan diri
melupakan rasa sakit dan banyak berbincang-bincang dengan sesama pasien tentara yang
dirawat. Terutama tentang persenjataan, di antaranya tentang keluhan perihal kurangnya senapan
mesin (otomatis) pada pasukan Soviet dibandingkan dengan milik pasukan Jerman.”

Q: “Setelahnya dipikiran Anda langsung ada semacam prototype AK-47?”


[Mikhail tertawa, suaranya mirip dengan Bang Sam. Dalam, berat dipoles dalam suara serak
yang khas.]

A: “Pertanyaan ini, memacu jiwa prajurit saya untuk terus bergerak. Saya seorang prajurit, saya
ingin merancang senjata sefleksibel mungkin digunakan dalam peperangan. Dari sinilah, saya
mulai merancang senapan mesin ringan sebagai cara untuk mengurangi kekurangan senjata kecil
yang ada di medan pertempuran.”

Q: “Bagaimana Anda melakukannya?”

A: “Saya mulai banyak membaca di perpustakaan rumah sakit tentang teknik senapan.
Beruntunglah ada pegawai rumah sakit yang bernama Marusya. Dialah yang rajin meminjamkan
buku dasar-dasar persenjataan yang ditulis V.G. Federov yang berjudul "Evoluyutsia
Strelkovogo Oruzhiya" yang diterbitkan pada tahun 1939.”

Q: “Setelahnya Anda praktek dan belajar sendiri?”

A: “Tentu saja. Saya seorang pengotak-atik otodidak yang menggabungkan keterampilan


mekanik bawaan dengan studi persenjataan untuk merancang dan menghasilkan senjata yang
dipakai pada berbagai macam medan perang. Setelahnya, dengan tangan masih diperban, saya
mulai memproduksi prototipe, menggunakan fasilitas di bengkel kereta api.”

Q: “Apakah Anda pernah gagal? Bagaimana Anda bisa bangkit?”

A: “Semuanya butuh proses. Desain pertama saya dianggap terlalu rumit untuk diadopsi. Saya
dan tim merombaknya lagi, hingga pada tahun 1942, Tentara Merah mendirikan proyek untuk
menciptakan senapan mesin yang ringan dan mudah dioperasikan. Dalam proyek ini ternyata
saya kalah. Meski kalah, tetapi rancangan saya diperhatikan oleh Jenderal Anatoly Arkadaevich
Blagonravov, pemegang kunci dalam program persenjataan Uni Soviet dan komisaris pada
"Artilleriskoi Akademi RKKA im Dzerzhinskogo. Nah, tahun 1947, rancangan AK-47 terbentuk
dan diterima menjadi senapan standar. Tahun 1949, senapan serbu AK-47 berkaliber 7,62 mm ini
mulai secara luas dipakai oleh Tentara Merah.

[Kening Mikhail berkerut, dahinya terlihat berlapis. Ia mengambil AK-47 dengan satu sentakan
dan mengangkatnya bangga.]
Q: “Sebenarnya, apa keunggulan AK-47 dibandingkan senjata lain?

A: “Performa AK-47 amat baik di medan berpasir dan basah di mana senjata lain biasanya
macet. Pergantian pelurunya pun cepat, sangat bermanfaat untuk prajurit yang berada di garda
terdepan. Bagaimana kalau kita melihat hasilnya, agar lebih memuaskan!”

[Mikhail membimbing jalan menuju lapangan latihan, dalam sekali perintah beberapa prajurit
bersiap di lapangan dan berusaha untuk melsayakan tembakan. Perlahan tapi pasti, Mikhail mulai
menjelaskan jenis perbedaan senjata yang dimainkan oleh bawahannya.]

Q: Bagaimana kehidupan Anda setelah AK-47 terkenal?

A: "Pada saat itu saya hanya berpikir untuk mengabdi, mematenkan penemuan itu bukan hal
penting. Kami (saya dan tim) bekerja untuk masyarakat sosialis, demi kebaikan rakyat, yang saya
tidak pernah menyesal. Jadilah tidak ada materi yang bisa saya raup hingga membuat kaya.
Namun, Tuhan menggantikannya dengan mengizinkan saya melakukan eksperimen senjata,
bahkan menjadi jenderal hingga sekarang."

Q: “Inikah pencapaian terbesar dalam hidup Anda?”

[sekali lagi, Mikhail mengangkat tangan untuk memperlihatkan prajurit kebanggaannya


memamerkan kemampuan menembak mereka yang luar biasa]

A: “Mungkin, setelahnya mereka mengenalku sebagai pembuat senjata hebat. Tak hanya soal
pamor, saya juga mendapatkan begitu banyak penghargaan bersama AK47. Di sanalah saya
mulai menikmati semunya. Namun,, di sisi lain, saya takut senjata ini disalahgunakan untuk
berbagai kejahatan yang menewaskan banyak orang. Seperti sebelumnya.”

Q: Apa harapan Anda terhadap adanya AK-47 ke depannya?

A: “Tujuan saya adalah menciptakan persenjataan untuk melindungi perbatasan ibu pertiwi
saya. Saya pikir kebijakan negara-negara tentang persenjataan harus diperketat. Jika suatu hari
nanti ada sebuah insiden, bukan desainer yang disalahkan. Manusia dilahirkan untuk melindungi
keluarganya. Untuk itu, kita perlu menunjukkan rasa hormat kepada orang tua ataupun sejarah. "
Q: “Yang terakhir, sebelum saya pamit. Adakah pesan yang disampaikan untuk generasi muda?”

A: "Tidak ada batasan untuk pengembangan.”

Saya hanya tersenyum dan mengangguk hormat tatkala Mikhail tersenyum dan didatangi salah
seorang ajudannya. Ternyata ia tidak menakutkan, sangat menghormati tamu dan mau berbagi
pengalaman.

Di akhir tulisan ini, beriringan dengan masa akhir Mikhail Calasnikov. Seperti wawancara tahun
sebelumnya. Michail selalu menepis upaya untuk membuat dia merasa bersalah atas jumlah
pembunuhan dan luka-luka yang besar akibat temuannya. Dia bersikukuh senapan itu
dikembangkan untuk pertahanan diri, bukan untuk menyerang.

Namun di tahun 2009, saat saya kembali ke meja redaksi sebuah kertas terselip di antara catatan
tentang Mikhail, Surat wasit Mikhail kepada Kepala Gereja Ortodoks Rusia, yang berbunyi
“Rasa sakit dalam jiwa saya tidak tertahankan. Saya terus bertanya pada diri sendiri sebuah
pertanyaan yang tak kunjung terjawab: Jika senapan serbu saya mengambil nyawa orang, itu
berarti saya bertanggung jawab atas kematian mereka.”

Hingga kematian menjemputnya, saya belum bisa menemukan jawaban dari seseorang atau
media lain atas keresahan Mikhail kala itu. Entahlah, semoga kedamaian menjemputnya. Selamat
jalan prajurit.

Note:

Revolusi Bolshevik atau dikenal juga dengan Revolusi Oktober (7 Nov 1917 – 8 Nov 1917)
adalah revolusi yang dilsayakan oleh pihak komunis Rusia, di bawah pimpinan Lenin.

Sumber:

 Ezell, Edward Clinton (1986). The AK-47 Story: Evolution of the Kalashnikov Weapons.
Mechanicsburg, PA: Stackpole Books. ISBN 0-8117-0916-7.

 Poyer, Joe (2004). The AK-47 and AK-74 Kalashnikov Rifles and Their Variations
(Paperback). Tustin, CA: North Cape Publications. ISBN 1-882391-33-0.
 Ezell, Edward Clinton (2001). Kalashnikov: The Arms and the Man. Cobourg, ON:
Collector Grade Publications. ISBN 0-88935-267-4.

 Guinness Book of Records. ISBN 1-892051-22-2. Teks "Guinness World Records 2005

 Wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai