1. Mengapa wetting yang cukup pada struktur gigi saja tidak dapat menjamin perlekatan
bahan restorasi dalam jangka waktu lama ? Jelaskan !
Jawab:
Sudut kontak yang semakin besar menunjukkan wetting yang kurang baik. Sedangkan sudut
kontak yang kecil menunjukkan wetting yang baik.
Selain wetting, hal yang mempengaruhi perlekatan bahan restorasi yakni :
- Keadaan aderen
Untuk menjamin bahan restorasi melekat dengan baik pada gigi maka keadaan aderen
juga harus baik. Keadaan Aderen yang baik adalah jika permukaan atau interface dalam
keadaan bersih tanpa kontaminasi ataupun debris.
- Intimate adaptation
Adaptasi setelah perlekatan dikatakan intimate adaptation jika pada perlekatan antara
interface dan aderen tidak terjadi intervensi dari udara yang terjebak.
- Cure
Agar perlekatan baik maka perlu terjadinya maximal curing yaitu jika polimerisasi bahan
adesif maksimal maka perlekatan pada interface juga akan maksimal
Berarti dengan kata lain perlekatan akan bertahan lama jika faktor lain juga sudah terpenuhi
dengan baik
Sumber :
● Hussain S. (2008). Textbook of Dental Material. India, New Delhi: Jaypee Medical
Publisher.p:8-10.
2. Apakah proses bekerjanya bonding agent pada email sama dengan yang terjadi pada
dentin ? Jelaskan !
Menurut Phillips’ Science of Dental Material (2013), Dulu berbeda namun sekarang bisa sama-
sama dengan teknik total etching.
ENAMEL ETCHING
Demonstrasi adhesi intraoral yang bermakna pertama kali dilaporkan oleh Michael Buonocore
(1955). Buonocore mengetsa permukaan enamel dengan berbagai asam, menempatkan bahan
restoratif akrilik pada permukaan yang dikasarkan secara mikromekanis, dan menemukan
peningkatan besar dalam kekuatan ikatan resin-enamel (~ 20 megapascal [MPa]). Salah satu zat
pengkondisi permukaan yang ia gunakan, asam fosfat, masih merupakan etsa yang paling banyak
digunakan saat ini untuk bonding ke enamel dan dentin. Bergantung pada konsentrasinya, asam
fosfat menghilangkan smear layer dan sekitar 10 mikron enamel untuk mengekspos prisma
batang enamel untuk membuat permukaan yang mirip sarang lebah dan memiliki energi tinggi).
Energi permukaan yang lebih tinggi memastikan bahwa monomer resin akan mudah membasahi
permukaan, menyusup ke dalam mikropori, dan mempolimerisasi untuk membentuk resin tags.
Pola etsa enamel dapat bervariasi dari pembubaran selektif baik enamel rods center (etsa tipe I,
atau area perifer (etsa tipe II). Dalam kedua kasus tersebut, resing tags berdiameter sekitar 6 μm
dan panjang 10 hingga 20 μm dan mengarah pada interlocking mikromekanis.
Sebelum pengenalan etsa asam enamel dan penggunaan bonding agent enamel, bahan restoratif
ditempatkan langsung pada smear layer dari gigi yang disiapkan. Jelas bahwa kekuatan ikatan
yang terlihat adalah kekuatan kohesif (5-10 MPa) dari smear layer, yang tidak cukup untuk
menahan kekuatan mekanis sehari-hari yang dialami dalam mulut. Akibatnya, debonding dan
kebocoran cairan oral dalam ruang mikroskopis antara gigi dengan bahan restoratif terjadi. Tidak
seperti jenis lain dari produk restorasi gigi, komposit berbasis resin tidak memiliki mekanisme
untuk menangkal efek kebocoran marginal (misalnya, korosi amalgam dari waktu ke waktu
menghasilkan deposit seperti oksida timah dan / atau timah oksiklorida sepanjang antarmuka
restorasi gigi untuk membentuk segel yang relatif anti bocor). Komposit berbasis resin juga
menyebabkan masalah karena tegangan susut (~ 15 MPa) yang dihasilkan selama polimerisasi,
memperburuk fraktur antarmuka restorasi-gigi. Ikatan yang lebih kuat dan tahan lama dihasilkan
jika lapisan noda dihilangkan, karena resin kemudian dapat langsung berikatan dengan jaringan
keras yang utuh.
DENTIN ETCHING
Etsa dentin tidak dapat diterima secara luas sampai Fusayama memperkenalkan konsep total-etch
pada tahun 1979. Untuk metode ini, baik dentin dan enamel dietsa secara bersamaan, biasanya
menggunakan asam fosfat 37%. Studinya menunjukkan bahwa retensi restorasi tidak hanya
meningkat secara substansial tetapi juga kerusakan pulpa tidak terjadi seperti yang diduga secara
umum. Penelitian selanjutnya oleh Nakabayashi et al. (1984) mengungkapkan bahwa resin
hidrofilik dapat menginfiltrasi lapisan permukaan serat kolagen asam-demineral yang dihasilkan
dalam dentin yang sudah dietsa dan dapat membentuk lapisan dentin yang diinfiltrasi-resin
dengan kekuatan kohesif yang tinggi. Struktur hybrid layer seperti itu membentuk ikatan resin
yang sangat kuat melalui pengembangan jaringan antar polimer dan kolagen dentin, bersama
dengan banyak interlock mikromekanis pada permukaan lapisan resin-hibrida. Pada awal 1990-
an, etsa dentin telah diterima di seluruh dunia. Karena teknik total-etch biasanya melibatkan etsa
dengan asam diikuti dengan pembilasan untuk menghilangkan asam, teknik ini juga dikenal
sebagai teknik etsa-dan-bilas.
Teknik etsa dentin lebih sensitif daripada teknik etsa enamel karena kompleksitas struktur dentin.
Tidak seperti enamel, dentin adalah jaringan hidup, yang terdiri dari 50% vol (persentase
volume) mineral kalsium fosfat (hidroksi-apatit), 30 vol% bahan organik (terutama kolagen tipe
I), dan 20% vol cairan. Etsa asam menghilangkan hidroksiapatit hampir sepenuhnya dari
beberapa mikron suara dentin, memperlihatkan jaringan kolagen mikroporous tersuspensi dalam
air. Sedangkan enamel teretsa harus benar-benar kering untuk membentuk ikatan yang kuat
dengan resin perekat hidrofobik, dentin teretsa harus lembab untuk membentuk lapisan hibrida.
Jumlah air yang tersisa di dentin teretsa sangat penting. Jika tidak cukup air, jaringan kolagen
akan runtuh dan menghasilkan lapisan yang relatif tidak tembus cahaya yang mencegah infiltrasi
resin dan hibridisasi selanjutnya. Jika terlalu banyak air yang tersisa, infiltrasi resin tidak dapat
sepenuhnya menggantikan air dalam jaringan kolagen dan, akibatnya, menetapkan kondisi untuk
kebocoran kemudian ke lokasi-lokasi tersebut. Oleh karena itu, langkah priming diperlukan
untuk mempertahankan jaringan kolagen terhidrasi sambil menghilangkan kelebihan air (lihat
detail di bagian berikut).
• Dentin Conditioner
Fungsi dari dentin conditioner adalah untuk memodifikasi smear layer yang terbentuk pada
dentin selama proses preparasi kavitas. Yang termasuk dentin conditioer antara lain asam maleic,
EDTA, asam oxalic, asam phosric dan asam nitric.
• Primer
Primer bekerja sebagai bahan adhesive pada dentin bonding agen yaitu menyatukan antara
komposit dan kompomer yang bersifat hidrofobik dengan dentin yang bersifat hidrofilik. Oleh
karena itu primer berfungsi sebagai perantara, dan terdiri dari monomer bifungsional yang
dilarutkan dalam larutan yang sesuai. Monomer bifungsional adalah bahan pengikat yang
memungkinkan penggabungan antara dua material yang berbeda. Hidroksi ethyl metacrylate
(HEMA) adalah bahan pengikat yang paling banyak digunakan. HEMA memiliki kemampuan
untuk berpenetrasi kedalam permukaan dentin yang mengalami demineralisasi dan kemudian
berikatan dengan kolagen melalui gugus hidroksil dan amino yang terdapat pada kolagen. Aksi
dari bahan pengikat dari larutan primer adalah untuk membuat hubungan ataupun ikatan
molekular antara poli (HEMA) dan kolagen.
Kebanyakan sealer dentin yang digunakan adalah gabungan dari Bis-GMA dan HEMA. Bahan
ini meningkatkan adaptasi bonding terhadap permukaan dentin. Dental bonding agents dirancang
untuk memberikan interface yang cukup kuat antara komposit restoratif dan struktur gigi untuk
menahan kekuatan mekanik dan tekanan susut. Keberhasilan bonding tergantung pada dua jenis
ikatan:
1. Mechanical interlocking, ikatan kimia dengan enamel dan dentin, atau keduanya
2. Kopolimerisasi dengan matriks resin bahan komposit
Sebelum teknik total-etch diadopsi, enamel bonding agent digunakan hanya untuk meningkatkan
pembasahan dan adaptasi resin ke permukaan conditioned enamel. Umumnya, enamel bonding
agent dibuat dengan menggabungkan dimethacrylates yang berbeda dari resin bahan komposit
(mis., Bis-GMA) dengan monomer pengencer (mis., Triethylene glycol dimethacrylate
[TEGDMA])untuk mengontrol viskositas dan untuk meningkatkan kebasahan. Agen-agen ini
tidak memiliki potensi untuk adhesi, tetapi mereka meningkatkan micromechanical interlocking
dengan pembentukan resin tag yang optimal dalam enamel. Karena enamel dapat dijaga tetap
kering, resin yang agak hidrofobik ini bekerja dengan baik selama terbatas pada enamel.
Selama beberapa tahun terakhir, bonding agent ini telah digantikan oleh sistem yang sama yang
digunakan pada dentin. Perubahan ini terjadi karena manfaat dari ikatan resin yang baik secara
sekaligus bersamaan pada enamel dan dentin, bukan karena peningkatan substansial dalam
kekuatan ikatan. (Yang baru menggunakan Total etching. Total etching adalah teknik yang
menggunakan 30% sampai 40% phosphoric acid gel untuk menyiapkan enamel dan dentin untuk
prosedur adhesif.
1. Pengangkatan atau pelarutan smear yang adekuat dari enamel dan dentin
Bahan Priming adalah monomer metakrilat difungsional yang memiliki gugus hidrofobik
yang dapat berikatan dengan resin dan gugus hidrofilik yang dapat berikatan dengan
dentin sehingga fungsi bahan primer adalah perekat dalam sistem bonding. Bahan primer
umumnya dilarutkan dalam aseton/etanol. Pelarut ini dibutuhkan untuk memindahkan air
dari permukaan dentin sehingga mempersiapkan jaringan kolagen untuk infiltrasi adesif
resin. Priming meningkatkan difusi resin ke dentin yang terdemineralisasi dan lembab
sehingga terjadi ikatan mikromekanikal yang optimal.
Sumber :
Kusumadewi, S. PENGARUH ETSA DENTIN DAN JUMLAH PENGOLESAN PRIME
& BOND 2.1 TERHADAP KEBOCORAN MIKRO TUMPATAN RESIN KOMPOSIT.
WURDANI, E. M. K. (2017). PERBEDAAN KEKUATAN PERLEKATAN TARIK
DENTIN BONDING BERBASIS HEMA & NON-HEMA SETELAH APLIKASI
DIPERMUKAAN DENTIN SUPERFISIAL DAN PROFUNDA (Penelitian
Eksperimental Laboratoris) (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).
6. Apa yang dimaksud dengan dental bonding generasi ke 4, 5, 6 dan 7 dan jelaskan
perbedaannya !
A. Perlekatan pada dentin yang dapat diandalkan dimulai dari generasi ke-4. Yang
mengandung 3 unsur utama, yaitu bahan etsa, primer, dan adhesif.
mengemukakan bahwa kunci dari perlekatan bahan adhesif ke dentin adalah
terbentuknya lapisan hibrid (hybrid layer atau hybrid zone). Sistem adhesif total-
etch merupakan karakter utamanya dengan menggunakan asam fosfor selama 15-
20 detik. Pengetsaan dentin (menyingkirkan seluruh smear layer, membuka semua
tubulus dentin dan kolagen terekspos), kemudian diikuti oleh aplikasi primer dan
bahan adhesif yang akan berpenetrasi ke dalam tubulus dentin kemudian
berpolimerasi membentuk resin tag. Beberapa contoh sistem bonding generasi ke-
4 yaitu All- Bond 2 (Bisco), OptiBond FL (Kerr Corporation), dan Scocthbond
Multi Purpose (3M ESPE).
B. Sistem adhesif generasi ke-5 dikembangkan untuk menyederhanakan langkah
prosedur klinis sistem adhesif dan mencegah kolapsnya kolagen pada dentin yang
termineralisasi. Generasi ke-5 ini terdiri dari dua sistem yang berbeda yaitu One-
bottle system merupakan kombinasi dari primer dan resin adhesif dalam satu
botol yang diaplikasikan setelah pengetsaan email dan dentin secara simultan
dengan asam phospor 35-37 % selama 15-20 detik. Misalnya Gluma Coomfort
Bond, OptiBond Solo, EasyBond, Prime & Bond NT (Dentsply), Single Bond
(3M Dental Product).
C. Sistem adhesif generasi ke-6 adalah Self-etching primer atau two-step selfetch
adhesive merupakan kombinasi antara etsa dan primer dalam satu botol diikuti
dengan resin adhesif. Kombinasi ini dapat mengurangi waktu kerja, mengurangi
sensitifitas dan untuk mencegah kolapsnya kolagen. Beberapa contoh bahan
adhesif Self-etching primer antara lain Clearfil Liner Bond 2V, Clearfil Liner
Bond II, Unfil Bond (GC Product), Adper SE Plus (3M ESPE).
D. Sistem adhesif generasi ke-7 merupakan perkembangan dari sistem adhesif self-
etch yang menggabungkan bahan etsa, primer, dan adhesif dalam satu botol, tanpa
adanya tahap-tahap aplikasi ataupun pencampuran bahan primer dan bahan
adhesif, sistem ini dikenal dengan one- step self-etch system atau single solution.
Contohnya Prompt L-Pop (3M Dental Product), iBond 16 TM, dengan semakin
berkembangnya sistem adhesif self-etch Bond Force (Tokuyama) yang dapat
melepaskan flour dan menghasilkan lapisan hybrid yang dalam, dapat digunakan
pada daerah yang lembab dan juga mengurangi sensitifitas pada gigi.