Kata Urgensi berasal dari kata Urgency dalam bahasa Inggris yang berarti
“urgent”. Urgent sendiri berarti kepentingan yang mendesak atau sesuatu yang
bersifat mendesak dan harus segera ditunaikan. Dalam bahasa al-Qur’an atau
bahasa Arab, kata urgensu dapat dimaknai dengan kata qara’a yang berati
ciri sesuatu, dsb, yang semua itu bermuara pada arti menghimpun.
Sebagaimana arti dari nama al-Qur’an itu sendiri yang berarti menghimpun
Sebagaimana berikut.
يشهدون بها
79
John M. Echols dan Hassan Shandily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia,
2006), h. 361.
80
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997), Cet Ke-14, h. 1101.
55
Terkait penjelasan makna diatas, dapat diketahui bahwa kata _(القارئةal-qariatu)
menyaksikan apa yang dapat dilihat dengan panca indra saja namun juga
termasuk segala hal dari berbagai aspek. Dan mungkin hal ini dianalogikan
dapat disimpulkan bahwa makna menyaksikan dalam hal ini bisa diartikan
ilmu pengetahuan dan teknologi istilah urgensi belajar lebih dikenal dengan
kemampuan
82
Yunus Abidin, Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan Kemampuan Literasi
Matematika, Sains, Membaca, dan Menulis (Jakarta: Bumi Aksara, 2018), h. 8.
seseorang dalam mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara
Seiring dengan pengertian tersebut, urgensi belajar tentu tidak lepas dari
(1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (2) Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah (3) Bacalah dan Tuhanmu
lah yang maha mulia (4) Yang mengajar (manusia) dengan pena (5) Dia
mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.83 (QS. al-‘Alaq [96]: 1-5)
Surat al-‘Alaq ayat 1-5 ini merupakan ayat-ayat al-Qur’an yang pertama
beliau tidur dan mengalami mimpi baik. Hingga kemudian Rasulullah saw.
untuk berkhalwat beberapa hari. Pada suatu saat datanglah malaikat kepada
pun menjawab
83
Departemen Agama RI, Alhidayah: Al-Qur’an dan Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka
(Tangerang Selatan: Kalim, tt), h. 598.
lagi “aku tak pandai membaca” setelah 3 kali beliau menjawab seperti itu,
agar beliau membaca. Padahal Nabi bukanlah orang yang pandai membaca.
Beliau adalah ummi yang bisa diartikan buta huruf, tak pandai membaca dan
menulis. Meskipun beliau tak pandai membaca dan menulis, namun ayat-ayat
itu dibawa langsung oleh Malaikat Jibril kepadanya dan diajarkannya sehingga
beliau dapat menghafalnya diluar kepala. Dengan sebab itu akan dapatlah
beliau membacanya.86
Rasulullah saw. yang tak pandai membaca dan menulis kelak akan pandai
ketika semua wahyu telah turun, maka akan diberi nama al-Qur’an. Yang
“bacalah, atas qudratKu dan iradatKu”.87Sehingga tema utama dalam surat al-
‘Alaq ayat 1-5 ini adalah pengajaran kepada Nabi Muhammad saw.
84
Ahmad Nurwadjah, Tafsit Ayat-ayat Pendidikan (Bandung: MARJA, 2007), h. 201.
85
M. Hasbi as-Shiddiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir (Semarang:
Pustaka Rizki Putra, 2000), h. 33.
86
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pustaka Panji Mas, 2005), Juz. 30, h. 215.
87
Ibid., h. 215.
.
Serta penjelasan tentang Allah dalam sifat dan perbuatan-Nya, dan bahwa Dia
Oleh karena itu, sejak turunnya wahyu pertama ini, gerakan urgensi
menunjukkan bahwa belajar adalah perintah langsung dari Allah swt. kepada
pertama Nabi Muhammad saw. adalah “aku tidak bisa membaca” namun
bahwa makna “bacalah” tidak menyebutkan objek apa yang hendak akan
dimulai dengan menyebut nama Allah swt.88 Kemudian lanjutan dari ayat
Adapun qalam yang dimaksudkan dalam al-Qur’an ini yakni berarti “pena”.89
88
M. Quraish Syihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat (Bandung: Mizan, 1995), Cet. IX, h. 168.
89
Ibid., h. 169
Dengan demikian urgensi belajar dalam surat Q.S al-‘Alaq ayat 1-5
tentang kepentingan belajar baca tulis dalam arti yang seluas-luasnya. Surah
al- ‘Alaq ayat 1-5 inilah yang menjadi pondasi dasar atas segala disiplin ilmu
dunia dan akhirat. Jadi, makna urgensi belajar dalam surat QS. al-‘Alaq ayat
1-5 yakni bahwa semua dan segala sesuatu itu harus dimulai dengan membaca
baik melalui perantara pena atau pengajaran Tuhan secara langsung. Dari
sinilah dapat kita ketahui bahwa dalam Q.S al-‘Alaq ayat 1-5 ini merupakan
setiap umat manusia untuk belajar melalui kegiatan membaca dan menulis
Adapun bentuk-bentuk urgensi belajar yang terdapat dalam Q.S al- ‘Alaq
diantaranya:
1. Membaca
sesuatu dan
ayat tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek
bacaan, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain.
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa objek dari perintah iqra’ bersifat
serta semua bacaan yang tertulis dengan satu syarat bahwa semua itu harus
dilakukan dengan atau demi nama Tuhan. Apabila istilah iqra’ dimaknai
sebatas membaca teks tertulis maka hal itu kontradiktif dengan kenyataan
bahwa Nabi saw. merupakan seorang yang ummi (tidak pandai membaca
dan menulis), juga malaikat Jibril pun pada saat itu tidak membaca teks
tertulis.91
Tuhanmu”. M.
90
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Quran (Jakarta:
Lentera Hati, 2006), Cet. Ke-6, Vol. 15, h. 392.
91
Ibid., h. 393
Quraish Syihab mengutip pendapat Syeikh ‘Abdul Halim Mahmud dalam
َ ِب ر ( ِ كiqra’ bismi Rabbik) ini dalam al-Qur’an tidak hanya memerintahkan
م
س
untuk
membaca, namun membaca merupakan lambang dari segala hal yang
membaca demi nama Tuhan, bergerak demi Tuhan, dan bekerja demi Tuhan.
sebuah aktivitas maka semuanya harus didasarkan pada Tuhan. Sehingga pada
B. Konsep Urgensi Belajar Dalam Surat Al-Alaq Ayat 1- 5 Perspektif Tafsir Al-
Maraghi
rancangan, konsep juga bermakna ide atau pengertian yang diabstrakan dari
peristiwa konkret atau gambaran mental dari objek, proses, atau apa pun yang ada
di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
engkau orang yang bisa membaca berkat kekuasaan dan kehendak Allah yang telah
menciptakanmu. Sebelum itu beliau tidak pandai membaca dan menulis. Kemudian
datang perintah Ilahi agar beliau membaca, sekalipun tidak bisa menulis. Dan
Allah menurunkan sebuah kitab kepadanya untuk dibaca, sekalipun ia tidak bisa
bisa membaca, sekalipun sebelum itu engkau tidak pernah belajar membaca.93
93
Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi terj. Thalib (Bandung: CV ROSDA, 1987),
Juz. 30, h. 346.