Anda di halaman 1dari 15

BAB IV

ANALISIS URGENSI BELAJAR DALAM SURAT AL-ALAQ AYAT 1-5

MENURUT PERSPEKTIF TAFSIR AHMAD MUSTOFA AL MARAGHI

A. Urgensi Belajar Dalam Surat Al –Alaq Ayat 1-5 Menurut Tafsir Al –

Maraghi

1. Intregal dan Terpadu

Belajar tidak mengenal adanya pemisah antara sains dan agama.

Keduanya harus terintegrasi secara harmonis. Dalam ajaran Islam,

Allah adalah pencipta alam semesta termasuk manusia. Allah pula yang

menurunkan hukum-hukum untuk mengelola dan melestarikannya.

Hukum-hukum mengenai alam fisik disebut sunatullah, sedangkan

pedoman hidup dan hukum- hukum untuk kehidupan manusia telah

ditentukan pula dalam ajaran agama yang disebut dinullah yang

mencakup akidah dan syariah (Ramayulis, 2006: 31).

Dalam ayat Al-Qur‟an yang pertama kali diturunkan, Allah

memerintahkan agar manusia untuk membaca yaitu dalam QS al-

Alaq ayat 1-5. Surat Al-„Alaq 1-5 merupakan wahyu pertama yang

diterima Nabi Muhammad Saw. dan merupakan rahmat dan nikmat

pertama yang dianugerahkan Allah SWT kepada para hamba-Nya. Dan

inilah yang merupakan salah satu tanda beliau sebagai Rasulullah,


utusan Allah, kepada seluruh umat manusia. Wahyu inilah yang

menjadi tonggak perubahan peradaban dunia. Dengan turunnya ayat ini

maka berubahlah garis sejarah umat manusia. Berubah dari kehidupan

jahiliyah, termasuk didalamnya kegelapan ilmu pengetahuan, menjadi

terang benderang (Shihab, 2004: 259).

Sejak saat itu pula, penduduk bumi hidup dalam pemeliharaan Allah

SWT secara langsung. Mereka hidup dengan terus memantau ajaran Allah

yang mengatur semua urusan mereka, besar maupun kecil. Dan perubahan-

perubahan itu ternyata diawali dengan “iqra‟” (bacalah). Perintah membaca

di sini tentu harus dimaknai bukan sebatas membaca lembaran-lembaran buku,

melainkan juga membaca buku dunia. Seperti membaca tanda-tanda kebesaran

Allah. Membaca diri kita, alam semesta dan lain-lain. Berarti ayat tersebut

memerintahkan kita untuk belajar dari mencari ilmu pengetahuan serta

menjauhkan diri kita dari kebodohan. Namun membaca yang mampu

membawa kepada perubahan positif bagi kehidupan manusia bukanlah

sembarang membaca, melainkan membaca: “Dengan menyebut nama

Allah Yang Menciptakan” (Shihab, 2004: 260)

Menurut Al-Maragi (1993: 346-347) dalam tafsirnya menjelaskan

antara lain :

ۚ‌َ َ‫خل‬
‫ق‬ ۡ ‫اِ ۡق َر ۡا ِب‬
َ ‫اس ِم َرب َِّك الَّ ِذ ۡى‬

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang


menciptakan.” (QS. al-„Alaq/96: 1)
2. Ikhlas

Ikhlas merupakan keadaan yang sama dari sisi batin dan sisi

lahir. Dengan kata lain ikhlas adalah beramal dan berbuat semata- mata

hanya menghadap ridha Allah.

Dalam tafsir Al-Maragi dijelaskan bahwa Allah berfirman:

ۚ‌َ َ‫خل‬
‫ق‬ ۡ ‫اِ ۡق َر ۡا ِب‬
َ ‫اس ِم َرب َِّك الَّ ِذ ۡى‬

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang


menciptakan.” (QS. al-„Alaq/96: 1)

Pada surat al-Alaq ayat 1 di atas, kita harus dengan niat dan alasan

kita memasrahkan kepada Allah, kita ikhlas menerima apa yang

diridhoi dan ditakdirkan Allah untuk kita, karena apa yang jadi

kehendak Allah itulah yag terbaik untuk kita. Karena jika niat seseorang

dalam beramal adalah semata-mata mencari ridho Allah maka niat

tersebut termasuk ikhlas yaitu murni karena Allah semata dan tidak

dicampuri oleh motif-motif lain.

Allah SWT menciptakan manusia dengan ciptaam yang paling

mulia dengan Alaq (segumpal daging) kemudian Allah memberikan

kemampuan kepada manusia dengan memberikan ilmu, sehingga

manusia dapat menjadi orang yang sempurna seperti Nabi Muhammad

Saw yang pandai membaca yang mana sebelum itu ia tidak pandai

membaca (Al-Maragi, 1365: 199). Islam sangat menjunjung tinggi agar

umat Islam dapat selalu membaca, melalui surat al-Alaq ini


menunjukkan suatu bukti yang sangat nyata bahwa Allah sangat

menginginkan umat Islam untuk berkembang dan maju tidak hanya

berkembang dalam segi kognitif saja bahkan umat Islam harus mampu

mengembangkan dirinya dalam segi afektif dan psikomotorik.

Dengan demikian, meteri membaca dalam pendidikan sangatlah

penting dan mempunyai efek yang amat besar dalam memajukan

kehidupan. Dan amat masuk akal jika perintah membaca diturunkan

Allah dalam wahyu pertama, agar umat manusia memahaminya dengan

baik dan sekaligus mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.

٤ - ‫ِذيْ َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ۙ ِم‬


Artinya: "Yang mengajar (manusia) dengan pena" (QS. al-Alaq/96: 4)

Disini Allah menyatakan bahwa diri-Nyalah yang telah

menciptakan manusia dari Alaq, kemudian mengajari manusia dengan

perantara qalam. Demikian itu agar manusia menyadari bahwa dirinya

diciptakan dari sesuatu yang paling hina, hingga ia mencapai

kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuannya tentang hakekat

segala sesuatu, seolah-olah ayat ini mengatakan, “Renungkanlah wahai

manusia! Kelak engkau akan menjumpai dirimu telah berpindah dari

tingkatan yang paling rendah dan hina, kepada tingkatan yang paling

mulia. Demikian itu tentu ada kekuatan yang mengaturnya dan kekuasaan

yang menciptakan kesemuanya dengan baik.” (Al-Maragi, )

Dalam penafsiran Al-Maragi tersebut dikatakan bahwa Jibril


menyuruh Nabi mengucapkan kata iqra‟ (bacalah) dan Nabi menjawab

(saya tidak bisa membaca), lalu Jibril mengulanginya lagi dan Nabi

menjawab perkataan yang sama. Hal itu terulang sampai tiga kali. Akan

tetapi Allah itu maha pemurah kepada orang yang memohon pemberian-

Nya, bagi-Nya amat mudah menganugerahkan kepandaian membaca,

kemudian Allah menambahkan ketentraman hati Nabi untuk senantiasa

ikhlas menerima bakat baru yang ia miliki.

Prakteknya adalah sifat ikhlas yang merupakan salah satu prinsip

belajar harus dimiliki oleh para pendidik. sebagaimana yang dikutip oleh

Yukiharti bahwa orang yang menuntut ilmu dengan maksud

menjadikannya sebagai alat untuk mendapat rizki tidak lain adalah orang

yang melakukan suatu perkara yang buruk (Yuliharti, Vol.2. No.1, Juni

2003: 29).

3. Pendidikan Seumur Hidup

Pendidikan seumur hidup atau dalam bahasa lainnya yaitu long life

education merupakan salah satu prinsip yang penting dalam pendidikan

Islam. Dalam Al-Qur’an tidak disebutkan secara langsung mengenai

pendidikan seumur hidup. Namun kalau ditarik pemahaman secara

kontekstual, maka surah al-alaq ayat 1-5 jelas menunjukkan pendidikan

seumur hidup. Untuk lebih jelasnya kita lihat pola susunan surah al-alaq

berikut:

‫س>>>>انَ ِم ۡن َعلَقٍ>>>>ا ِ ۡق َر ۡا َو َربُّ َك‬


َ ‫ق ااۡل ِ ۡن‬ ۡ ِ‫اِ ۡق>>>> َر ۡا ب‬
َ >>>>َ‫اس>>>> ِم َربِّ َك الَّ ِذ ۡى َخلَقَ َخل‬
َ ‫ااۡل َ ۡك َر ۙ ُمالَّ ِذ ۡى َعلَّ َم بِ ۡالقَلَ ۙ ِم َعلَّ َم ااۡل ِ ۡن‬
ۚ‌ؕ ۡ‫سانَ َما لَمۡ يَ ۡعلَم‬

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang


Menciptakan, Dia telah Menciptakan manusia dari segumpal darah. Yang
Mengajar (manusia) dengan pena. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha
Mulia. Dia Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (Q.S. al-
Alaq/96: 1-5)

Al-Maragi dalam bukunya Tafisr Al-Maragi Juz 30 (1993: 348-


349) menyebutkan bahwa :

ؕ ۡ‫عَلَّ َم ااۡل ِ ۡن َسانَ َما لَمۡ يَ ۡعلَم‬


Artinya: “Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
di ketahuinya.” (QS. al-Alaq/96: 5)

‫علّم اإلنسان مالم يعلم‬


Artinya: “Sesungguhnya Zat yang memerintahkan rasul-Nya
membaca, Dialah yang mengajarkan berbagai ilmu yang dinikmati oleh
umat manusia, sehingga manusia berbeda dari makhluk lainnya. Pada
mulanya manusia itu bodoh, ia tidak mengetahui apa-apa. Lalu apakah
mengherankan jika Ia mengajarimu (Muhammad) membaca dan
mengajarimu berbagai ilmu selain membaca, sedangkan engkau memiliki
bakat untuk menerimanya”. (Al-Maragi, 1993: 348).
Ayat ini merupakan dalil yang menunjukkan tentang keutamaan

membaca, menulis dan ilmu pengetahuan.

Sungguh jika tidak ada qalam, maka anda tidak akan bisa

memahami berbagai ilmu pengetahuan, tidak akan bisa menghitung

jumlah pasukan tentara, semua agama akan hilang, manusia tidak akan

mengetahui kabar pengetahuan manusia terdahulu, penemuan- penemuan

dan kebudayaan mereka. Dan jika tidak ada qalam, maka sejarah orang-

orang terdahulu tidak akan tercatat, baik yang mencorang wajah sejarah

maupun yang menghiasinya. Dan ilmu pengetahuan mereka tidak akan


bisa dijadikan penyuluh bagi generasi berikutnya. Dan dengan qalam

bersandar kemajuan umat dan kreatifitasnya (Al-Maragi, 1993: 348).

Dalam ayat ini terkandung pula bukti yang menunjukkan bahwa

Allah yang menciptakan manusia dalam keadaan hidup dan berbicara dari

sesuatu yang tidak ada tanda-tanda kehidupan padanya, tidak berbicara

serta tidak ada rupa dan bentuknya secara jelas. Kemudian Allah

mengajari manusia ilmu yang paling utama, yaitu menulis dan

menganugerahkannya ilmu pengetahuan, sebelum itu ia tidak mengetahui

apapun juga.

Islam menginginkan pemeluknya cerdas dan pandai. Kecerdasan

ditandai dengan kemampuan menyelesaikan masalah secara cepat dan

tepat. Sedangkan pandai ditandai dengan banyaknya ilmu pengetahuan

dan informasi yang dimiliki (Al- Maragi, 1993: 349).

Ayat tersebut mengandung perintah membaca. Dari pola kalimat

dan susunannya dapat dipahami bahwa Allah mengajari manusia membaca

serta ilmu pengetahuan tampaknya tidak dibatasi waktu tertentu. Oleh

karena itu dapat disimpulkan bahwa perintah membaca tersebut tidak

dikaitkan dengan waktu atau tidak ada batas waktunya. Hal itu berarti

menunjukkan bahwa manusia disuruh belajar dan mengembangkan ilmu

pengetahuan sepanjang hayat.

4. Kesatuan Roh dan Jasad


Manusia tersusun dari dua unsur, yaitu roh dan jasad. Dari segi

jasad sebagian karakteristik manusia sama dengan binatang, sama-sama

memiliki dorongan untuk berkembang dan mempertahankan diri serta

berketurunan. Namun dari segi roh, manusia berbeda dengan makhluk yang

lain. Allah menyempurnakan kejadian manusia dengan meniupkan roh

ketika struktur jasad manusia siap untuk menerimanya. Allah berfirman :

ٍ ۚ َ‫ق ااۡل ِ ۡن َسانَ ِم ۡن َعل‬


‌‫ق‬ َ َ‫خَ ل‬

Artinya: “Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.”


(QS. al-Alaq/96: 2)
Sesungguhnya zat yang menciptakan manusia dari segumpal

darah, kemudian membakalinya dengan kemampuan berfikir sehingga

bisa menguasai seluruh makhluk bumi, mampu pula menjadikan

Muhammad saw bisa membaca sekalipun beliau tidak pernah belajar

membaca dan menulis.

Allah swt juga berfirman:

َ‫ُوحي فَقَعُوا لَهُ َسا ِج ِدين‬ ُ ‫فَإ ِ َذا َس َّو ْيتُهُ َونَفَ ْخ‬
ِ ‫ت فِي ِه ِم ْن ر‬

Artinya: “Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya,


dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu
kepadanya dengan bersujud”. (Q.S. al- Hijr/15: 29)
Dengan roh yang ditiupkan kedalam diri manusia, maka manusia

hidup dan berkembang. Roh mempunyai dua daya, daya berfikir yang

disebut „aql dan daya rasa yang disebut qalb (Ramayulis, 2006: 30).
Dengan aql manusia memperoleh ilmu pengetahuan, memperhatikan dan

menyelidiki alam sekitar. Sedangkan dengan qalb manusia berusaha untuk

mendekatkan diri kepada Allah (Shihab, 1994: 228). Dengan aql manusia

juga mengenal adanya Allah, beriman serta beribadah kepada-Nya.

Dengan qalb manusia membedakan kebaikan dan keburukan.

Maka dari itu, pendidikan Islam harus mampu menyeimbangkan

antara penggunaan aql dan qalb, agar manusia dapat mengaktualisasikan

potensi aql dan qalb dengan baik, sehingga manusia mampu menjadi

manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu manusia yang

sempurna.

5. Pengalaman dan Pembiasaan

Ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah, maka dari itu dalam

pendidikan Islam seseorang yang mempunyai ilmu harus mampu

mengamalkan ilmu tersebut. Manusia apabila menuntut ilmu dan sudah

mempunyai ilmu, maka kemudian dituntut untuk mengamalkannya,

sebagaimana dalam Al-Qur‟an dijelaskan:

‫َك َمٓا اَ ۡر َس ۡلنَا فِ ۡي ُکمۡ َرس ُۡواًل ِّم ۡن ُکمۡ يَ ۡتلُ ۡوا َعلَ ۡي ُكمۡ ٰا ٰيتِنَا َويُزَ ِّك ۡي ُکمۡ َويُ َعلِّ ُم ُک ُم‬

َ‫ب َو ۡال ِح ۡک َمةَ َويُ َعلِّ ُم ُكمۡ َّما لَمۡ تَ ُك ۡونُ ۡوا ت َۡعلَ ُم ۡون‬
َ ‫ۡال ِك ٰت‬

Artinya: “Sebagaimana Kami telah Mengutus kepadamu seorang


Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat
Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (al-Quran)
dan Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui”.
(Q.S. al-Baqarah/2: 151)
Dalam ayat tersebut Nampak bahwa Rasul mempunyai tugas

mensucikan manusia dan mengajarkan kepada manusia tersebut kitab dan

hikmah. Perintah tersebut sebenarnya tidak hanya berhenti pada Rasul

saja, akan tetapi merambah sampai pada pewaris Rasul yaitu pendidik.

Allah swt berfirman:

‫اِ ۡق َر ۡا‬
Artinya: “Bacalah” (QS. al-„Alaq/96: 3)

Menurut Al-Maragi sebagaimana dapat dilihat dari pendapatnya :

Artinya: “Kerjakanlah apa yang Aku perintahkan, yaitu membaca.


Perintah ini diulang-ulang, sebab membaca tidak akan bisa meresap
kedalam jiwa, melainkan setelah berulang-ulang dan dibiasakan.
Berulang-ulang perintah Ilahi berpengertian sama dengan berulang-
ulangnya membaca. Dengan demikian maka membaca itu merupakan
bakat Nabi saw (Al-Maragi, 1974: 199).

Perhatikan firman Allah berikut ini :

َ ُ‫َسنُ ۡق ِرئ‬
ۙ‫ك فَاَل ت َۡن ٰ ٓسى‬

Artinya: “Kami akan membacakan (Al Qur'an) kepadamu


(Muhammad) maka kamu tidak akan lupa.” (Al-Alaa/87: 6)

Kemudian Allah menyingkirkan halangan yang dikemukakan oleh


Nabi Muhammad saw. kepada Malaikat Jibril, yaitu tatkala Malaikat

berkata kepadanya, “Bacalah!” kemudian Nabi Muhammad menjawab,

“Saya tidak bisa membaca.” Artinya, saya ini buta huruf, tidak bisa

membaca dan menulis. Untuk itu

Allah kemudian berfirman:

‫ک ااۡل َ ۡک َر ُم‬
َ ُّ‫َو َرب‬

Artinya: “Dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.” (QS. al-Alaq/


96: 3)

Artinya: “Tuhanmu Maha Pemurah kepada orang yang memohon


pemberian-Nya. Bagi-Nya amat mudah menganugerahkan kepandaian
membaca kepadamu, berkat kemurahannya”.

Dalam tafsir Al-Maragi tersebut jelas disebutkan bahwa dalam

menuntut ilmu harus ada pengamalan dan pembiasaan dimana keduanya

itu merupakan metode yang diisyaratkan oleh Al- Qur‟an. Metode

pengamalan dan pembiasaan ini amat efektif sehingga apa yang

disampaikan kepadanya langsung tertanam kuat di dalam ingatan.

B. Relevansi Urgensi Belajar di Era Sekarang dalam Surat Al-‘Alaq ayat 1-5

menurut Tasir Al-Maragi.

Dapat dikemukakan bahwa analisis urgensi belajar yang dimaksud

adalah yang ada hubungannya dengan urgensi belajar dalam Al-Qur'an

surat al-Alaq ayat 1-5 menurut tafsir Al-Maragi dengan kesesuaiannya


dalam kehidupan sehari-hari manusia di era sekarang.

Al-Qur'an merupakan kitab yang memiliki kesempurnaan yang

tidak ada satupun kitab yang dapat menandingi kesempurnaannya, karena

Al-Qu'an memiliki ciri khas tersendiri yang dapat menjadikan pedoman

bagi umat manusia, dalam segi permasalahan apapun yang dialami

manusia, maka jika mereka merujuk kepada Al-Qur‟an maka niscaya Al-

Qur'an akan memberikan solusi dan jawaban tentang permasalahan,

terlebih masalah yang berkaitan dengan pendidikan, Al-Qur'an sangat

menjunjung tinggi prinsip-prinsip belajar di dalamnya, sebagaimana

Allah berfirman dalam Q.S al-Baqarah: 185 sebagai berikut:

‫ت ِّمنَ ۡالهُ‘ ٰ‘دى َو ۡالفُ ۡرقَ‘‘ا ۚ ِن فَ َم ۡن َش‘ ِه َد‬


ٍ ‫اس َو بَيِّ ٰن‬ ۡ
ِ َّ‫ى اُ ۡن ِز َل فِ ۡي ِه القُ‘ ۡ‘ر ٰانُ هُ‘دًى لِّلن‬
ٓ ۡ ‫ضانَ الَّ ِذ‬
َ ‫َش ۡه ُر َر َم‬

ُ‫ِم ۡن ُك ُم ال َّش ۡه َر فَ ۡليَـصُمۡ ه‬

Artinya: “(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan


Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)”.

Belajar adalah upaya perubahan tingah laku dengan serangkaian

kegiatan, seperti membaca, mendengar, mengamati dan meniru. Dengan

demikian belajar dan pembelajaran adalah dua kegiatan yang tidak dapat

dipisahkan, dimana keduanya merupakan interaksi edukatif yang memiliki

norma-norma. Manusia adalah makhluk yang paling istimewa yang

diciptakan oleh Allah dari makhluk yang lainnya, maka dengan belajar

manusia akan mendapatkan sesuatu yang istimewa melalui ilmu


pengetahuan (Hamzah, 2009: 3).

Relevansi surat al Alaq ayat 1-5 terhadap urgensi belajar adalah

pengembangan ilmu pengetahuan tidak boleh terlepas dari nilai Al-

Qur’an, karena Al-Qur’an menjadi pedoman dalam pendidikan dan ilmu

pengetahuan dan proses pendidikan adalah jembatan untuk memahami

hakikat ketuhanan. Dan belajar merupakan fitrah bagi manusia karena

Allah telah memberikan fasilitas di dalam jiwa manusia, ini menunjukkan

bahwa belajar merupakan keharusan bagi manusia. Tidak hanya itu, dalam

menjelaskan prinsip pendidikan Islam paling tidak mengacu kepada

beberapa aspek dalam perumusan beberapa prinsip tersebut, yaitu: Integral

dan terpadu, hal tersebut dikatakan penting karena dalam menuntut ilmu

manusia dianjurkan untuk belajar segala hal tidak hanya sains atau agama

saja akan tetapi keduanya harus terintegrasi secara harmonis, agar kelak

manusia selamat baik di dunia maupun di akhirat. Ikhlas, kita ikhlas

menerima apa yang diridhoi dan ditakdirkan Allah untuk kita karena apa

yang jadi kehendak Allah itulah yang terbaik untuk kita dan jika niat

seseorang dalam beramal adalah semata-mata mencari ridho Allah maka

niat tersebut termasuk ikhlas yaitu murni karena Allah semata dan tidak

dicampuri oleh motif-motif lain. Pendidikan seumur hidup, perintah

menuntut ilmu tidak dikaitkan dengan waktu atau tidak ada batas

waktunya, hal itu menunjukkan dimana manusia dalam menuntut ilmu

disuruh belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan sepanjang hayat.

Kesatuan roh dan jasad, pendidikan Islam harus mampu menyeimbangkan


antara penggunaan roh dan jasad, agar manusia dapat mengaktualisasi

potensi roh dan jasad dengan baik, sehingga manusia mampu menjadi

manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu manusia yang

sempurna. Pengamalan dan pembiasaan, dalam menuntut ilmu harus ada

pengamalan dan pembiasaan dimana keduanya itu merupakan metode

yang diisyaratkan oleh Al-Qur‟an. Metode pengamalan dan pembiasaan

ini amat efektif sehingga apa yang disampaikan kepadanya langsung

tertanam kuat di dalam ingatan.

Kelima aspek dalam perumusan beberapa urgensi belajar tersebut

merupakan suatu hal yang penting dikarenakan belajar di era sekarang

harus meningkatkan prinsip-prinsip belajar dengan menejemen

pendidikan Islam. Karena agama juga sangat memperhatikan pendidikan

untuk mencari ilmu pengetahuan karena dengan ilmu pengetahuan

manusia dapat berkarya dan berprestasi serta dengan ilmu ibadah

seseorang menjadi sempurna.

Anda mungkin juga menyukai