LONGSORAN BIDANG
Capaian Pembelajaran :
Mahasiswa mampu menganalisis potensi longsoran yang mungkin terjadi di sekitar
lereng terowongan.
Longsoran Bidang
Longsoran bidang ini, bila dibandingkan dengan longsoran baji (dibahas dalam bab
VII) relatif jarang terjadi. Namun bila kondisi yang menunjang terjadinya longsoran
bidang ada, maka longsoran yang terjadi mungkin akan lebih besar (secara volume)
daripada longsoran baji, Oleh karena itu pengetahuan akan analisis longsoran bidang
sangat diperlukan. Dalam pembahasan berikut ini akan dibatasi pada persoalan dua
dimensi saja.
Untuk kasus longsoran bidang dengan bidang gelincir tunggal, persyaratan berikut
ini harus terpenuhi.
- bidang gelincir mempunyai strike sejajar atau hampir sejajar (maksimal 200)
dengan strike lereng
- jejak baian bawah bidang lemah yang menjadi bidang gelincir harus muncul
di muka lereng, dengan kata lain kemiringan bidang gelincir lebih kecil
daripada kemiringan lereng
- kemiringan bidang gelincir lebih kecil adripada kemiringan lereng
- kemiringan bidang gelincir lebih besa daripada sudut geser dalamnya
- harus ada bidang release yang menjadi pembatas di kanan kiri blok yang
menggelincir
seperti biasanya, analisis dua dimensi selalu mempertimbangkan unit ketebalan yan
garahnya tegak lurus dengan garis muka lereng. Oleh karena itu bidang gelincir dapat
direpresentasikan sebagai garis kemiringan tertentu dan blok yang menggelincir
LONGSORAN BIDANG | 61
dapat direpresentasikan dengan suatu luasan pada penampang vertical tegak lurus
dengan strik lereng
Gambar 6.1
Kondisi umum longsoran bidang
LONGSORAN BIDANG | 62
Posisi rekahan tarik perlu diperhatikan dalam analisis ini, yaitu di belakang crest
lereng atau di muka lereng (gambar 3.2) sedangkan asumsi-asumsi yang digunakan
dalam analsis ini adalah sebagai berikut:
Gambar 6.2
Posisi rekahan tarik (tension crack) pada lereng batuan
a. bidang gelincir dan rekahan tarik memiliki strke yang sejajar dengan strike
lereng
LONGSORAN BIDANG | 63
b. rekahan air pada bidang adalah vertical dan terisi air sedalam Zw
c. air membasahi bidang gelincir lewat bagian bawah bidang rekahan tarik dan
merembes sampai di jejaknya di permukaan lereng
d. gaya W (berat blok yang menggelincir), U (gaya angkat oleh air), dan V
(gaya tekan air di dalam rekahan tarik) bekerja di titik pusat blok. Sehingga
diasumsikan tidak ada momen akibat rotasi
e. kuat geser (τ) dari bidang gelincir adalah τ=c+σtanø dimana c = kohesi dan ø
= sudut geser dalam serta σ = tekanan normal
f. terdapat bidang release di kanan-kiri blok sehingga tak ada hambatan di
kanan-kiri blok yang menggelincir
Dimana :
A = ( H − z ) cos ec p
U= 1
2 w Z w ( H − Z ) cos ec p
V= 1
2 wZ w2
W= 1
2 H 2 {(1 − ( z / H ) 2 cot p − cot f (rekahan tarik di belakang crest)
W= 1
2 H 2 {(1 − ( z / H ) 2 cot p (cot p tan f − 1)} (rekahan tarik di muka lereng)
Bila diinginkan adanya perbandingan antara geometri lereng , kedalamanan air daam
rekahan tarik dan pengaruh dari kuat geser yang berbeda, maka persamaan (3-1)
dapat dimodifikasi menjadi berikut
LONGSORAN BIDANG | 64
(2C / H ) P + (Q cot p − R( P + S )} tan
F= ……………..(3-2)
Q + RS cot p
Dimana
P = (1 − z / H ) cos ec p
wZwZ
R=
ZH
ZwZ
S= sin p
ZH
Untuk keperluan prakti, nilai P dan S dapat dicari dengan menggunakan grafik pada
gambar 3.3, sedangkan nilai Q dicari dengan menggunakan grafik pada gambar 3.4
LONGSORAN BIDANG | 65
Gambar 6.3
Nilai perbandingan P dan S untuk bermacam-macam geometri
LONGSORAN BIDANG | 66
Gambar 6.4
Nilai perbandingan Q untuk bermacam-macam geometri lereng
Bila lereng batuan tersebut berada di daerah rawan gempa dan percepatan yang
ditimbulkan gempa dapat dimodelkan menjadi statis αW, maka peritungan factor
keamaan dapat dilakukan dengan memesaukkan pengaruh gempa dengan cara
memodifikasi persamaan (3-1) menjadi sebagai berikut
LONGSORAN BIDANG | 67
cA + {W (cos p − sin p ) − U − V sin p } tan
F=
W (sin p + cos p ) + V cos p
LONGSORAN BIDANG | 68