78 404 1 PB
78 404 1 PB
Abstract
Policy of land which formulated in Law Number 5 Year 1960 more knowledgeable with title of UUPA
which based article 33 sentence (3) UUD 1945 occupying very strategic position in our law system.
Tahunis matter for example because caused by UUPA of nationality values and commendation to
carry out life which wiTahun justice social. As policy of public in land area, UUPA have applied more
or less 48 years and have experienced of Tahunree important era Tahunat is Old Order era, New
Order era and Reform order. During Tahune era confessed Tahunat UUPA various change as
influence of difference of mission and vision and policy of governance each order. Implementation
policy of public in land area from Tahunree Tahune regime very determine by importance of
politics. Tahunerefore in Tahune policy implementation of require to be performed by renewal
which wiTahun justice and have prosperity wiTahun decentralization principles, governance good in
management of land resource. All Tahunis it is of course for Tahune agenda of reaching Tahune
target of nations Tahunat is reaching prosperous and fair society pursuant to Five Principles.
b. Ketersediaan waktu dan sumber daya yang di bidang pertanahan yang dirangkum dalam
cukup. Panca Program Agraria Reform Indonesia,
c. Dukungan dari berbagai macam sumber daya yang meliputi :
yang ada. Makin banyak yang mendukung 1) Pembaharuan Hukum Tanah, melalui pen-
makin tinggi tingkat kesuksesannya. ciptaan unifikasi hukum yang berkonsepsi
d. Kemampuan pelaksana kebijakan menganali- nasional, dengan menyediakan hak-hak
sis kausalitas persoalan yang timbul dari atas tanah untuk berbagai keperluan
pelaksanaan kebijakan. Makin mampu para pemerintah, perseorangan serta badan-
pelaksana kebijakan menganalisis kausalitas badan usaha, sosial dan keagamaan
antara satu kegiatan dengan kegiatan lain disertai pemberian jaminan kepastian
atau antara satu kegiatan dengan dampak- hukum dengan penyelenggaraan pendaf-
nya akan makin tinggi tingkat keberhasilan- taran tanah;
nya. 2) Penghapusan hak-hak asing dan konsesi-
e. Kepatuhan para pelaksana kebijakan ter- konsesi kolonial atas tanah yang dialihkan
hadap kesepakatan dan tujuan yang telah kepada penguasa-penguasa nasional;
ditetapkan dalam tingkat koordinasi. 3) Mengakhiri penghisapan feodal secara
Dalam rangka mengkaji implementasi berangsur-angsur;
kebijakan pertanahan nasional maka akan lebih 4) Perombakan pemilikan dan penguasaan
jelas jika untuk itu dibagi dalam 3 era, yaitu tanah serta hubungan-hubungan hukum
era Rezim Orde Lama, Era Rezim Orde Baru dan yang bersdangkutan dengan penguasaan
Era Orde Reformasi. tanah, dalam mewujudkan pemerataan
a. Era Rezim Orde Lama kemakmuran dan keadilan yang kemudian
Sebagaimana halnya peraturan perun- dikenal sebagai program landreform;
dang-undangan yang lain, UUPA pun sebagai 5) Perencanaan, persediaan dan peruntukan
produk hukum penguasa, berisikan dan tanah serta penggunaannya secara teren-
merupakan cermin kebijakan penguasa pada cana, sesuai dengan daya dukung dan
waktu dibuatnya yaitu pada awal era rezim kemampuannya yang kemudian dikenal
Orde Lama. Pada waktu itu sebagai orde sebagai kegiatan penata-gunaan tanah.
yang bertujuan mengadakan perombakan Ketentuan-ketentuan UUPA tersebut
pada kebijakan penguasa selama masa terlihat bahwa kebijakan yang berpihak
sebelumnya, berketetapan akan dengan kepada rakyat banyak terutama golongan
sungguh-sungguh melaksanakan pembangun- ekonomi lemah. Pembangunan Nasional di
an berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mulai dengan mengutamakan pembangunan
sebagai kepribadian bangsa. Seperti di di bidang pertanian, melalui usaha mem-
ketahui UUD 1945 baru dinyatakan berlaku berdayakan rakyat petani. Antara lain
kembali sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959. dengan memberikan tanah garapan yang
Segala sesuatu akan didasarkan pada ke- luasnya memadai kepada para petani me-
pribadian nasional. Demikianlah dalam rang- lalui pelaksanaan landreform dan penye-
ka mewujudkan, merumuskan, memberikan lenggaraan transmigrasi, disertai pemberian
landasan hukum dan pelaksanaan kebijakan hak atas tanah yang tertulis peraturannya
pembangunan yang baru di bidang per- dan terjamin penguasaannya melalui pen-
tanahan, dalam UUPA tampak sekali per- daftaran atas tanah. Petani Indonesia yang
wujudan Sila-sila Pancasila dan penjabaran pada kenyataannya merupakan golongan
Kebijakan Pokok Pertanahan Nasional se- rakyat yang besar dan lemah perlu diber-
bagai yang dirumuskan dalam pasal 33 ayat dayakan karena pembangunan di bidang-
(3) UUD 1945. Untuk melaksanakan kebijak- bidang lain hanya akan berhasil, bilamana
an baru rezim Orde Lama tersebut, dalam dapat ditopang oleh bidang pertanian yang
UUPA ditetapkan garis-garis besar reformasi
224 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 3 September 2008
kokoh, dengan rakyat petani yang kuat kanan oleh pihak manapun juga. Bilamana
kedudukan ekonomi dan sosialnya. tidak diperoleh kesepakatan, maka haruslah
Dalam pelaksanaan landreform yang dicari tanah yang lain. Tetapi dalam hal
telah diatur dalam Undang Undang No 56 Prp tanah yang bersangkutan diperlukan untuk
Tahun 1960, diperhatikan benar Sila kedua proyek yang tergolong untuk kepentingan
Pancasila yaitu Sila Kemanusiaan Yang Adil umum dan tidak dapat diperoleh tanah yang
Dan Beradab dan asas-asas negara hukum. lain maka kepentingan umumlah yang harus
Untuk itu tanah-tanah pertanian yang pe- didahulukan daripada kepentingan pribadi.
nguasaannya melampui batas yang ditetap- Untuk keperluan ini memang sudah di
kan akan diambil dan kemudian akan di sediakan dasar hukumnya dalam pasal 18
distribusikan kepada petani yang memerlu- UUPA yang memungkinkan pengambilan ta-
kan. Pengambilan tanah-tanah pertanian nah tersebut secara paksa, tetapi dengan
yang melampui batas inipun disertai dengan tata cara yang diatur dalam undang-undang
ganti kerugian. (Undang Undang No 20 Tahun 1961) dan
Bidang perkebunan, industri, pariwisa- harus disertai dengan ganti kerugian yang
ta, perdagangan, jasa dan lain-lainnya tidak layak. Satu-satunya pejabat yang berwenang
diabaikan, dapat dilihat dari ketentuan- mengadakan pencabutan hak adalah
ketentuan mengenai penyediaan tanah dan Presiden Republik Indonesia yang sekaligus
penata gunaan tanah serta disediakannya wajib menetapkan bentuk dan jumlah ganti
hak-hak atas tanah khusus untuk keperluan- kerugiannya sebagai imbalan yang merupa-
keperluan yang bersangkutan. Bahkan bagi kan hak pemilik tanah yang bersangkutan.
badan-badan hukum yang untuk sebagian Biarpun Presiden yang menetapkan bentuk
atau seluruhnya bermodal asingpun tetap dan jumlah ganti kerugian itu. Walaupun
dibuka kemungkinan menguasai dan meng- demikian masih dibuka kemungkinan bagi
gunakan tanah untuk keperluan usahanya. bekas pemilik untuk menolaknya dan meng-
Maka sungguhpun yang diutamakan usaha ajukan banding ke Pengadilan Tinggi. Peng-
memberdayakan rakyat tani tetapi kebijakan adilan inilah yang diharapkan akan menetap-
pembangunan pada waktu itu bukanlah anti kan secara bijak dan layak bentuk dan
modal besar baik nasional maupun asing.10 jumlah imbalan yang tentunya mengikat
Bahkan diantisipasi kemungkinan kesulitan semua pihak.
dalam memperoleh tanah yang sudah dihaki Mengenai bentuk dan jumlah imbalan
oleh rakyat untuk usaha-usaha non pertanian itu ada suatu asas umum yang bersifat
tersebut yaitu dengan cara pencabutan hak universal. Bentuk dan jumlah imbalan yang
menurut Undang Undang No 20 Tahun 1961. ditetapkan harus sedemikian rupa, hingga
Undang Undang ini disusun dengan penyerahan tanah yang bersangkutan, untuk
pertimbangan, bahwa untuk keperluan apa kepentingan umum sekalipun tidak akan
pun dan diperlukan oleh siapapun, tanah menyebabkan keadaan ekonomi dan sosial
yang bersangkutan harus diusahakan untuk bekas pemiliknya menjadi mundur. Asas
diperoleh melalui musyawarah untuk men- umum ini disebut dalam Peraturan Pemerin-
capai kesepakatan. Baik mengenai penyerah- tah No 39 Tahun 1973, yang mengatur tata
an tanahnya oleh pemilik tanah kepada cara banding pada Pengadilan Tinggi yang di
pihak yang memerlukan maupun mengenai maksudkan. Dalam hal ini maka imbalan
imbalannya. Dalam rangka melindungi hak yang menjadi hak pemilik tanah tidak hanya
pemilik tanah, yang dijamin oleh hukum terbatas pada pemberian ganti kerugian me-
suatu negara hukum, dalam musyawarah itu ngenai tanah, bangunan dan tumbuh-tum-
tidak dibenarkan adanya paksaan atau te- buhan yang ada di atas tanah yang dilepas-
kan, melainkan meliputi juga kerugian-
10
Budi Harsono, 2005, Reformasi Hukum Tanah Yang kerugian yang lain.
Berpihak Kepada rakyat, Makalah Seminar Nasional, BPN
Implementasi Kebijakan Pertanahan Nasional 225
mangat dan tujuan diadakannya peratur- Tap MPR NO XVI/MPR/1998 antara lain
an yang bersangkutan; merimuskan bahwa Kebijakan ekonomi baru
b. Sehubungan dengan itu, pelaksanaan Hu- mencakup kebijakan, strategi, dan pelak-
kum Tanah Nasional selama masa Orde sanaan pembangunan yang mengutamakan
Baru seringkali dirasakan sebagai tidak kepentingan rakyat banyak sebagai wujud
menjamin perlindungan, bahkan menim- keberpihakan pada kelompok usaha kecil,
bulkan rasa diperlakukan tidak adil bagi menengah, dan koperasi, serta berfungsi
rakyat yang tanahnya diperlukan untuk sebagai pilar utama pembangunan ekonomi
kegiatan pembangunan. Padahal Hukum nasional tanpa mengabaikan peranan per-
Tanah Nasional jelas memuat rumusan usahaan-perusahaan besar. Pengelolaan dan
asas dan ketentuan-ketentuan hukum pemanfaatan tanah serta sumber daya alam
yang memberikan perlindungan bagi lainnya dilaksanakan secara adil dengan
siapapun yang menguasai tanah secara menghilangkan segala bentuk pemusatan
sah terhadap gangguan dari pihak pengusahaan dan kepemilikan dalam rangka
penguasa sekalipun, bilamana gangguan pengembangan kemampuan ekonomi usaha
itu tidak ada dasar hukumnya. kecil, menengah dan koperasi serta masya-
Ketentuan-ketentuan landreform biar rakat luas. Tanah sebagai basis usaha
pun secara formal tidak dicabut, namun se- pertanian diutamakan penggunaannya bagi
lama Orde Baru tidak tampak dilaksanakan, pertumbuhan pertanian rakyat.
dengan segala akibatnya dalam penguasaan Tap MPR tersebut ditetapkan atas dasar
tanah-tanah pertanian baik yang mengenai pertimbangan bahwa pelaksanaan demokrasi
batas luas maupun lokasinya. Biarpun ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal
kebijakan pembangunan dan pelaksanaannya 33 UUD 1945 belum terwujud. Sejalan de-
berbeda dengan semangat yang melandasi ngan perkembangan kebutuhan dan tantang-
UUPA, tetapi undang-undang tersebut dan an pembangunan nasional, diperlukan keber-
peraturan pelaksanaannya selama Orde Baru pihakan politik ekonomi, yang memberi
masih dapat memberikan dukungan legal kesempatan dukungan dan pengembangan
yang diperlukan tanpa mengalami perubahan ekonomi rakyat, yang mencakup koperasi,
formal substansinya.13 usaha kecil dan menengah sebagai pilar
c. Era Orde Reformasi utama pembangunan nasional tanpa meng-
Orde Reformasi tampak membawa pe- abaikan peranan usaha besar dan Badan
rombakan yang mendasar dalam kebijakan Usaha Milik Negara. Usaha besar dan Badan
pembangunan nasioanal di bidang ekonomi Usaha Milik Negara mempunyai hak untuk
sebagai yang ditetapkan dalam Tap MPR No berusaha dan mengelola sumber daya alam,
XVI/MPR/1998 tentang politik ekonomi da- dengan cara yang sehat dan bermitra
lam rangka demokrasi ekonomi. Tap MPR ini dengan pengusaha kecil, menengah dan
merupakan titik tolak tonggak baru demo- koperasi. Pengelolaan dan pemanfaatan
krasi ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa tanah dan sumber daya alam lainnya, harus
saat itu sudah terdapat kebijakan baru yang dilaksanakan secara adil dengan menghilang-
artinya kita tidak akan kembali kepada kan segala bentuk penguasaan dan ke-
kebijakan pembangunan ekonomi Orde Baru pemilikan dalam rangka pengembangan ke-
yang lalu yang hanya berorientasi pada mampuan ekonomi usaha kecil, menengah
pertumbuhan ekonomi.14 dan koperasi serta masyarakat luas.
Kemudian dengan terbitnya Tap MPR No
13
Budi Harsono, 2007, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah IX/MPR/2001 disusul dengan diterbitkannya
Pembentukan UUPA, Isi Dan Pelaksanaannya, Jambatan Keppres No 34 Tahun 2003 maka semakin
Jakarta
14
Arie S Hutagalung, Konsistensi Dan Korelasi Antara UUD jelas arah kebijakan pembaharuan agraria
1945 Dan UUPA 1960, Jurnal Analis Sosial, Vol 9 No 1 dan pengelolaan sumber daya alam. Pe-
April 2005
Implementasi Kebijakan Pertanahan Nasional 227
merintah disini menegaskan tidak akan me- b. Perkembangan masyarakat di mana undang-
marginalkan UUPA akan tetapi akan melaku- undang tersebut diimplementasikan;
kan penyempurnaan. Untuk itu Badan Per- c. Strategi dan kebijakan pembangunan;
tanahan Nasional ditugaskan untuk melaku- d. Keberadaan undang–undang tersebut dalam
kan langkah-langkah percepatan, antara konteks peraturan perundangan lainnya;
lain: e. Motivasi, dedikasi dan kemampuan aparat
1) Mengajukan rancangan Undang Undang pelaksana undang-undang tersebut;
tentang Hak atas Tanah; f. Image sosial dari undang-undang dan aparat
2) Menyusun peraturan perundang-undangan pelaksananya.16
lainnya di bidang pertanahan. Upaya untuk mengevaluasi implementasi
Demikianlah garis kebijakan pembangun- hukum pertanahan nasional yang berlandaskan
an Orde Reformasi yang berbeda benar dengan pada UUPA merupakan sesuatu yang sulit
kebijakan rezim Orde Baru, tetapi sejalan mengingat keterbatasan waktu dan juga
dengan semangat yang terkandung dalam banyaknya faktor yang berpengaruh. Untuk
UUPA. Kebijakan Orde Reformasi lebih me- itulah nanti hanya akan dievaluasi implemen-
mihak pada rakyat banyak, khususnya usaha tasi UUPA dari era rezim Orde Lama sampai
kecil, menengah dan koperasi. Dalam rangka dengan era rezim Orde Baru untuk dijadikan
mewujudkan tujuan kebijakannya maka telah landasan kebijakan di era Reformasi dengan
dikeluarkan Keppres No 34 Tahun 2003 yang pisau analisis antara lain dengan memperhati-
telah menugaskan kepada Badan Pertanahan kan akan adanya 6 hal yang harus diperhatikan
Nasional untuk membuat rancangan penyem- dalam mengevaluasi implementasi kebijakan
purnaan UUPA, undang-undang tentang hak mi- publik yang berbentuk suatu peraturan per-
lik dan peraturan perundang-undangan lainnya. undang-undangan.
Formulasi kebijakan pertanahan yang
2. Evaluasi Implementasi Kebijakan Pertanah- terkandung dalam UUPA di era rezim Orde
an Lama banyak mengalami pasang surut. UUPA
Evaluasi dilakukan baik terhadap proses telah dicoba diimplementasikan dengan orien-
maupun hasil implementasi kebijakan. Pe- tasi tanah untuk rakyat penggarap (land to
nilaian terhadap proses kebijakan difokuskan Tahune tiller). Jiwa kerakyatan yang begitu
pada tahapan perumusan kebijakan, terutama kental tentu saja sangat laku dijual untuk para
untuk melihat keterpaduan antar tahapan, ser- petani yang melarat. Eksistensi UUPA telah
ta sejauh mana program dan pelayanan masya- menjadi dasar bagi penyediaan tanah untuk
rakat mengikuti garis kebijakan yang telah petani kusussnya petani penggarap dan buruh
ditetapkan. Penilaian terhadap hasil dilakukan petani. Terbukti pada waktu itu banyak petani
untuk melihat pengaruh atau dampak kebijak- diantero tanah air yang melakukan okupasi atas
an, sejauh mana kebijakan mampu mengurangi tanah-tanah yang dijadikan obyek landreform.
atau mengatasi masalah. Berdasarkan evaluasi Aksi okupasi ini tentu saja disebabkan karena
ini, dirumuskanlah kelebihan dan kekurangan eng-gannya para tuan tanah atau penguasa
kebijakan yang akan dijadikan masukan bagi tanah yang sangat luas untuk melepaskan
penyempurnaan kebijakan berikutnya atau pe- tanahnya dijadikan obyek landreform.
rumusan kebijakan yang baru.15 Puncak dari peristiwa ini adalah terjadi-
Pada hakekatnya evaluasi implementasi nya gejolak politik di tanah air yang pada
kebijakan yang berbentuk suatu undang-undang akhirnya pada tahun 1965 tergulinglah rezim
tergantung kepada beberapa hal yang antara Orde Lama. Sejak saat itu program landreform
lain: otomatis terhenti, UUPA dibekukan. Terjadilah
a. Substansi undang-undang tersebut;
15
Edi Suharto, 2005, Analisis kebijakan Publik, Bandung:
16
Alfabeta Lutfi Ibrahim Nasution, loc.cit, hlm. 77
228 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 3 September 2008
tragedi nasional yang dikenal sebagai G 30 S Berkaitan dengan hal ini maka pada 31
PKI. Mei 2003 Presiden Megawati Soekarnoputri
Di era rezim Orde Baru, pengebirian telah mengeluarkan Keppres No 34 Tahun 2003
UUPA mulai berlangsung. Hal ini tercermin dari ten-tang Kebijakan Nasional Di Bidang
orientasi dan praktek politik agraria yang Pertanahan yang memberikan mandat kepada
ditopang oleh berbabagai produk peraturan Badan Pertanahan Nasional (BPN) untuk
perundang-undangan yang bersifat sektoral menyempur-nakan UUPA.
yang berkaitan dengan pengerukan kekayaan Menurut beberapa pakar ada banyak
alam. Seperti misalnya, perundang-undangan kelemahan yang perlu diperbarui, yang antara
yang mengatur sektor kehutanan, pertambang- lain adalah:
an, baik minyak maupun gas bumi, pengairan, a. Terlalu dominannya konsep hak menguasai
perikanan dan sebagainya. Keseluruhan undang- negara atas tanah dan kekayaan alam. Pada
undang yang sektoral ini mengandung semangat kenyataannya konsep ini telah banyak
dan isi yang arahnya untuk memfasilitasi para dimanipulasi penguasa untuk menyingkirkan
pemilik modal besar atau konglomerat diban- dan menegasikan hak-hak rakyat atas tanah
ding memenuhi hak-hak rakyat seperti yang dan kekayaan alam lainnya;
diamanatkan UUD 1945. b. Pengakuan hak-hak masyarakat adat oleh
Akibat dari proses pengkhianatan yang UUPA sangat lemah. Sekalipun hak-hak ula-
berkepanjangan tentu saja posisi UUPA dengan yat berulang kali disebut dalam klausulnya,
sendirinya termarginalkan. Bahkan timbul kesan hampir semuanya memakai syarat yang
bahwa UUPA seakan-akan hanya mengatur soal justru melemahkan hak-hak adat itu sendiri;
administrasi pertanahan saja. Hal-hal lain yang c. UUPA menyempitkan pengaturan agraria
bersangkut paut dengan bumi, air dan kekayaan hanya pada sektor pertanahan karena
alam diatur oleh peraturan perundang-undang- sebagian besar klausul dalam undang-undang
an sektoral seperti tersebut di atas. ini hanya mengatur mengenai administrasi
Jatuhnya rezim Orde Baru melahirkan era pertanahan.17
Reformasi. Sejumlah peluang perubahan khu- Berkaitan dengan mandat penyempurna-
susnya di bidang kebijakan pertanahan telah an UUPA berdasarkan Keppres No 34 Tahun
terbuka. Kelahiran Tap MPR No IX Tahun 2001 2003, Usep Setiawan mencatat sejumlah hal
telah membuka wacana untuk pembaharuan yang patut diperhatikan:18
peratur-an perundang-undangan agraria. a. Penyempurnaan UUPA mestilah bermakna
Pembaharuan ini mutlak harus dilakukan untuk menguatkan semangat kerakyatan yang ter-
memberikan dasar hukum bagi pelaksanaan kandung di dalamnya. Penyempurnaan mes-
pembaharuan agraria nasional. Untuk itu tilah memperbaiki isi UUPAnya, bukannya
diperlukan semangat dari para penyelenggara menghapus atau menggantikannya dengan
negara untuk me-nyusun kebijakan agraria yang undang-undang lain yang semangat dan
adil dalam mengelola sumber daya agraria isinya sama sekali baru. Menyempurnakan
secara ber-kelanjutan. Mandat untuk berarti pula keharusan memperkuat orien-
memperbarui ke-bijakan agraria secara tegas tasi pemenuhan hajat hidup rakyat, bukan
tertuang dalam Tap MPR No IX Tahun 2001 yang sebaliknya.
dalam pasal 6 nya menetapkan bahwa : b. Menyempurnakan UUPA mestilah dilakukan
secara hati-hati, agar tidak terseret kepen-
“ Menugaskan DPR RI bersama Presiden RI
untuk segera mengatur lebih lanjut pe- tingan globalisasi, kapitalisme yang hendak
laksanaan pembaruan agraria dan pe- mengukuhkan kepentingan ekonomi politik-
ngelolaan sumber daya alam serta men- nya di lapangan agraria. Oleh sebab itu,
cabut, mengubah dan/atau mengganti
semua undang-undang dan peraturan 17
Usep Setiawan, Menemukan Pintu Masuk Untuk Keluar,
pelaksanaannya yang tidak sejalan Jurnal Analis Sosial, Vol.9, No 1 April 2005
dengan ketetapan ini”. 18
Usep Setiawan, op.cit, hlm. 75
Implementasi Kebijakan Pertanahan Nasional 229
Hal tersebut di atas menurut Arie S -----------. 2005. Reformasi Hukum Tanah yang
Hutagalung adalah dalam rangka menjaga ne- Berpihak kepada Rakyat, Makalah
gara kesatuan maka kebebasan untuk mengatur Seminar Nasional, Jakarta;
dan mengurus bidang pertanahan akan tetap -----------. 2007. Hukum Agraria Indonesia, Se-
dilakukan dalam rangka kebijakan dasar dan jarah Pembentukan, Isi dan Pelaksana-
annya, Jakarta: Jambatan;
pokok-pokok ketentuan hukum pertanahan
nasional. Jadi, otonomi jelas tidak diartikan Hutagalung, Arie S. Konsistensi dan Korelasi
sebagai penyerahan pengaturan dan pengurusan Antara UUD 1945 dan UUPA 1960. Jurnal
Analis Sosial, Vol 29 No 21, April 2005;
segala masalah pertanahan sepenuhnya kepada
daerah tetapi ada kewenangan yang bersifat ----------------. 2007. Kewenangan Pemerintah di
Bidang Pertanahan. Jakarta: Rajawali
pokok dan umum serta pembinaan Pusat ter-
Pers;
hadap pelaksanaan otonomi oleh daerah.20
Demikianlah sekelumit evaluasi imple- Ibrahim, Lufti. 2005. Evaluasi Pelaksanaan
UUPA, Program Masa Kini dan Men-
mentasi kebijakan pertanahan nasional di mana
datang. Makalah Seminar Nasional, BPN;
esensi yang penting di sini adalah memper-
Nurcholis, Hanif. 2005. Teori dan Praktek
siapkan potensi untuk menstimulasi ke arah
Pemerintahan dan Otonomi Daerah.
perubahan kebijakan pembaruan agraria yang Jakarta: Grasindo;
lebih berkeadilan dengan prinsip-prinsip desen-
Setiawan, Usep. 2005. Menemukan Pintu Masuk
tralisasi, good governance dalam pengelolaan
Untuk Keluar. Jurnal Analis Sosial, Vol.9,
sumber daya tanah atau agraria atau ada juga No 1 April 2005;
yang menyebut sumber daya alam.
Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik.
Bandung : Alfabeta;
C. Penutup
Wahab, Solichin Abdul. 2006, Analisis Kebijak-
Dari hasil pembahasan tersebut di atas
sanaan, Dari Formulasi Ke Implementasi
maka dapat diambil kesimpulan sebagai beri- Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Ak-
kut. Implementasi kebijakan publik di bidang sara;
pertanahan nasional dari berbagai rezim yang
Ya’kub, Achmad. Agenda Neo Liberal Masuk
ada sangat determinan oleh faktor kepentingan Melalui Kebjakan Agraria Di Indonesia.
politik. Oleh karena itu dalam evaluasi imple- Jurnal Analis Sosial, Volume 29 No21,
mentasi kebijakannya perlu diadakan pembaru- April 2005.
an yang berkeadilan, kesejahteraan, dengan
prinsip-prinsip desentralisasi, good governance
dalam pengelolaan sumber daya tanah. Semua
ini tentunya dalam rangka mencapai tujuan
bersama yaitu mencapai masyarakat yang adil
dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
Daftar Pustaka
20
Arie S Hutagalung, Markus Gunawan, 2007, Kewenangan
Pemerintah di Bidang Pertanahan, Jakarta: Rajawali Pers
Implementasi Kebijakan Pertanahan Nasional 231