PADA PERITONITIS
DIFUSA
Disusun oleh
Hasna Luthfiah F 1102015090
Indira Maycella 1102015098
Pembimbing
Dr. Muhammad Ibnu, Sp.An
BAB I
IDENTITAS PASIEN
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit
Keluarga Riwayat Operasi
Sebelumnya
Kesadaran : Composmentis
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 70 x/menit
RR : 60 x/menit
Suhu :36,9 °C
SpO2 : 98%
STATUS GENERALIS
Jantung:
Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tampak di sela iga 4 linea mid
Kepala : Normosefali, tidak tampak lesi,
clavicula sinistra.
tidak ada massa.
Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga 4 linea mid clavicular
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera
sinistra
ikterik (-/-), Palpebra edem (-/-)
Perkusi :
Leher : JVP meningkat, dan tidak
Batas jantung kanan di sela iga 3 parasternal dextra
ditemukan pembesaran KGB
Batas jantung kiri di sela iga 4 linea mid clavicula sinstra
Thorax : Tampak simetris, tampak ada
Batas jantung atas di sela iga 3 linea parasternal sinistra.
retraksi
Auskultasi : S1,S2 reguler, murmur (-), gallop (-).
STATUS GENERALIS
Paru: Abdomen:
Inspeksi : Simetris dan tampak Inspeksi : Bentuk cembung, distensi (+)
retraksi interkosta Palpasi : Nyeri tekan seluruh abdomen, Ekstermitas:
Palpasi : Taktil fremitus simetris hepar dan lien tidak teraba, nyeri lepas Akral hangat, edema
Perkusi : Sonor pada kedua lapang (-), defence muscular (+), massa (-) tungkai (-/-), capillary refill
paru Perkusi : Timpani pada seluruh lapang time <2 detik
Auskultasi : suara nafas vesikuler, abdomen
ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Auskultasi : Bising usus (+) menurun
STATUS FISIK ASA
Peritonitis difusa ec
Laparatomi Eksplorasi General Anestesi
suspect perforasi
viscus hollow
Pemeriksaan Fisik
Premedikasi
Ondansentron IV 4 mg
Jam : 11.40 WIB
Jenis Anestesi : GA
STATUS ANESTESI
Peri-Operatif
Cairan
Total asupan cairan
Keadaan Selama Operasi Kristaloid : 500 mL
Letak Penderita: Supine Total Keluaran darah
Airway : Single Lumen ETT Pendarahan (EBL) : 750 cc
Ukuran : 7.5 Balon Cairan asites : -
Lama Operasi : 120 menit Diuresis : 130 cc
Post-Operatif
2
LAPORAN MONITORING TINDAKAN OPERASI
3
4
Berdasarkan
Berdasarkan Agen Sumber Kuman Berdasarkan Lokasi
1. Peritonitis Kimia 1.Peritonitis Primer 1. Peritonitis Lokal
2. Peritonitis Septik (Spontaneous Bacterial 2. Peritonitis Difus
Peritonitis)
2. Peritonitis Sekunder
3. Peritonitis Tersier
1. Peritonitis Primer (Spontaneous Bacterial Peritonitis)
infeksi monobakterial
akibat tidak ditemukan bakteri gram negatif ( E.coli,
klebsiella pneumonia,
kontaminasi fokus infeksi pseudomonas, proteus),
bakterial secara dalam abdomen bakteri gram positif
hematogen ( streptococcus pneumonia,
staphylococcus)
Kelompok resiko
FAKTOR RESIKO tinggi NEPTUNE
malnutrisi, keganasan sindrom nefrotik, gagal It’s the farthest
intraabdomen, ginjal kronik, planet from the Sun
imunosupresi dan lupuseritematosus and the fourth-largest
splenektomi sistemik, dan sirosis in our Solar System
hepatis
2. Peritonitis Sekunder
Benda asing,
misalnya
Komplikasi NEPTUNE
peritoneal syok septik, abses, It’s the farthest
dialisis perlengketan planet from the Sun
kateter. intraperitoneal. and the fourth-largest
in our Solar System
3. Peritonitis Tersier
Gambaran
ditemukannya cairan Komplikasi
keruh pada peritonitis berulang,
dialisis. Biasanya abses
terjadi abses, intraabdominal.
phlegmon, dengan
atau tanpa fistula
Berdasarkan Lokasi
1. Peritonitis Lokal
inflamasi masih dalam area yang terbatas.
sering bermanifestasi sebagai abses dengan jaringan debris, bakteri,
neutrofil, makrofag, dan cairan eksudat yang terkandung dalam kapsul
fibrosa.
2. Peritonitis Difus
inflamasi menyebar ke seluruh rongga peritoneum. Perforasi usus kecil dan
perforasi gaster adalah penyebab paling umum dari peritonitis
Bagaimana Perubahan Patologis pada Peritonitis?
USG
patologi dari kuadran kanan atas CT Scan abdomen dan pelvis
(contohnya kolesistitis, Paracintesis
pilihan pemeriksaan diagnostic
pancreatitis), kuadran kanan untuk infeksi intra-abdominal dan Pemeriksan untuk menegakkan
bawah, dan pelvis (appendicitis, diagnosis peritonitis primer
abses tuba-ovarium, abses cavum dapat dilakukan jika pasien stabil.
douglas).
Bagaimana Manajemen Anestesi Pada Peritonitis?
Pemantauan Obat-obatan
Hemodinamik, Pemberian à Antibiotik dan Support Sistem Vital
Oksigen Analgesik
Operatif
Induksi Anestesi
Manajemen untuk peritonitis sekunder Induksi urutan cepat dan intubasi menggunakan
àmelakukan operasi untuk menghilangkan suksinilkolin untuk memfasilitasi intubasi trakea
Pemeliharaan Anestesi sumber penyebab infeksi dan mengontrol mungkin diperlukan. Jika pasien mengalami
sumber infeksi dan dilakukan dalam hitungan hiperkalemia atau kontraindikasi lain terhadap
jam suksinilkolin, rocuronium dapat digunakan untuk
memfasilitasi relaksasi neuromuskuler.
Drainage
Drain hanya efektif jika polipropilen ( marlex ) ini
digunakan untuk mengevakuasi digunakan untuk melindungi
rongga abses yang sulit usus dan mencegah eviserasi
dibersihkan atau terdapat pada usus
perdarahan yang merembes
setelah operasi luas
Perawatan Pasca Bedah
proses pemulihan harus
memastikan bahwa perfusi jaringan Perawatan di ruang intensif dan Perawatan pasca bedah, meliputi
(airway, breathing and circulation) pemakaian ventilator adalah wajib pemberian cairan dan elektrolit
kembali adekuat. untuk pasien dengan kondisi yang secara parenteral, nutrisi (total atau
tidak stabil dan lemah. Tujuan --> parsial parenteral nutrisi) selama
hemodinamik yang stabil untuk fungsi usus masih belum kembali
Tekanan darah, nadi, dan saturasi perfusi yang baik ke organ-organ normal, pemberian obat-obatan
oksigen dipantau secara teratur mayor (seperti antibiotika dan anlgesik).
dan dicatat dalam grafik
Usia Eksudat
. Diameter Perforasi
. Faktor Komorbiditas
Hipertensi, diabetes
mellitus dan pneumoni Multi Organ
Disfunction
Syndrome (MODS)
REFERENCES
1. Bailey and Love. 2013. Short Practice of Surgery 26th Edition. United States: CRC Press Taylor & Francis Group.
2. Schwartz, Shires, Spencer. 2000.Peritonitis dan Abses Intraabdomen dalam Intisari Prinsip – Prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal 489 – 493
3. Schrock. T. R.. 2000.Peritonitis dan Massa abdominal dalam Ilmu Bedah, Ed.7, alih bahasa dr. Petrus Lukmanto, EGC, Jakarta.
4. Wim de jong, Sjamsuhidayat.R. 2011 Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : EGC.
5. Rotstein. O. D., Simmins. R. L., 1997, Peritonitis dan Abses Intra-abdomen dalam Terapi Bedah Mutakhir, Jilid 2, Ed.4, alih bahasa dr. Widjaja Kusuma, Binarupa
Aksara, Jakarta
6. Arief M, Suprohaita, Wahyu.I.K, Wieiek S, 2000, Bedah Digestif, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Ed:3; Jilid: 2; p 302-321, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.
7. Sharma, K., Kumar, M., & Batra, U. B. (2013). Anesthetic management for patients with perforation peritonitis. Journal of anaesthesiology, clinical pharmacology, 29(4),
445–453. https://doi.org/10.4103/0970-9185.119128 (Retraction published J Anaesthesiol Clin Pharmacol. 2014 Apr;30(2):305)
8. Rehatta NM., Hanindito E., Tantri AR., Redjeki IS., Soenarto RF., Bisri DY., Musba AM., Lestari MI. (2019). Anestesiologi dan Terapi Intensif Edisi Pertama Buku Teks
KATI-PERDATIN. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
9. Bertleff, M. J. & Lange, J. F., 2010. Perforated peptic ulcer disease: a review of history and treatment. Dig Surg, Volume 27, pp. 161-169
10. Marshall, J. C & Innes, M., 2003. Intensive care unit management of intra- abdominal infection. Crit Care Med, 31(8), pp. 2228-2237
11. Marshall, J. C., 2004. Current focus. Intra-abdominal infections. Elsevier, Volume 6, pp. 1015-1025
12. Wittmann, D. H. et al., 1996. Review article: Management of secondary peritonitis. Annals of surgery, 224(1), pp. 10-18
13. Mieny, C. J. & Mennen, U., 2013. Principles of surgical patient care. Volume II, pp. 1-96
14. Doherty, Gerard. Peritoneal Cavity in Current Surgical Diagnosis & Treatment 12nd. USA: The McGraw-Hill. 2006.
15. Cole et al. Cole and Zollinger Textbook of Surgery 9th Edition. Appelton-Century Corp. 2007. Hal 784-795.
16. Schwartz, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, EGC, Jakarta, 2007.h.20-25
17. Schrock, Theodore R, Ilmu Bedah (Handbook Of SurgerY), EGC, Jakarta, 2007.h.12-13
18. Fauci et al. Harrison’s Principal Of Internal Medicine Volume 1, McGraw Hill, Peritonitis. 2008. halaman 808-810, 1916-1917
THANKS
ِٰ)ٱْﻟَﺤْﻤﺪُ ِ ﱠ,