PEMBAHASAN
3
2. Analisis Transaksi
Setelah tahapan identifikasi, akuntan kemudian harus melakukan
analisis terhadap transaksi tersebut tentang pengaruhnya terhadap
kondisi keuangan perusahaan. Sistem pencatatan akuntansi dalam
perusahaan selalu menggunakan double-entry system. Artinya, setiap
transaksi akuntansi yang terjadi akan memberikan pengaruh pada posisi
keuangan di debet dan kredit dan harus dalam jumlah yang sama
besarnya. Secara matematis, umumnya akuntansi menggunakan
persamaan: Aktiva = Kewajiban + Ekuitas dalam melakukan analisis
dan perhitungan transaksi yang terjadi. Sebagai ilustrasi, sebuah
perusahaan mendapatkan investasi uang tunai sebesar Rp 1.000.000,-,
peralatan dan perlengkapan sebesar Rp 500.000,-.
Transaksi tersebut bisa dianalisis bahwa terjadi penambahan kas,
perlengkapan, dan peralatan sebesar Rp 1.500.000,-. Penambahan
tersebut berarti menambah modal perusahaan sebesar Rp 1.500.000,-
karena semua transaksi tersebut merupakan bagian dari modal
perusahaan.
3. Pencatatan Transaksi dalam Jurnal
Setelah akuntansi melakukan analisis transaksi, maka tahapan
selanjutnya adalah dengan mencatat semua transaksi ke dalam sebuah
jurnal keuangan. Dalam ilmu akuntansi, jurnal diartikan sebagai sebuah
catatan kronologis selama satu periode tentang transaksi-transaksi yang
terjadi. Proses memasukkan informasi tersebut disebut penjurnalan.
Dalam proses penjurnalan, setiap transaksi dibagi ke dalam dua bagian:
Debit dan Kredit. Pencatatan ini bisa dilakukan dalam sebuah Jurnal
Umum. Pencatatan harus dilakukan dengan berurutan dan teliti, tanpa
ada transaksi yang terlewatkan. Sehingga pada masa akhir akan
didapatkan jumlah debet dan kredit yang sama besarnya.
4. Posting Buku Besar
Setelah di catatan ke dalam sebuah jurnal, akuntansi kemudian
memindahkan semua transaksi ke dalam buku besar. Secara umum,
buku besar dapat diartikan sebagai kumpulan rekening pembukuan
yang berisikan informasi aktiva tertentu yang dicatat dalam satu
periode. Dalam sebuah perusahaan dipastikan memiliki berbagai daftar
rekening buku besar. Masing-masing rekening yang ada dalam buku
besar tersebut diberi nomor-nomor kode tertentu. Tujuannya adalah
4
memudahkan ketika proses identifikasi dalam jurnal tersebut. Selain
itu, akuntan juga akan lebih mudah dalam melakukan pengecekan ulang
atau melihat referensi terkait dengan transaksi yang terjadi jika sudah
tercatat dalam buku besar.
5. Menyusun Neraca Saldo dan Jurnal Penyesuaian
Tahapan selanjutnya dalam siklus akuntansi yang dilakukan oleh
seorang akuntan adalah menyusun neraca saldo dan jurnal penyesuaian.
Neraca saldo berisikan daftar saldo dari masing-masing rekening pada
buku besar pada periode tertentu. Dalam menuliskan neraca saldo,
saldo yang terdapat dalam buku besar disatukan dan harus dalam
kondisi sama jumlahnya. Bila dalam suatu kondisi ternyata terdapat
transaksi yang belum tercatat atau ditemukan ada kesalahan dalam
neraca saldo, maka akuntan wajib untuk melakukan pencatatan dalam
jurnal penyesuaian. Penyusunan Jurnal penyesuaian ini bersifat
periodik dan prosesnya juga sama dengan penjurnalan pada umumnya.
Setelah dicatat dalam Jurnal Penyesuaian, maka hasil laporan
keuangannya menjadi aktual.
6. Penyusunan Neraca Saldo Penyesuaian dan Laporan Keuangan
Tahapan berikutnya dalam siklus akuntansi adalah penyusunan Neraca
Saldo Penyesuaian dan Laporan Keuangan. Neraca Saldo Penyesuaian
dibuat dengan berdasarkan pada buku Neraca Saldo yang sudah dibuat
sebelumnya dengan memperhatikan Jurnal Penyesuaian. Saldo-saldo
tersebut terbagi ke dalam kelompok aktiva dan pasiva sesuai dengan
statusnya. Kemudian disusun hingga jumlah saldo keduanya sama
besar. Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Neraca Saldo
Penyesuaian ini adalah jumlah saldo pada Aktiva maupun Pasiva
berjumlah sama besar. Bila tidak, maka terjadi kesalahan dalam
perhitungan dan tidak bisa dibuat Laporan Keuangannya. Laporan
Keuangan ini dibuat setelah jumlah saldo Aktiva dan Pasiva pada buku
Neraca Saldo berjumlah sama besar.Dalam Laporan Keuangan disusun
beberapa laporan seperti laporan laba rugi, laporan perubahan modal,
laporan arus kas, dan neraca yang menghitung likuiditas, solvensi, dan
fleksibilitas. Selanjutnya, akuntan masuk ke dalam tahapan terakhir
yakni pembuatan Jurnal Penutup
5
7. Menyusun Jurnal Penutup
Tahapan terakhir dalam siklus ini adalah penyusunan Jurnal penutup
oleh seorang akuntan. Jurnal Penutup ini disusun pada akhir periode
akuntansi dengan cara menutup rekening nominal atau rekening laba
rugi. Untuk menutup kedua rekening tersebut, caranya bisa dengan
membuat nihil nilai rekening tersebut. Tujuan melakukan penutupan
rekening ini adalah untuk melihat aliran pada sumber selama periode
akuntansi tersebut berjalan. Setelah rekening tersebut ditutup, Jurnal
Penutup ini bisa digunakan untuk mengukur setiap kegiatan yang telah
dilaksanakan selama periode tersebut. Pada periode selanjutnya, Jurnal
Penutup bisa membantu untuk memulai kembali dalam siklus akuntansi
selanjutnya.
8. Menyusun Neraca Saldo dan Jurnal Pembalik
Tahapan pada siklus proses akuntansi dalam satu periode sebelumnya
sudah bisa diakhiri dengan pembuatan jurnal penutup. Proses
penyusunan Neraca Saldo dan Jurnal Pembalik ini bersifat opsional,
boleh dilakukan atau tidak. Neraca Saldo pada tahap ini berisikan saldo
rekening permanen dari rekening buku besar setelah Jurnal Penutup.
Sementara Jurnal Pembalik dibuat agar proses pencatatan beberapa
transaksi tertentu, terutama yang selalu berulang, bisa lebih sederhana.
6
1. Saldo Normal Aktiva
Aktiva atau Harta merupakan kekayaan (sumber daya) yang dimiliki
perusahaan yang dapat digunakan dalam operasional perusahaan dan
terukur dengan satuan moneter. Saldo Normal untuk akun aktiva atau
harta adalah Debit.
2. Saldo Normal Utang
Utang atau kewajiban merupakan pengorbanan ekonomis yang harus
dilakukan oleh perusahaan pada masa yang akan datang. Saldo normal
untuk akun Utang adalah kredit.
3. Saldo Normal Modal
Modal Merupakan setoran kekayaan (sumber ekonomi) yang berasal
dari pemilik perusahaan kepada perusahaan yang dapat dihitung dengan
satuan moneter. Saldo normal untuk akun modal adalah kredit.
4. Saldo Normal Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil dari perolehan aktiva atau sumber
ekonomi yang berasal dari pihak lain sebagai imbalan atas penjualan
barang atau pemberian layanan jasa perusahaan. Saldo normal untuk
akun pendapatan adalah kredit.
5. Saldo Normal Beban
Beban merupakan segala pengorbanan yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam operasional usahanya dalam rangka untuk
mendapatkan laba yang ditargetkan. Saldo normal untuk akun beban
adalah debit.
Saldo Normal dari akun atau rekening sebagaimana disebutkan di atas
mulai dari aktiva, kewajiban, modal, pendapatan, beban merupakan suatu
ketetapan yang pasti dalam ilmu akuntansi. Maksud dari ketetapan pasti di
sini adalah bahwa saldo normal aktiva pasti debit dan saldo normal
kewajiban pasti kredit dan sebagainya
7
2.3 Transaksi Dan Mencatatnya Kedalam Jurnal
Agar proses pencatatan efisien, maka sebaiknya anda selalu mencatatan setiap transaksi
dalam jurnal setelah transaksi dilakukan. Jangan menunggu sampai transaksi terkumpul
lama karena anda dapat lupa mencatatnya ataupun bukti transaksinya dapat hilang
(semua bukti yang telah dilakukan karena itu semua dasar untuk mencatat transaksi,
seperti faktur, nota, bukti penerimaan, bukti pembayaran, kwitansi, akte, surat perjanjian,
wesel, cek dan bukti-bukti lainnya.
Dengan langsung mencatatnya maka anda juga dapat mencegah terjadinya kesalahan saat
menyalin dalam buku besar
2.4 Jurnal Umum dan Jurnal Khusus Ada Buku Besar Dan Buku Besar Pembantu
2.4.1 Jurnal Umum
Jurnal umum merupakan tempat untuk mencatat semua transaksi keuangan
perusahaan pada periode tertentu secara sistematis. Untuk membuat jurnal
umum akuntansi, maka Anda harus paham mengenai saldo normal masing-
masing akun. Dalam akuntansi ada lima akun yang perlu Anda tahu posisi
saldo normalnya. Agar lebih mudah, lihat tabel berikut:
Tabel Saldo Normal Akun
Nama Akun Debit Kredit Saldo Normal
Aset (harta/aktiva) + – Debit
Utang (kewajiban) – + Kredit
Modal – + Kredit
Pendapatan – + Kredit
Beban + – Debit
8
2.4.2 Jurnal Khusus
Jurnal Penjualan
Piutang dagang
Syarat (D)
Tanggal No. Keterangan Ref.
pembayaran
Penjualan (K)
2/01/2019 Toko Rizky 2/10 – n/30 3.000.000
9
mengikhtisarkan pengaruh transaksi terhadap perubahan aktiva, kewajiban,
dan modal perusahaan.
Pencatatan ke buku besar umum dilakukan secara berkala atau setiap akhir
bulan berdasarkan jurnal khusus atau hasil rekapitulasi jurnal khusus.
Posting adalah proses memindahkan catatan dari jurnal ke buku besar
Adapun langkah-langkah melakukan posting (memindah bukukan) dari
jurnal khusus ke buku besar umum adalah sebagai berikut.
1. Menutup jurnal khusus dengan cara menjumlahkan angka dalam
kolom masing-masing perkiraan.
2. Memindahkan ke dalam buku besar dari hasil penjumlahan tersebut
sesuai dengan perkiraan yang digunakan, baik sebelah debit maupun
sebelah kredit.
3. Mengisi kolom ref pada jurnal khusus dengan memberi tanda cek atau
nomor kode perkiraan, dan mengisi kolom ref pada buku besar dengan
nomor halaman jurnal.
Jurnal Penerimaan Kas diberi kode JKM.
Jurnal Pengeluaran Kas diberi kode JKK.
Jurnal Penjualan diberi kode JP.
Jurnal Pembelian diberi kode JB.
Jurnal Umum diberi kode JU.
4. Tanggal posting yang digunakan yaitu tanggal akhir bulan yang
bersangkutan.
5. Bentuk buku besarnya sama dengan buku besar yang lazim
dipergunakan.
10
pada perkiraan piutang di buku besar umum, sebagai perkiraan induk.
Sedangkan perubahan kepada masing-masing langganan dicatat pada
perkiraan masing-masing dalam perkiraan buku besar pembantu
piutang.
2. Buku Besar Pembantu Utang
Buku besar pembantu utang disediakan khusus untuk mencatat masing-
masing pemasok secara terperinci yang banyaknya ditentukan oleh
banyaknya pemasok yang memberikan pinjaman kredit, baik berupa
barang dagangan maupun aktiva lainnya. Seperti halnya dalam buku
piutang, dalam buku utang pun keadaan utang pada setiap pemasok
dicatat dalam daftar-daftar tersendiri. Perubahan utang secara
keseluruhan dicatat pada perkiraan utang dalam buku besar umum.
Sedangkan perubahan kepada masing-masing pemasok, dicatat pada
perkiraan masing-masing dalam buku besar pembantu utang.
11
pada setiap akun rekening. Fungsi ini juga merupakan bagian utama dari
fungsi ilmu akuntansi, yaitu mencatat.
3. Fungsi Koreksi, tempat melakukan koreksi terhadap seluruh catatan
serta siklus akuntansi yang telah dilakukan. Dalam laporan neraca
saldo, akan diketahui apakah ada kekurangan atau kesalahan pencatatan
dengan cara melihat kesamaan pada hasil akhir pada kolom debit dan
kredit.
4. Fungsi Monitoring, maksudnya fungsi neraca saldo adalah untuk
melakukan pengawasan pada setiap akun dalam keuangan perusahaan.
Contoh Neraca Saldo
Bentuk neraca saldo pada tiap perusahaan biasanya tidak memiliki perbedaan
yang signifikan. Neraca saldo tersusun dari empat kolom utama yang akan
digunakan pada proses pembuatan laporan keuangan.
Nomor Akun
Kolom ini berisi berbagai kode akun dari setiap akun yang terdapat dalam
buku besar perusahaan tersebut. Nomor atau kode akun harus ditulis secara
sistematis atau urut mulai dari kode yang menunjukkan kode akun harta
sampai kode yang menunjukkan akun beban.
Nama Akun atau Keterangan
Kolom ini berisi berbagai nama akun yang tercantum dalam buku besar
perusahaan. Penulisan dalam neraca saldo diurutkan dari golongan akun harta,
akun utang, akun modal, akun pendapatan dan yang terakhir adalah akun
beban.
Debit
Kolom berisi saldo dari setiap akun yang memiliki nilai debit sesuai dengan
buku besar.
Kredit
Kolom berisi saldo setiap akun yang memiliki nilai kredit sesuai yang ada di
dalam buku besar.
Penyusunan neraca saldo berguna untuk melihat posisi aktiva, kewajiban, dan
modal setelah posting ke buku besar dari setiap akun yang ada dalam sebuah
perusahaan. Oleh karena itu, agar hasilnya valid dan data yang disajikan akurat,
maka proses penyusunan neraca saldo harus dilakukan secara hati-hati dan
teliti.Informasi yang berasal dari neraca saldo yang disesuaikan menjadi dasar
untuk menyiapkan laporan keuangan perusahaan dalam satu periode. Sehingga
bisa dikatakan bahwa neraca saldo yang belum disesuaikan belum layak
12
digunakan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan sebuah perusahaan. Hal
ini karena justru neraca saldo akan memberikan informasi yang tidak relevan
bagi para pemakai laporan keuangan, di antaranya para pemilik usaha dan
investor.
13