Anda di halaman 1dari 9

Mineral Semen

Umumnya, stock pile dibagi menjadi 2 bagian yaitu sisi kanan dan sisi kiri. Hal ini
dilakukan untuk menunjang proses, jika stock pile bagian kanan sedang digunakan masukan
proses, maka sisi bagian kiri akan diisi bahan baku dari crusher. Begitu juga sebaliknya.
Untuk mengatur letak penyimpanan bahan baku, digunakan reclaimer. Reclaimer ini
berfungsi untuk memindahkan atau mengambil raw material dari stock pile ke belt conveyor
dengan kapasitas tertentu, sesuai dengan kebutuhan proses, alat ini sendiri berfungsi untuk
menghomogenkan bahan baku yang akan dipindahkan ke belt conveyor.
Selanjutnya bahan baku dikirim dengan menggunakan belt conveyor menuju tempat
penyimpanan kedua, yang bisa dikatakan merupakan awalan masukan proses pembuatan
semen, yaitu bin. Umumnya ada 4 buah bin yang diisi oleh masing-masing 4 material bahan
baku, yaitu limestone, clay, pasir silica, dan pasir besi. Semua bin dilengkapi dengan alat
pendeteksi ketinggian atau level indicator sehingga apabila bin sudah penuh, maka secara
otomatis masukan material ke dalam bin akan terhenti.
Pengumpanan bahan baku ke dalam sistem proses selanjutnya diatur oleh weight
feeder, yang diletakkan tepat di bawah bin. Prinsip kerja weight feeder ini adalah mengatur
kecepatan scavenger conveyor, yaitu alat untuk mengangkut material dengan panjang tertentu
dan mengatur jumlah bahan baku sehingga jumlah bahan baku yang ada pada scavenger
conveyor sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selanjutnya bahan baku dijatuhkan ke belt
conveyor dan dikirim ke Vertical Roller Mill untuk mengalami proses penggilingan dan
pengeringan. Pada belt conveyor terjadi pencampuran limestone, clay, pasir silica, dan pasir
besi.

II. Proses Pengolahan Bahan


Alat utama yang digunakan dalam proses penggilingan dan pengeringan bahan baku
adalah Vertical Roller Mill (VRM). Media pengeringnya adalah udara panas yang berasal
dari siklon-preheater. Udara panas tersebut juga berfungsi sebagai media pembawa bahan-
bahan yang telah halus menuju alat proses selanjutnya.

18
Vertical Roller Mill
Alat-alat yang mendukung proses ini: Cyclone, Electrostatic Precipitator (EP), Stack
dan Dust Bin. Bahan baku masuk ke dalam Vertical Roller Mill (Raw Mill) pada bagian
tengah (tempat penggilingan), sementara itu udara panas masuk ke dalam bagian bawahnya.
Material yang sudah tergiling halus akan terbawa udara panas keluar raw mill melalui bagian
atas alat tersebut.
Vertical Roller Mill memiliki bagian yang dinamakan separator yang berfungsi untuk
mengendalikan ukuran partikel yang boleh keluar dari raw mill, partikel dengan ukuran besar
akan dikembalikan ke dalam raw mill untuk mengalami proses penggilingan kembali agar
ukurannya mencapai ukuran yang diharapkan. Sementara itu partikel yang ukurannya telah
memenuhi kebutuhan akan terbawa udara panas menuju cyclone. Cyclone berfungsi untuk
memisahkan antara partikel yang cukup halus dan partikel yang terlalu halus (debu). Partikel
yang cukup halus akan turun ke bagian bawah cyclone dan dikirim ke Blending Silo untuk
mengalami pengadukan dan homogenisasi. Partikel yang terlalu halus (debu) akan terbawa
udara panas menuju Electrostatic Precipitator (EP). Alat ini berfungsi untuk menangkap
debu-debu tersebut sehingga tidak lepas ke udara. Efisiensi alat ini adalah 95-98%. Debu-
debu yang tertangkap, dikumpulkan di dalam dust bin, sementara itu udara akan keluar
melalui stack. Kemudian material akan mengalami proses pencampuran (Blending) dan
homogenisasi di dalam Blending Silo. Alat utama yang digunakan untuk mencampur dan
menghomogenkan bahan baku adalah blending silo, dengan media pengaduk adalah udara.
Bahan baku masuk dari bagian atas blending silo, oleh karena itu alat transportasi yang
digunakan untuk mengirim bahan baku hasil penggillingan blending silo adalah bucket
elevator, dan keluar dari bagian bawah blending silo dilakukan pada beberapa titik dengan
jarak tertentu dan diatur dengan menggunakan valve yang sudah diatur waktu bukanya.

19
Proses pengeluarannya dari beberapa titik dilakukan untuk menambah kehomogenan bahan
baku.
Blending silo dilengkapi dengan alat pendeteksi ketinggian (level indicator), sehingga
jika blending silo sudah penuh, maka pengisian bahan baku terhenti secara otomatis.

III. Proses Pembakaran


a. Pemanasan Awal (Pre-heating)
Alat utama yang digunakan untuk proses pemanasan awal bahan baku adalah
suspension pre-heater, sedangkan alat bantunya adalah kiln feed bin. Setelah mengalami
homogenisasi di blending silo, material terlebih dahulu ditampung ke dalam kiln feed bin.
Bin ini merupakan tempat umpan yang akan masuk ke dalam pre-heater. Suspension pre-
heater merupakan suatu susunan 4-5 buah cyclone dan 1 buah calciner yang tersusun menjadi
1 string. Suspension pre-heater yang digunakan terdiri dari 2 bagian, yaitu in-line calciner
(ILC) dan separate line calciner (SLC). Material akan masuk terlebih dahulu pada cyclone
yang paling atas hingga keluar dari cyclone kelima. Setelah itu, material akan masuk ke
dalam rotary kiln.

Preheater
b. Pembakaran (Firing)
Alat utama yang digunakan adalah tanur putar atau rotary kiln. Rotary kiln adalah alat
berbentuk silinder memanjang horizontal yang diletakkan dengan kemiringan tertentu.
Kemiringan rotary kiln umumnya sekitar 3 – 4 o dengan arah menurun (declinasi). Dari ujung
tempat material masuk (inlet), sedangkan di ujung lain adalah tempat terjadinya pembakaran
bahan bakar (burning zone). Jadi material akan mengalami pembakaran dari temperatur yang
rendah menuju ke temperatur yang lebih tinggi.

20
Kiln
Bahan bakar semen yang digunakan adalah batu bara, sedangkan untuk pemanasan
awal digunakan Industrial Diesel Oil (IDO). Untuk mengetahui sistem kerja tanur putar,
proses pembakaran bahan bakarnya, tanur putar dilengkapi dengan gas analyzer. Gas
analyzer ini berfungsi untuk mengendalikan kadar O2, CO, dan NOx pada gas buang jika
terjadi kelebihan atau kekurangan, maka jumlah bahan bakar dan udara akan disesuaikan.
Daerah proses yang terjadi di dalam kiln dapat dibagi menajadi 4 bagian yaitu:
1. Daerah transisi (transition zone)
2. Daerah pembakaran (burning zone)
3. Daerah pelelehan (sintering zone)
4. Daerah pendinginan (cooling zone)

c. Reaksi Pembuatan Semen


Di dalam kiln terjadi proses kalsinasi (hingga 100%), sintering, dan clinkering.
Temperatur material yang masuk ke dalam tanur putar adalah 800–900 oC, sedangkan
temperatur clinker yang keluar dari tanur putar adalah 1100-1200 oC.
1. Pendinginan (Cooling)
Alat utama yang digunakan untuk proses pendinginan clinker adalah cooler. Cooler ini
dilengkapi dengan alat penggerak material, sekaligus sebagai saluran udara pendingin yang
disebut dengan grate atau alat pemecah clinker (clinker crusher).

21
Proses Cooler Pada Semen
Setelah proses pembentukan clinker selesai dilakukan di dalam tanur putar, clinker
tersebut terlebih dahulu didinginkan di dalam cooler sebelum disimpan di dalam clinker silo.
Cooler yang digunakan terdiri dari 9 kompartemen yang menggunakan udara luar sebagai
pendingin. Udara yang keluar dari cooler dimanfaatkan sebagai pemasok udara panas pada
calciner.
Clinker yang keluar dari tanur putar masuk ke dalam kompartemen, akan jatuh di atas
grate. Dasar grate ini mempunyai lubang-lubang dengan ukuran yang kecil untuk saluran
udara pendingin. Clinker akan terus bergerak menuju kompartemen yang kesembilan dengan
bantuan grate yang bergerak secara reciprocating, sambil mengalami pendinginan pada ujung
kompartemen kesembilan terdapat clinker crusher yang berguna untuk mengurangi ukuran
clinker yang terlalu besar.
Selanjutnya clinker dikirim menuju tempat penampungan clinker (clinker silo) dengan
menggunakan alat transportasi yaitu pan conveyor. Sebelum sampai di clinker silo, clinker
akan melalui sebuah alat pendeteksi kandungan kapur bebas (free lime). Jika kandungan free
lime dari clinker melebihi batas yang telah ditentukan, maka clinker akan dipisahkan dan
disimpan dalam bin tersendiri.

IV. Proses Penggilingan Akhir


Alat utama yang digunakan pada penggilingan akhir, dimana terjadinya pula
penggilingan clinker dengan gypsum adalah tube mill. Peralatan yang menunjang proses
penggilingan akhir ini adalah:
1. Tube Mill / Horizontal Mill
2. Separator
3. Bag Filter

Gypsum adalah bahan tambahan dalam pembuatan semen yang akan dicampur dengan
clinker pada penggilingan akhir. Gypsum yang dapat digunakan adalah gypsum alami dan
gypsum sintetic. Gypsum disimpan di dalam stock pile gypsum, kemudian dengan
menggunakan dump truck, gypsum tersebut dikirim ke dalam bin gypsum untuk siap
diumpankan ke dalam penggilingan akhir dan dicampur dengan clinker.

22
Clinker yang akan digiling dan dicampur dengan gypsum, terlebih dahulu ditransfer
dari clinker silo menuju clinker bin. Dengan menggunakan bin maka jumlah clinker yang
akan digiling dapat diatur dengan baik oleh weight feeder.
Alat yang digunakan untuk melakukan penggilingan clinker dengan gypsum disebut
tube mill. Alat ini berbentuk silinder horizontal. Bagian dalam tube mill terbagi menjadi dua
kompartemen. Yang dari masing-masing kompartemen tersebut diisi dengan bola-bola baja
dengan beragam ukuran. Kompartemen pertama diisi dengan bola-bola baja yang berdiameter
lebih besar daripada bola-bola yang ada di kompartemen kedua. Prinsip penggunaan bola-
bola baja dari ukuran yang besar ke ukuran yang kecil adalah bahwa ukuran bola-bola baja
yang lebih kecil menyebabkan luas kontak tumbukan antara bola-bola baja dengan material
yang akan digiling akan lebih besar sehingga diharapkan ukuran partikelnya akan lebih halus.
Material yang telah mengalami penggilingan kemudian diangkut oleh bucket elevator
menuju separator. Separator berfungsi untuk memisahkan semen yang ukurannya telah cukup
halus dengan ukuran yang kurang halus. Semen yang cukup halus akan dibawa udara melalui
cyclone, kemudian ditangkap oleh bag filter yang kemudian akan ditransfer ke dalam cement
silo. Sedangkan semen yang keluar dari bawah cyclone akan dimasukkan kembali ke dalam
tube mill untuk digiling kembali.

Cement Mill
V. Proses Pengemasan (Packing)
Silo semen tempat penyimpanan produk dilengkapi dengan sistem aerasi untuk
menghindari penggumpalan/koagulasi semen yang dapat disebabkan oleh air dari luar, dan
pelindung dari udara ambient yang memiliki humiditas tinggi. Setelah itu Semen dari silo
dikeluarkan dengan menggunakan udara bertekanan (discharge) dari semen silo lalu dibawa
ke bin penampungan sementara sebelum masuk ke mesin packer atau loading ke truck.
kapasitas dan jenis kantong semen yang digunakan tergantung kebutuhan dan permintaan
pasar.

23
Disini dilakukan proses pengemasan atau pengepakan yang dilakukan sebelum semen
dijual kepasaran. Fungsinya adalah agar semen lebih mudah dijual kepasaran, dalam bentuk
sak, dan juga agar semen yang dijual dapat dihitung jumlahnya, karena adanya penimbangan.
Mempermudah distribusi produk sampai ke pelanggan. Melindungi produk dari pengaruh
lingkungan. Biasanya packer dikategorikan menjadi dua jenis yaitu stationary packer dan
rotary packer. Adapun sistem transport yang biasa digunakan pada packer berupa :
1. air slide
2. screw conveyor
3. bucket elevator
4. air lift/pneumatic conveying
5. belt conveyor
Untuk pengontrolan pada sistem packing dilakukan penimbangan untuk pengecekan.
Pengecekan berat semen yang dilakukan yaitu:
1. Penimbangan di Packer
2. Random cek ( packing, proses quality control )
3. Belt weigher ( continous weighing )

2.7 Pengaruh Industri Semen terhadap Lingkungan


Semen mempunyai empat komponen bahan kimia utama yaitu kapur (batu kapur),
silika (pasir), alumina (tanah liat) dan besi oksida (biji besi). Sedikit gipsum biasanya
ditambahkan pada saat penghalusan untuk memperlambat pengerasan. Suatu Industri semen
tentu mempunyai limbah dari pengolahan-pengolahan bahan baku tersebut. Dibanding sektor
industri yang lain, industri semen relatif tidak menghasilkan limbah cair mengingat
penggunaan teknologi berbasis proses kering dalam pembuatan semen, tidak menyertakan
penggunaan air. Limbah yang terbesar dari industri semen adalah limbah gas dan

24
partikel. Limbah yang diproduksi pabrik keluar dan bercampur dengan udara. Secara alamiah
udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2,CO2, H2 dan lain-lain. Zat pencemar
melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas.
1. Limbah gas
Limbah gas akan menggangu kandungan alami udara dan akan menurunkan kualitas
udara. Pencemaran berbentuk gas dapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu)
ataupun akibat la ngsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOx, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-
lain. Gas tertentu yang lepas ke udara dalam konsentrasi tertentu akan membunuh manusia.
Dalam kadar rendah, tidak berbau dan bila kadar bertambah menyebabkan bau yang tidak
enak gejalanya cepat menghebat menimbulkan pusing, batuk dan mabuk. Uap, yaitu bentuk
gas dari zat tertentu tidak kelihatan dan dalam ruangan berdifusi mengisi seluruh ruang. Yang
harus diketahui adalah jenis uap yang terdapat dalam ruangan karena untuk setiap zat
berbeda daya reaksinya. Zat-zat yang mudah menguap adalah amoniak, chlor, nitrit, nitrat
dan lain-lain.
Bahan yang bersifat gas dan uap akan berakibat:
a. Mengganggu pernapasan
b. Merusak alat-alat dalam tubuh
c. Merusak susunan saraf
d. Merusak susunan darah

2. Limbah Partikel
Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti
uap air, debu, asap, dan kabut. Debu yaitu partikel zat padat yang timbul pada proses industri
sepeti pengolahan, penghancuran dan peledakan, baik berasal dari bahan organik maupun
anorganik. Debu, karena ringan, akan melayang di udara dan turun karena gaya tarik bumi.
Penimbunan debu dalam paru-paru akibat lingkungan mengandung debu yaitu pada manusia
yang ada di sekitarnya bekerja atau bertempat tinggal. Kerusakan kesehatan akibat debu
tergantung pada lamanya kontak, konsentrasi debu dalam udara, jenis debu itu sendiri dan
lain-lain.
Asap adalah partikel dari zat karbon yang keluar dari cerobong asap industri karena
pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang mengandung karbon. Asap bercampur
dengan kabut/uap air pada malam hari akan turun ke bumi bergantungan pada daun-daunan
ataupun berada di atas atap rumah.

25
Bahan yang bersifat partikel menurut sifatnya akan menimbulkan:
1. Rangsangan saluran pernafasan
2. Kematian karena bersifat racun
3.Alergi
4.Fibrosis
5. Penyakit demam
Untuk menghindari dampak yang diakibatkan limbah melalui udara dilakukan
pengendalian dengan penetapan nilai ambang batas. Nilai ambang batas adalah kadar
tertinggi suatu zat dalam udara yang diperkenankan, sehingga manusia dan makhluk lainnya
tidak mengalami gangguan penyakit atau menderita karena zat tersebut. Selain penetapan
nilai ambang batas juga dilakukan teknologi pengolahan emisi pencemaran udara. Teknologi
pengolahan emisi pencemaran udara industri telah berkembang lama, yang digunakan untuk
mengurangi, menurunkan, dan menghilangkan kadar pencemaran unsur-unsur limbah proses
yang dihasilkan. Teknologi yang diterapkan yaitu peralatan untuk partikel dan aerosol seperti
dengan cara pengendapan, scrubber, filter dan electrostatic precipitator.

26

Anda mungkin juga menyukai