Anda di halaman 1dari 8

Kerangka Pemikiran Pennelitian

Model Penelitian

Berdasarkan hipotesis, terdapat dua model yang diuji. Model pertama merupakan model yang
menguji faktor yang mempengaruhi struktur modal. Sementara itu, model kedua menguji faktor
yang mempengaruhi stock return. Berikut persamaan matematis kedua model

Model I
Y1 = 𝛽12Y2 + 𝛾11X1 + 𝛾12X2 + 𝛾13X3 + 𝛾14X4 + 𝛾15X5+𝛾16X6+𝛾17X7+𝛾18X8+𝜁

Model II
Y2 = 𝛽21Y1 + 𝛾21X1 + 𝛾22X2 + 𝛾23X3 + 𝛾24X4 + 𝛾29X9+𝛾2.10X10+𝜁

Keterangan:
Y1 : capital structure pada periode t
Y2 : stock return pada periode t
X1 : profitabilitas pada periode t-1
X2 : expected growth pada periode t+1
X3 : ukuran perusahaan pada periode t-1
X4 : likuiditas saham pada periode t-1
X5 : uniqueness pada periode t
X6 : collateral value pada periode t
X7 : non-debt tax shield pada periode t
X8 : konsentrasi kepemilikan saham pada periode t
X9 : value perusahaan pada periode t-1
X10 : risiko sistematik saham
𝛽xy : koefisien variabel endogen
𝛾xy : koefisien variabel eksogen
𝜁 : error term
3.3 Operasionalisasi Variabel

Pengukuran indikator dari masing-masing variabel berdasarkan pada penelitian terdahulu.


Pengukuran variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

● Capital Structure
Pengukuran indikator variabel struktur modal mengacu pada penelitian Yang et. al,,. (2010).
capital structure diukur dengan rasio sebagai berikut:

𝑙𝑜𝑛𝑔 − 𝑡𝑒𝑟𝑚 𝑑𝑒𝑏𝑡


𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑡𝑟𝑢𝑐𝑡𝑢𝑟𝑒 =
𝑚𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 + 𝑏𝑜𝑜𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑑𝑒𝑏𝑡

Penggunaan nilai long-term debt sebagai pembilang memiliki keunggulan dibandingkan short-
term debt maupun convertible debt. Penelitian yang dilakukan Chang et.al (2009) menunjukkan
long-term debt merupakan proksi struktur modal yang paling penting dibandingkan jenis hutang
lainnya seperti hutang jangka pendek dan convertible debt. Menurut Wald (1999) penggunaan
long-term debts sebagai variabel endogen memberikan pengukuran yang paling stabil dan dapat
digunakan untuk mengukur struktur modal perusahaan dalam jangka panjang, Hal ini
dikarenakan frekuensi yang jarang bagi perusahaan menerbitkan long-term debts.

● Stock Return
Realized returns sebagai proksi expected returns. Penggunaan realized return dikarenakan
tidak tersedianya data expected return. Return saham dapat diformulasikan sebagai berikut:

𝑃𝑡 − 𝑃𝑡−1
𝑟𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 =
𝑃𝑡−1
Harga saham yang digunakan dalam perhitungan ini merupakan harga saham yang sudah
disesuaikan dengan stock split dan pembagian dividen (adjusted closing price) yang diperoleh
dari finance.yahoo.com

● Profitabilitas
Profitabilitas dihitung dengan rasio berikut:
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 =
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Penggunaan rasio ini mengacu pada jurnal Titman dan Wessels (1988), Chang et. al, (2009)
dan Yang et. al, (2010)

● Expected Growth
Expected growth diukur dengan persentase perubahan total aset. expected growth diukur pada
periode T+1. Dengan menghitung nilai growth pada periode T+1, penelitian ini menggunakan
realized value sebagai proksi expected growth. Pengukuran ini digunakan dalam penelitian
yang dilakukan Titman dan Wessels (1988), Chang et. al,. (2009) dan Yang et. al,. (2010)
menggunakan rasio capital expenditure per total aset. Namun, banyak perusahaan yang tidak
mengungkapkan data capital expenditure dalam laporan keuangannya.

● Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan diukur dengan logaritma natural market value of equity. Pemilihan
pengukuran ini mengacu pada penelitian Fama dan French (1992), Lau et. al, (2002) dan Yang
et. al, (2010

● Likuiditas Saham
Likuiditas merupakan kemampuan sebuah saham diperdagangkan dalam jumlah yang besar
dalam waktu relatif cepat dengan biaya yang rendah. Yang et. al, (2010) menggunakan share
turnover untuk mengukur likuiditas, oleh karena itu penelitian ini menggunakan share turnover
yang diformulasikan

𝑡𝑟𝑎𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
𝑙𝑖𝑘𝑢𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 =
𝑜𝑢𝑡𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔 𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒

Perusahaan dikatakan memiliki saham yang likuid jika ukuran share turnover-nya tinggi.
Artinya semakin banyak saham perusahaan yang diperdagangkan relatif terhadap jumlah saham
beredar maka semakin likuid saham tersebut.

● Uniqueness
Titman dan Wessels (1988) menggunakan beberapa indikator untuk mengukur uniqueness yaitu
rasio biaya penelitian dan pengembangan per penjualan, rasio selling expense per penjualan,
dan persentase jumlah tenaga kerja yang berhenti secara sukarela. dari berbagai pengukur,
hanya rasio selling expense yang dapat diperoleh datanya. Penelitian ini akan menggunakan
rasio selling expense dibagi dengan penjualan sebagai pengukuran uniqueness. Titman dan
Wessels (1988) menyatakan perusahaan dengan produk yang unik atau terspesifikasi akan
cenderung beriklan lebih banyak dan melakukan berbagai promosi untuk menjual produknya.
Oleh karena itu, asio selling expense berhubungan positif terhadap uniqueness.

● Collateral Value
Collateral value diukur dengan rasio:

𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 + 𝑔𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑝𝑟𝑜𝑝𝑒𝑟𝑡𝑦, 𝑝𝑙𝑎𝑛𝑡 & 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑝𝑚𝑒𝑛𝑡


𝑐𝑜𝑙𝑙𝑎𝑡𝑒𝑟𝑎𝑙 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡

Penggunaan rasio mengacu pada penelitian yang dilakukan Titman dan Wessels (1988), Yang
et. al, (2010). Inventory serta property, plant dan equipment merupakan tangible asset yang
dapat dijadikan jaminan hutang.

● Non-Debt Tax Shields


Rasio depresiasi per total aset digunakan sebagai pengukuran non-debt tax shields. Merujuk
pada penelitian yang dilakukan Titman dan Wessel (1988) Sheikh dan Wang (2011). Nilai
depresiasi dapat dibebankan sebagai deductible expense dalam laporan fiskal sehingga
depresiasi dapat memberikan manfaat tax shields bagi perusahaan.

● Konsentrasi Kepemilikan Saham


Variabel ini diukur dengan persentase kepemilikan saham oleh lima pemegang saham terbesar.
pengukuran ini mengacu pada pengukuran yang digunakan Udmosirikul et. al, (2011). Semakin
tinggi persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh lima pemegang saham terbesar maka
semakin terkonsentrasi kepemilikan saham tersebut.

● Value
Diukur dengan rasio sebagai berikut:

𝑏𝑜𝑜𝑘 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦


𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 =
𝑚𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑣𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦

Penggunaan rasio book-to-market sebagai indikator value perusahaan merujuk penelitian Yang
et. al, (2010). Saham dengan rasio book-to-market yang tinggi lebih beresiko karena nilai
perusahaan dipasar yang jauh lebih rendah daripada nilai bukunya. Sebaliknya saham dengan
rasio book-to-market yang rendah memiliki resiko yang lebih rendah.

● Risiko Sistematik
Untuk mengukur risiko sistematik, menggunakan beta saham. Ross et. al, (2010)
mendefinisikan beta saham sebagai berikut:

𝑐𝑜𝑣 (𝑅𝑖 , 𝑅𝑀 )
𝛽=
𝑣𝑎𝑟 (𝑅𝑀 )

Keterangan
cov (Ri, RM) : covariance antara return sekuritas i dan return pasar

var (RM) : variance return pasar

Bata akan dihitung dengan menggunakan realized return bulanan selama 60 bulan. Perusahaan
yang memiliki data return bulanan selama minimal 30 bulan akan tetap diestimasi. Sedangkan,
perusahaan yang memiliki data return bulanan kurang dari 30 bulan akan dieliminasi dari
sampel penelitian.
Tabel 3.2 Target Uji kecocokan keseluruhan model

Ukuran GOF Target Tingkat Kecocokan

Chi-Square Nilai yang kecil

P p>0.05

NCP Nilai yang kecil

Interval Interval yang sempit

RMSEA ≤ 0.08 : good fit


RMSEA
0.08 < RMSEA < 0.10 : marginal fit

ECVI Nilai yang kecil dan dekat dengan ECVI saturated

AIC Nilai yang kecil dan dekat dengan AIC saturated

CAIC Nilai yang kecil dan dekat dengan CAIC saturated

NFI ≥ 0.90 : good fit


NFI
0.80 ≤ NFI < 0.90 : marginal fit

NNFI ≥ 0.90 : good fit


NNFI
0.80 ≤ NNFI < 0.90 : marginal fit

CFI ≥ 0.90 : good fit


CFI
0.80 ≤ CFI < 0.90 : marginal fit

IFI ≥ 0.90 : good fit


IFI
0.80 ≤ IFI < 0.90 : marginal fit

RFI ≥ 0.90 : good fit


RFI
0.80 ≤ RFI < 0.90 : marginal fit

CN CN ≥ 200

RMR Standardized RMR ≤ 0.05

GFI ≥ 0.90 : good fit


GFI
0.80 ≤ GFI < 0.90 : marginal fit

AGF AGFI ≥ 0.90 : good fit


0.80 ≤ AGFI < 0.90 : marginal fit

Anda mungkin juga menyukai