Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I.
BAB I
PEDAHULUAN
A. Definisi Deviasi Septum
Deviasi septum nasi adalah kelainan bentuk septum nasi akibat trauma
dan pertumbuhan tulang rawan yang tidak seimbang. Bentuk septum nasi
yang normal adalah lurus dan berada di tengah rongga hidung kecuali
septum nasi orang dewasa yang tidak lurus sempurna.
Dikatakan septum deviasi jika terdapat penyimpangan dari media
spenoidalis oleh adanya perubahan struktur mukosa tulang rawan.
Septum deviasi dikatakan juga hidung bengkok karena adanya
penyimpangan garis tengah disertai obstruksi Nasi yang idiopatik.
Deviasi septum yang ringan (1 atau 2 mm) masih dalam batas normal
dan tidak akan mengganggu, akan tetapi bila deviasi itu cukup berat, akan
menyebabkan penyempitan pada salah satu sisi hidung. Ada 4 bentuk
deformitas septum nasi, yaitu :
1. Deviasi. Deviasi septum nasi berbentuk huruf C dan S.
2. Dislokasi. Bagian bawah tulang rawan septum nasi keluar dari krista
maksila dan masuk ke
dalam rongga hidung.
3. Penonjolan. Penonjolan tulang dan kartilago septum nasi berbentuk
krista dan spina. Bentuk
krista berupa penonjolan yang memanjang dari depan ke belakang.
Bentuk spina berupa
penonjolan yang runcing dan pipih.
4. Sinekia. Sinekia merupakan pertemuan dan perlekatan antara deviasi
atau krista septum nasi
dengan konka nasi yang berada di hadapannya sehingga makin
memperberat obstruksi nasi
(Fatih, 2010).
B. Anatomi
D. Patofisiologi
Trauma yang terus menerus pada tulang rawan hidung secara
langsung atau pun tidak langsung
Septoplasty
E. Gejala Klinis
1. Obstruksi pada Hidung
2. Rasa nyeri pada kepala dan disekitar mata
3. Gangguan indra penciuman
F. Pemriksaan Penunjang
1. Radiologi
Foto waters adanya kelainan tulang hidung
2. Pemeriksaan laboratorium
meliputi : Darah lengkap, Faal hemostasis.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bervariasi dari tidak melakukan apa-apa bila
pada hakekatnya pasien asimtomatik, pemberian analgesik bila pasien
menderita sakit kepala, dekongestan untuk mengurangi sekret, antibiotik
untuk mencegah infeksi sampai pembedahan septum yang luas. Aspek
pentingnya seberapa jauh gejala tersebut mengganggu pasien. Operasi
ini harus dilakukan oleh ahli yang mengetahui cara pembedahan saluran
pernapasan hidung.
Pembedahan deviasi septum mempunyai indikasi primer obstruksi
saluran pernapasan hidung. Indikasi-indikasi lain timbul pada pasien yang
mengalami epistaksis; pada kasus ini septum perlu dioperasi untuk
membuang deformitas dan mencapai lokasi perdarahan1. Suatu operasi
mungkin diperlukan karena deformitas ini merupakan predisposisi bagi
rinosinusitis berulang atau karena abnormalitas bermakna yang tidak
hanya mengganggu fungsi saluran pernapasan hidung dengan
menimbulkan obstruksi hidung tetapi juga menyebabkan gejala-gejala
seperti nyeri kepala dan nyeri wajah. Indikasi lain bagi operasi septum
nasi adalah untuk mencapai os sphenoidalis bagi lesi-lesi di sinus
sphenoidalis, atau untuk mencapai sella tursika dan kelenjar pituitaria.
Lebih lanjut, indikasi terpenting pembedahan septum nasi adalah
obstruksi saluran pernapasan hidung sewaktu bernapas.
Ada 2 jenis tindakan operatif yang dapat dilakukan pada pasien
dengan keluhan yang nyata yaitu reseksi submukosa dan septoplasti.
Reseksi subkumukosa (submucous septum resection, SMR)
merupakan oprasi mukoperikondrium dan mukoperiosteum kedua sisi
dilepaskan dari tulang rawan dan tulang septum. Bagian tulang atau
tulang rawan septum kemudian diangkat, sehingga mukoperikondrium
dan mukoperiosteum sisi kiri dan kanan akan langsung bertemu di garis
tengah. Pada umumnya operasi ini telah digantikan oleh rekonstruksi atau
reposisi septum nasi.
Septoplasti atau reposisi septum. Pada operasi ini tulang rawan
yang bengkok direposisi. Hanya bagian yang berlebihan saja yang
dikeluarkan. Insisi kecil dibuat pada hidung sehingga tulang dan tulang
rawan hidung dapat diinspeksi dengan baik. Tonjolan-tonjolan tulang yang
ada disingkirkan. Tulang rawan yang menyimpang dikembalikan ke
posisinya yang normal. Tulang-tulang juga dikembalikan ke tengah untuk
menjamin aliran udara yang normal. Setelah itu sepasang splint/stent
intranasal dipasang selama beberapa hari biasanya 5 – 7 hari, tergantung
luas tindakan, dan biasanya pasien menggunakan pembalut hidung luar.
Splint ini memungkinkan pasien dapat bernapas dengan melalui hidung
dan memudahkan untuk menelan makanan.
H. Definisi Septoplasty
Septoplasty didefinisikan sebagai operasi (pembedahan) untuk
meluruskan septum hidung yang menyimpang. Kadang-kadang operasi
juga dilakukan untuk alasan kosmetik. Dalam beberapa kasus septoplasty
dilakukan bersama dengan rhinoplasty.
A. Pengumpulan data
1. Ciri ciri umum (berisi identitas pasien)
2. Riwayat keperawatan
3. Keluhan utama
Tidak dapat bernafas melalui hidung, ada sesuatu yang mengganjal.
4. Riwayat penyakit sekarang
5. Adanya keluhan tidak dapat bernafas melalui hidung, hidung terasa
nyeri, tidak dapat makan karena takut tersedak.
6. Riwayat penyakit dahulu
7. Pilek terus menerus, biasanya lebih dari satu tahun dan tidak ada
perubahan meskipun diberi obat.
8. Pemeriksaan fisik
9. Hidung : Ada luka operasi, terdapat tampon + 1,5 mm yang tampak
dari luar, pernapasan pindah ke mulut.
10. Pemeriksaan penunjang.
a) Radiologi
b) Foto waters adanya kelainan tulang hidung
c) Pemeriksaan laboratorium
d) meliputi : Darah lengkap, Faal hemostasis.
11. Penatalaaaaksanaan medis
a) Konservatif (Obat dekongestan)
b) Operatif
B. PERENCANAAN
Kriteria hasil :
- Tampon di lepas
Intervensi :
- Anjurkan klien untuk tidur ½ duduk (semi fowler) dan nafas melalui
mulut.
· Oral hygiene
Kriteria hasil :
Intervensi :
Rasional :
- Mengurangi nyeri
Kriteria hasil :
Intervensi :
- jelaskan pada klien untuk boleh dan tetap makan secara hati – hati dan
sedikit – sedikit.
Rasional :
B. PELAKSANAAN
C. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada tujuan dan kriteria yang telah
ditetapkan dalam perencanaan
Daftar Pustaka