Anda di halaman 1dari 94

PENGARUH DIABETES SELF MANAGEMENT EDUCATION

TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PASIEN DIABETES MELLITUS


TIPE 2 DI DESA BUNGGKULAN

WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAN I

PROPOSAL

Oleh :

I KETUT CENIK SUPRAPTHA

NIM. 16089014029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan

Yang Maha Esa, karena berkat kuasa dan karunia-Nya penulis dapat

menyelesaikan Proposal ini dengan judul “ Pengaruh Diabetes Self Management

Education Terhadap Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di

Desa Bungkulan” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana

Keperawatan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah membantu menyelesaikan Proposal . Ucapan terima kasih

berikan kepada:

1. Dr. Ns I Made Sundayana, S.Kep., MSi, sebagai Ketua STIkes Buleleng

atas segala fasilitas yang diberikan kepada peneliti dalam menempuh

perkuliahan;

2. Ns. Putu Indah Sintya Dewi, S.Kep., MSi, selaku Ketua Program Studi

Ilmu Keperawatan STIkes Buleleng ,dan sebagai pembimbing pendamping

yang telah memberikan bimbingan,sehingga dapat menyelesaikan proposal

ini tepat waktu.

3. Ns.Ni Made Dwi Yunica Astriani, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing

utama yang telah memberikan support dan bimbingannya

IV
4. Kepala Desa Bungkulan yang telah memberi ijin penelitian

IV
5. Orang tua saya yang selalu mendukung dan memberikan doa tulus kepada

saya sebagai penulis Proposal ini, untuk mampu menyelesaikan tugasnya

dengan tepat waktu.

6. Rekan – rekan Mahasiswa Jurusan S1 Keperawatan angkatan 2014

atas segala dukungan, saran dan masukannya; dan

7. Seluruh pihak yang membantu dalam penelitian Proposal ini yang

tidak bisa disebut satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Proposal ini masih jauh dari

sempurna.Oleh karena itu, penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik

yang dapat menyempurnakan Proposal ini.

Singaraja, Februari 2020

Penulis

v
v
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................iii

KATAPENGANTAR…………………………………………………….......….iv

DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR SKEMA..............................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................9
C. Tujuan........................................................................................................11
D. Manfaat Penelitian.....................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori..............................................................................................13
B. Kerangka Teori...........................................................................................41
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep.......................................................................................42
B. Desain Penelitian........................................................................................44
C. Hipotesis Penelitian....................................................................................45
D. Definisi Operasional...................................................................................45
E. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling.....................................................48
F. Tempat penelitian.......................................................................................50
G. Waktu Penelitian........................................................................................50
H. Etika penelitian...........................................................................................50
I. Alat Pengumpulan Data.............................................................................52

vi
J. Prosedur Pengumpulan Data......................................................................54
K. Pengolahan Data.........................................................................................56
L. Analisis Data..............................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vii
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori Pengaruh Diabetes Self Management Education


Terhadap Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Desa Bungkulan ............................................................................41

Skema 3.1 Kerangka Konsep Pengaruh Diabetes Self Management Education


Terhadap Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di
DesaBungkulan..............................................................................43

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi status gizi berdasarkan berat badan relative


(BBR)............................................................................................23

Tabel 2.2 Jumlah makan sehari menurut standar diet DM dalam satuan
penukarII........................................................................................24

Tabel2.3 Jenis bahan makanan yang dianjurkan bagi penderita


DM.................................................................................................26

Tabel 2.4 Jenis bahan makanan yang harus dihindari atau dibatasi bagi
penderita DM.................................................................................26

Tabel 3.1 Rancangan penelitian Pengaruh Diabetes Self Management


Education TerhadapKepatuhan Diet Pada PasienDiabetes Mellitus
Tipe 2 di Desa Bungkulan.............................................................44

Tabel 3.2 Definisi oprasional Pengaruh Diabetes Self Management Education


Terhadap Kepatuhan Diet Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
diDesa
Bungkulan......................................................................................46

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Jadwal Penelitian

Lampiran 2: Pernyataan KeaslianPenulisan

Lampiran3 :Surat Pernyataan Ketersediaan Pembimbing

Lampiran4 :Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran5 :Surat Studi Pendahuluan

Lampiran6 :Surat Persetujuan Studi Pendahuluan

Lampiran7 : SAP DSME dan Lembar kuisioner kepatuhan diet

Lampiran 8: Lembar Konsul Poposal

Lampiran 9: Rancangan Anggaran Biaya Proposal.

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik

yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia)

akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya.

Diabetes mellitus diakibatkan oleh gagalnya sel beta pankreas dalam

memproduksi jumlah insulin (Brunner & Suddarth, 2017)

Diabetes mellitus adalah kelompok penyakit metabolik yang

ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan karena gangguan sekresi

insulin dan aksi insulin ataupun keduanya.Hiperglikemia kronis atau

diabetes mellitus dikaitkan dengan kerusakan secara progresif, kelainan

fungsi, dan kegagalan organ yang berbeda terutama, ginjal, saraf, jantung

dan pembuluh darah. Beberapa proses patogenik juga menyebabkan

kejadian diabetes mellitus (Care & Suppl, 2019).

Secara Global diperkirakan 422 juta orang hidup dengan diabetes

dibandingkan dengan 108 juta pada tahun 1980. Jumlah penderita

diabetes pada tahun 2015 dikawasan Asia Tenggara terdapat 415 juta

orang dengan diabetes atau sekitar (8,5 %). Prevalensi diabetes diantara

orang dewasa di wilayah regional Asia Tenggara meningkat dari (41 %)

1
2

di tahun 1980 menjadi (8,5 %) di tahun 2015. Pada tahun 2015 Indonesia

menempati peringkat ke tujuh dunia untuk prevalensi penderita diabetes

tertinggi di dunia bersama dengan China, India, Amerika Srikat, Brazil,

dan Meksiko dengan jumlah estimasi orang dengan diabetes sebesar 10

juta. Prevalesi orang dengan diabetes menunjukkan kecenderungan

meningkat yaitu (57 %) di tahun 2007 menjadi (6,9 %) pada tahun 2013.

(Global Report On Diabetes, 2016). Kejadian diabetes meningkat dalam

dekade terakhir, presentase kematian yang disebabkan oleh diabetes yang

terjadi sebelum usia 70 tahun lebih tinggi di Negara bepenghasilan rendah

dan menengah daripada dengan Negara yang berpenghasilan tinggi.

Indonesia termasuk kedalam kategori Negara berkembang dengan

penghasilan rendah menengah (Global Report On Diabetes, 2016).

Badan penelitian dan pengembangan kesehatan (2018) berdasarkan

konsesus pekerni tahun 2015. Prevalensi diabetes berdasarkan

pemeriksaan darah pada umur>15 tahun mencapai (10, 9 %). Angka ini

meningkat dari hasil Riset Kesehatan Dasar sebelumnya pada tahun 2011

yaitu hanya (8,5 %)(Pencegahan dan mengelolaan diabetes di Indonesia

(PEKERNI, 2015).

Angka kejadian tertinggi diabetes yang terdiagnosis terdapat di

DKI Jakarta (3,4 %), DI Yogyakarta (3,1%), Kalimantan timur (3,1%),

Sulawesi Utara (3,0%) dan Angka terendah terdapat di Nusa Tenggara

Timur (0, 9 %). Angka kejadian atau prevalensi diabetes terdiagnosis di

Provinsi Bali mencapai (1,7 %) (Kementrian Kesehatan, 2018).


3

Sedangkan angka kejadian diabetes di kabupaten Buleleng pada

tahun 2018 mecapai 7.841 jiwa(D. Kesehatan, Bali, Kesehatan, Kesehatan,

& Keluarga, 2019). Jumlah penderita diabetes di Puskesmas Sawan I pada

tahun 2018 mencapai 488 jiwa(Profil Kesehatan Buleleng, 2019).

Berdasarkan dari data program posbindu PTM Puskesmas Sawan I pada

tahun 2019 penderita diabetes tercatat dengan jumlah 189 jiwa pada bulan

Oktober Tahun 2019.Sedangkan jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2

di Desa Bungkulan tercatat 78 orang pada bulan Oktober 2019.

Diabetes mellitus tipe 2 atau yang sering dikenal sebagai Non

Insulin Dependen (NIDDM ). Dalam DM tipe 2 jumlah insulin yang

diproduksi oleh pankreas biasanya cukup untuk mencegah ketoasidosis

tetapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh total (Santi, 2015).

Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan oleh penurunan sensitivitas terhadap

insulin (resitensi insulin) atau akibat penurunan jumlah insulin yang

diproduksi. Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan oleh intoleransi glukosa

yang progresif dan berlangsung perlahan (bertahun tahun) dan

mengakibatkan komplikasi jangka panjang apabila diabetes tidak

terdeteksi selama bertahun tahun. Diabetes mellitus tipe 2 paling sering

dialami oleh pasien diatas usia 30 tahun dan pasien yang obesitas (Brunner

& Suddarth, 2017)

Diabetes mellitus tipe 2 diakibatkan oleh adanya ristensi insulin

pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas, pada DM tipe 2

diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat pada
4

perkiraan sebelumnya. Pada DM tipe 2, selain kerusakan pada sel beta dan

liver ada beberapa pemicu yang dapat mengakibatkan gangguan toleransi

glukosa pada DM tipe 2 yaitu seperti yang terjadi pada beberapa organ

yaitu pada jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal,

(defisiensi inkretin), sel alpa pankreas (hiperglukagonemia), ginjal

(peningkatan absorbsi glukosa), otak (risitensi insulin).

Diabetes yang tidak terkotrol dapat menyebabkan kerusakan yang

serius pada jantung, pembuluh darah, mata, saraf, ginjal dan beberapa

komplikasi kronis lainnya yang berdampak signifikan pada kualitas hidup

penderiata diabetes (Global Report On Diabetes, 2016). Selain itu

intoleransi glukosa pada diabetes mellitus dapat mengakibatkan penyakit

makrovaskular (pembuluh darah besar), yang dapat mempengaruhi

sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak.

Penyakit mikrovaskular juga dapat ditimbulkan akibat intoleransi dari

glukosa pada penderita diabetes mellitus.Penyakit mikrovaskular ini dapat

berdampak atau berpengaruh pada bagian mata (retinopati), dan ginjal

(nefropati). Selain dari penyakit makrovaskular dan mikrovaskular

penyakit neoropatik juga dapat timbul akibat adanya intoleransi glukosa,

penyakit ini biasanya mempengaruhi pada bagian system saraf seperti

saraf sensori, motorik dan otonom (Brunner & Suddarth, 2017).

Keberhasilan suatu pengobatan pada pasien DM sangat

dipengaruhi oleh kepatuhan penderita DM untuk menjaga kesehatannya.

Dengan kepatuhan yang baik maka proses pengobatan atau


5

penatalaksanaan pada penderita DM

dapat terlaksana secara optimal dan

meningkatnya kualitas kesehatan pada penderita DM itu sendiri. Menurut

laporan (Global Report On Diabetes, 2016). Kepatuhan rata-rata pasien

dalam jangka panjang terhadap penyakit kronis hanya sebesar 50%

sedangkan di Negara berkembang jumlah tersebut diperkirakan lebih

rendah. Hasil penelitian dari (Nathan & Edic, 2014). Menunjukkan bahwa,

kepatuhan penderita diabetes mellitus mendapatkan hasil 75% penderita

diabetes mellitus tidak mengikuti diet yang dianjurkan. Kepatuhan adalah

istilah yang menggambarkan penggunaan obat atau makanan yang sesuai

dengan petunjuk mencangkup waktu dan pembatasan makanan yang

berlaku (Santoso & Susilowati, 2018).

Kepatuhan diet merupakan salah satu komponen utama

keberhasilan dalam pengelolaan diabetes mellitus. Tujuan umum

penatalaksanaan diet pasien DM antara lain mecapai dan mempertahankan

kadar glukasa darah dan profil lipid untuk mendekati normal, serta

membantu pasien dalam memperbaiki kebiasaan makan untuk

memperoleh kontrol metabolik kearah yang lebih baik (Nuari, 2017).

Dalam menjalankan kepatuhan diet ada 3 komponen yang harus

diketahui dan dilaksanakan oleh penderita diabetes melitus yaitu 3J:

jumlah makan, jenis makan dan jadwal makan. Jumlah makan yang

disesuikan harus sesuai dengan status gizi pada penderita DM itu sendiri.

Proporsi yang ideal untuk zat makan pada menderita DM meliputi,


6

karbohidrat sebesar 45-65% dari total asupan energi, lemak, asupan lemak

dianjurkan 20-25% kebutuahan kalori. Kemudian ada kebutuhan protein,

natrium dan serat. Jenis makanan atau sayuran yang harus dihindari pada

penderita dibetes mellitus seperti makanan yang banyak mengandung

karbohidrat yang tinggi seperti buncis,kacang panjang dan singkong.serta

buah buahan yang berkalori tinggi juga harus dihindari pada penderita

diabetes mellitus. Sedangkan jenis makanan atau sayuran yang dapat

dikonsumsi pada penderita diabetes mellitus meliputi sayuran dengan

kalori yang rendah seperti toge, kol, ketimun, labu air, tomat dan terong.

Jadwal makan yang dianjurkan pada penderita diabetes adalah 3 kali

makan utama, 3 kali makan selingan dengan interval waktu 3 jam hal ini

bertujuan agar terjadi perubahan kadar glukosa darah pada penderita

diabetes mellitus. Kepatuhan diet pada penderita diabetes mellitus

dikatakan patuh apabila penderita diabetes mellitus mampu mengikuti

peraturan dan petunjuk diet tersebut secara teratur.Diet sangatlah penting

untuk mempertahankan gula darah pada pasien diabetes melitus agar

pasien dapat hidup secara normal dan apabila pasien diabetes patuh dalam

menjalani dietnya maka dapat mempertahankan kondisinya agar tidak

terjadi komplikasi. Jika pasien diabetes mellitus tidak dapat menjalankan

dietnya dengan benar maka kadar gula darah tidak dapat terkontrol dengan

baik sehingga dapat menimbulkan komplikasi (Almaini & Heriyanto,

2019).
7

Kepatuhan diet merupakan salah satu upaya yang dapat

dilaksanakan agar kadar glukosa dalam darah pada penderita DM dalam

keadaan stabil dan normal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Almaini

& Heriyanto tahun 2019 dengan judul ”Pengaruh Kepatuhan Diet,

Aktivitas Fisik, dan Pengobatan dengan Perubahan Kadar gula darah pada

Pasien Diabetes mellitus suku rejang di Kabupaten Rejang Lebong”

menunjukkan bahawa hasil kepatuhan diet terdapat nili p= 0,001 terhadap

perubahan kadar glukosa darah pada pasien diabetes mellitus, yang artinya

ada pengaruh yang signifikan antara kepatuhan diet dengan kadar gula

darah pada pasien diabetes mellitus suku rejang di kabupaten rejang

lebong.

Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita DM salah

satunya dengan cara memberikan edukasi yang berkaitan tentang diabetes

mellitus kepada penderita DM itu sendiri. Edukasi yang dapat dilakukan

adalah dengan cara pemberian Diabetes Self Managemet Education

(DSME). DSME sangatlah penting untuk diberikan pada perawatan pasien

diabetes. DSME merupakan sebuah pedoman dengan menggunakan

metode, konseling dan intervensi prilaku untuk meningkatkan pengetahuan

mengenai DM dan meningkatkan keterampilan individu dan keluarga

dalam meningkatkan pengelolaan DM (Nuari, 2017).

DSME adalah pendidikan komperhensif yang melibatkan tim

untuk membantu memfasilitasi pengetahuan, keterampilan, dan

kemampuan untuk perawatan mandiri pada pasien diabetes yang


8

menggabungkan kebutuhan, sasaran dan pengalaman hidup penderita

diabetes dalam melakukan perawatan mandiri. Tujuan dari DSME adalah

untuk mendukung informasi, pengambilan keputusan, prilaku perawatan

diri, pemecahan masalah dan kolaboratif aktif dengan tim perawatan

kesehatan untuk meningkatkan hasil klinis, statatus kesehatan, dan kualitas

hidup pada penderita diabetes (Care & Suppl, 2019).

DSME diharapkan akan meningkatkan self management penderita

DM dalam menjalankan pilar manajemen DM yang lain baik trapi

farmakologi maupun latihan fisik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Heriansyah tahun 2014 dengan judul “ Pengaruh Edukasi dengan

Pedekatan Prinsip Diabetes Self Management Education (DSME) dalam

Meningkatkan Pengetahuan Diet terhadap Kepatuhan Diet pada Penderita

Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Mangasa Makasar”

menunjukkan nilan p value < 0,05 yang artinya ada pengaruh yang

signifikan terhadap pengetahuan dan kepatuhan pada pederita DM tipe 2.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan dengan DSME yang baik penderita

diabetes akan mampu memiliki pengetahuan yang baik hingga

pengetahuan ini akan menjadi sikap dan prilaku kepatuhan diet serta

pengontrolan gula darah yang teratur pada penderita diabetes mellitus.

Hasil studi pendahuluan di puskesmas sawan I menunjukkan pada

bulan Oktober tahun 2019 terdapat 189 kasus DM di Puskesmas Sawan I,

dan terdapat 78 orang dengan penderita DM di desa Bungkulan. Hasil

wawancara dengan petugas kesehatan di Puskesmas Sawan 1 mengatakan


9

pemberian edukasi tentang diabetes serta penatalaksanan diabetes belum

secara terperinci diberikan kepada pasien diabetes. Sedangkan

berdasarkan wawancara dengan 10 orang penderita DM mereka

mengatakan belum teratur dalam menjalani diet, dan berdasarkan hasil

observasi yang telah dilakukan, rata rata pasien DM hanya melakukan

pengambilan obat dan melakukan pengontrolan gula darah di puskesmas.

Berdasarkan latar belakang diatas, menunjukkan penting dilakukan

edukasi pada penderita DM yang tidak hanya berfokus pada monitoring

gula darah tetapi bagaimana pasien DM melakukan manajemen diet

dengan baik dan benar sehingga penderita DM dapat melakukan diet

dengan teratur dan patuh, selain itu juga agar penderita DM mampu

membuat strategi dalam self manajemen dan melakukan perubahan dalam

prilaku kesehatannya untuk meningkatkan drajat kesehatannya ke arah

yang lebih baik. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian tentang

“Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME). terhadap

Kepatuhan Diet pada pasien DM tipe 2 di Desa Bungkulan”

B. Rumusan Masalah

Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik

yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang diakibatkan

oleh kerusakan pada sekresi insulin. Diabetes mellitus tipe 2 disebabkan

oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin atau resistensi insulin akibat

kegagalan sel beta pankreas. Selain kerusakan pada sel beta dan liver ada
10

beberapa pemicu yang dapat mengakibatkan gangguan toleransi glukosa

pada DM tipe 2 yaitu seperti yang terjadi pada beberapa organ yaitu pada

jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal, (defisiensi

inkretin), sel alpa pankreas (hiperglukagonemia). Selain itu pada diabetes

mellitus tipe 2 dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada jantung,

pembuluh darah, mata, saraf, ginjal dan beberapa komplikasi kronis

lainnya. Pada penyakit diabetes mellitus, agar kadar glukosa darah dapat

dalam keadan stabil bisa di lakukan dengan cara pasien diabetes mellitus

melakukan kepatuhan diet. Dalam menjalani kepatuhan diet, ada 3

komponen yang harus di laksanakan oleh penderita diabetes melitus yaitu

3 j: jumlah makan, jenis makan, dan jadwal makan. Penatalaksanan dari

diabetes mellitus salah satunya adalah dengan cara pemberian edukasi

agar pasien diabetes mellitus dapat lebih tahu tentang penyakit diabetes

mellitus serta bagaimana cara penatalaksanaannya. Pemberian edukasi

yang baik ini dapat dilakukan dengan cara pemberian DSME yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pasien dalam menjalankan

manajemen diri serta perawatan mandiri pada pasien diabetes mellitus.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas , maka dalam penelitian ini dapat

dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: “ Apakah Ada Pengaruh

Diabetes Self Management Education (DSME ) Terhadap Kepatuhan Diet

Penderita DM tipe 2 Di Desa Bungkulan.


11

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh Diabetes self management education

(DSME ) terhadap kepatuhan diet penderita DM Tipe 2 di Desa

Bungkulan.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik penderita DM Tipe 2 di Desa

Bungkulan

b. Mengidentifikasi kepatuhan diet sebelum diberikan intervensi

Diabetes Self Management Education ( DSME ) pada penderita

DM di Desa Bungkulan

c. Mengidentifikasi kepatuhan diet setelah diberikan intervensi

Diabetes Self Management Education ( DSME ) pada penderita

DM di Desa Bungkulan

d. Menganalisis pengaruh Diabetes Self Management Education

(DSME) terhadap kepatuhan diet penderita DM di Desa

Bungkulan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya tentang pengaruh

Diabetes Self Management Education terhadap kepatuhan diet pada

Penderita DM di Desa Bungkulan


12

2. Bagi Institusi Pendidikan

Digunakan sebagai sumber informasi, khasanah wacana kepustakan

serta dapat digunakan sebagai refrensi bagi penelitian selanjutnya.

3. Bagi Tempat Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tentang Self

Management Education (DSME) dalam meningkatkan manajemen

diri pada penderita diabetes.

4. Bagi Klien

Penelitian ini dapat dijadikan tambahan wawasan bagi klien untuk

meningkatakan self managemen pada penyakitnya.

5. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif dalam mengurangi

atau dalam membantu untuk menstabilkan gula darah dengan cara

manajemen diet dengan benar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Diabetes Mellitus

a. Pengertian

Diabetes mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai

dengan hiperglikemia yang disebabakan oleh gangguan sekresi insulin dan aksi

insulin ataupun keduanya. Hiperglikemia kronis atau diabetes mellitus

dikaitkan dengan kerusakan secara progresif, kelainan fungsi dan kegagalan

organ, terutama ginjal, saraf jantung dan pembuluh darah dan beberapa jenis

patogenik yang lain juga menyebabakan terjadinya diabetes mellitus(Care &

Suppl, 2019).

Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang

ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi) akibat dari

kerusakan pada sekresi insulin ataupun kerja dari insulin. Diabetes mellitus

merupakan keadaan hiperglikemia kronik yang disertai dengan berbagai

gangguan metabolik dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada

organ lainnya seperti mata, saraf, dan pembuluh darah (Brunner & Suddarth,

2017)

b. Etiologi

1) Diabetes mellitus tipe I

a) Faktor genetik

1
14

Pada penderita diabetes tipe 1 ini memang penderita tidak tidak

mewarisi diabetes itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau

kecendrungan genetik yang mengakibatkan kearah terjadinya diabetes

mellitus tipe 1.

b) Faktor imunologi

Adanya respon otoimun yang merupakan respon abnormal dimana

antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi

terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah olah sebagai

jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel sel pulau lengerhans dan

insulin endogen.

c) Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat sebagai memicu destruksi sel beta

pankreas. Sebagai contoh bahwa virus atau toksin tertentu dapat

memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.(Padila,

2012)

2) Diabetes mellitus tipe II

Secara pasti penyebab dari diabetes mellitus tipe II belum diketahui,

faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya

resitensi insulin. Diabetes mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

penyakitnya mempumyai pola familiar yang kuat. Diabetes mellitus tak

tergantung insulin (DMTTI) ditandai dengan kelainan dalam sekresi

insulin maupun dalam kerja insulin.Pada awalnya tampak terdapat

resitensi dari sel – sel sasaran terhadap kerja insulin.Insulin mula mula
15

mengikat dirinya kepada reseptor reseptor permukaan sel tertentu,

kemudian terjadi reaksi intra seluler yang meningkatkan transport glukosa

menembus membrane sel. Pada pasien dengan diabetes mellitus tidak

tergantung insulin (DMTTI) terdapat kelainan dalam pengikatan insulin

dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah

tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya

terajadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan

system transport glukosa. (Rendi, 2012)

c. Klasifikasi

1) Diabetes mellitus tipe I

Pada diabetes mellitus tipe 1 diatandai dengan destruksi sel sel beta

pankreas akibat faktor genetik, imonologis, dan mungkin juga lingkungan.

Pada dibetes mellitus tipe 1, injeksi insulinsangat diperlukan untuk

mengontrol kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe 1 biasanya terjadi

secara mendadak sebelum usia 30 tahun.

2) Diabetes mellitus tipe II

Diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh penurunan sensitivitas

terhadap insulin (resitensi insulin) atau akibat penurunan jumlah insulin yang

diproduksi.Diabetes tipe ini biasanya paling sering dialami oleh pasien diatas

30 tahun dan pasien yang mengalami obesitas. Penanganan pada diabetes

mellitus tipe II biasanya dilakukakn dengan cara diet,olahraga dan agen

hipoglemik oral sesuai kebutuhan.

3) Diabetes mellitus gestasional (diabetes mellitus dalam kehamilan).


16

Pada diabetes mellitus gestasional ditandai dengan setiap derajat

intoleransi glukosa yang muncul selam kehamilan (trimester kedua atau

ketiga).Resiko gestasional biasanya mencakup karena obesitas, riwayat

personal pernah mengalami riwayat diabetes gestasional, glukosuria atau

riwayat kuat keluarga yang pernah mengalami riwayat diabetes.(Brunner &

Suddarth, 2017).Klasifikasi Diabetes mellitus menurut National Diabetes

Data Group: Clasification And Diagnosis Of Diabetes Melitus And Other

Kategoris Of Glucosa Intolerance dalam (Rendi, 2012)

1) Kasifikasi klinis

a) Diabetes mellitus

(1) Diabetes mellitus tergantung insulin(DMTI) Tipe I

(2) Tipe tak tergantung insulin (DMTII)

(a) DMTTI yang tidak mengalami obesitas

(b)DMTTI Dengan obesitas.

b) Gangguan tolerasi glukosa (GTC)

c) Diabetes kehamilan (GDM)

2) Klasifikasi risiko statistik

a) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa.

b) Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa.

d. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala dari diabetes mellitus secara umum yaitu ada 3P:

poliuria: peningkatan dalam berkemih: polidypsia: peningkatan rasa haus, dan

polifagia: peningkatan selera makan. Selain itu tanda dan geja dari Diabetes
17

mellitus adalah pasien mengalami keletihan, dan kelemahan, perubahan

pandangan secara mendadak, sensasi kesemutan, atau kebas di tangan atau kaki,

kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuh, atau infeksi berulang. Pada

DM tipe 1 biasanya ditandai dengan penurunan berat badan mendadak atau mual

muntah atau nyeri lambung.(Brunner & Suddarth, 2017)

Menurut (Rendi, 2012) seorang dikatakan mengalami diabetes apabila

mengalami gejala seperti : keluhan TRIAS yaitu banyak minum, banyak kencing,

dan penurunan mengalami penurunan berat badan, kadar gukosa darah pada waktu

puas lebih dari 120 mg/dl, kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari

200 mg/dl. Keluhan yang paling sering dialami yaitu lemah, kesemutan, gatal

gatal, bisul/luka dan keputihan.

e. Patofisiologi

Penyakit diabetes mellitus disebabkan karena gagalnya hormone insulin.

Pada keadaan normal kurang dari 50% glukosa yang dimakan mengalami

metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%

sampai40% diubah menjadi lemak. Pada diabetes mellitus semua proses tersebut

terganggu karena terdapat difisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel

macet dan metabolismenya terganggu.Keadaan ini menyebabakan sebagian besar

glukosa tetap berada dalam sirkulasi sehingga terjadi hiperglikemia. Akibat

kurangnya insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga

kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ketika terjadi hiperglikemi,

ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi tersebut, karena ambang batas untuk gula

darah adalah 180 mg/dl sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak
18

bias menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sifat dari

glukosa adalah meyerap air maka semua kelebihan dikeluaarkan bersaman urine

yang disebut glukosuria.Bersaman dengan keadaan glukosuria maka sejumlah air

hilang dalam urine disebut poliura. Produksi insulin yang kurang akan

menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel sel sehingga kekurangan

makanan dan simpanan karbohidrat,lemak dan protein menjadi menipis. Biasanya

pada keadaan ini penderita diabetes akan selalu merasa lapar sehingga

menyebabkan banyak makan yang disebut pholiphagia. (Rendi, 2012)

f.Komplikasi

Komplikasi yang berkaitan dengan diabetes diklasifikasikan sebagai

komplikasi akut dan kronik. Komplikasi akut terjadi akibat intoleransi glukosa

yang berlangsung dalam jangka waktu pendek dan mencangkup: Hipoglikemia,

Dka, HHNS. Sedangkan komplikasi kronik dari diabetes biasanya terjadi 10-15

tahun setelah awitan diabetes mellitus komplikasinya meliputi: penyakit

makrovaskular (pembuluh darah besar) yang mempengaruhi sirkulasi koroner,

pembuluh darah perifer, dan pembuluh darah otak. Penyakit mikrovaskular

(pembuluh darah kecil) juga merupakan komplikasi dari diabetes

mellitus.Penyakit mikrovaskular ini dapat mempengaruhi mata (retinopati) dan

ginjal (nefropati).Selain komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular dari

diabetes mellitus, komplikasi neurupatik juga termasuk kedalam komplikasi

diabetes mellitus.Komplikasi ini mempengaruhi saraf sensori, motorik dan

otonom serta berperan memunculkan sejumlah masalah, seperti impotensi dan

ulkus kaki.(Brunner & Suddarth, 2017)


19

g. Penatalaksanaan

Tujuan utama trapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya

komplikasi vaskuler dan neuropatik. komponen dalam penatalaksanan diabetes

mellitus, yaitu:

1) Diet

Syarat diet Diabetes mellitus hendaknya dapat memperbaiki kesehatan

umum penderita, mengarahkan pada berat badan normal, menormalkan

pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda, Menekan dan menunda

timbulnya penyakit angiopati diabetik, memberikan modifikasi diet, sesuai

dengan keadan penderita. Dalam menjalankan diet ada 3 prinsip yang harus di

ketahui dan dilaksanakan oleh pasien diabetes mellitus yaitu 3j

a) Jumlah kalori

Jumlah kalori yang diberikan harus sesuai dengan jumlah yang

ditentukan. Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan klasifikasi gizi

penderita dengan menghitung presentasi relative body weight atau

berat badan relative (BBR)

BBR= BB (kg) x 100%

TB (cm) -100

b) Jadwal diet harus diikuti sesuai dengan yang telah ditentukan.

c) Jenis makan yang dimakan harus sesuai dengan yang dimakan.

2) Latiahan fisik

Tujuan dari latihan fisik pada penderita diabetes mellitus adalah :


20

1. Memberikan banyak tenaga

2. Membuat jantung lebih kuat dan meningkatkan sirkulasi

3. Memperkuat otot dan kelenturan otot

4. Meningkatkan kemampuan bernafas

5. Membantu mengatur berat badan dan memperbaiki kolestrol serta

lemak

6. Mengurangi stress dan memperlambat penuaan.

3) Senam kaki diabetik

Senam kaki diabetic merupakan salah satu alternatif bagi pasien DM

untuk meningkatkan aliran darah dan melancarkan sirkulasi darah. Secara

garis besar tujuan dari senam kaki diabetic adalah:

a) Memperbaiki sirkulasi darah.

b) Memperkuat otot otot kecil.

c) Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki

d) Meningkkatkan kekuatan otot betis dan paha

e) Mengatasi keterbatasan gerak sendi.

4) Trafi farmakologi

Ada beberapa jenis obat anti diabetik yang dapat diberikan pada pasien

diabetes diantaranya adalah:

a) Insulin scretagogeos yaitu insulin yang berfungsi untuk

meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta.


21

b) Insulin sensitizer insulin jenis ini mempunyai efek menurunkan

resitensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut

glukosa, sehingga meningkatkan ambialan glukosa di perifer

c) Intestinal enzyme inhibitor jenis obat ini dengan cara mengurangi

absorbs glukosa di usus halus sehingga mempunyai efek menurunkan

kadar glukosa darah sesudah makan.

d) Incretin enhancers obat jenis ini mempunyai sifat untuk

meningkatkan inkretin.

5) Penyuluhan/edukasi

Penyuluhan atau pemberian edukasi juga termsuk kedalam

penatalaksanaan dari diabetes mellitus, salah satu edukasi yang dapat

diberikan kepada penderita diabetes mellitus misalnya dengan cara

pemberian edukasi melalui metode DSME, dalam pemberian edukasi ini

meliputi tentang apa itu diabetes mellitus, tanda gejala serata bagaimana

cara penatalaksanaan diabetes mellitus dengan baik dan benar. (Nuari Nian

Afrian,2017)

2. Konsep Kepatuhan Diet

a. Pengertian

Kepatuhan merupakan istilah yang menggambarkan penggunaan

obat atau makanan yang sesuai dengan petunjuk mencangkup waktu

dan pembatasan makanan yang berlaku. Kepatuhan secara umum juga

dapat didefinisikan sebagai suatu tigkatan prilaku seseorang terhadap


22

pengobatan, diet dan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi yang

diberikan oleh pelayanan kesehatan (Santoso & Susilowati, 2018).

Kepatuhan diet merupakan salah satu komponen utama dalam

pengelolaan diabetes mellitus yang bertujuan untuk mempertahankan

kadar glukosa darah dan profil lipid pasien dalam batas normal, serta

membantu pasien dalam memperbaiki kebiasaan makan untuk

memperoleh control metabolik kearah yang lebih baik. (Nuari, 2017)

b. Trapi Nutrisi medis/ Diet

Setiap penderita DM sebaiknya mendapatkan trapi nutrisi medis

(TNM). Trapi nutrisi medis merupakan bagian dari penatalaksanan DM

yang merupakan hal yang sangat penting dalam pengelolaan DM serta

memperlambat tingkat perkembangan komplikasi dari DM. Tujuan

utama dari trapi nutrisi adalah untuk menjaga kadar glukosa darah dalam

keadaan stabil.

1) Prinsip diet diabetes mellitus

Pengaturan makan atau diet merupakan komponen utama

keberhasilan dalam pengelolaan diabetes mellitus. Prinsip pengaturan

makan pada pasien diabetes mellitus hampir sama dengan anjuran

makan untuk orang sehat pada umumnya yaitu makanan yang beragam

bergizi dan berimbang atau yang sering dikenal dengan gizi seimbang.

Prinsip diet pada pasien DM yaitu ada 3 :

a) J1: jumlah kalori yang diberikan harus sesuai dengan jumlah

yang telah ditentukan.


23

b) J2 : jadwal diet harus diikuti sesuai yang telah ditentukan.

c) J3 : Jenis makanan yang dimakan harus sesuai yang telah

ditentukan.

(1) Jumlah kalori / jumlah makan

Pemberian kalori yang cukup sangat diperlukan oleh pasien

DM ketika menjalani trapi nutrisi/ Diet. Kebutuhan kalori

dalam menjalani diet pada pasien DM dihitung berdasarkan

klasifikasi gizi penderita dengan menghitung presentsi relative

body weight (RBW) atau berat badan relative (BBR) dengan

rumus:

BBR= BB (kg) x 100%

TB (cm) -100

Tabel 2.1 klasifikasi status gizi berdasarkan berat badan relatif (BBR)

NO Klasifikasi status gizi BBR


1 Undernutrion <80%
2 Kurus (underweight) BBR<90%

3 Normal(ideal) 4-100%
4 Gemuk (overweight) >110%
5 Obesitas, bila BBR Obesitas ringan BBR 120-130%
≥120% Obesitas sedang BBR 130-140%
Obesitas berat BBR> 140%
Obesitas morbid >200%

Sumber : (Nuari, 2017)


24

Tabel 2.2 jumlah bahan makan sehari menurut standar diet DM (Dalam satuan
penukar II)

Golongan Standar Diet


bahan
makanan
1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Kkal Kkal Kkal Kkal Kkal Kkal Kkal Kkal

Nasi atau 2 1/2 3 4 5 5 1/2 6 7 7½


penukar
Ikan atau 2 2 2 2 2 2 2 2
penukar
Daging atau 1 1 1 1 1 1 1 1
penukar
Tempe atau 2 2 2 1/2 2 1/2 3 3 3 3
penukar
Sayur atau S S S S S S S S
penukar/A
Sayur 2 2 2 2 2 2 2 2
penukar/B
Buah atau 4 4 4 4 4 4 4 4
penukar
Susu atau - - - - - - 1 1
penukar

Minyak 3 4 4 4 6 7 7 7
penukar
Sumber : (Nuari, 2017)

Keterangan :

 1 penukar nasi = 100 gr (3/4 gelas)

 1 penukar daging = 35gr (1 potong sedang)

 1 penukar ikan = 40 gr (1 potong sedang )

 1 penukar tahu = 50 gr (1 potong sedang)

 1 penukar tempe = 50 gr (2 potong sedang)

 1 penukar sayuran = 100 gr (1 gelas)


25

 1 penukar susu = 20 gr (4 sendok makan)

 1 penukar minyak 5 gr (1 sendok teh)

 1 penukar buah = setara dengan 1 buah potong papaya besar (110 gr)

(2)Jadwal makan

Jadwal makan yang tepat juga dapat berpengaruh terhadap kepatuhan

atau keberhasilan pasien DM dalam menjalani trapi nutrisi/Diet. Jadwal

makan yang dianjurkan pada penderita DM yaitu 3 kali makan utama,3 kali

makan selingan dengan interval waktu 3 jam hal ini bertujuan agar terjadi

perubahan kadar glukosa darah pada pasien DM.

(3)Jenis makan

Dengan memperhitungkan jenis makan yang benar maka hasil yang baik

juga akan diperoleh pada pasien DM ketika menjalani trapi nutrisi atau

diet. Jenis makanan yang dianjurkan pada pendrita DM diantaranya adalah

buah yang kurang manis atau yang disebut dengan golongan B misalnya

papaya, kedondong, pisang apel dan tomat. Diet yang digunakan sebagai

bagian dari penatalaksanaan DM dapat dikontrol berdasarkan kandungan

energi, lemak dan karbohidrat. Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-

65% dari total asupan energi dan karbohidrat total tidak boleh kurang dari

130g/ hari. Asupan lemak tidak diperkenankan melebihi 30% dari total

asupan energi. Protein yang dibutuhkan adalah 10-20% dari total asupan

energi, dan natrium yang dianjurkan pada penderita DM adalah tidak lebih

dari 3000 mg atau sama dengan 6-7 g (1 sendok teh ) garam dapur,
26

sedangkan anjuran konsumsi serat pada penderita DM adalah ± 25g/1000

kkal/ hari.

Tabel 2.3 jenis bahan makanan yang dianjurkan bagi penderita DM

NO Jenis bahan makanan Sumber bahan makanan

1 Karbohidrat kompleks Nasi, roti, mie, kentang,


singkong dan sagu
2 Protein rendah lemak Ikan, ayam tanpa kulit,
susu, skim, tahu, tempe,
kacang-kacangan
3 Lemak dalam jumlah Makanan yang diolah
terbatas dengan cara di panggang,
di kukus, di rebus, dibakar

2.4 jenis bahan makanan yang harus dihindari atau dibatasi bagi penderita
diabetes mellitus

No Jenis bahan makanan Sumber makanan


1 Banyak gula Gula pasir, gula jawa, sirup, jeli, buah
yang diawetkan, susu kental manis,
minuman botol ringan dan es cream.
2 Makanan banyak lemak Cake, makanan siap saji dan goring-
gorengan.
3 Banyak natrium Ikan asin, telur asin dan makanan
diawetkan.

c. Prinsip diet bagi penderita diabetes mellitus

Prinsip diet yang benar merupakan salah satu komponen yang berpengaruh

untuk keberhasilan pasien DM dalam menjalani diet. Prinsip yang dianjurkan

pada penderita DM hampir sama dengan anjuran makan masyarakat pada

umumnya yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori

dan zat gizi masing masing individu. Penekanan mengenai pentingnya jenis

makan, jumlah makan dan jadwal makan sangat perlu diberikan kepada
27

penyandang DM terutama bagi pasien yang menggunakan obat yang

meningkatkan sekresi insulin atau trapi insulin itu sendiri. Komposisi makan

yang dianjurkan bagi penderita DM menurut (Pencegahan dan Pengelolaan

Diabetes di Indonesia, PEKERNI, 2015) adalah sebagai berikut:

1) Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% terutama karbohidrat yang

berserat tinggi.

2) Lemak yang dianjurkan skitar 20-25% kebutuhan kalori dan tidak

diperkenankan melebihi 30% dari total asupan energi. Penggunaan lemak

jenuh < 7% dari kebutuhan kalori, lemak tidak jenuh ganda < 10% dan

selebihnya lemak tidak jenuh tunggal

3) Protein yang dibutuhkan sebesar 10-20% dari total asupan energi.

4) Natrium yang dianjurkan bagi penderita DM yaitu < 2300 mg/ hari

5) Serat yang dianjurkan bagi penderita DM sebesar 20-35 gr/ hari yang

berasal dari berbagai sumber makanan.

d. Pengukuran Kepatuhan Diet

Kepatuhan diet merupakan salah satu komponen yang dapat ditempuh oleh

penderita DM agar kadar gula dalam darah dalam keadaan stabil. salah satu cara

yang dapat dilakukan agar penderita diabetes patuh dalam melaksanakan diet

yaitu dengan cara memberikan lembar kuesioner kepada penderita DM itu

sendiri. Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner kepatuhan diet yang

diberikan kepada responden, total pertanyaan yang diberikan kepada responden

berjumlah 14 pertanyaan yang disesuaikan dengan prinsip melakukan kepatuhan

diet yaitu 3j, yaitu jadwal makan, jenis makan dan jumlah makan.(Santi, 2015)
28

1) Kuesioner Kepatuhan Diet

Petunjuk Pengisian

a) Isilah jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya pada bapak

dan ibu dengan jujur.

b) Bacalah dengan cermat dan seksama pertanyaan yang ada.

c) Berilah tanda check list/centang (V) pada kotak yang jawabannya dipilih.

dengan memilih salah satu jawaban diantara tiga alternative jawaban yang

tersedia.

d) Jika bapak dan ibu ingin mengganti jawaban cukup dengan memberi garis

(=) pada jawaban yang salah, kemudian pilih jawaban yang sesuai dengan

keadaan bapak dan ibu

e) Apabila ada pertanyaan atau pernyataan yang sulit dimengerti, bapak dan

ibu bisa bertanya langsung kepada peneliti

(1) DaftarPertanyaanKepatuhan Diet Pasien

No Pertanyaan AlternatifJawaban
.

Selalu Kadang Tidakp


-kadang ernah
Jadwalmakan
1. Apakah bapak/ibu sudah makan makanan
utama 3 kali sehari, sesuaidengan yang
dianjurkan?
2. Apakah jam makan bapak/ibu sama setiap
harinya? jam makanpagi, siang dan malam.
3. Apakah diantara waktu makan diselingi
olehcemilan/snack ?
4. Apakah bapak/ibu keberatan mengikuti
jadwal yang telah ada ?
29

5. Apakah dengan jadwal makan yang sudah


ditetapkan itu membuat bapak/ibumerasa
lemas ?
Jenismakanan
6. Apakah bapak/ibu mengkonsumsi
cemilan/snack sudah memilih sesuai dengan
yang disarankan petugas
7. Apakah bapak/ibu mengurangi penggunaan
gula dalam makanandan minuman ?
8. Apakah bapak/ibu mengkonsumsi karbohidrat
yang bersumber dari makanan pengganti nasi
sepertikentang,singkong atau ubi?
9. Apakah bapak/ibu mengkonsumsi minuman
ringan (softdrink)?
10. Apakahbapak/ibumengkonsumsimakanancepa
tsaji (fast food) ?
11. Apakah bapak/ibu mengurangi makanan
berlemak ?
Jumlah
12. Apakah bapak/ibu sudah makan dengan
jumlah yang ditentukan/disarankan oleh
petugas, setiap harinya ?
13. Apakah bapak/ibumenimbang/mengukur
makanan yang dimakan sesuai ukuran yang
sudah dijelaskan olehpetugas ?
14. Apakah bapak/ibu mengikuti anjuran petugas
untuk mengurangi gula pada makanan dan
minuman ?

Kuesioner kepatuhan melaksanakan diet terdiridari 14 pertanyaan yang berupa

skala likert dengan alternative jawaban, yaitu:Selalu Kadang–kadang dan Tidak

Pernah. Pertanyaan positif dengan nilai jawaban : (Selalu) = 3, (Kadang – kadang)

= 2, (TidakPernah) = 1. Lalupertanyaan negative dengan nilai jawaban : (Selalu) =

1, (Kadang – kadang) = 2, (Tidakpernah) = 3.

Seluruh pertanyaan akan dijumlahkan dan akan dimasukkan kedalam kategori

yang telah ditentukan, yaitu menggunakan rumus sebagaiberikut : (Azwar dalam

Nemomatus, 2012).
30

Skortertinggi – skorterendah

Lebar Interval :

Jumlah Kategori

Keterangan :

Skor tertinggi : jumlah pertanyaan x skor tertinggi.

Skor terendah : jumlah pertanyaan x skor terendah.

Jumlah kategori : jumlahkategori jawaban.

Maka akan diperoleh hasil kategori sebagai berikut :

Tidak patuh : 14 – 23

Cukup patuh : 24 – 33

Patuh : 34 – 42

Kepatuhan diet merupakan salah satu komponen atau penatalaksanaan

dalam pengelolaan Diabetes mellitus. Dengan menjalani kepatuhan diet dengan

benar maka resiko terjadinya komplikasi pada pasien DM dapat terkendali, tujuan

dari kepatuhan diet pada penderita DM adalah untuk menjaga agar kadar glukosa

dalam darah tetap stabil. Hasil penelitian dari Astuti, Lisa Tahun 2018 Dengan

judul “ Hubungan Kepatuhan Diet dengan Kadar Gula Darah Pasien DM

Kelompok Persadya RS PKU Muhamaddyah Gamping Yogyakarta”

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan diet dengan
31

kadar glukosa darah pada pasien DM dengan nilai p= 0,021. Dari penelitian

tersebut juga dapat disimpulkan bahwa kepatuhan diet sangatlah penting

diterapkan oleh pasien DM dalam menjalankan pilar diabetes meliitus agar kadar

glukosa dalam darah dalam keadan stabil.

3. Konsep Diabetes Self Management Education

a. Pengertian

Diabetes self management education (DSME) merupakan suatu metode

yang berfokus pada pendidikan manajemen diri pada penderitadiabetes mellitus

untuk memfasilitasi pendidikan,pengetahuan,ketarampilan serta kemampuan

pasien diabetes mellitus dalam melakukan manajemen diri secara mandiri dan

komperhensip (Hamidian, Firouzkouhi, Abdollahimohammad, &

Shahrakimoghadam, 2019)

Diabetes self management education (DSME) sebuah layanan yang

memfasilitasi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk

perawatan mandiri pada pasien diabetes mellitus. Tujan dari pelayanan diabetes

self management education adalah untuk mendukung pengambilan

informasi,keputusan, prilaku perawatan diri,pemecahan masalah serta kolaborasi

aktif dengan tim kesehatan untuk meningkatkan hasil klinis, status kesehatan dan

kualitas hidup yang baik pada pasien diabetes mellitus.(Care & Suppl,

2019).Pendidikan diabetes self management education menyediakan informasi

keterampilan serta pengelolaan diri secara efektif pada pasien diabetes mellitus.

Program diabetes self management education memperkerjakan pendekatan yang


32

berfusat pada pasien karena dapat membatu pasien dengan diabetes melitus untuk

merubah prilaku serta mengarahkan prilaku pasien diabetes mellitus kearah yang

lebih positif seperti: makan makanan yang sehat, aktif memantau gula darah,

minum obat secara teratur serta dapat mengurangi faktor resiko yang mungkin

timbul pada diabetes mellitus (Mohamed, Staite, Ismail, & Winkley, 2019)

b. Tujuan diabetes self management education (DSME)

Tujuan dari diabetes self management education (DSME) adalah untuk

mengoptimalkan kontrol metabolik dan kualitas hidup pasien dalam upaya

mencegah komplikasi akut dan kronis, sekaligus mengurangi penggunaan biaya

dalam perawatan klinis pasien diabetes mellitus.(Nuari, 2017).Tujuan umum dari

diabetes self management education adalah untuk mendukung pengambilan

informasi dan keputusan, prilaku perawatan diri,pemecahan masalah untuk

meningkatkan hasil klinis, status kesehatan dan kualitas hidup pada penderita

diabetes mellitus. (Care & Suppl, 2019)

c. Prinsip DSME

Prinsip utama DSME adalah pendidikan DM yang efektif dalam

memperbaiki hasil klinis dan kualitas hidup pasien meskipun dalam jangka

pendek.DSME merupakan model pengajaran primer yang teoritis yang

berdasarkan pada model pemberdayan pasien, dan merupakan program edukasi

strategi prilaku dan psikososial yang dapat memperbaiki hasil klinis pada pasien

diabetes mellitus. Dukungan yang berkelanjutan merupakan aspek yang sangat

penting untuk mempertahankan kemajuan yang diperoleh pasien selama

melaksanakan program DSME serta mampu menetapkan tujuan dan prilaku


33

dalam strategi yang efektif untuk mendukung self behavior pada pasien diabetes

mellitus.

d. Komponen DSME

Komponen yang terdapat dalam DSME diantaranya adalah:

(a) Pengetahuan dasar tentang diabetes meliputi definisi, patofisiologi

dasar, alas an pengobatan dan komplikasi diabetes

(b) Pengobatan, meliputi definisi, tipe, dosis dan cara menyimpan.

Penggunaan insulin meliputi dosis, jenis insulin serta bagaimana cara

penyuntikannya.

(c) Monitoring, didalam monitoring yang perlu dijelaskan adalah

pengertian, tujuan, dan hasil dari monitoring serta bagaiman dampak

hasil dan strategi lanjutan, peralatan yang digunakan, dalam monitoring

dan waktu pemeriksaan.

(d) Nutrisi, meliputi fungsi nutrisi bagi tubuh, serta bagaimana cara

pengaturan diet kebutuhan kalori jadwal makan dan manajemen diet

yang baik dan benar.

(e) Olahraga dan aktivitas, meliputi evaluasi dan kondisi medis sebelum

melakukan olahraga, dan melakukan pengaturan kegiatan yang

berkaitan dengan aktivitas fisik sat metabolisme sedang buruk.

(f) Stress dan psikososial meliputi identifikasi faktor yang menyebabkan

terjadinya stress, serta dukungan keluarga dan lingkungan dalam

kepatuhan pengobatan.
34

(g) Perawatan kaki meliputi insidensi gangguan pada kaki, penyebab, tanda

dan gejala, cara mencegah, komplikasi pengobatan, serta pemberian

rekomendasi dan jadwal pemeriksaan secara berkala.

(h) System pelayanan kesehatan dan sumber daya meliputi pemberian

informasi tentang tenga kesehatan serta pemberian informasi tentang

pelayanan kesehatan yang dapat membantu pasien.

e. Tingkat pembelajaran DSME

Tingkat pembelajaran dalam DSME terbagi menjadi tiga tingkatan yaitu:

1) Survivel/basic level

Pada tingkat ini eduakasi yang diberikan kepada pasien meliputi

pengetahuan, keterampilan dan motivasi untuk melakukan

perawatan diri dalam upaya mencegah, mengidentifikasi, dan

mengobati komplikasi jangka pendek.

2) Intermediate level.

Edukasi yang diberikan kepada pasien pada tahap ini meliputi

pengetahuan, keterampilan, dan motivasi ubtuk melakukan

perawatan diri dalam upaya mencapai kontrol metabolic yang

direkomendasikan, mengurangi resiko komplikasi jangka panjang

dan memfasilitasi penyesuaian hidup pasien.

3) Advanced level

Dalam tahap ini yang diberikan kepada pasien meliputi edukasi

tentang pengetahuan, keterampilan,dan motivasi untuk melakukan

perawatan diri dalam upaya mendukung manajemen DM secara


35

intensif untuk control metabolik yang optimal, dan integrasi penuh

kedalam kegiatan perawatan kehidupan pasien. (Nuari, 2017)

f. Pelaksanaan DSME

Dalam pelaksanan DSME dapat dilakukan secra individu maupun

kelompok baik diklinik maupun komunitas. Menurut penelitian Central

Hospital, 2011 dalam (Nuari, 2017). Pelaksanaan DSME dapat dilakukan

sebanyak 4 sesi dengan durasi waktu kurang lebih 60 menit untuk tiap sesi.

1) Pertemuan awal

a) Riwayat kesehatan

b) Pre tes dan pembagian kuesioner tentang kepatuhan diet

c) Penetapan tujuan bersama

d) Target tercapainya kepatuhan diet oleh pasien.

2) Sesi 1 membahas tentang pengetahuan dasar tentang DM:

a) Konsep DM ( Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, klasifikasi

dan faktor resiko)

b) Komplikasi akut dan kronis

c) Diskusi dan Tanya jawab

d) Review tujuan yang telah ditetapkan.

3) Sesi 2 membahas tentang :

a) Penatalaksanaan DM

b) Review tujuan yang telah ditetapkan

c) Diskusi dan Tanya jawab


36

4) Sesi 3 membahas tentang:

a) Perawatan kaki dan monitoring yang perlu dilakukan

b) Review tujuan yang telah ditetapkan

c) Diskusi dan Tanya jawab

5) Sesi 4 membahas tentang

a) Manajemen stress dan dukungan psikososial dan akses pasien

terhadap pelayanan kesehatan.

b) Review tujuan yang telah ditetapkan

c) Diskusi dan tanya jawab.

6) Follow up dimasing masing sesi:

a) Diskusi dan Tanya jawab

b) Review program

c) Review target pencapaian kepatuhan diet dengan kuesioner

kepatuhan diet.

Diabetes Self Manajemen Education merupakan metode atau layanan

yang memfasilitasi pengetahuan, keterampilan dan kemandirian pasien DM dalam

melakukan perawatan secara mandiri. DSME diharapakan meningkatkan

manajemen diri pada penderita DM dalam menjalankan pilar manajemen DM

yang baik. Hasil penelitian yang dilakukan Rahmawati et all tahun 2016, dengan

judul “ Pengaruh Program Diabetes Self Management Education Terhadap

Manajemen Diri Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Puskesmas

Triegandeng Kabupaten Pedie Jaya” menunjukkan hasil bahwa DSME

berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan, pola makan , latihan fisik,


37

peningkatan trapi farmakologis dan peningkatan monitoring gula darah pada

pasien DM tipe 2 dengan nilai p = 0,000. Berdasarkan hasil penelitian tersebut

dapat disimpulkan bahwa program DSME sangat berpengaruh secara signifikan

terhadap manajemen diri pada penderita DM tipe 2.

4. Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME) Terhadap

Kepatuhan Diet Penderita DM

Edukasi merupakan elemen yang sangat penting yang harus diberikan

kepada semua penderita diabetes mellitus, karena dengan memberikan edukasi

maka diharapkan penderita diabetes dapat lebih tahu dan mengerti tentang apa

itu diabetes, serta diharpkan penderita diabetes mampu menerapkan edukasi

yang telah diberikan misalnya dengan melakukan kepatuhan terhadap diet agar

tidak terjadinya komplikasi pada penderita DM itu sendiri. Salah satu

pendekatan edukasi yang dapat diberikan dalam manajemen DM adalah

Diabetes Self Management Education (DSME). Tujuan yang dicapai dalam

pemberian DSME yaitu memberikan dukungan informasi pengambilan

keputusan, prilaku perawatan diri, pemecahan masalah dan kerjasama aktif

dengan tim kesehatan untuk meningkatkan hasil klinis status kesehatan serta

kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus(Care & Suppl, 2019).

Pelaksanaan DSME dapat dilakukan secara individu maupun kelompok baik

diklinik maupun komunitas. Menurut penelitian Central Hospital, 2011 dalam

(Nuari, 2017). Pelaksanaan DSME dapat dilakukan sebanyak 4 sesi dengan


38

durasi waktu kurang lebih 60 menit untuk tiap sesi, dengan kurun waktu kurang

lebih selama 2 minngu untuk total keseluruhan sesi.

1) Pertemuan awal

a) Riwayat kesehatan

b) Pre tes dan pembagian kuesioner tentang kepatuhan diet

c) Penetapan tujuan bersama

d) Target tercapainya kepatuhan diet oleh pasien.

2) Sesi 1 membahas tentang pengetahuan dasar tentang DM:

a) Konsep DM ( Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, klasifikasi

dan faktor resiko)

b) Komplikasi akut dan kronis

c) Diskusi dan Tanya jawab

d) Review tujuan yang telah ditetapkan.

3) Sesi 2 membahas tentang :

a) Penatalaksanaan DM

b) Review tujuan yang telah ditetapkan

c) Diskusi dan Tanya jawab

4) Sesi 3 membahas tentang:

a) Perawatan kaki dan monitoring yang perlu dilakukan

b) Review tujuan yang telah ditetapkan

c) Diskusi dan Tanya jawab


39

5) Sesi 4 membahas tentang

a) Manajemen stress dan dukungan psikososial dan akses pasien

terhadap pelayanan kesehatan.

b) Review tujuan yang telah ditetapkan

c) Diskusi dan tanya jawab.

6) Follow up di masing masing sesi:

a) Diskusi dan Tanya jawab

b) Review program

c) Review target pencapaian kepatuhan diet dengan kuesioner

kepatuhan diet.

DSME diharapkan akan meningkatkan self management pada penderita

DM dalam menjalankan pilar manajemen DM yang benar, baik trafi

farmakologis maupun latihan fisik. Hasil penelitian yang dilakukanHailu, Moen,

& Hjortdahl, 2019 dengan judul “Diabetes self management education

(DSME)Effect On Knowledge, Self Care Behavior, And Self Efficacy Among

Type 2 Diabetes Patiens In Ethiopia menunjukkan hasil perbedaan dalam rata

rata skor pada kelompok intervensi, sebelum dan sesudah diberikan

intervensisecara signifikan lebih baik pada pengetahuan diabetes, yaitu prilaku

perawatan diri yang terukur yaitu meliputi diet, olahraga perawatan kaki dan

pemantauan gula darah secara mandiri didapatkan nilai p= 0,044 sedangkan pada

peserta kelompok yang mengikuti rekomendasi umum meningkat secara

signifikan dititik akhir dengan nilai p= 0,027 dan klompok intervensi yang

mengikuti diet tertentu dengan nilai p= 0,019 dan yang melakukan perawatan
40

kaki dengan nilai p= 0,09. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Laili, Dewi, & Widyawati, 2015 dengan judul Edukasi Dengan

Pendekatan Prinsip Diabetes Self Management Education (DSME)

Meningkatkan Prilaku Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2

Di Wilayah Kerja Puskesmas Kebon Sari Surabaya. Dari penelitian ini

didapatkan hasil bahwa ada pengaruh pendekatan prinsip DSME setelah

diterapkan pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol terhadap

pengetahuan diet dengan nilai p= 0,004 dan p= 0,083 masing masing, sikap

kepatuhan diet p= 0,025, dan p= 0,083 dan praktik kepatuhan diet dengan p=

0,022 dan p= 0,564. Dari haril penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan

DSME yang baik diabetes akan mampu memiliki pengetahuan yang baik

sehingga pengetahuan ini diharapkan dapat diterapkan dalam sikap maupun

prilaku dalam menerapkan kepatuhan diet secara baik dan benar.


41

B. KERANGKA TEORI

Diabetes Self Managemen


Educatioan (DSME)

Sesi 1: Sesi 2: Sesi 3: Perawatan Sesi 4:


kaki dan monitoring Manajemen
Konsep Dasar DM Penatalaksanaan DM stress

Pengetahuan Konsep DM

Prilaku Penatalaksanaan DM

Diet

Trapi Farmakologi

Latihan fisik

Edukasi

Skema 2.1 Kerangka Teori

(Brunner & Suddarth, 2017,Care & Suppl, 2019,Nuari, 2017,Padila, 2012, Pencegahan & Pengelolaan

diabetes di Indonesia, PEKERNI 2015, Rendi, 2012)


42
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan abstraksi suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan

keterkaitan antara variabel baik variabel yang diteliti maupun yang tidak

diteliti. Kerangka konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil

penemuan dengan teori. (Nursalam, 2017)

42
43

Konsep Diabetes Mellitus

Penatalaksanaan DM

Diabetes Self Management Kepatuhan Diet


Education

Keterangan :

: : Variabel yang diteliti

:Variabel yang tidak diteliti

B : Garis hubungan

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Sumber: (Brunner & Suddarth, 2017,Care & Suppl, 2019, Rendi, 2012,Nuari, 2017,Padila, 2012, Santi, 2015)
44

B. Desain Penelitian

Rancangan penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam

sebuah proses penelitian, rancangan penelitian dapat memungkinkan

pengontrolan secara maksimal beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

akurasi suatu hasil dalam proses penelitian (Nursalam, 2017).

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan desain

penelitian pra-eksperimental dengan rancangan one group pra-post test

designt yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara

melibatkan satu kelompok subjek (Nursalam, 2017). Kelompok subjek

sebelum dilakukan intervensi akan diberikan kuesioner tentang kepatuhan

diet, kemudian dilakukan intervensi Diabetes Self Management Education

(DSME), setelah itu peneliti melakukan evaluasi dengan cara memberikan

kembali kuesioner kepatuhan diet.

Tabel 3.1 Rancanganpenelitian pengaruh Diabetes Self Management

Education (DSME) terhadap kepatuhan diet penderita DM di Desa

Bungkulan.

Subjek Pra Perlakuan Pasca tes


K O I OI
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

Sumber :(Nursalam, 2017)


Keterangan

K: subjek

O: Pre test (kuesioner kepatuhan diet)


45

I: Perlakuan Diabetes Self Management Education (DSME)

OI: Post test (kuesioner kepatuhan diet)

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara jawaban sementara dri rumusn

masalah atu pertanyan suatu penelitian (Nursalam, 2017).

Dalam statistik penelitian terdapat dua jenis hipotesis, yaitu hipotesis nol

dan alternatif.

1. Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk

pengukuran statistik dan interpretasi hasil statistik. Hipotesis nol

dapat sederhana atau kompleks dan bersifat sebab atu

akibat(Nursalam, 2017)

H0: Tidak ada pengaruh Diabetes Self Management Education

(DSME) terhadap Kepatuhan Diet Penderita DM Di Desa

Bungkulan.

2. Hipotesis alternative (Ha) adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini

menyatakan adanya suatu hubungan, pengaruh, dan perbedaan

antara dua atau lebih variabel (Nursalam, 2017)

Ha: Ada Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME)

Terhadap Kepatuhan Diet Penderita DM di Desa Bungkulan.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang diamati dari sesuatu yang

didefinisikan tersebut.Karakteristik yang dapat diamati atau (diukur) itulah


46

merupakan kunci dari definisi operasional. Dapat diamati artinya

memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran

secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena kemudian dapat

diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2017). Penjabaran definisi

operasional variabel Pengaruh Diabetes Self Management Education

Terhadap Kepatuhan Diet Penderita DM di Desa Bungkulandapat dilihat

pada tabel 3.2

Tabel 3.2 Definisi operasional Pengaruh Diabetes Self Management


Education Terhadap Kepatuhan Diet Penderita DM di Desa
Bungkulan

Variabel Definisi Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Konseptual Operasional Ukur

Variabel Proses edukasi Diabetes SAP Diabetes - -


independen: yang Self Self
Diabetes berkelanjutan Management Management
Self untuk Education di Education
Managemen memfasilitasi berikan yang berisi
t Education pengetahuan, kepada tentang
(DSME) keterampilan responden pencegahan
dan dengan total DM serta
kemampuan sebanyak 4 penatalaksana
yang diperlukan sesi dengan n DSME yang
untuk durasi waktu baik dan benar
perawatan diri kurang lebih
pasien diabetes selama 60
mellitus menit untuk
tiap sesi.
Dependen : Merupakan Merupakan Kuesioner 14-23=Tidak Interval
Kepatuhan pilar utama salah satu kepatuhan diet Patuh
diet dalam komponen yang terdiri 24-23=Cukup
penetalaksanaan dari dari 14 Patuh
diabetes penatalksana pertanyaan dan 34-43=Patuh
mellitus yang an diabetes jawaban diberi
terdiri dari 3 mellitus dan skor dalam
komponen yaitu akan bentuk angka
3j: jumlah dilakukan menggunakan
makanan, jenis pengecekan skala likert
47

makanan dan sebelum dengan pilihan


jadwal makanan diberikan pertanyan
perlakuan positif : selalu
dan setelah (3)
Variabel Definisi Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Konseptua Oprasional Ukur
l
Dilakukan Kadang-
perlakuan kadang (2)
dengan cara tidak pernah
pemberian (1) dan
lembar pertanyaan
kuesioner negatif dengan
untuk nilai jawaban:
mengetahui selalau(1),
kepatuhan diet kadang-kadang
penderita (2), tidak
diabetes pernah (3).
mellitus tipe 2

1. klasifikasi variabel penelitian

variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut dan peneliti dapat menarik kesimpulan dari hal

tersebut.

a) Variabel independen (Bebas)

Variabel independen (Bebas) adalah variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

dependen (terikat) (Sugiyono, 2018).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Diabetes Self

Management Education (DSME)


48

b) Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2018). Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah

kepatuhan diet

E. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi Penelitian

adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek-objek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

penderita DM Tipe 2 yang berada di Desa Bungkulan yang berjumlah

78 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi.Bila populasi besar, peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi tersebut, karena beberapa keterbatasan

seperti biaya, waktu dan tenaga maka dari itu peneliti dapat

mengambil sampel yang mewakili seluruh populasi. Sampel yang

diambil dari populasi harus representatif (mewakili) agar saat


49

mengambil keputusan peneliti tidak membuat kesimpulan yang salah

(Sugiyono, 2018)

3. Teknik sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh

dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar

sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2017). Cara

pengambilan sampel dari penelitian ini yaitu, bagian dari probability

sampling yaitu simple random sampling. Pada peneltian ini, peneliti

menentukan jumlah sampel menggunakan aplikasi G-Power, G-Power

merupakan perangkat lunak bebas yang digunakan untuk menghitung

kekuatan statistik (Widhiarso,2012). Hasil sampel yang didapat untuk

penelitian ini adalah.

critical t 2.00575
=

0.3

0.2

0.1 α
β 2
0
-2 0 2 4 6

[1] -- Wednesday, February 12, 2020 – 12;41


t tests - Means: Difference from constant (one sample case)
Analysis: A priori: Compute required sample size
Input: Tail(s) = Two
Effect size d = 0.5
α err prob = 0.05
Power (1-β err prob) = 0.95
Output: Noncentrality parameter δ = 3.6742346
Critical t = 2.0057460
Df = 53
Total sample size = 54
Actual power = 0.9502120
50

Hasil analisis menunjukkan bahwa besar sampel yang dibutuhkan peneliti

adalah sebanyak 54 orang. Karena populasi dari data yang diperoleh adalah

78, maka besar sampel tersebut memenuhi kriteria.

F. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Bungkulan Wilayah Kerja

Puskesmas Sawan I, pemilihan lokasi ini didasarkan pada bahwa

berdasarkan data dari Puskesmas Sawan I jumlah penderita DM paling

banyak terdapat di desa Bungkulan.

G. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret tahun 2020 dalam

kurun waktu selama 4 Minggu

H. Etika penelitian

Dalam penelitian keperawatan masalah pada etika keperawatan

sangatlah penting di bahas karena penelitian dilakukan berhubungan

langsung kaitannya dengan manusia, maka etika penelitian sangatlah

penting untuk diperhatikan. Sebelum melakukan penelitian, peneliti

mengajukan permohonan izin terlebih dahulu dari Studi Ilmu Keperawatan

Stikes Buleleng, kemudian setelah itu mengajukan permohonan izin dari

Puskesmas Sawan I dan dilanjutkan mengajukan permohonan izin ke

kantor kepala Desa di Desa Bungkulan. Selanjutnya peneliti akan

mengajukan permohonan izin penelitian kepada Kesbanglinmas Provinsi

Bali, berikutnya akan diteruskan ke Kesbanglinmas Kabupaten Buleleng.

Kemudian setelah mendapatkan beberapa izin, kemudian peneliti peneliti


51

akan melakukan observasi langsung pada obyek yang akan diteliti dengan

menekankan masalah etik sebagai berikut

1. Self Determination

Responden diberikan kebebasan untuk menentukan piliahan

apakah bersedia atau tidak bersedia untuk mengikuti kegiatan penelitian,

setelah responden bersedia kemudian semua informasi yang berkaitan

dengan kegiatan penelitian dijelaskan dengan menandatangani Informed

Concent.

2. Informed Concent

Informed Concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden dengan memeberikan lembar persetujuan.Informed

Concent diberikan sebelum peneliti melakukan penelitian tujuannya agar

responden mengerti tujuan dari peneliti. Jika responden bersedia maka

peneliti dan responden akan menandatangani lember persetujuan yang

telah disediakan sebelumnya, jika responden tidak bersedia maka peneliti

tidk boleh memaksa dan harus tetap menghormati hak-hak dari responden.

3. Anonymity

Untuk menjaga kerahasian identitas responden, maka peneliti tidak

akan mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

mencantumkan kode pada lembar pengumpulan data dan hasil penelitian

yang akan disajikan.


52

4. Confidentiality

Masalah ini merupakan masalah etik dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset.

5) Beneficence

Peneliti selalu berupaya agar segala tindakan keperawatan yang

diberikan kepada klien mengandung prinsip kebaikan, prinsip berbuat baik

kepada klien tentu sja dalam bats batas hubungan terapeutik antara peneliti

dan klien (Nursalam, 2017)

I. Alat Pengumpulan Data

Instrumen penelitian adalah suatu alat ya ng digunakan untuk mengukur

nilai variabel yang akan diteliti (Sugiyono, 2018). Alat ukur dalam

penelitian ini adalah SAP Diabetes Self Management Education dan

kuesioner kepatuhan diet

1. SAP Diabetes Self Management Education (DSME)

Satuan acara penyuluhan (SAP) Diabetes Self Management

Education (DSME) menjadi acuan dalam pelaksanaan intervensi dalam

penelitian ini. SAP dilakukan dengan 4 sesi dan pada setiap sesi dilakukan

kurang lebih selama 60 menit dengan topik setiap sesi yang berbeda.

Sebelum tahap pertama dimulai, didahului dengan pertemuan awal dan


53

pada akhir pertemuan dilakukan follow up untuk tiap sesi SAP yang

terlampir.Pada penelitian ini intervensi diberikan selama 2 minggu.

2. Kuesioner kepatuhan diet

Kuesioner kepatuhan diet ini akan diberikan pada responden pada

awal pertemuan atau sebelum diberikan intervensi tentang DSME dan

setelah diberikan intervensi mengenai DSME. Pada kuesioner kepatuhan

diet ini berisi 14 pertanyaan dengan menggunakan skala likert dengan

masing masing pilihan alternative jawaban yaitu: selalu, kadang-kadang

dan tidak pernah. Pertanyaan positif dengan pilihan jawaban (Selalu) = 3,

(Kadang-Kadang) = 2, (Tidak Pernah) =1, dan pertanyaan negative dengan

alternative jawaban (Selalu) =1, (Kadang-Kadang) = 2, (Tidak Pernah) =3.

lebar interval: Skor tertinggi – skor terendah Jumlah

Kategori

Keterangan :

Skor tertinggi : jumlah pertanyaan x skor tertinggi.

Skor terendah : jumlah pertanyaan x skor terendah.

Jumlah kategori : jumlah kategori jawaban.

Maka akan diperoleh hasil kategori sebagai berikut :

Tidak patuh: 14 – 23 Patuh : 34 – 43

Cukup patuh : 24 – 33
54

J. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2017)

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan secara langsung oleh

peneliti yaitu:

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan antara lain:

a) Permohonan izin dari pihak kampus untuk melakukan study

pendahuluan, peneliti meminta izin ke Puskesmas Sawan I yang

diteruskan ke kantor Kepala Desa, Desa Bungkulan.

b) Peneliti mempersiapkan Diabetes Self Management Education

(DSME) dan konsep yang akan mendukung penelitian

2) Tahap pelaksanan

Tahap pelaksanaan yang dilakukan antara lain:

a) Melakukan izin pengumpulan data dan penelitian yang

ditandatangani oleh Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(STIKES) Buleleng dan izin tersebut ditunjukkan kepada Kepala

Desa Bungkulan.

b) Setelah mendapatkan izin dari STIKES Buleleng, peneliti

mengajukan permohonan izin ke Kesbanglinmas Kabupaten

Buleleng
55

c) Setelah mendapatkan izin dari Kesbanglinmas Kabupaten

Buleleng, kemudian peneliti mengajukan permohonan izin untuk

melakukan penelitian di Desa Bungkulan ke kantor Kepala Desa

Bungkulan.

d) Peneliti mempersiapkan materi yang akan diberikan kepada

responden

e) Sehari sebelum penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan

kontrak waktu kepada responden yang akan menjadi subjek

penelitian, dan responden menadatangani Inform Concent untuk

persetujuan menjadi subjek penelitian.

f) Setelah itu pada pertemuan pertama atau pre tes peneliti

memberikan responden kuesioner kepatuhan diet terlebih dahulu

kepada responden.

g) Melakukan pemberian intervensi dengan Diabetes Self

Management Education (DSME) sesuai dengan SAP Diabetes

Self Management Education (DSME).

h) Setelah pemberian intervensi kemudian peneliti kembali

memberikan lembar kuesioner kepatuhan diet kepada responden

untuk mengevaluasi hasil dari intervensi yang telah diberikan

kepada responden.
56

K. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan setelah

pengumpulan data.Langkah langkah pengolahan data meliputi editing,

coding, processing, cleaning, dan tabulating.

1. Editing

Editing dilakukan untuk memeriksa kelengkapan data, kesinambungan

data, dilakukan dengan cara mengoreksi kembali data yang diperoleh

meliputi, kebenaran pengisian, kelengkapan, dan kecocokan data yang

dihasilkan. Editing langsung dilakukan setelah data terkumpul.

2) Coding

Coding yaitu memberikan kode atau symbol tertentu untuk setiap

jawaban atau merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka/bilangan.Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam

melakukan tabulasi dan analisa data.

3. Entry

Entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke paket program

computer untuk dilakukan analisis.Pada tahap ini peneliti melakukan entri

data jika sudah yakin bahwa data yang ada sudah benar baik dari

kelengkapan dank ode yang dicantumkan.

4. Tabulating

Tabulating yaitu kegiatan untuk meringkas data yang masuk kedalam tabel

yang disediakan, setelah data terkumpul maka dat akan disajikan dalam

bentuk tabel dan narasi (Nursalam, 2017)


57

L. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisa yang bertujuan untuk memaparkan

atau mendeskripsiakan karakteristik dari masing masing variabel yang

diteliti. Dari analisa uji univriat didapat frekuinsi presentsi dari tiap

variabel (Notoatmodjo, 2017). dalam penelitian ini uji univariat akan

digunakan untuk menganalisis data demografi meliputi nama,jenis klamin,

umur, pendidikan dan data sebelum adanya perlakuan tentang DSME dan

setelah diberikan perlakuan DSME dan disajikan dalam bentuk tabel.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan pada kedua

variabel yang diperkirakan memiliki hubungan atau berkorelasi. Analisis

bivariat yaitu menganalisis data yang dapat membuktikan hipotesa

(Notoatmodjo, 2017). Dalam penelitian ini variabel mengunakan skala

interval sehingga tidak dilakukan uji normalitas data. Tes uji spss yang

digunakan adalah uji t paired.


58
DAFTAR PUSTAKA

Almaini, A., & Heriyanto, H. (2019). Pengaruh Kepatuhan Diet, Aktivitas Fisik
dan Pengobatan dengan Perubahan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes
Mellitus Suku Rejang. Jurnal Keperawatan Raflesia, 1(1), 55–66.
https://doi.org/10.33088/jkr.v1i1.393

Brunner, & Suddarth. (2017). keperawatan medikal bedah (12th ed.; E. A.


Mardela, ed.). Jakarta: EGC.

Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng. (2019).

Care, D., & Suppl, S. S. (2019). 5 . Lifestyle Management : Standards of Medical


Care in Diabetes d 2019. 42(January), 46–60.

Hailu, F. B., Moen, A., & Hjortdahl, P. (2019). Diabetes self-management


education (DSME) – Effect on knowledge, self-care behavior, and self-
efficacy among type 2 diabetes patients in Ethiopia: A controlled clinical
trial. Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity: Targets and Therapy, 12,
2489–2499. https://doi.org/10.2147/DMSO.S223123

Hamidian, E., Firouzkouhi, M., Abdollahimohammad, A., & Shahrakimoghadam,


E. (2019). The effect of home-based self-care education on the quality of life
of diabetic patients. Prensa Medica Argentina, 105(2), 1–12.
https://doi.org/10.4172/0032-745X.1000344

Kesehatan, D., Bali, P., Kesehatan, S., Kesehatan, T., & Keluarga, K. (2019).
Denpasar , Agustus 2019 Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr . Ketut
Suarjaya , MPPM Pembina Utama Madya.

Kesehatan, K. (2018). HASIL UTAMA RISKESDAS 2018.

Laili, N. R., Dewi, Y. S., & Widyawati, I. Y. (2015). Edukasi Dengan Pendekatan
Prinsip Diabetes Self Management Education ( Dsme ) Meningkatkan
Perilaku Kepatuhan Diet Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2.

Mohamed, A., Staite, E., Ismail, K., & Winkley, K. (2019). A systematic review
of diabetes self‐management education interventions for people with type 2
diabetes mellitus in the Asian Western Pacific (AWP) region. Nursing Open,
(July), 1424–1437. https://doi.org/10.1002/nop2.340

Nathan, D. M., & Edic, D. (2014). The Diabetes Control and Complications Trial
/ Epidemiology of Diabetes Interventions and Complications Study at 30
Years : Overview. 37(January), 9–16. https://doi.org/10.2337/dc13-2112
Notoatmodjo, S. (2017). Metodologi Penelitian Kesehatan (2nd Ed.). Semarang:
Jakarta Rineka Cipta.

Nuari, N. A. (2017). Strategi Manajemen Edukasi Pasien Diabetes Mellitus.


Yogyakarta: Deepublish.

Nursalam. (2017). Metodologi penelitian ilmu keperwatan Pendekatan praktis


(4th ed.). JAKARTA: Salemba Medika.

Padila. (2012). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Pencegahan, P. D. A. N., & Indonesia, D. I. (2015). Pengelolaan dan pencegahan


diabetes melitus tipe 2 di indonesia 2015.

Rendi, M. C. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Penyakit Dalam.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Santi, D. (2015). Diabetes Mellitus & Penatalaksanaan Keperawatan.


yogyakarta: Nuha Medika.

Santoso, P., & Susilowati, E. (2018). Pengaruh Pendampingan Diet terhadap


Kepatuhan Diet dan Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus di
Wilayah Puskesmas Balowerti Kota Kediri. Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2),
184.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

World Health Organization (2016) Global Report on Diabetes. isbn,978,88.


https://doi.org/ISBN 978 924 1565257

Widhiarso,W. (2012). Program G* Power untuk Mengkalkulasi Berapa Ukuran


Sampel untuk penelitian Aplikasi Kasus,3-6
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DIABETES SELF MANAGEMENT EDUCATION (DSME)

1. Satuan Acara Penyuluhan Sesi 1

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Materi : Konsep Dasar Diabetes Melitus dan Teknik Mengatasi Gejala


Diabetes Melitus
Sasaran : Pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 2
Waktu : 15 menit
Tempat : Puskesmas sawan I

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah diberikan pendidikan kesehatan, pasien diharapkan dapat mengetahui
konsep dasar DM dan menerapkan teknik-teknik mengatasi gejala DM.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, pasien diharapkan dapat menjelaskan
pengertian, penyebab, perjalanan penyakit, tanda dan gejala, komplikasi akut
dan kronis.
C. SUBPOKOK BAHASAN
1. Pengertian DM
2. Penyebab DM
3. Perjalanan penyakit DM
4. Tanda dan gejala DM
5. Komplikasi akut dan kronis DM
D. MEDIA
Leaflet
E. MODEL PEMBELAJARAN
1. Jenis model pembelajaran: Pertemuan (tatap muka)
2. Landasan teori: Ceramah dan Diskusi
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik dan kondusif
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberikan komentar
e. Menetapkan tindak lanjut
F. PROSES KEGIATAN

Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Pendahuluan 1. Memberikan salam, Memperhatikan 5 menit
memperkenalkan diri, dan dan menjawab
membuka pertemuan salam
2. Menjelaskan tentang
maksud dan tujuan Memerhatikan
3. Menanyakan materi yang Memperhatikan
akan disampaikan pada dan menjawab
peserta apakah peserta
pernah tahu sebelumnya
4. Menerima jawaban dan Memberikan
memberi komentar sumbang saran
terhadap jawaban peserta
Penyampaian 1. Menjelaskan konsep Memperhatikan 5 menit
materi dasar DM dan teknik
mengatasi gejala DM
a. Pengertian DM
b. Penyebab DM
c. Perjalanan penyakit
DM
d. Tanda dan gejala
DM
e. Komplikasi akut dan
kronis DM

Penutup 1. Menutup pertemuan Memperhatikan 5 menit


dengan mengundang
pertanyaan atau komentar
dari pasien atau keluarga
2. Menampung jawaban dan Memperhatikan
memberi komentar dan mencatat
tentang pendapat dari
peserta
3. Menyimpulkan materi Memperhatikan
yang telah dibahas dan mencatat
bersama
4. Menutup pertemuan dan Memperhatikan
memberi salam. dan membalas
salam

G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP dan media leaflet
c. Pasien berada di tempat pertemuan sesuai kontrak
d. Penyelenggaraan DSME dilakukan di Puskesmas Sawan I.
e. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnnya.
2. Evaluasi Proses
a. Pasien antusias terhadap kegiatan yang dilakukan.
b. Pasien berpartisipasi dalam kegiatan dengan mengajukan dan menjawab
pertanyaan dengan benar.

3. Evaluasi Hasil
a. Pasien memahami konsep dasar DM tipe 2 dan teknik mengatasi gejala
DM
b. Kegiatan DSME sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

2. Satuan Acara Penyuluhan Sesi 2

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Materi : Pengelolaan Diet yang Tepat bagi Pasien DM


Sasaran : Pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 2
Waktu : 20 menit
Tempat : Rumah Responden

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah diberikan pendidikan kesehatan, pasien diharapkan dapat mengetahui
dan menerapkan pengelolaan diet pada pasien DM.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, pasien diharapkan dapat menjelaskan
prinsip diet, syarat diet, jadwal makan, jumlah makanan yang dikonsumsi,
perhitugan kebutuhan diet, dan jenis makanan yang dianjurkan untuk
dikonsumsi bagi pasien DM dengan baik dan benar.
C. SUBPOKOK BAHASAN
a. Prinsip diet bagi pasien DM
b. Syarat diet bagi pasien DM
c. Jadwal makan bagi pasien DM
d. Jumlah makanan yang dikonsumsi bagi pasien DM
e. Perhitungan kebutuhan diet pasien DM
f. Jenis makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi pasien DM

D. MEDIA
Leaflet
E. MODEL PEMBELAJARAN
1. Jenis model pembelajaran: Pertemuan (tatap muka)
2. Landasan teori: Ceramah dan Diskusi
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik dan kondusif
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberikan komentar
e. Menetapkan tindak lanjut
F. PROSES KEGIATAN

Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Pendahuluan 1. Memberikan salam, Memperhatikan 5 menit
memperkenalkan diri, dan menjawab
dan membuka pertemuan salam
2. Menjelaskan tentang Memerhatikan
maksud dan tujuan
3. Menanyakan materi yang Memperhatikan
akan disampaikan pada dan menjawab
peserta apakah peserta
pernah tahu sebelumnya
4. Menerima jawaban dan Memberikan
memberi komentar sumbang saran
terhadap jawaban peserta
Penyampaian 1. Menjelaskan Memperhatikan 10 menit
materi pengelolaan diet yang
tepat bagi pasien DM
a. Prinsip diet bagi
pasien DM
b. Syarat diet bagi
pasien DM
c. Jadwal makan bagi
pasien DM
d. Jumlah makanan yang
dikonsumsi bagi
pasien DM
e. Perhitungan
kebutuhan diet pasien
DM
f. Jenis makanan yang
dianjurkan untuk
dikonsumsi pasien
DM
Penutup 1. Menutup pertemuan Memperhatikan 5 menit
dengan mengundang
pertanyaan atau
komentar dari pasien
atau keluarga
2. Menampung jawaban Memperhatikan
dan memberi komentar dan mencatat
tentang pendapat dari
peserta
3. Menyimpulkan materi Memperhatikan
yang telah dibahas dan mencatat
bersama
4. Menutup pertemuan dan Memperhatikan
memberi salam. dan membalas
salam
G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP dan media leaflet
c. Pasien dan keluarga berada di tempat pertemuan sesuai kontrak
d. Penyelenggaraan DSME dilakukan di Puskesmas Sawan I
e. Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelum
pelaksanaan
2. Evaluasi Proses
a. Pasien antusias terhadap kegiatan yang dilakukan.
b. Pasien berpartisipasi dalam kegiatan dengan mengajukan dan menjawab
pertanyaan dengan benar.
3. Evaluasi Hasil
a. Pasien memahami pengelolaan diet yang tepat bagi pasien.
b. Kegiatan DSME sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

3. Satuan Acara Penyuluhan Sesi 3

Satuan Acara penyuluhan (SAP)

Materi : Latihan Jasmani dan Perawatan Kaki Pasien DM


Sasaran : Pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 2
Waktu : 15 menit
Tempat : Puskesmas sawan I

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah diberikan pendidikan kesehatan, pasien diharapkan dapat mengetahui
dan menerapkan latihan jasmani atau olahraga yang tepat pada pasien DM
serta perawatan kaki pada pasien DM.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah diberikan pendidikan kesehatan, pasien diharapkan dapat menjelaskan
pengertian latihan jasmani bagi pasien DM. tujuan dan manfaat latihan
jasmani bagi pasien DM, tata cara pelaksanaan latihan jasmani bagi pasien
DM, syarat sebelum latihan jasmani bagi pasien DM, pemeriksaan kaki
pasien DM dan perawatan kaki pasien DM
C. SUBPOKOK BAHASAN
1. Pengertian latihan jasmani bagi pasien DM
2. Tujuan dan manfaat latihan jasmani bagi pasien DM
3. Tata cara pelaksanaan latihan jasmani bagi pasien DM
4. Syarat sebelum latihan jasmani bagi pasien DM
5. Pemeriksaan kaki pasien DM
6. Perawatan kaki pasien DM

D. MEDIA
Leaflet
E. MODEL PEMBELAJARAN
1. Jenis model pembelajaran: Pertemuan (tatap muka)
2. Landasan teori: Ceramah dan Diskusi
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik dan kondusif
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberikan komentar
e. Menetapkan tindak lanjut
F. PROSES KEGIATAN

Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Pendahuluan 1. Memberikan salam, Memperhatikan 5 menit
memperkenalkan diri, dan menjawab
dan membuka pertemuan salam
2. Menjelaskan tentang Memerhatikan
maksud dan tujuan
3. Menanyakan materi yang Memperhatikan
dan menjawab
akan disampaikan pada
peserta apakah peserta
pernah tahu sebelumnya. Memberikan
4. Menerima jawaban dan sumbang saran
memberi komentar
terhadap jawaban peserta
Penyampaian 1. Menjelaskan latihan Memperhatikan 5 menit
materi jasmani dan perawatan
kaki bagi pasien DM
a. pengertian latihan
jasmani bagi pasien
DM;
b. tujuan dan manfaat
latihan jasmani bagi
pasien DM;
c. tata cara pelaksanaan
latihan jasmani bagi
pasien DM;
d. syarat sebelum latihan
jasmani bagi pasien
DM;
e. pemeriksaan kaki
pasien DM;
f. perawatan kaki pasien
DM
Penutup 1. Menutup pertemuan Memperhatikan 5 menit
dengan mengundang
pertanyaan atau
komentar dari pasien
atau keluarga
2. Menampung jawaban Memperhatikan
dan memberi komentar dan mencatat
tentang pendapat dari
peserta
3. Menyimpulkan materi Memperhatikan
yang telah dibahas dan mencatat
bersama.
4. Menutup pertemuan dan Memperhatikan
memberi salam. dan membalas
salam
G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Kesiapan materi
b. Kesiapan SAP dan media leaflet
c. Pasien di tempat pertemuan sesuai kontrak
d. Penyelenggaraan DSME dilakukan di Puskesmas Sawan I
e. Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelum
pelaksanaan
2. Evaluasi Proses
a. Pasien antusias terhadap kegiatan yang dilakukan.
b. Pasien berpartisipasi dalam kegiatan dengan mengajukan dan menjawab
pertanyaan dengan benar
3. Evaluasi Hasil
a. Pasien memahami latihan jasmani dan perawatan kaki bagi pasien.
b. Kegiatan DSME sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

4. Satuan Acara Penyuluhan Sesi 4


Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Materi : Evaluasi Program DSME


Sasaran : Pasien dengan Diabetes Melitus Tipe 2
Waktu : 15 menit
Tempat : Puskesmas Sawan I

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah diberikan pendidikan kesehatan DSME selama 2 minggu pasien dan
keluarga diharapkan dapat memahami pengelolaan mandiri DM.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, pasien diharapkan dapat menjelaskan
serangkaian kegiatan DSMEsesi 1-sesi 4 minimal 90 % benar.
C. SUB POKOK BAHASAN
a. Evaluasi program dari sesi 1 – sesi 4
D. MODEL PEMBELAJARAN
1. Jenis model pembelajaran: Pertemuan (tatap muka)
2. Landasan teori: Ceramah dan Diskusi
3. Langkah pokok
a. Menciptakan suasana pertemuan yang baik dan kondusif
b. Mengajukan masalah
c. Mengidentifikasi pilihan tindakan
d. Memberikan komentar
e. Menetapkan tindak lanjut

E. PROSES KEGIATAN

Tindakan
Proses Waktu
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
Pendahuluan 1. Memberikan salam, Memperhatikan 5 menit
memperkenalkan diri, dan menjawab
dan membuka pertemuan salam
2. Menjelaskan tentang Memerhatikan
maksud dan tujuan
Penyampaian 1. Mereview kembali Memperhatikan 5 menit
materi materi dari sesi 1 hingga dan menjawab
sesi 3
2. Mengevaluasi
pengetahuan dan Memberikan
kemampuan pasien serta sumbang saran
keluarga
3. Menjelaskan kembali Memperhatikan
materi yang belum
dipaham
Penutup 1. Menutup pertemuan Memperhatikan 5 menit
dengan mengundang
pertanyaan atau
komentar dari pasien
atau keluarga
2. Menampung jawaban Memperhatikan
dan memberi komentar dan mencatat
tentang pendapat dari
peserta
3. Menyimpulkan materi Memperhatikan
yang telah dibahas dan mencatat
bersama
4. Menutup pertemuan dan Memperhatikan
memberi salam. dan membalas
salam

F. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Pasien berada di tempat pertemuan sesuai kontrak
b. Penyelenggaraan DSME dilakukan di Puskesmas Sawan I
c. Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelum
pelaksanaan
2. Evaluasi Proses
a. Pasien antusias terhadap kegiatan yang dilakukan.
b. Pasien berpartisipasi dalam kegiatan dengan mengajukan dan menjawab
pertanyaan dengan benar
3. Evaluasi Hasil
a. Pasien dan keluarga memahami seluruh rangkaian kegiatan DSME
b. Kegiatan DSME sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

MATERI PENYULUHAN

A. Konsep DM (pengertian, penyebab, tanda dan gejala klasifikasi dan


komplikasi)
1. Pengertian.
Diabetes mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang
ditandai dengan hiperglikemia yang disebabakan oleh gangguan
sekresi insulin dan aksi insulin ataupun keduanya. Hiperglikemia
kronis atau diabetes mellitus dikaitkan dengan kerusakan secara
progresif, kelainan fungsi dan kegagalan organ, terutama ginjal, saraf
jantung dan pembuluh darah dan beberapa jenis patogenik yang lain
juga menyebabakan terjadinya diabetes mellitus (Care & Suppl,
2019).
Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik
yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemi)
akibat dari kerusakan pada sekresi insulin ataupun kerja dari insulin.
Diabetes mellitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik yang
disertai dengan berbagai gangguan metabolik dan dapat menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada organ lainnya seperti mata, saraf,
dan pembuluh darah (Brunner & Suddarth, 2017).
2. Klasifikasi
4) Diabetes mellitus tipe I
Pada diabetes mellitus tipe 1 diatandai dengan destruksi sel sel beta
pankreas akibat faktor genetik, imonologis, dan mungkin juga
lingkungan. Pada dibetes mellitus tipe 1, injeksi insulinsangat
diperlukan untuk mengontrol kadar glukosa darah. Diabetes mellitus
tipe 1 biasanya terjadi secara mendadak sebelum usia 30 tahun.
5) Diabetes mellitus tipe II
Diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh penurunan sensitivitas
terhadap insulin (resitensi insulin) atau akibat penurunan jumlah
insulin yang diproduksi.Diabetes tipe ini biasanya paling sering
dialami oleh pasien diatas 30 tahun dan pasien yang mengalami
obesitas. Penanganan pada diabetes mellitus tipe II biasanya
dilakukakn dengan cara diet,olahraga dan agen hipoglemik oral sesuai
kebutuhan.
6) Diabetes mellitus gestasional (diabetes mellitus dalam kehamilan).
Pada diabetes mellitus gestasional ditandai dengan setiap derajat
intoleransi glukosa yang muncul selam kehamilan (trimester kedua
atau ketiga).Resiko gestasional biasanya mencakup karena obesitas,
riwayat personal pernah mengalami riwayat diabetes gestasional,
glukosuria atau riwayat kuat keluarga yang pernah mengalami riwayat
diabetes.(Brunner & Suddarth, 2017)
Klasifikasi Diabetes mellitus menurut National Diabetes Data Group:
Clasification And Diagnosis Of Diabetes Melitus And Other
Kategoris Of Glucosa Intolerance dalam (Rendi, 2012)
1. Kasifikasi klinis
a. Diabetes mellitus
(3) Diabetes mellitus tergantung insulin(DMTI) Tipe I
(4) Tipe tak tergantung insulin (DMTII)
(c) DMTTI yang tidak mengalami obesitas
(d) DMTTI Dengan obesitas.
b. Gangguan tolerasi glukosa (GTC)
c. Diabetes kehamilan (GDM)
2. Klasifikasi risiko statistik
c) Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa.
Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari diabetes mellitus secara umum yaitu ada
3P: poliuria: peningkatan dalam berkemih: polidypsia: peningkatan
rasa haus, dan polifagia: peningkatan selera makan. Selain itu
tanda dan geja dari Diabetes mellitus adalah pasien mengalami
keletihan, dan kelemahan, perubahan pandangan secara mendadak,
sensasi kesemutan, atau kebas di tangan atau kaki, kulit kering, lesi
kulit atau luka yang lambat sembuh, atau infeksi berulang. Pada
DM tipe 1 biasanya ditandai dengan penurunan berat badan
mendadak atau mual muntah atau nyeri lambung.(Brunner &
Suddarth, 2017). Menurut (Rendi, 2012) seorang dikatakan
mengalami diabetes apabila mengalami gejala seperti : keluhan
TRIAS yaitu banyak minum, banyak kencing, dan penurunan
mengalami penurunan berat badan, kadar gukosa darah pada waktu
puas lebih dari 120 mg/dl, kadar glukosa darah dua jam sesudah
makan lebih dari 200 mg/dl. Keluhan yang paling sering dialami
yaitu lemah, kesemutan, gatal gatal, bisul/luka dan keputihan.
4. Komplikasi
Komplikasi yang berkaitan dengan diabetes
diklasifikasikan sebagai komplikasi akut dan kronik. Komplikasi
akut terjadi akibat intoleransi glukosa yang berlangsung dalam
jangka waktu pendek dan mencangkup: Hipoglikemia, Dka,
HHNS. Sedangkan komplikasi kronik dari diabetes biasanya terjadi
10-15 tahun setelah awitan diabetes mellitus komplikasinya
meliputi: penyakit makrovaskular (pembuluh darah besar) yang
mempengaruhi sirkulasi koroner, pembuluh darah perifer, dan
pembuluh darah otak. Penyakit mikrovaskular (pembuluh darah
kecil) juga merupakan komplikasi dari diabetes mellitus.Penyakit
mikrovaskular ini dapat mempengaruhi mata (retinopati) dan ginjal
(nefropati).Selain komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular
dari diabetes mellitus, komplikasi neurupatik juga termasuk
kedalam komplikasi diabetes mellitus.Komplikasi ini
mempengaruhi saraf sensori, motorik dan otonom serta berperan
memunculkan sejumlah masalah, seperti impotensi dan ulkus kaki.
(Brunner & Suddarth, 2017)

B. Penatalaksanan DM
Tujuan utama trapi diabetes mellitus adalah mencoba
menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya
mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler dan neuropatik. komponen
dalam penatalaksanan diabetes mellitus, yaitu:
6) Diet
Syarat diet Diabetes mellitus hendaknya dapat memperbaiki kesehatan
umum penderita, mengarahkan pada berat badan normal, menormalkan
pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda, Menekan dan menunda
timbulnya penyakit angiopati diabetik, memberikan modifikasi diet, sesuai
dengan keadan penderita. Dalam menjalankan diet ada 3 prinsip yang harus di
ketahui dan dilaksanakan oleh pasien diabetes mellitus yaitu 3j
d) Jumlah kalori
Jumlah kalori yang diberikan harus sesuai dengan jumlah yang
ditentukan. Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan klasifikasi gizi
penderita dengan menghitung presentasi relative body weight atau
berat badan relative (BBR)
BBR= BB (kg) x 100%
TB (cm) -100
Jumlah Bahan Makan Sehari Menurut Standar Diet DM (Dalam Satuan
Penukar II)
Golongan Standar Diet
bahan
makanan 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Kkal Kkal Kkal Kkal Kkal Kkal Kkal Kkal
Nasi atau 2 1/2 3 4 5 5 1/2 6 7 7½
penukar
Ikan atau 2 2 2 2 2 2 2 2
penukar
Daging atau 1 1 1 1 1 1 1 1
penukar
Tempe atau 2 2 2 1/2 2 1/2 3 3 3 3
penukar
Sayur atau S S S S S S S S
penukar/A
Sayur 2 2 2 2 2 2 2 2
penukar/B
Buah atau 4 4 4 4 4 4 4 4
penukar
Susu atau - - - - - - 1 1
penukar
Minyak 3 4 4 4 6 7 7 7
penukar
Keterangan :
-1 penukar nasi = 100 gr (3/4 gelas)
-1 penukar daging = 35gr (1 potong sedang)
-1 penukar ikan = 40 gr (1 potong sedang )
-1 penukar tahu = 50 gr (1 potong sedang)
-1 penukar tempe = 50 gr (2 potong sedang)
-1 penukar sayuran = 100 gr (1 gelas)
-1 penukar susu = 20 gr (4 sendok makan)
-1 penukar minyak 5 gr (1 sendok teh)
-1 penukar buah = setara dengan 1 buah potong papaya besar (110 gr)
e) Jadwal diet harus diikuti sesuai dengan yang telah ditentukan.
f) Jenis makan yang dimakan harus sesuai dengan yang dimakan.
Dengan memperhitungkan jenis makan yang benar maka hasil
yang baik juga akan diperoleh pada pasien DM ketika menjalani trapi
nutrisi atau diet. Jenis makanan yang dianjurkan pada pendrita DM
diantaranya adalah buah yang kurang manis atau yang disebut dengan
golongan B misalnya papaya, kedondong, pisang apel dan tomat. Diet
yang digunakan sebagai bagian dari penatalaksanaan DM dapat
dikontrol berdasarkan kandungan energi, lemak dan karbohidrat.
Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% dari total asupan energi
dan karbohidrat total tidak boleh kurang dari 130g/ hari. Asupan
lemak tidak diperkenankan melebihi 30% dari total asupan energi.
Protein yang dibutuhkan adalah 10-20% dari total asupan energi, dan
natrium yang dianjurkan pada penderita DM adalah tidak lebih dari
3000 mg atau sama dengan 6-7 g (1 sendok teh ) garam dapur,
sedangkan anjuran konsumsi serat pada penderita DM adalah ±
25g/1000 kkal/ hari.
jenis bahan makanan yang dianjurkan bagi penderita DM
NO Jenis bahan makanan Sumber bahan makanan

1 Karbohidrat kompleks Nasi, roti, mie, kentang,


singkong dan sagu
2 Protein rendah lemak Ikan, ayam tanpa kulit,
susu, skim, tahu, tempe,
kacang-kacangan
3 Lemak dalam jumlah Makanan yang diolah
terbatas dengan cara di panggang,
di kukus, di rebus, dibakar

jenis bahan makanan yang harus dihindari atau dibatasi bagi penderita
diabetes mellitus
No Jenis bahan makanan Sumber makanan
1 Banyak gula Gula pasir, gula jawa, sirup, jeli, buah
yang diawetkan, susu kental manis,
minuman botol ringan dan es cream.
2 Makanan banyak lemak Cake, makanan siap saji dan goring-
gorengan.
3 Banyak natrium Ikan asin, telur asin dan makanan
diawetkan.

7) Latiahan fisik
Tujuan dari latihan fisik pada penderita diabetes mellitus adalah :
7. Memberikan banyak tenaga
8. Membuat jantung lebih kuat dan meningkatkan sirkulasi
9. Memperkuat otot dan kelenturan otot
10. Meningkatkan kemampuan bernafas
11. Membantu mengatur berat badan dan memperbaiki kolestrol serta
lemak
12. Mengurangi stress dan memperlambat penuaan.
8) Senam kaki diabetik
Senam kaki diabetik merupakan salah satu alternatif bagi pasien DM
untuk meningkatkan aliran darah dan melancarkan sirkulasi darah. Secara
garis besar tujuan dari senam kaki diabetic adalah:
f) Memperbaiki sirkulasi darah.
g) Memperkuat otot otot kecil.
h) Mencegah terjadinya kelainan bentuk kaki
i) Meningkkatkan kekuatan otot betis dan paha
j) Mengatasi keterbatasan gerak sendi.
9) Trafi farmakologi
Ada beberapa jenis obat anti diabetik yang dapat diberikan pada pasien
diabetes diantaranya adalah:
e) Insulin scretagogeos yaitu insulin yang berfungsi untuk
meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta.
f) Insulin sensitizer insulin jenis ini mempunyai efek menurunkan
resitensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut
glukosa, sehingga meningkatkan ambialan glukosa di perifer
g) Intestinal enzyme inhibitor jenis obat ini dengan cara mengurangi
absorbs glukosa di usus halus sehingga mempunyai efek menurunkan
kadar glukosa darah sesudah makan.
h) Incretin enhancers obat jenis ini mempunyai sifat untuk
meningkatkan inkretin.
C. Pengontrolan stes dan perawatan kaki
1. Pengontrolan Stres
a. Stress adalah reaksi fisik dan mental akan bahaya yang dirasakan
seseorang. Kondisi yang tak terkendali atau menyebabkan
perubahan emosi ini biasanya dinggap ancaman oleh tubuh
b. Bahaya stress
Stress yang berlebihan saat menangani diabetes dapat
mengakibatkan.
1) Peningkatan kadar gula darah secara cepat
2) Mendorong munculnya emosi negative yang kuat
3) Merusak pemikiran dan pengambilan keputusan
seseorang.
4) Memicu pola makan yang kompulsip
5) Menyebabkan dampak negatif bagi system tubuh seperti
system imun,system pencernan dan sisitem ginjal.
6) Menyebabkan kurangnya kemampuan dalam berfikir
jernih dan membuat keputusan akan terganggu akibat
stress.
c. Gejala stress
1) Banyak tidur atau kurang tidur
2) Perubahan nafsu makan(bertambah atau berkurang)
3) Perubahan berat badan
4) Sering menagis
5) Sering lupa dan kurang konsentrasi
6) Sering khawatir pada hal hal yang tidak jelas
7) Otot tegang
8) Mudah tersinggung
9) Merasa sedih atau depresi
10) Kehilangan minat sex
11) Sakit kepala
12) Merasakan detak jantung ketika ingin tidur
13) Sering pingsan
14) Banyak berkeringat
15) Perasaaan selalu tidak enak
d. Bagaimana cara menangani stress
Kebanyakan orang mengalami beberapa gejala stress
diwaktu yang berbeda dalam hidup mereka. Ada berbagai
macam strategi untuk mencegah stress. Kebanyakan taknik
mencegah stress dimulai dengan hidup positif,sadar apa yang
akan terjadi pada diri sendiri dan lingkungan sekitar,sadar
akan apa yang dilakukan menyadari apa yang pas dan tidak
pas. Pintar dalam mengatasi stress dapat memudahkan dalam
penanganan diabetes.
2) Perawatan kaki.
Tabel edukasi perawatan kaki
No Elemen
1 Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki termasuk di pasir
dan diair
2 Periksa kaki setiap hari dan laporkan kepada dokter jika
kulit kaki terkelupas, kemerahan dan luka
3 Perikasa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya
4 Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih,
5 Potong kuku secara teratur
6 Keringkan kaki dan sela sela jari secra teratur setelah
mencuci kaki
7 Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak
menyebabkan lipatan pada ujung ujung jari kaki
8 Kalau ada kalus atau mata ikan tipiskan secara halus
9 Jika ada kelainan bentuk kaki gunakan alas kaki yang
dibuat khusus
10 Gunakan sepatu yang tidak terlalu sempit ataupun
longgar

D. Pencegahan atau meminimalisasi komplikasi akut dan kronis


a. Kontrol pola mkan (3j:jumlah, jenis dan jdwal)
b. Hindari merokok
c. Kontrol gula darah
d. Cek gula darah setiap minggu
e. Hindari stress
f. Olahraga teratur
g. Minum obat sesuai aturan
h. Konsultsi secara rutin ke pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai