Jurnal MetanilYellow
Jurnal MetanilYellow
Rafi Mariska
Jurusan Pendidikan Kimia, Uin Ar-Raniry
ABSTRAK
1
BAB I
PENDAHULUAN
ketika segala sesuatunya menjadi mahal seperti saat ini, makanan dan minuman
antaranya penggunaan zat warna metanil yellow pada berbagai produk sirup dan
tahu.
Zat warna terlarang merupakan zat warna berbahaya yang dilarang oleh
metanil merupakan zat warna sintesis berbentuk serbuk, padat, berwarna kuning
kecoklatan. Metanil yellow umumnya digunakan sebagai pewarna tekstil dan cat.
Adapun ciri dari bahan pangan yang mengandung pewarna metanil yellow di
keuntungan besar dengan cara menambahkan zat warna metanil yellow dengan
tujuan agar makanan terlihat lebih menarik dan tetap kuning. Saat ini metanil
1
Eka, Reysa. Rahasia Mengetahui Makanan Berbahaya. (Jakarta: Titik Media Publisher,
2013), h. 64.
2
3
ditemukan di dalam bahan pangan jajanan berwarna kuning pada minuman sirup
dan juga sebagai pewarna pada tahu. Sirup itu sendiri merupakan sediaan
minuman cair berupa larutan yang mengandung sakrosa dan biasanya di dalamnya
ditambahkan zat aditif makanan seperti zat warna, pengawet, zat pemanis dan
aroma.
Adapun masalah pangan lain yang masih sering dijumpai di lapangan pada
produksi sirup lokal yaitu ketidaksesuaian antara kemasan label dengan merek
sirup, di mana semua sampel yang diuji tidak sesuai antara label dengan kemasan,
contohnya pada sirup Pohon Nira yang menggunakan kemasan (botol) bermerek
“Pohon Pinang” dan sirup Pala produksi Aceh Selatan yang menggunakan
melakukan penelitian yang berjudul analisis zat warna metanil yellow pada sirup
B. Rumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah apakah terdapat zat warna metanil yellow pada
C. Tujuan Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi zat warna metanil yellow
pada sirup.
4
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
E. Penjelasan Istilah
kuning kecoklatan, bersifat larut dalam air dan alkohol, agak larut dalam
ditambahkan pewangi atau aroma tertentu (zat aditif). Sirup yang diteliti pada
percobaan ini adalah sirup merek Pohon Nira berwarna kuning untuk sampel
pertama, sirup Pohon Nira berwarna orange sebagai sampel kedua dan sirup
3. Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan alat analisa yang cukup sederhana
karena dapat menentukan ada tidaknya zat yang hendak dianalisis dalam
suatu bahan.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Metanil Yellow
berbentuk serbuk, berwarna kuning kecoklatan, bersifat larut dalam air dan
alkohol, agak larut dalam benzen dan eter, serta sedikit larut dalam aseton.
Pewarna ini umumnya digunakan sebagai pewarna pada tekstil, kertas, tinta,
plastik, kulit, dan cat, serta sebagai indikator asam-basa di laboratorium. Namun
berbagai jenis pangan antara lain kerupuk,mi, tahu, dan pangan jajanan yang
diantaranya telah ditemukan di dalam bahan pangan jajanan berwarna kuning dan
banyak juga sebagai pewarna pada tahu. Ciri pangan yang mengandug pewarna
kerupuk).3
menggolongkan metanil yellow ini termasuk ke dalam zat warna sintesis. Zat
2
BPOM, “Bahaya Metanil Yellow Pada Pangan” , Jurnal InfoPOM, Vol. 14, No. 2, Maret
2013, h.7.
3
Sosilo, Anthony, “Pengaruh Pemberian Metanil Yellow Peroral Dosis Bertingkat Selama
30 Hari Terhadap Gambaran Histopatologi Ginjal Mencit Balb/C”, Skripsi, Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas Diponogoro, 2014, h. 7.
5
6
pewarna metanil yellow merupakan zat pewarna industri tekstil yang dilarang
untuk produk makanan, yang pada umumnya merupakan zat anorganik ataupun
mineral alam. Zat anorganik berasal dari persenyawaan logam berat seperti
aluminium, besi, tembaga dan lainnya. Zat warna ini bersifat racun dan berbahaya
karena mengandung residu logam berat. Industri tekstil menggunakan logam berat
sebagai bahan pengikat warna agar warna yang dihasilkan menjadi lebih terang
dan indah. Bahkan ada beberapa industri tekstil yang menggunakan logam berat
sebagai bahan pewarna. Logam berat yang terkandung di dalam pewarna tekstil
dapat dilihat dari jenis limbah yang dihasilkan oleh industri tekstil tersebut,
terutama arsenik (Ar), kadmium (Cd), krom (Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu), dan
seng (Zn). Proses pembuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan
pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen
atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik
sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara (intermediat)
yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hasil akhir. Untuk
zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh
lebih dari 0,00014 persen dan timbal tidak boleh lebih dari 0,001 persen,
4
Eka, Reysa. Rahasia Mengetahui Makanan …, h. 64.
7
indeks warnanya.
Nomor Indeks
No Nama
Warna(C. I. No)
1 Auramine (C. I. Basic Yellow 2) 41000
2 Alkanet 75520
3 Butter Yellow (C. I. Solvent Yellow 2) 11020
4 Black 7984 (Food Vlack 2) 27755
5 Burn Unber (Pigment Brown 7) 77491
6 Chrysoidine (C. I. Basic Orange 2) 11270
7 Chrysoidine S (C. I. Food Yellow 8) 14270
8 Citrus Red No 2 12156
9 Chocolate Brown FB (Food Brown 2) -
10 Fast Red E (C.I Food Red 4) 16045
11 Fasi Yellow AB (C.I Food Yellow 2) 13015
12 Guinea Green B (C. I Acid Green No. 3) 52085
13 Indanthrene Blue RS (C.I Food Blue 4) 69800
14 Magenta (C.I Basid Violet 14) 42510
15 Metanil Yellow (Ext. D & C Yellow No. 1) 13065
16 Oil Orange SS (C.I Solvent Orange 2) 12100
17 Oil Orange XO (C.I Solvent Orange 7) 12140
18 Oil Orange AB (C.I Solvent Yellow 5) 11380
19 Oil Yellow AB (C.I Solvent Yellow 6) 11390
20 Orange G (C.I Food Orange 4) 16230
21 Orange GGN (C.I Food Orange 2) 15980
22 Orange RN (C.I Food Orange 1) 15970
23 Orchid and Orcein -
24 Ponceau 3R (Acid Red 1) 16155
25 Ponceau SX (C I Food Red 1) 14700
26 Ponceau 6R (C I Food Red 8) 16290
27 Rhodamin B (C.I Food Red 15) 45170
28 Sudan I (C. I Solvent Yellow 14) 12055
29 Scartet GN (Food Red 2) 14815
30 Violet 6B 42640
5
Menteri Kesehatan RI, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 239 Tahun
1985, (Jakarta : Kemenkes RI), h. 7.
8
Metanil yellow sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Oleh karena itu,
makanan atau minuman. Pewarna kuning metanil sangat berbahaya jika terhirup,
mengenai kulit, mengenai mata, dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa
iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker
pada kandung dan saluran kemih. Apabila tertelan dapat menyebabkan iritasi saluran
cerna, mual, muntah, sakit perut, diare, demam, lemah, dan tekanan darah rendah.6
B. Sirup
sederhana karena dapat menentukan jumlah komponen yang ada pada suatu
6
BPOM RI, Bahan Berbahaya yang Dilarang Untuk Pangan, Agustus 2016. diakses
pada tanggal 16 Oktober 2017 dari situs :http://www.pom.go.id/mobile/index.php/view/berita/139/
9
dasarnya kromatograf lapis tipis (KLT atau TLC = Thin layer Chromatography)
tipis adsorben halus yang tersangga pada papan kaca, aluminium atau plastik
sebagai pengganti kertas. Lapisan tipis adsorben ini pada proses pemisahan
berlaku sebagai fasa diam. Fasa diam KLT terbuat dari serbukhalus dengan
ukuran 5 sampai 50 mikrometer. Serbuk halus ini dapat berupa suatu adsorben,
suatu penukar ion, suatu pengayak molekul atau dapat merupakan penyangga
yang dilapisi suatu cairan. Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan
silica gel, aluminium dan serbuk selulosa. Partikel silika gel mengandung gugus
molekul-molekul polar.7
metode kromatografi cair yang paling sederhana yang akan disajikan. Karena di
sebagian besar laboratorium KKt telah diganti dengan KLT. Kromatografi Lapis
Tipis dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai selayaknya sebagai
metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, atau preparatif. Kedua, dipakai
untuk menjajaki sistem pelarut dan sistem penyangga yang akan dipakai dalam
7
Soebagio, Kimia Analitik II, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2002), h. 87.
8
Gritter. RJ, Pengantar Kromatografi, (Bandung: ITB, 1991), h. 107-108.
10
dapat ditempatkan dalam sebuah kolom, maupun dibuat sebagai lapisan tipis
diatas plat dari gelas atau aluminium. Kromatografi lapis tipis diklasifikasikan
bahan sangat sedikit, dan sederhana. Kromatografi lapis tipis dapat digunakan
dan hidrokarbon.
dilakukan karena efisiensi waktu dan tidak memerlukan peralatan yang sangat
9
Adam Wiryawan, Ririn Retnowati, Akhmad Sabarudin, Kimia Analitik. (Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h.189.
11
bertujuan untuk mengetahui kepositifan suatu sampel sirup lokal apakah terdapat
zat warna metanil yellow atau tidak. Oleh karena itu, merujuk kepada Permenkes
methanil yellow merupakan zat warna berbahaya yang tidak boleh digunakan
dalam industri makanan dan minuman walaupun dalam kadar yang sedikit. Ini
Penelitian tentang zat warna pernah dilakukan oleh Sigar, dkk (2012), di
mana hasil penelitiannya tidak terdapat zat warna metanil yellow pada minuman
sirup ABC di Kota Manado.10 Penelitian lainnya mengenai analisis zat warna
methanil yellow juga dilakukan oleh Lidya, dkk (2013), di mana hasil
beredar di kota Manado ternyata ada yang positif menggunakan Rhodamin B.11
10
Sigar, E, S., dkk, “Analisis Zat Warna Methanyl Yellow dalam Minuman Es Sirup di
Kawasan Kota Manado”. Jurnal Pharmacon, Vol. 1, No. 2, 2012. h. 110.
11
Yamlean, Paulina V, Y, “Identifikasi dan Penetapan Kadar Rhodamin B pada Jajanan
Kue Berwarna Merah Muda yang Beredar di Kota Manado”.Jurnal Ilmiah Sains, Vol. 11, No.2,
2011. h. 292.
BAB III
APLIKASI TEORI
Islam Negeri Ar-Raniry, desa Rukoh, Kec. Syiah Kuala, Kab. Banda Aceh.
Percobaan ini dilakukan selama 2 hari yaitu tanggal 10-11 Oktober 2017.
Adapun yang menjadi populasi pada percobaan ini adalah semua jenis
sirup lokal produksi Aceh berwarna kuning dan oranye serta oranye kemerah-
merahan di daerah Aceh, sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah sirup lokal merek pohon Nira warna kuning, sirup merek pohon Nira
a. Alat
Timbangan, gelas ukur 50 mL, pipet tetes, spatula, gelas kimia 100 mL, gelas
kimia 30 mL, pipa kapiler, botol reagent, penggaris 30 cm, pensil, plat KLT 2,5
b. Bahan
ialah : benang wool, aquades, sirup lokal merek pohon Nira warna kuning, sirup
merek pohon Nira warna oranye dan sirup Pala berwarna oranye kemerah-
12
13
D. Prosedur Kerja
7. Dibuat larutan baku Methanyl Yellow dengan dilarutkan 0,1 gram serbuk
A. Hasil Penelitian
lapis tipis. Hasil analisis secara kualitatif menggunakan kromatografi lapis tipis
Tinggi Tinggi
Nama Nilai Rf Keterangan
bercak (cm) Eluen (cm)
Baku A 1,5 5 0,3 Positif
Sampel A - - - Negatif
Sampel B - - - Negatif
Sampel C - - - Negatif
Tabel 4.1 Hasil Analisis zat warna methanil yellow secara kualitatif pada
sirup lokal menggunakan metode kromatografi lapis tipis.
Keterangan :
Baku A = baku dari sirup pohon nira berwarna kuning
Baku B = baku dari sirup pohon nira berwarna oranye
Baku C = baku dari sirup pala berwarna oranye kemerah-merahan
Sampel A = sampel dari sirup pohon nira berwarna kuning
Sampel B = sampel dari sirup pohon nira berwarna oranye
Sampel C = sampel dari sirup pala warna oranye kemerah-merahan
B. Pembahasan
14
15
lapis tipis. Zat warna Methanyl Yellow merupakan salah zat warna sistesis yang
mengidentifikasi zat warna Methanyl Yellow dalam sirup lokal produksi Aceh
berwarna kuning dan oren serta warna keemasan di daerah Aceh, sedangkan yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sirup lokal merek pohon Nira warna
kuning, sirup merek pohon Nira warna oranye dan sirup Pala warna oranye
kemerah-merahan.
uji, yaitu dengan mencuci terlebih dahulu benang wool yang sudah dididihkan dan
dikeringkan dengan larutan eter, tujuan pencucian dan pendidihan benang wool
agar kotoran-kotoran dan lemak yang terdapat pada benang wool tersebut hilang
dengan bantuan pemanasan. Benang wool tersebut didihkan dengan NaOH dan
dibilas dengan air, karena dalam suatu basa akan terjadi pelunturan atau pelarutan
warna. Tujuan pengasaman sampel minuman lokal agar sampel minuman sirup
lokal akan mudah tertarik ke dalam benang wool tersebut. selanjutnya benang
wool yang telah dicuci dimasukkan ke dalam larutan amoniak agar terjadi
penjenuhan pada benang wool. Pada saat benang diangkat pewarna mewarnai
benang tersebut, selanjutnya dicuci dengan aquadest dan dididihkan beberapa saat
dengan 5 mL larutan amoniak, pewarna akan luntur karena tertarik oleh larutan
amoniak.
16
gram (100 mg) serbuk Methanyl Yellow dengan 0,1 L (100 mL) etanol sesuai
dengan rumus ppm yaitu ppm = 100 mg zat terlarut per 100 mL etanol = 1000
ppm. Jadi, pada tahap kedua ini dibuat larutan baku methanil yellow sebanyak
Tapis. Sebelum dilakukan uji analisis secara kualitatif, harus dilakukan terlebih
dahulu pembuatan larutan eluen yang berguna sebagai pelarut. larutan eluen
berfungsi agar terjadi elusi pada fase gerak di mana fase gerak merupakan
campuran pelarut organik dengan air. Pemilihan pelarut organik ini sangat penting
yang paling sesuai untuk pemilihan pelarut. Senyawa polar akan lebih mudah
terelusi oleh fase gerak yang bersifat polar dari pada fase gerak yang non polar.
Sebaliknya, senyawa non polar lebih mudah terelusi oleh fase gerak non polar dari
pada fase gerak yang polar.12 Fase gerak yang digunakan pada penelitian ini
fase gerak ini berfungsi untuk membawa noda-noda dari larutan baku dan sampel
sehingga bisa dihitung faktor retensi (Rf-nya). Larutan baku dan larutan uji
dan dielusi, jarak kira-kira yang ditotolkan adalah 1,0 cm dari ujung bawah plat
kromatografi lapis tipis dan 1,5 cm dari atas plat kromatografi lapis tipis. Hal ini
bertujuan supaya pada saat dielusi, bercak noda yang naik dapat dilihat dengan
12
ELisa, “Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Cromatography)”,
elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/24048/a877915a150aeace10a diakses pada 16 Oktober
2017.
17
jelas dan tidak tercampur satu sama lain, lempeng yang telah ditotolkan dielusi
menggunakan rumus :
Hasil pada lempeng KLT terlihat bahwa hanya totolan larutan baku
Methanyl Yellow yang dibawa oleh fase gerak dengan nilai Rf yang berbeda-beda.
hal ini dikarenakan pada sampel sirup lokal Pohon Nira warna oranye memiliki
zat warna yang berbeda dengan zat warna yang terkandung pada sirup pohon nira
warna kuning ataupun pada sirup pala. Nilai Rf baku yang didapatkan pada
penelitian ini untuk sirup Pohon Nira warna oranye (A), sirup pohon Nira warna
kuning (B) dan Sirup Pala (C) berturut-turut memiliki nilai Rf baku masing-
masing yaitu 0,3, 0,2 dan 0,26. Nilai Rf sampel yang diperoleh pada penelitian ini
adalah 0 karena tidak terjadi kenaikan eluen ketika proses elusi. Hasil analisis zat
perbedaan nilai Rf antara larutan baku A dengan larutan uji A, larutan baku B
dengan larutan uji B juga terjadi perbedaan antara larutan baku C dengan larutan
uji C. Seperti yang dikemukaan oleh Rohman dalam Lubis bahwa dua senyawa
dikatakan identik jika mempunyai nilai Rf yang sama jika diukur pada kondisi
KLT yang sama. Untuk sampel yang tidak memiliki harga Rf ketika dilakukan
13
Rubiyanto, Dwiarso. Teknik Dasar Kromatografi. (Yogyakarta: Budi Utama, 2016), h.
37.
18
yellow. 14 Hasil penelitian tentang analisis zat warna methanil yellow pada sirup
baku yang berkisar antara 0,2 - 0,30 untuk ketiga sampel, ini menandakan bahwa
daya elusi fase gerak pada penelitian ini sudah baik dan maksimal. Hal ini sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Rohman dalam Zaki di mana dalam memilih
antaranya yaitu daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga nilai
kesamaan bercak jarak yang ditempuh noda dengan jarak yang ditempuh eluen
antara larutan uji dengan larutan sampel, jika bercak larutan uji sama dengan
dengan larutan baku, maka dipastikan dalam sampel tersebut terkandung zat
warna, namun jika harga Rf baku tidak sama dengan Rf sampel maka sampel
tersebut bebas dari zat warna yang diidentifikasi. Hal ini sesuai dengan teori yang
14
Lubis, Novriyanti, “Analisis Kandungan Zat Pewarna Metanil Yellow Pada Beberapa
Produk Tahu Kuning yang Beredar di Wilayah Garut dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis
dan Spektrofotometri Visible”, artikel ilmiah. farmasi.uniga.ac.id/wp-
content/uploads/2015/05/Kimia-Farmasi.pdf diakses pada 16 Oktober 2017.
15
Zaki, Muhammad Munawaffaq. “Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder dari Ekstraks n-
Heksana Lumut Hati Mastigophora diclados (Brid. Ex Web) Ness”. Skripsi, Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 2013, h. 9.
16
Mukaromah A.H., dan Maharani E.T, “Identifikasi Zat Warna Rhodamine B pada
Lipstik Berwarna Merah”. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol.1, No. 1, Desember 2008, h. 39.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa :
tipis diperoleh nilai Rf baku sirup Pohon Nira warna oranye (A), sirup
pohon Nira warna kuning (B) dan Sirup Pala (C) berturut-turut yaitu 0,3,
3. Tidak teridentifikasi adanya zat warna methanil yellow pada sirup lokal
merek pohon Nira warna kuning, sirup lokal merek pohon Nira warna
4. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu metode yang baik untuk
B. Saran
untuk :
19
20
DAFTAR PUSTAKA
BPOM. 2013. “Bahaya Metanil Yellow Pada Pangan”, Jurnal InfoPOM, 14(2):
h.7.
Esti Santi Sigar, dkk, 2012. “Analisis Zat Warna Methanyl Yellow dalam
Minuman Es Sirup di Kawasan Kota Manado”. Jurnal Pharmacon, 1(2):
h. 110.
Mukaromah A.H., dan Maharani E.T. 2008. “Identifikasi Zat Warna Rhodamine
B pada Lipstik Berwarna Merah”. Jurnal Ilmu Kesehatan. 1(1): h. 39.
Lampiran 1 : Dokumentasi
g
24
Foto 9: Baku metanil yellow 1000 ppm Foto 10 : larutan uji untuk ketiga
sampel selesai dibuat
Foto 19 : plat KLT yang telah ditotol Foto 20 : Proses Elusi dalam chamber
larutan baku methanil yellow
28
Lampiran II
BIODATA PENULIS
Agama : Islam
Pekerjaan : Mahasiswa
a. Ayah : Usman
b. Ibu : Nurmala
Riwayat Pendidikan
DIAGRAM ALIR
15 cm benang wool