Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Candrasangkala Vol. 5, No.

2 (November 2019)

ISSN: 2477-2771
E-ISSN: 2477-8214

REPUBLIK INDONESIA SERIKAT: TINJAUAN HISTORIS HUBUNGAN


KAUSALITAS PERISTIWA-PERISTIWA PASCA KEMERDEKAAN TERHADAP
PEMBENTUKAN NEGARA RIS (1945-1949)

Irvan Tasnur1, Muhammad Rijal Fadli2


Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Yogyakarta
Penulis Korespondensi: exfadhlie@gmail.com

Abstract: The article aims to find out the causality relationship of post-independence events
in the process of forming a RIS state (Republic of Indonesia United). Starting from the
proclamation of independence on 17 August 1945, was the starting point of the struggle to
become a whole country. The arrival of the Dutch on 16 September 1945, in order to re-instill
its power was opposed by all layers of society. Resistance also occurs in various regions, war
and diplomacy are two ways that continue to go hand in hand in the dispute resolution process.
Propaganda as an effective tool was used by the Dutch to divide the Indonesian state, the effort
then succeeded with the formation of federal countries (puppet countries formed by the
Netherlands). Diplomacy that did not reach agreement, was the reason for justifying military
actions I and II. The action was in the international spotlight which then urged the Dutch to
end the conflict by holding KMB on 23 August 1949 in Den Hag, Netherlands. Consensus was
reached, 27 December 1949 The Republic of Indonesia Official Union was declared standing.
Keywords: Diplomacy, Aggression, State, Federal

Abstrak: Artikel bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas peristiwa-peristiwa pasca


kemerdekaan dalam proses pembentukan negara RIS (Republik Indonesia Serikat). Berawal
dari peristiwa proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik awal
perjuangan untuk menjadi negara yang seutuhnya. Kedatangan Belanda pada tanggal 16
September 1945 dalam rangka untuk menanamkan kekuasaannya kembali ditentang oleh
semua lapisan-lapisan masyarakat. Perlawanan-perlawananpun terjadi di berbagai daerah,
perang dan diplomasi adalah dua jalan yang terus beriringan dalam proses penyelesaian
sengketa. Propaganda sebagai alat yang mujarab digunakan oleh Belanda untuk memecah
belah negara Indonesia, usaha tersebut kemudian berhasil dengan terbentuknya negara - negara
federal (negara boneka bentukan Belanda). Diplomasi yang tidak kunjung mencapai kata
sepakat, menjadi alasan pembenaran aksi Agresi Militer I dan II. Aksi tersebut menjadi sorotan
dunia internasional yang kemudian mendesak pihak Belanda untuk mengakhiri konflik dengan
menyelenggarakan KMB pada tanggal 23 Agustus 1949 di Den Hag, Belanda. Konsensuspun
tercapai, 27 Desember 1949 Republik Indonesia Serikat Resmi dinyatakan berdiri.
Kata Kunci: Diplomasi, Agresi, Negara, Federal

58
Jurnal Candrasangkala Vol. 5, No. 2 (November 2019)

ISSN: 2477-2771
E-ISSN: 2477-8214

PENDAHULUAN
Pasal 1 konvensi Montevideo 27 METODE PENELITIAN
Desember 1933 yang membahas mengenai Metode dalam penulisan kajian ini
hak dan kewajiban Negara, memaparkan menggunakan metode sejarah (History).
bahwa Negara yang merupakan subjek Metode sejarah merupakan cara atau teknik
hukum internasional harus memiliki empat dalam merekonstruksi peristiwa masa
unsur yaitu: penduduk yang tetap, wilayah lampau, melalui empat tahapan kerja, yaitu
tertentu, pemerintah yang berdaulat dan
heuristik (pengumpulan sumber), kritik
kapasitas untuk berhubungan dengan negara sumber (eksternal/bahan dan internal/isi),
lain (Jawahir thontowi, 2006: 105). interpretasi (penafsiran), dan historiografi
Indonesia yang telah memproklamasikan (penulisan kisah sejarah) (Hamid dan
kemerdekaan pada tanggal 17 agustus 1945 Madjid, 2011: 43). Metode sejarah sebagai
telah memenuhi hampir keselurahan kriteria
perangkat asas dan aturan yang sistematik
pembentukan negara. Unsur yang masih
didesain untuk membantu secara efektif agar
diperjuangkan dan menjadi sengkata dapat mengumpulkan sumber-sumber
Indonesia dan Belanda yaitu masalah sejarah, menilainya secara kritis dan
kedaulatan negara. Kemerdekaan Indonesia menyajikan hasil-hasil yang telah
merupakan awal perjuangan rakyat untuk dicapainya dan ditampilkan dalam bentuk
mencapai kemerdekaan yang hakiki. tertulis (Daliman, 2012: 75).
Proklamasi yang telah dikumandangkan
pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan
titik awal perjuangan bangsa Indonesia HASIL DAN PEMBAHASAN
sebagai bangsa yang dipersatukan dalam
suatu negara kesatuan (nation state) dalam 1. Revolusi Sosial (Social Revolution)
menghadapi berbagai permasalah internal Perubahan sangat cepat yang
maupun eksternal. Perdebatan-perdebatan diakibatkan oleh kemerdekaan, bukan hanya
tokoh-tokoh revolusi terus terjadi namun terasa di ibukota namun juga terasa
dapat diselesaikan melalu jalur musyawarah diberbagai daerah-daerah. Sebelum
untuk mencapai konsensus bersama. Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia
Sebagai new state Indonesia dibagi menjadi dua golongan utama yaitu
dihadapkan oleh berbagai permasalahan golongan priyai dan golongan masyarakat
yang akan menjadi penyebab perubahan biasa. Golongan priyai sangat diuntungkan
besar bagi sistem ketatanegaraan Indonesia. baik itu pada zaman Belanda maupun zaman
Bentuk negara Indonesia yang baru berjalan Jepang. Kedudukan sebagai seorang
selama empat tahun harus berubah demi bangsawan mengakibatkan seseorang dapat
kepentingan nasional, perubahan inipun dengan mudah untuk menduduki jabatan-
memicu perbedaan pendapat yang panjang jabatan starategis yang ditawarkan pihak
antara beberapa pihak. Berubahnya bentuk Belanda serta dengan leluasa untuk
negara kesatuan menjadi federal ini mendapatkan akses pendidikan.
disebabkan oleh beberapa faktor baik secara Kesenjangan sosial yang telah terjadi sekian
langsung dan tidak langsung yaitu adanya lama semakin diperpara dengan kondisi
revolusi sosial yang terjadi di daerah-daerah, ekonomi Indonesia di awal kemerdekaan
kendornya hubungan pemerintah pusat dan yang tidak stabil. Disebutkan dalam buku
daerah, munculnya militer sebagai kekuatan yang dikarang oleh Jan Luiten Van Zanden
baru, serta sebagai puncaknya yaitu dan Daan Marks yang berjudul An Economic
peristiwa agresi militer Belanda I dan II History of Indonesia 1800-2010 bahwa the
yang kemudian diselesaikan melalui republican government had very limited
konfrensi meja bundar (KMB). sources of income (Luiten, 2012:136).

58
Jurnal Candrasangkala Vol. 5, No. 2 (November 2019)

ISSN: 2477-2771
E-ISSN: 2477-8214

keterbatasan sumber pendapatan yang melangsungkan pagelaran seni, konfrensi


dimiliki oleh pemerintah Indnesia dan propaganda untuk melegalkan serta
berdampak pada terjadinya defisit hingga untuk mendapatkan simpati dari priyai dan
menginjak angka Rp. 1,6 juta pada tahun Amerika. Adrian Vickers mengemukakan
1948 dan pada tahun 1949 mencapai angka bahwa The Dutch played up to this by using
Rp. 1,5 juta. touring art exhibitions and other
propaganda to argue that it was natural for
Kondisi ekonomi serta perlakuan
the Netherlands to keep Indonesia as a
khusus yang didapatkan oleh kaum priyai ini
Federation under the Dutch Queen
menyebabkan terjadinya kesenjangan sosial
(Vickers, 2005:111).
yang sangat parah. Kondisi tersebut
kemudian menjadi pemantik terjadinya Keberhasilan Belanda untuk
peristiwa revolusi sosial pada beberapa membujuk kaum priyai ditandai dengan
daerah yang ada di Indonesia. Di Aceh, terselenggaranya konfrensi di Kota Malino,
permusuhan sengit anatar para pimpinan Sulawesi Selatan pada tanggal 15 Juli - 25
agama (ulama) dan para bangsawan birokrat Juli 1946 yang menghasilkan kesepakatan
(uleëbalang) mengakibatkan timbulnya rencana pembentukan Negara Indonesia
suatu perubahan yang permanen di tingkat Timur. Bila menganalisis alur dari peristiwa
elit (M.C. Ricklefs, 2007: 443). Akibat yang terjadi, revolusi sosial yang begitu
peristiwa ini uleëbalang menghendaki pihak cepat merupakan penyebab mengapa
Belanda dapat kembali menduduki wilayah Belanda mengambil kesempatan untuk
Indonesia agar mereka dapat perlindungan kembali memecah belah Indonesia dengan
dari Belanda serta mendapatkan harapan bahwa membentuk negara-negara
kedudukannya kembali dalam boneka menjadi kunci sukses untuk merebut
pemerintiahan Hindia-Belanda. Tidak hanya kekuasaan dari pemerintah.
di Aceh, di Sumatera Timur atau yang kita 2. Kendornya Hubungan Pemerintah
kenal sekarang sebagai Sumatera Utara, Pusat dan Pemerintah Daerah.
kelompok-kelompok bersenjata yang
sebagian besar terdiri atas orang-orang Hubungan antara pemerintah pusat
Batak dan dipimpin oleh kaum kiri, dan pemerintah daerah pada masa awal
menyerang raja-raja Batak Simalungun dan kemerdekaan tahun 1945 tidak berjalan
Batak Karo pada bulan Maret 1946 (M.C. baik. Masalah-masalah yang terjadi di
Ricklefs, 2007: 444). Peristiwa revolusi daerah hanya diatasi oleh pemerintah
sosial bukan hanya terjadi di pulau setempat. Pemerintah daerah diberikan
Sumatera, di Pulau Jawa, peristiwa tiga kelekuasaan untuk menerapkan kebijakan-
daerah yaitu Berebes, Pemalang dan Tegal kebijakan yang dinggap sesuai dengan
juga melakukan revolusi sosial sebagai kebutuhan daerah setempat. Namun, akibat
luapan emosi kekesalan akibat ketertindasan dari langkah tersebut pemerintah tidak bisa
pada masa pendudukan Jepang. mengontrol kebijakan-kebijakan daerah,
terlebih pada awal kemerdekaan, sarana
Peristiwa-peristiwa revolusi sosial ini transportasi dan komunikasi masih sangat
kemudian dimanfaatkan oleh pihak Belanda terbatas ditambah permasalahan -
untuk menanamkan kekuasaannya kembali permasalahan rumit lainnya yang harus
melalui para priyai atau kaum bangsawan dihadapi oleh pemerintah pusat.
yang posisinya tergerser dan membutuhkan
perlindungan sebagai salah satu dampak Kerenggangan hubungan yang terjadi
berdirinya negara Indonesia sebagai suatu bukan hanya disebabkan oleh banyaknya
negara kesatuan. Dengan dalih kewajiban masalah yang sedang dihadapi pemerintah
Belanda sebagai negara yang perna pusat. Keputusan penyatuan Sumatera
menduduki Indonesia, Belanda kemudian dalam satu provinsi menjadi masalah

59
Jurnal Candrasangkala Vol. 5, No. 2 (November 2019)

ISSN: 2477-2771
E-ISSN: 2477-8214

tersendiri. Penetapan Sumatera menjadi satu membentuk negara boneka. Steven dalam
provinsi dalam sidang PPKI pada bulan buku The History of Indoensia juga
Agustus 1945 ditentang oleh Hatta, Hatta memeperjelas mengenai hal ini. That events
kemudian mengusulkan agar dibentuk tiga should have taken this turn is somewhat
provinsi di pulau ini, karena menurut surprising, given the dire circumstances
pendapatnya Pulau Sumatera terlalu luas confronting the fledgling republic. An often-
dan terlalu beragam bagi suatu pemerintah violent social revolution threatened a
untuk menjalankan kontrol yang efektif collapse of the tenuous governmental
(Kahin, 2005: 192). Ketidak efektifan ini structure (Darakeley, 2005:84). Revolusi
kemudian dirasakan pada tahun-tahun awal sosial yang terjadi di daerah menambah
kemerdekaan, keresidenan-keresidenan kerenggangan hubungan pemerintah pusat
yang telah dibentuk memonopoli hampir dan daerah. Kerengangan inilah yang
semua kekuasaan dan wewenang kemudian menjadi salah satu faktor
pemerintah, serta mengabaikan kewibawaan terbentuknya negara-negara boneka sebagai
Provinsi Sumatera yang merupakan cikal bakal negara-negara federal.
representatif dari pemerintah pusat. 3. Militer Sebagai Kekuatan Politik Baru
Pemerintah pusat yang dihadapkan Diawal kemerdekaan Militer bukan
oleh banyak permasalahan tidak mampu hanya sebagai alat untuk mempertahankan
menjaga hubungan dengan pemerintah negara, tetapi dengan langkah perlahan
daerah, bahkan peristiwa revolusi sosial mulai menyentuh sendi-sedi perpolitikan
yang ada di berbagai daerah tidak mampu tanah air. Namun, kekuatan politik di dalam
dibendung. Keadaan tersebut semakin tubuh militer sifatnya tercerah-berai, ada
memburuk diakibatkan adanya perpecahan dua kelompok utama dalam tubuh militer,
antara tokoh-tokoh elite revolusi terkait kelompok pertama merupakan prajurit
jalan diplomasi yang diambil oleh bekas PETA dan HEIHO serta laskar-laskar
pemerintah serta munculnya militer sebagai yang tidak pernah mendapatkan pelatihan
kekuatan politik baru yang menambah militer dimasa pra Jepang, kelompok ini
pekerjaan rumah pemerintah pusat. direpresentatifkan oleh Jendral Soedirman
Kerenggangan yang terjadi diamabil sebagai yang dipilih sebaga panglima besarnya pada
momentum Belanda untuk mendirikan bulan November 1945. kelompok lainnya
negara-negara boneka. adalah bekas serdadu Belanda yang
Kerenggangan hubungan yang menganggap kejatuhan Belanda oleh Jepang
dialamai oleh pemerintah ini telah banyak pada tahun 1942 membemaskan mereka dari
diamati oleh para peneliti. Yong Mun sumpahnya kepada Ratu Belanda, tokoh
Cheong dalam buku The Emergence of The sentral dalam kelompok ini adalah A.H.
National Economy; An Economic History of Nasution dan T.B. Simatupang (Ricklefs,
Indonesia 1800-2000 menjelaskan bahwa 2007: 446-447)
During the Revolution, political links with Pemebentukan dan peleburan para
Java had also become tenuous. And when pejuang Indonesia kedalam TKR pada
the Dutch re-established control over the awalnya bertujuan untuk memperbaiki garis
Outer Islands, they encouraged a kind of komando dan memperjalas tugas dan
puppet federalism that promised a degree of tanggung jawab sebagai tentara republik
local autonomy with a democratic façade Indonesia. Peleburan ini menemui beberapa
(Dick, Dkk, 2002: 30). Pernyataan diatas kesulitan-kesulitan disebabkan adanya
menggambarkan hubungan yang renggan
perbedaan pola pikir antara beberapa
antar pemerintah pusat dan daerah
pejuang yang akan di lebur. Pejuang bekas
menyebabkan Belanda dapat dengan mudah tentara HEIHO, Peta dan laskar-laskar tidak
melalui propaganda-propagandanya untuk

60
Jurnal Candrasangkala Vol. 5, No. 2 (November 2019)

ISSN: 2477-2771
E-ISSN: 2477-8214

menghendaki adanya tentara bekas KNIL Perlawanan-perlawanan yang terjadi


yang dianggap telah berhianat kepada kemudian meredam setelah pemerintah
bangsa. Protes semakin keras terjadi ketika memutuskan jalan diplomasi untuk
diangkatnya R.A.H. Nasution sebagai menyelesaikan sengketa dengan pihak
Panglima Divisi Siliwangi di Jawa Barat, Belanda. Mengatasi ketegangan yang terjadi
protes ini bukan hanya terdengar dari pemerintah melaksanakan perundingan,
golongan prajurit namun juga dilakukan pihak Indonesia diwakili oleh Sutan Syahrir
oleh elite-elite revolusi yang menghendaki dan pihak Belanda diwakili oleh Prof.
Jendral Sudirman sebagai panglima perang. Schermerhon. Pada tanggal 15 November
1946 perundingan ini melahirkan perjanjian
Setelah diangkatnya Nasution, dengan
Linggarjati yang resmi ditandatangani oleh
pengalaman yang telah didapatkannya
kedua belah pihak pada tanggal 25 Maret
sebagai prajurit profesional yang terlatih,
diharapkan mampu mengkoordinir prajurit. 1947. Colin Brown (2003: 165) menjelaskan
bahwa “This agreement provided that by 1
Namun, dalam prakteknya banyak tentara di
January 1949 Indonesia would become
daerah-daerah masih tidak mengharapkan
independent as a federation joining the
Nasution, sehingga garis koordinasi yang
seharusnya terbangun tidak terealisasi, Republic (on Java and Sumatera) and two
still-to-becreated states of Borneo and the
komunikasi yang kurang tersebut yang
Great East (Sulawesi, Nusa Tenggara,
dikemudian haris menciptakan gejolak
Maluku and West New Guinea)”
pemberontakan yang dilakukan oleh laskar-
laskar di daerah. Garis komando dan Hasil perundingan Linggarjati
pepercahan militer ini menyebabkan walaupun menuai pro dan kontra dikalangan
kekuatan TKR sebagai baris pertahanan elit tokoh revolusi, bila ditinjau secara
utama negara sangat mudah dikalahkan oleh holistik perjanjian tersebut menguntungkan
pihak Belanda. Diawal kembalinya Belanda kedua belah pihak. Indonesia mendapatkan
ke Indonesia, Belanda lebih banyak pengakuan secara de facto walaupun masih
memfokuskan kegiatan-kegiatan baik dalam lingkup Jawa, Sumatera dan Madura
militer maupun usahanya untuk membentuk dan disisi lain dengan terselenggarannya
negara federal diluar Jawa disebabkan oleh perjanjian Linggarjati, memuluskan langkah
kurangnya kekuatan militer didaerah-daerah pemerintah kolonial untuk membentuk
tersebut serta garis komando yang kurang negara federal sesuai dengan yang telah
terkoordinasi. lama dicita-citakan. Prof. Dr. Slamet
muljana dalam bukunya Nasionalisme
4. Agresi Militer
Sebagai Modal Perjuangan Bangsa
Kekalahan Jepang terhadap sekutu Indonesia, menyebutkan bahwa tiga minggu
menandai berakhirnya pendudukan terhadap setelah penandatanganan perjanjian
Indonesia. Berdasarkan persetujuan linggarjati Belanda melaksanakan konfrensi
Postdam, isi Civil Affairs Agreement Denpasar (Muljana, 1969: 211). Konfrensi
diperluas, sekutu bertanggung jawab untuk ini dilaksanakan guna menindaklanjuti
mengawasi Indonesia dan seluruh area yang usaha pembentukan negara-negara federal
masuk dalam South West Pasific Areas sesuai dengan hasil konfrensi malino dan isi
Command. Pada tanggal 16 September 1945 perjanjian linggarjati.
sekutu mendarat di pelabuhan tanjung perak
Pengakuan secara de facto yang
surabaya. Kedatangan NICA di Indonesia
diterima tidak menjadikan sikap kontra dan
ditanggapi oleh masyarakat dengan sangat
kecurigaan-kecurigaan terhadap Belanda
hati-hati. NICA yang memboncengi
mereda. Sehari setelah perjanjian ini
Belanda kemudian mendapatkan ancaman-
disahkan yakni pada tanggal 16 november
ancaman perlawanan dari rakyat Indonesia.
1946, Belanda melakukan pendudukan di

61
Jurnal Candrasangkala Vol. 5, No. 2 (November 2019)

ISSN: 2477-2771
E-ISSN: 2477-8214

Bogor yang menyebabkan rusaknya perekonomian negeri Belanda pasca perang


kepercayaan rakyat Indonesia terhadap dunia tidak stabil. Ketidak stabilan ekonomi
perjanjian tersebut. Walaupun Mr. disebabkan oleh jatunya Belanda ketangan
Mohamad Roem berhasil memulihkan jerman, dan setelah Belanda mendapatkan
pemerintahan sipil di Bogor dengan bantuan kebebasannya, negara tersebut membangun
Lord Killearn dan delegasi Belanda negerinya dengan bantuan pihak Amerika
kepercayaan rakyat yang telah rusak tidak Serikat. Untuk menyudahi ketergantungan
bisa dikembalikan secara utuh (Tobing, terhadap negara lain, pihak Belanda harus
1986: 1). Selain dari rakyat Indonesia mendapatkan pemasukan yang slama ini
penolakan dan ketidak percayaan terhadap bersumber dari hasil perdangangan di
perjanjian Linggarjati juga terjadi negara Indonesia.
dikalangan tokoh elite revolusi Indonesia. Pemerintah Indonesia yang dipimpin
Amir Syarifuddin adalah salah satu oleh Amir Syarifuddin yang merupakan
pihak yang tidak menyetujui hasil dari tokoh sayap kiri, tidak mencapai
perjanjian linggarjati walaupun berada kesepakatan dalam perundingan dengan
dalam satu partai bersama Sutan Syahrir pihak Belanda. Tidak berhasilnya
yaitu partai sosialis. Ketidak senangan ini perundingan tersebut menjadi alasan Dr.
terbukti dengan penjatuhan kabinet yang Louis Beel dalam pidatonya pada tanggal 21
dipimpin oleh Sutan Syahrir oleh partainya Juli 1947 memberikan kekuasaan penuh
sendiri. Presiden Soekarno menunjuk Amir Van Mook untuk melakukan aksi militer
Sjarifuddin, A.K. Gani, dan Setiadjid untuk karena menganggap pihak Indonesia
membentuk Kabinet Nasional. Setelah melanggar isi dari perjanjian Linggarjati.
Sjahrir turun dari jabatan Perdana Menteri, Sehari sebelum pidato tersebut, bila
ia kemudian diangkat sebagai penasehat dianalisis secara mendalam pihak Belanda
presiden (Tcokropranolo, 1992: 91). Setelah telah mempersiapkan aksi agresi militer, hal
memegang jabatan kabinet Amir tersebut ditandai dengan pemutusan
Syarifuddin mengadakan pertemuan hubungan telepon antara Jakarta dan
bersama Jendral Van Mook pada tanggal 14 Yogyakarta sejak tanggal 20 Juli 1947
hingga 15 juli 1947. Dalam pertemuan ini (Tcokropranolo, 1992: 93).
pihak Belanda menghendaki penghentian Setelah diberikannya kekuasaan
propaganda anti Belanda, penjagaan pos penuh, Van Mook melakukan agresi militer
perbatasan oleh Gendarmerie yaitu polisi I yang berlangsung pada tanggal 21 Juli
campuran Belanda-Indonesia, serta sampai 5 Agustus 1947. Dunia internasional
mundurnya tentara Indonesia sejauh 10 mengenal peristiwa ini sebagai aksi
kilometer dari perbatasan yang harus polisional (police action) akibat propaganda
terselenggara pada tanggal 20 juli 1947. Belanda, dalam pengakuannya, aksi tersebut
Bila ditelaah secara mendalam bertujuan untuk mengamankan Indonesia.
langkah Belanda untuk mengambil jalan Namun, tujuan aksi ini yang sebenarnya
diplomasi merupakan bentuk keterdesakan adalah untuk menduduki wilayah Jawa
oleh pihak sekutu. Garis politik di Negeri Barat, perluasan daerah-daerah yang telah
Belanda tidak pernah membenarkan didukinya di sekitar kota besar di Jawa
dilakukannya segala bentuk perundingan seperti semarang dan surabaya, serta
dengan pihak Indonesia (Sastrosastomo, pendudukan daerah-daerah perkebunan dan
1987: 171). Kelamahan pondasi penghasil minyak seperti Deli, Palembang
perundingan dari pihak Belanda ini yang dan sekitarnya (Gde Agung, 1985: 45).
kemudian menyebabkan Belanda
Aksi plisional yang dilakukan oleh
melakukan agresi militer I. selain alasan pihak Balanda terhadap Indonesia membuat
yang telah disebutkan kondisi

62
Jurnal Candrasangkala Vol. 5, No. 2 (November 2019)

ISSN: 2477-2771
E-ISSN: 2477-8214

geram dunia internasional. Amerika serikat of eventual independence” (Brown, 2003,


bersama Australia, India, Inggris dan Uni 196).
Soviet dalam PBB mengarahkan Belanda Segera setelah disepakatinya
untuk menghentikan aksi tersebut. Tekanan- perjanjian renvile, Belanda kembali
tekanan yang diberikan oleh pihak sekutu menggencarkan pembentukan negara-
yang notabene merupakan negara negara federal dibawah kekuasaannya.
penyokong pembangunan ekonomi di Negara-negara federal yang dibentuk
Belanda yang hancur akibat perang antaralain pada bulan Desember 1947
menyebabkan pihak Belanda menerima dibentuk Negara Sumatera Timur, pada
imbauan PBB untuk melakukan gencatan bulan Februari 1948 berdiri Negara Madura
senjata (Cease Fire). Segera setelah dan di Jawa Barat yang disebut Negara
dilakukannya gencatan senjata, Sutan Pasundan, pada bulan september berdiri
Syahrir diundang untuk berbicara di depan Negera Sumatera Selatan dan pada bulan
PBB sebagai wakil rakyat Indonesia, PBB November 1948 dibentuk Negara Jawa
tidak mengambil perwakilan dari daerah- Timur, peristiwa tersebut terus berlangsung
daerah yang dikuasi oleh Belanda dengan hingga terbentuk 15 negara federal. Selain
pertimbangan daerah tersebut tidak netral membentuk negara federal, sesuai
sebagai wujud representatif rakyat yang kesepakatan dalam perjanjian Renville
bebas dan netral. Dalam pidatonyo Syahrir tentara Indonesia harus meninggalkan
memuji keputusan PBB untuk mengakhiri wilayah-wilayah yang masuk dalam
permusuhan antara pihak Belanda dan kekuasaan Belanda sesuai dengan garis
Indonesia, syahrir juga menyampaikan demakrasi Van Mook yang telah disepakati
kesiapan RI untuk menerima abitrasi yang dalam perjanjian Renville.
tidak memihak dan netral (Tcokropranolo,
1992: 96). Berakhirnya agresi militer Belanda I
dan disetujuinya perjanjian Renville
Pada bulan Oktober dibentuk komisi mengubah arah perpolitikan Indonesia.
jasa-jasa baik PBB yang beranggotakan Golongan kiri yang selama awal
wakil-wakil Amerika, Australia dan Belgia kemerdekaan ditempatkan dalam struktur
untuk membantu perundingan- perundingan pemerintahan mulai tersingkir.
Belanda-Republik untuk mencapai gencatan Tersingkirnya golongan kiri merupakan
senjata yang baru. Pihak Belanda telah cikal bakal terjadinya pemberontakan PKI
melanjutkan operasi-operasi pembersihan pada tanggal 18 september 1948 ditengah
dibelakang garis terdepan mereka, dimana konflik yang masih terjadi antara pihak
banyak pejuang Republik tinggal (M.C. Belanda dan Republik. Usaha pemerintah
Ricklefs, 2007: 454). Komisi jasa-jasa baik dalam mengatasi pemberontakan tersebut
atau yang lebih dikenal dengan komisi tiga menarik simpati pihak Amerika yang tengah
negara kemudian memfasilitasi diadakannya berseterudalam perang dingin (ideologi)
perundingan. Colin Brown dalam bukunya dengan Uni Soviet. Keseriusan Indonesia
The Short History of Indonesia menjelaskan dalam memberantas pemberontakan yang
bahwa: dilakukan PKI menjadi penyebab mengapa
“Under GOC auspices, negotiations Amerika memberikan sokongan kepada
between the two sides took place in January pihak Indonesia dalam rapat-rapat PBB
1948 and produced the Renville Agreement, yang diselenggarakan guna menyelesaikan
named for the American ship on which the masalah sengketa antara Indonesia-Belanda.
negotiations had taken place. Under the
Perjanjian Renville mengurangi
agreement, the Republic conceded to the
wilayah kekuasaan Indonesia yang telah
Dutch the territories that it had lost in the diakui secara de facto sangat merugikan
attack, in return for another Dutch promise

63
Jurnal Candrasangkala Vol. 5, No. 2 (November 2019)

ISSN: 2477-2771
E-ISSN: 2477-8214

pihak Indonesia. Wilayah-wilayah kepada Soeharto yang menjabat sebagai


penghasil kebutuhan pokok telah dikuasai Komandan Wehrkreise III/Brigade X untuk
oleh pihak Belanda menyebabkan melaksanakan serangan besar-besaran di Ibu
perekonomian Indonesia memburuk terlebih Kota Republik Indonesia antara tanggal 25
ketika Belanda melakukan blokade-blokade Februari-1 Maret 1949 (Pour, 2012: 91).
ekonomi. Pemblokadean ekonomi Salah satu penyebab dilancarkannya
merupakan salah satu taktik pihak Belanda serangan umum disebabkan oleh tidak
untuk melemahkan Indonesia. Perjanjian dihiraukannya resolusi PBB yang keluar
Renville nyatanya tidak menyelesaikan pada tanggal 28 Januari 1949 yang
permasalahan sengketa antara Indonesia, menyatakan sebelum tanggal 1 Januari 1950
perundinggan-perundingan yang terjadi Indonesia harus mendapatkan kedaulatan
pasca perjanjian renville terus dilakukakan, penuh. Baru pada tanggal 7 Mei 1949
pihak Indonesia diwakili oleh Drs. Moh. dengan tekanan dari dunia internasional
Hatta yang juga merupakan pimpinan pihak Belanda yang diwakili oleh Van
kabinet setelah mangkatnya Amir Roijen bersedia untuk mengadakan
Syarifuddin sedangkan pihak Belanda perundingan yang dilaksanakan di Hotel des
diwakili oleh D. U. Stikker. Dalam proses indes bersama pihak Indonesia yang
perjalanan perundingan-perundingan yang diwakili Moh. Roem. Hasil perundingan
dilakukan menemui titik buntu yang tersebut dikenal dengan perjanjian Roem-
kemudian menjadi alasan mengapa Belanda Roijen yang intinya mengenai penyelesaian
melakukan Agresi militer Belanda II pada sengketa Belanda-Indonesia akan dibahas
tanggal 19 September 1948. dalam Konfrensi Meja Bundar.
Sebagaimana diketahui bahwa 5. Konfrensi BFO-RI Hingga KMB
Pemerintah Belanda sebenarnya tidak rela
begitu saja untuk melepaskan wilayah Keberadaan Negara Federal di
jajahannya di nusantara melalui peristiwa Indonesia telah lama diakui oleh pihak
Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia Belanda terlebih negara-negara tersebut
tanggal 17 Agustus 1945. Maka dari itu terbentuk akibat inisiatif dari Belanda.
Belanda mencoba menempuh berbagai cara Puncak pembentukan negara-negara federal
agar dapat kembali menguasai tanah air, terjadi pada tahun 1948, pihak Belanda
baik melalui meja perundingan maupun secara sepihak mendeklarasikan berdirinya
dengan aksi militernya yang pertama pada negara federal hingga terbentuknya 15
20 Juli 1947 yang akhirnya dihentikan atas negara federal. Untuk memudahkan
dasar Persetujuan Renville (U. Runalan, koordinasi antara negara-negara bentukan
2013: 74) tersebut, maka disusunlah pertemuan untuk
membentu Bijeenkomst voor Federaal
Agresi militer Belanda yang dilakukan
Overleg (BFO) pada 15 Juli 1948. Hasil
ke ibukota Yogyakarta berhasil menahan pertemuan ini memutuskan pengangkatan
Sukarno, Hatta, Syahrir dan H Agus Salim pengangkatan Tengkoe Bahriun (Negara
yang kemudian diasingkan ke Prapat dan Sumatra Timur) sebagai ketua, Mohammad
Bangka. Untuk memprtahankan pemerintah Hanafiah (Banjar) dan Sultan Hamid II
RI maka dibentuklah Pemerintahan Darurat (Kalimantan Barat) masing sebagai wakil I
Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera dan wakil II, Serta Mr. A.J. Vleer sebagai
Barat dan dipimpin oleh Sjafruddin sekretaris (Leirissa, 2006: 121). Dalam
Prawiranegara (Putro, 2018: 37). Pada perkembangannya BFO kemudian
tanggal 1 maret 1949 sebagai aksi balasan
dilibatkan dalam perundingan-perundingan
pihak militer mengadakan serangan umum
antara Indonesia - Belanda. Pada tanggal 22
ke wilayah ibu kota. Kolonel Bambang Juni 1949 telah terjadi kesepakatan (meeting
Sugeng melalui surat rahasia yang ditujukan

64
Jurnal Candrasangkala Vol. 5, No. 2 (November 2019)

ISSN: 2477-2771
E-ISSN: 2477-8214

of minds) mengenai konfrensi meja bundar golongan yang menginginkan bentuk negara
yang dijabarkan dalam sebuah serikat (Giebels, 2001: 437).
memorandum (Insaniwati, 2002: 152) Setelah terselengaranya pertemuan
Setelah dikeluarkannya resolusi oleh intern Indonesia, pihak Indonesia, BFO dan
PBB untuk memberikan kedaulatan kepada Belanda menghadiri konfrensi meja bundar
pihak Indonesia dan kesepakatan yang diadakan di Den Hag, Belanda pada
memorandum antara pihak BFO, Indonesia tanggal 23 Agustus 1949. Pihak Indonesia
dan Belanda, BFO yang sebelumnya telah diwakili oleh panitia pusat yakni Drs. Moh.
mengalami perubahan arah politik dengan Hatta, dan beranggotakan Prof. Dr. Supomo,
terpilihnya Anak Agung Gde Agung sebagai Mr, M. Roem, Ir. Juanda, dr. Sukiman, Mr
perdana mentri Negara Indonesia Timur Suryono Hadinoto, Dr. Sumitro
(NIT) menindak lanjuti rencana pertemuan Joyohadikusumo, dr. J. Leimena, Mr. Ali
yang akan dilaksanakan dalam KMB (Potro, Sastroamijoyo dan Kolonel Simatupang,
2018: 38). Gede Agung menghendaki mereka dibantu oleh 40 pnasihat ajli
berakhirnya pertikaian antara sesama rakyat diberbagai bidang (Hutagalung, 2010:
Indonesia, tujuan tersebut yang kemudian 5013). Dalam konfrensi meja bundar, pihak
menjadi landasan pelaksanaan konfrensi Belanda atas desakan anggota-anggota PBB,
inter Indonesia untuk mencapai konsensus RI dan BFO menyepakati pengakuan secara
nasional yang dilaksanakan pada tanggal 20 de jure dan de facto terhadap Indonesia dan
- 22 Juli 1949 di Yogyakarta yang kemudian pada tanggal 27 Desember 1949 sebagai
dilanjutkan pada tanggal 30 Juli sampai 02 bentuk realisasi kesepakatan dalam KMB
Agustus 1949 di Jakarta. Hal serupa juga maka pihak Belanda memberikan
dikemukakan oleh Drs. Moh. Hatta dalam kedaulatan secara penuh kepada Indonesia
buku Mohammad Hatta: Indonesian Patriot dalam bentuk republik Indonesia serikat
Memoirs bahwa “The main topic of (RIS).
discussion was the join approach wee would Pemberian kedaulatan dilakukan di
take when the Round Table Conference was dua tempat yang berbeda yakni pada tanggal
held at The Huge…. An agreement was 27 Desember 1949 Perdana menteri Hatta
reached and it would seem that this made the menerima penyerahaan kedaulatan dari
Dutch government feel rather hemmed in” perdana menteri Willen Dress di Den hag
(Hatta, 1981: 303). yang dalam penandatangan naskah
Pertemuan-pertemuan yang penyerahaan kedaulatan dilakukan juga oleh
dilaksanakan pihak Indonesia diwakili oleh Ratu Juliana dan menteri seberang lautan
Drs. Moh. Hatta sedangkan pihak BFO A.M.J.A. Seresen, tepat di tanggal yang
diwakili oleh Sultan Hamid II. Pertemuan sama berlokasi di Jakarta, Hamengku
ini mengahsilkan konsensus antara kedua Buwono IX menerima kedaulatan dari
belah pihak mengenai lambang negara, Wakil Tinggi Mahkota kerjaan Belanda
bendera negara, lagu nasional, landasan A.H,J. Lovink (Wiharyanto, 2011: 70-71).
konstitusional, lembaga-lembaga negara Tepat pada tanggal 27 Desember 1949 di
dan pembentukan APRIS serta aturan- Indonesia dan Negeri Belanda terjadi
aturan mengenai hak dan kewajiban negara- upacara penandatanganan naskah
negara bagian. Konsensus antara kedua “penyerahan” kedaulatan dari Pemerintah
belah pihak ini yang nantinya membuat Belanda kepada RIS. Istilah penyerahan
Belanda terjepit khususnya dalam perlu diberi tanda kutip karena sebenarnya
perundingan babak akhir Konfrensi Meja Belanda tidak perlu menyerahkan
Bundar karena menyadari bahwa mereka kedaulatan kepada Republik Indonesia
bukan hanya berhadapan dengan pihak karena negara ini telah memiliki
republik melainkan juga berhadapan dengan kedaulatannya secara de jure pada tanggal

65
Jurnal Candrasangkala Vol. 5, No. 2 (November 2019)

ISSN: 2477-2771
E-ISSN: 2477-8214

17 Agustus 1945. “Penyerahan” kedaulatan Nagara-negara federal itu sendiri


berarti secara formal pemerintah Belanda mulai dibentuk oleh Belanda secara sepihak
telah mengakui kedaulatan Indonesia melalui propaganda - propagandanya.
(Zulkarnain, 2009). Dengan demikian, Setelah lahirnya perjanjian Linggarjati dan
perang kemerdekaan yang berlangsung pada saat disepakatinya perjanjian renvile,
sejak tahun 1945 telah berakhir berkat Belanda semakin gencar untuk membuat
perjuangan militer serta diplomasi yang negara- negara baru hingga keseluruhan
terus-menerus dilakukan oleh bangsa negara yang terbentuk berjumlah 15 negara.
Indonesia. Negara-negara tersebutlah yang kemudian
menjadi cikal bakal negara federal yang
Setelah pengakuan kedaulatan 1949
diakui sebagai negara bagian Republik
suasana berangsur-angsur pulih, masalah
Indonesia Serikat.
pelik dibidang keamanan dan ketertiban
sudah dapat diatasi oleh pemerintah
Indonesia (Chaniago, Dkk, 1987: 18).
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesi Serikat yang berdiri
sesuai keputusan yang termaktub dalam Agung, Ida Anak Agung Gede. 1985. Dari
KMB memutuskan bahwa RIS terdiri dari Negara Indonesia Timur ke Republik
16 negara bagian atau negara negara federal Indonesia Serikat. Yogyakarta:
yaitu: Negara Pasundan, Republik Gadjah Mada Univesitas Press.
Indonesia, Negara Jawa Timur, Negara Brown, Collin. 2003. The Short History of
Indonesia Timur, Negara Madura, Negara Indonesia. Australia: Allen & Unwin.
Sumatera Selatan, Negara Sumatera Timur,
Negara Riau Negara Jawa Tengah, Negara Chaniago, J.R, Dkk. 1987. Ditugaskan
Dayak Besar, Negara Bangka, Negara Sejarah: Perjuangan Merdeka 1945-
Belitung, Negara Kalimantan Timur, 1985. Jakarta: PT. Masa Merdeka.
Negara Kalimantan Barat Negara Cribb, Robert, Audrey Kahin. 2004.
Kalimantan Tenggara, Negara Banjar dan Historical Dictionaries of Indonesia
Negara Dayak Besar. Dalam perjalanannya Second Edition: Historical
negara-negara tersebut memutuskan Dictionaries of Asia, Oceania and The
kembali menjadi bentuk kesatuan pada Middle East. Amerika: Scarecrow
tanggal 17 Agustus 1950. Press.
Daliman A. 2012. Metode Penelitian Sejarah.
KESIMPULAN Yogyakarta: Ombak.

Negara Republik Indonesia Serikat Darkeley, Steven. 2005. The History of


resmi terbentuk pada tanggal 27 Desember Indonesia: The Greenwood History of
1949 bertepatan dengan penyerahan Indoneisia. London: Grenwood Press.
kedaulatan oleh pihak Belanda kepada Dick, Howard, Dkk. 2002. The Emergence
pemerintah Republik Indonesia Serikat. Bila of A National Economy: An Economic
ditinjau dari sudut pandang perjalanan History of Indonesia 1800-2000.
historis, terdapat beberapa peristiwa yang Australia: Allen & Unwin.
menjadi penyebab langsung dan tidak
Giebels, Lambert. 2001. Soekarno: Biografi
langsung yaitu terjadinya revolusi sosial,
1901-1950. Jakarta: PT. Grasindo.
hubungan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah yang kendor, munculnya militer Hamid, Abd Rahman dan Madjid,
sebagai kekuatan politik baru dan terjadinya Muhammad Saleh. 2011. Pengantar
agresi militer I dan II. Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Ombak

66
Jurnal Candrasangkala Vol. 5, No. 2 (November 2019)

ISSN: 2477-2771
E-ISSN: 2477-8214

Hutagalung, Batara R. 2010. Serangan Tobing, K.M.L. 1986. Perjuangan Politik


Umum 1 Maret 1949: Dalam Bangsa Indonesia Linggarjati.
Kaledoskop Sejarah Perjuangan Jakarta: Gunung Agung.
Mempertahankan Kemerdekaan U. Runalan. 2013. Perundingan Roem-
Indonesia. Yogyakarta: LKiS Roijen alam Perjuangan
Yogyakarta. Mempertahankan Kemerdekaan
Insaniwati, Nur Iin. 2002. Mohammad Republik Indonesia Tahun 1949.
Roem: Karir Politik dan Jurnal Artefak, Vol. 1, No.1 Januari.
Perjuangannya, 1924-1968. Vickers, Adrian. 2005. A History of Modern
Yogyakarta: Indonesiatera. Indonesia. New York: Cambridge
Hatta, Mohammad. 1981. Mohammad University Press.
Hatta, Indonesian Patriot: Memoirs. Wiharyanto, Kardiyat A. 2011. Sejarah
Jakarta: Gunung Agung. Indonesia: Dari Proklamasi Sampai
Julius Pour. 2012. Sepanjang Hayat Pemilu 2009. Yogyakarta: Penerbit
Bersama Rakyat 100 Tahun Sultan Universitas Sanata Darma.
Hamengku Buwono IX. Jakarta: Zanden, Jan Luitren Van, Daan Marks.
Kompas. 2012. An Economic History of
Kahin, Audrey. 2005. Dari Pemberontakan Indonesia. Amerika: Routledge.
ke Integrasi: Sumatra Barat dan
Zulkarnain. 2009. Ketatanegaraan Indonesia
Politik Indonesia 1926-1998. Jakarta: Pascakemerdekaan. Jurnal Istoria
Yayasan Obor. Vol. 7 No. 1. 09, Staff.uny.ac.id.
Leirissa, R. Z. 1985. Terwujudnya Suatu
Gagasan: Sejarah Masyarakat
Indonesia 1900 - 1950. Jakarta:
Akademika Pressindo.
M.C. Ricklefs. 2007. Sejarah Indonesia
Modern 1200-2004. Jakatrta: Serambi
Ilmu Semesta.
M. Muljana, Slamet. 1969. Nasionalisme
sebagai Modal Perjuangan
Indoneisia. Flores: Nusa Indah.
Philips, A Douglas. 2005. Modern World
Nation: Indonesia. Amerika: Chelsea
House Publishers.
Sastrosastomo, Soebadio. 1987. Perang
Revolusi. Jakarta: Pustaka Sinar
harapan.
Thontowi, Jawatir. 2006. Hukum
Internasional Kontemporer. Bandung:
Refika Aditama.
Tjokropranolo. 1992. Panglima Besar TNI
Jenderal Soedirman, Pemimpin
Pendobrak Terakhir Penjajahan di
Indonesia. Jakarta: Surya Persindo.

67

Anda mungkin juga menyukai