Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah keperawatan Medikal Bedah II
(APENDIKSITIS)
Dosen Pembimbing : Rd. Siti Jundiah S.Kp.,Ners.,M.Kep

DISUSUN OLEH:
SINTA FAUJIAH ASTUTI (191FK03113)
TINGKAT 2C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
DESEMBER, 2020
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Apendiksitis


Sub pokok bahasan : Cara Mencegah Apendiksitis
Sasaran : Remaja Putri warga cipeles RT 02 RW 02
Tanggal Pelaksanaan : 29 Desember 2020
Waktu : 15 menit
Pukul : 10.00 WIB
Tempat : Rumah RW 02 Dusun Cipeles Kec tanjungsari Kab Sumedang
Pemateri : Sinta Faujiah Astuti

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit para remaja putri mampu
memahami tentang cara Mencegah Apendiksitis

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti penyuluhan selama 15 menit para remaja putri mampu :
1. Menjelaskan Pengertian Apendiksitis dengan benar
2. Menjelaskan Penyebab terjadinya apendisitis dengan benar
3. Menyebutkan Tanda dan Gejala Apendisitis dengan benar
4. Menyebutkan pengobatan apendisitis dengan benar
5. Menyebutkan Pencegahan apendisitis dengan benar

C. MATERI PENGAJARAN
1. Pengertian Apendisitis
2. Penyebab Apendisitis
3. Tanda dan gejala Apendisitis
4. Pengobatan
5. Pencegahan Apendisitis

D. MEDIA PENYULUHAN
1. PPT/Materi
2. Laptop
E. METODE PENGAJARAN
1. Ceramah

F. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


NO Tahap WAKTU KEGIATAN KEGIATAN
PENYULUHAN PESERTA
1 pembukaan 3 Menit 1. Menyampaikan a. membalas salam
salam
b. mendengarkan dengan aktif
2. Memperkenalkan
diri c. mendengarkan dan memberikan
respon
3. Menjelaskan tujuan
4. Menyampaikan
kontrak waktu
d. menyepakati kontrak waktu
2 pelaksanaan 7 Menit Menjelaskan tentang: a. mendengarkan dan memperhatikan
1. Pengertian
Apendisitis
2. Penyebab
apendisitis
3. Tanda dan gejala b. memberikan pertanyaan

4. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya c. menjawab pertanyaan

5. Mengajukan
pertanyaan d. memperhatikan
6. pengobatan
7. Pencegahan
apendisitis
3 penutup 5 Menit Evaluasi : a. Menjawab pertanyaan
1. mengajukan
pertanyaan pada
remaja putri
2. Memberikan
reinforcemen
positif atas jawaban
yang diberikan
Teriminasi : a. medengarkan dan memperhatikan
a. menyimpulkan
hasil peyuluhan
b. mengucapkan
terimakasih atas
perhatian sasaran
c. menutup b. membalas salam
penyuluhan dengan
salam

G. SETTING TEMPAT

AUDIENCE

A
U
D
I penyuluh
E
N
C
e

H. EVALUASI
1. Bagaimana pengertian Apendisitis
2. Apa saja penyebab Apendisitis
3. Sebutkan 3 tanda dan gejala Apendisitis
4. Apa saja pengobatan apendisitis
5. Apa saja pencegahan apendisitis
DAFTAR PUSTAKA

Baughman, Diane C dan Hackley, JiAnn C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah:


Buku Saku untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC.
_____________2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah Edisi
8 Volume 2, Alih Bahasa Kuncara, H.Y, dkk. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M dan Ahern, Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis
Keperawatan: Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil Noc.
Jakarta: EGC.
I. MATERI

APENDISITIS

A. PENGERTIAN

Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan


merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai
semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang
laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, 2000).
Menurut Smeltzer C. Suzanne (2001), apendisitis adalah penyebab
paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen
dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.
Berdasarkan defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa apendisitis
adalah kondisi dimana terjadi infeksi pada umbai apendiks dan merupakan
penyakit bedah abdomen yang paling sering terjadi.
Menurut Sjamsuhidayat (2004), apendisitis terdiri dari lima bagian
antara lain  :
1. Apendisitis akut
Adalah peradangan apendiks yang timbul meluas dan mengenai peritoneum
pariental setempat sehingga menimbulkan rasa sakit di abdomen kanan
bawah.
2. Apendisitis infiltrat (Masa periapendikuler)
Apendisitis infiltrat atau masa periapendikuler terjadi bila apendisitis
ganggrenosa  di tutupi pendinginan oleh omentum.
3. Apendisitis perforata
Ada fekalit didalam lumen, Umur (orang tua atau anak muda) dan
keterlambatan  diagnosa merupakan faktor yang berperan  dalam terjadinya
perforasi apendiks.
4. Apendisitis rekuren
Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh
spontan, namun apendiks tidak pernah kembali ke bentuk aslinya karena
terjadi fibrosis dan jaringan parut. Resikonya untuk terjadinya serangan lagi
sekitar 50%.
5. Apendisitis kronis
Fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen
apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di mukosa dan infiltrasi sel
inflamasi kronik.

B. ETILOGI
Penyebab penyakit apendisitis secara pasti belum diketahui. Tetapi,
terjadinya apendisitis ini umumnya karena bakteri. Selain itu, terdapat banyak
faktor pencetus terjadinya penyakit ini diantaranya sumbatan lumen apendiks,
hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks dan cacing askaris yang
dapat menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan
rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis juga
merupakan faktor pencetus terjadinya penyakit ini. Konstipasi akan menaikkan
tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks
dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini
mempermudah timbulnya apendisitis akut (Sjamsuhidayat, 2004).
C. TANDA DAN GEJALA
Menurut Arief Mansjoer (2002), keluhan apendisitis biasanya bermula
dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus yang berhubungan dengan
muntah. Dalam 2 – 12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah yang
akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan
anoreksia, malaise dan demam yang tak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat
konstipasi tetapi kadang-kadang terjadi diare, mual dan muntah.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan abdomen yang
menetap namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan
semakin progresif dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan
satu titik dengan nyeri maksimal perkusi ringan pada kuadran kanan bawah
dapat membantu menentukan lokasi nyeri.
Menurut Suzanne C Smeltzer dan Brenda G Bare (2002), apendisitis
akut sering tampil dengan gejala yang khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat. Nyeri kuadran
bawah terasa dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan
hilangnya nafsu makan. Pada apendiks yang terinflamasi, nyeri tekan dapat
dirasakan pada kuadran kanan bawah pada titik Mc.Burney yang berada antara
umbilikus dan spinalis iliaka superior anterior. Derajat nyeri tekan, spasme otot
dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya
infeksi dan lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar di belakang sekum, nyeri
tekan terasa di daerah lumbal. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini
dapat diketahui hanya pada pemeriksaan rektal. Nyeri pada defekasi
menunjukkan ujung apendiks berada dekat rektum. Nyeri pada saat berkemih
menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan kandung kemih atau ureter.
Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi. Tanda
rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang
secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah.
Apabila apendiks telah ruptur, nyeri menjadi menyebar. Distensi abdomen
terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi pasien memburuk. Pada pasien lansia,
tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi. Tanda-tanda tersebut
dapat sangat meragukan, menunjukkan obstruksi usus atau proses penyakit
lainnya. Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai ia mengalami ruptur
apendiks. Insidens perforasi pada apendiks lebih tinggi pada lansia karena
banyak dari pasien-pasien ini mencari bantuan perawatan kesehatan tidak
secepat pasien-pasien yang lebih muda.
Menurut Diane C. Baughman dan JiAnn C. Hackley (2000),
manifestasi klinis apendisitis adalah sebagai berikut:
1. Nyeri kuadran kanan bawah dan biasanya disertai dengan demam derajat
rendah, mual, dan seringkali muntah
2. Pada titik Mc Burney terdapat nyeri tekan setempat karena tekanan dan
sedikit kaku dari bagian bawah otot rektus kanan
3. Nyeri alih mungkin saja ada; letak apendiks mengakibatkan sejumlah nueri
tekan, spasme otot, dan konstipasi serta diare kambuhan
4. Tanda Rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan bawah ,
yang menyebabkan nyeri kuadran kiri bawah)
5. Jika terjadi ruptur apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih menyebar;
terjadi distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.

D. PENGOBATAN
Menurut Arief Mansjoer (2000), penatalaksanaan apendisitis adalah sebagai
berikut:
1. Tindakan medis
a.Observasi terhadap diagnosa
Dalam 8 – 12 jam pertama setelah timbul gejala dan tanda
apendisitis, sering tidak terdiagnosa, dalam hal ini sangat penting
dilakukan observasi yang cermat. Penderita dibaringkan ditempat tidur
dan tidak diberi apapun melalui mulut. Bila diperlukan maka dapat
diberikan cairan aperviteral. Hindarkan pemberian narkotik jika
memungkinkan, tetapi obat sedatif seperti barbitural atau penenang
tidak karena merupakan kontra indikasi. Pemeriksaan abdomen dan
rektum, sel darah putih dan hitung jenis di ulangi secara periodik. Perlu
dilakukan foto abdomen dan thorak posisi tegak pada semua kasus
apendisitis, diagnosa dapat jadi jelas dari tanda lokalisasi kuadran kanan
bawah dalam waktu 24 jam setelah timbul gejala.
b. Intubasi
Dimasukkan pipa naso gastrik preoperatif jika terjadi peritonitis
atau toksitas yang menandakan bahwa ileus pasca operatif yang sangat
menggangu. Pada penderita ini dilakukan aspirasi kubah lambung jika
diperlukan. Penderita dibawa kekamar operasi dengan pipa tetap
terpasang.
c. Antibiotik
Pemberian antibiotik preoperatif dianjurkan pada reaksi sistematik
dengan toksitas yang berat dan demam yang tinggi .
2. Terapi bedah
Pada apendisitis tanpa komplikasi, apendiktomi dilakukan segera
setelah terkontrol ketidakseimbangan cairan dalam tubuh dan gangguan
sistematik lainnya. Biasanya hanya diperlukan sedikit persiapan.
Pembedahan yang direncanakan secara dini baik mempunyai praksi
mortalitas 1 % secara primer angka morbiditas dan mortalitas penyakit
ini tampaknya disebabkan oleh komplikasi ganggren dan perforasi yang
terjadi akibat yang tertunda.
3. Terapi pasca operasi
Perlu dilakukan obstruksi tanda-tanda vital untuk mengetahui
terjadinya perdarahan didalam, syok hipertermia, atau gangguan
pernapasan angket sonde lambung bila pasien telah sadar, sehingga
aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam posisi
fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan.
Selama itu pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya
pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi
usus kembali normal. Kemudian berikan minum mulai 15 ml/jam selama
4-5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan
makan saring, dan hari berikutnya diberikan makanan lunak. Satu hari
pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak ditempat tidur selama
2 x 30 menit. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar
kamar. Hari ketujuh jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan
pulang.
E. PENCEGAHAN

1. Memakan makanan berserat tinggi


2. Batasi asupan alkohol dan kafein
3. Perbanyak minum air putih
4. Jangan suka menunda buang air besar (BAB)
5. Jangan lupa konsumsi vitamin A dan D
6. Jangan suka menahan kentut
7. Milikilah kualitas tidur yang baik dan jadwal teratur
8. Kurangi membeli makanan cepat saji
9. Jangan mengonsumsi obat tertentu jika tidak terlalu diperlukan
10. Miliki jadwal olahraga yang rutin
11. Tidak menunda buang air besar (BAB)

Anda mungkin juga menyukai