Anda di halaman 1dari 31

HALAMAN SAMPUL

PROPOSAL PTK

JUDUL PTK

Penulisan Proposal PTK ini disusun sebagai …

LOGO SEKOLAH

Di Susun Oleh :

Nama

NIP

NAMA SEKOLAH
ALAMAT SEKOLAH
TAHUN PELAJARAN
CONTOH
HALAMAN PERSETUJUAN

Contoh
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh
salah satu guru…..  dalam upaya pengembangan metode pengajaran  pada proses
pembelajaran  yang diselenggarakan di ….. telah selesai dikerjakan dengan harapan agar
proses pembelajaran yang dilaksanakan semakin berkualitas yang pada akhirnya dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian yang telah dilaksanakan tersebut dengan judul
“……………………………………………………………………………………..”

Proposal Penelitian tindakan ini menguji dan meneliti


……………………………………………. Dari hasil penelitian yang diungkapkan ternyata
metode menggunakan ………dalam pembelajaran telah meningkatkan  hasil belajar  siswa
dan lebih dari itu telah memberikan aktifitas dan nuansa kelas lebih baik daripada metode
yang selama ini digunakan dalam pembelajaran.

Mudah-mudahan hasil penelitian tindakan ini dapat bermanfaat bagi guru, sekolah
dan dunia pendidikan  sebagai alternatif metode dalam pelaksanaan pembelajaran demi
terwujudnya tujuan pendidikan.  

       

                                                                       ………, ………………………..

                                                                             Penulis

                                                                             
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA


2.1 Kajian Teori
2.2 Penelitian yang Relevan
2.3 Kerangka Berpikir
2.4 Hipotesis Tindakan
2.5 Kriteria Keberhasilan

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Rencana Penelitian
3.2 Sumber Data
3.3 Teknik Pengumpulan Data
3.4 Analis Data
3.5 Indikator Kerja
3.6 Prosedur Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat kompetensi siswa dari sisi


pengetahuan, keterampilan dan sikap secara utuh. Proses pencapaiannya melalui
pembelajaran sejumlah mata pelajaran yang dirangkai sebagai suatu kesatuan yang
saling mendukung pencapaian kompetensi tersebut. Bila pada jenjang SD/MI, semua
mata pelajaran digabung menjadi satu dan disajikan dalam bentuk tema-tema, maka
pada jenjang SMP/MTs pembelajaran sudah mulai dipisah-pisah menjadi mata
pelajaran.
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang
pasti wajib dimiliki oleh setiap orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah tauhid
kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah SWT yang satu yang tidak
pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu
butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman
disebut sebagai orang-orang kafir.
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji
atau akhlakul karimah maupun yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT
mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan adalah untuk
memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan
menjauhi laranganNya.
Akidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran
diri bagi manusia untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang
luhur. Akan tetapi sebaliknya, akidah-akidah hasil rekayasa manusia berjalan sesuai
dengan langkah hawa nafsu manusia dan menanamkan akar-akar egoisme dalam
sanubarinya. 
Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam akidah Islam. 
Rasulullah saww bersabda: 
ُ ُ ‫ب ُِع ْث‬
ِ َ‫ار َم ْاألَ ْخال‬
‫ق‬ ِ ‫ت ِألتَ ِّم َم َم َك‬

(Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia).


Dalam hadis lain beliau bersabda: “Akhlak yang mulia adalah setengah dari agama”. 
Salah seorang sahabat bertanya kepada belaiu: “Anugerah apakah yang paling
utama yang diberikan kepada seorang muslim?” Beliau menjawab: “Akhlak yang
mulia”. 
Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini,
agama menganjurkan setiap individu untuk berakhlak mulia dan menjadikannya
sebagai kewajiban (taklif) di atas pundaknya yang dapat mendatangkan pahala atau
siksa baginya. Atas dasar ini, agama tidak mengutarakan wejangan-wejangan
akhlaknya semata tanpa dibebani oleh rasa tanggung jawab. Bahkan agama
menganggap akhlak sebagai penyempurna ajaran-ajarannya. Karena agama tersusun
dari keyakinan (akidah) dan perilaku
Dalam proses pembelajaran terdapat upaya saling mempengaruhi antara
individu yang satu dengan individu yang lain, baik melalui komunikasi langsung dua
arah maupun komunikasi satu arah, melalui berbagai media cetak dan ektronik. Islam
juga mendorong terjadinya proses pembelajaran, baik melalui interaksi langsung
dengan sesama manusia dalam pergaulan maupun belajar tentang perilaku manusia
yang ditulis dalam buku-buku sejarah.
Proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (attitude),
keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Dalam proses pembelajaran
berbasis saintifik, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
siswa tahu tentang “mengapa”. Ranah keterampilan mengambil transformasi
substansi atau materi ajar agar siswa tahu tentang “bagaimana”. Ranah pengetahuan
mengambil transformasi substansi atau materi ajar agar siswa tahu tentang “apa”.
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk
menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari siswa yang meliputi aspek
kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan.
Pembelajaran sebagai usaha sadar yang sistematis selalu bertolak dari
landasan dan mengindahkan sejumlah asas-asas tertentu. Landasan dan asas tersebut
sangat penting karena pembelajaran merupakan pilar utama terhadap pengembangan
manusia dan masyarakat. Keberhasilan proses pembelajaran sebagai proses di suatu
sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang dimaksud antara lain: guru,
siswa,lingkungan belajar, lingkungan sosial dan lain-lain. Namun dari faktor itu guru
dan siswa termasuk faktor penting.
Inti belajar dan pembelajaran adalah perubahan dan kemampuan untuk
berubah pada diri seseorang saat melakukan interaksi social. Manusia merupakan
subjek pembelajaran dan pada saat yang sama manusia juga merupakan objek
pembelajaran. Dalam ungkapan lain diungkapkan bahwa manusia merupakan subjek
pendidikan dan objek pendidikan, karena itu manusia memiliki sikap untuk dididik
dan siap untuk mendidik (Jalaluddin, 2007:135).
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna
yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan berubah karena
belajarlah, maka manusia dapat berkembang lebih jauh dari pada makhluk-makhluk
lainnya, sehingga ia terbebas dari kemandegan fungsinya sebagai khalifah Tuhan di
muka bumi. Boleh jadi, karena kemampuan berkembang melalui belajar itu pula
manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih dan menetapakn keputusan-
keputusan penting untuk kehidupannya. Belajar juga memainkan peran penting dalam
mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah
persaingan yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu
maju karena belajar.
Perubahan cara pandang terhadap siswa sebagai objek menjadi subjek dalam
proses pembelajaran menjadi titik tolak banyak ditemukannya berbagai pendekatan
pembelajaran yang inovatif. Ivor K. Davis (2000) mengemukakan bahwa salah satu
kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa hakekat pembelajaran
adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru.
Belajar pada hakekatnya adalah membaca, membaca teks, membaca keadaan,
membaca kondisi, membaca permasalahan, membaca pengalaman dan sekaligus
mencari jalan keluar dari pengalaman dan permasalahan yang dihadapi. Membaca
merupakan pilar utama dalam belajar. Guru dituntut dapat memiliki model
pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut
terlibat dalam pengalaman belajarnya, misalnya dengan model pembelajaran
penyingkapan (discovery learning)..
Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyingkap atau
mencari tahu tentang suatu permasalahan atu sesuatu yang sebenarnya ada namun
belum mengemuka dan menemukan solusinya berdasarkan hasil pengolahan
informasi yang cicari dan dikumpulkannya sendiri, sehingga siswa memiliki
pengetahuan baru yang dapat digunakannya dalam memcahkan persoalan yang
relevan dalam kehidupan sehari-hari (Direktorat Pembinaan SMA, 2017:11).
Model pembelajaran penyingkapan (discovery learning) merupakan nama lain
dari pembelajaran penemuan. Sesuai dengan namanya, model ini mengarahkan siswa
untuk dapat menemukan sesuatu melalui proses pembelajaran yang dilakoninya.
Siswa dilatih untuk terbiasa menjadi seorang saintis (ilmuwan). Mereka tidak hanya
sebagai konsumen, tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai pelaku
dri pencipta ilmu pengetahuan.
Pembelajaran penyingkapan model ini merupakan bagian dari kerangka
pendekatan saintifik. Siswa tidak hanya disodori oleh sejumlah teori (pendekatan
deduktif), tetapi mereka pun berhadapan dengan sejulah fakta (pendekatan induktif).
Dari teori dan fakta itulah, mareka diharapkan dapat merumuskan sejumlah
penyingkapan.
Bentuk penyingkapan yang dimaksud tidak selalu indentik dengan suatu teori
ataupun benda sebagaimana yang biasa dilakukan kalangan ilmuwan dan professional
dalam pengertian yang sebenarnya. Penyingkapan yang dimaksud berarti pula sesuatu
yang sederhana, namun memiliki makna dengan kehidupan para siswa itu sendiri.
Penyingkapan itu tetap berkerangka pada kompetensi-kompetensi dasar (KD) yang
ada pada kurikulum.
Sementara kondisi riil di lapangan, yaitu di MTs 6 Kerinci , menunjukkan
bahwa prestasi belajar siswa cenderung statis dan stagnan dan bahkan mengalami
penurunan. Masalah ini terjadi karena tidak adanya moitvasi belajar siwa, sebagai
akibat penerapan model pembelajaran yang kurang tepat, monoton, dan tidak ada
variasi dalam proses pembelajaran, sehingga menimbulkan kesan kejenuhan dan rasa
bosan pada diri siswa. Sebagai akibatnya prestasi belajar siswa tidak mengalami
peningkatan, khusunya prestasi belajar Aqidah Akhlaq siswa Kelas IX-A MTs Negeri
6 Kerinci tahun pelajaran 2020-2021.
Berdasarkan uraian di atas penulis mencoba mencari solusi dengan melakukan
penlitian tindakan kelas (PTK) dengan judul: Upaya Meningkatkan Prestasi
Belajar Aqidah Akhlaq Materi ”Iman pada Hari Akhir” siswa Kelas IX-A MTs
Negeri 6 Kerinci Melalui Model Pembelajaran Discovery Learning pada
Semester Gasal Tahun Pelajaran 2020/2021

B. Rumusan Masalah :
Dari latar belakang masalah yang diparkan di atas maka rumusan penelitian ini
adalah:
a. Apakah model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan prestasi
belajar Aqidah Akhlaq siswa Kelas IX-A MTs Negeri 6 Kerinci pada semester
gasal tahun pelajaran 2020/2021?
b. Apakah model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan keaktifan
siswa Kelas IX-A MTs Negeri 6 Kerinci pada semester gasal tahun pelajaran
2020/2021?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian Scara Umum adalah:

Sementara secara Khusus Tujuan Penelitian ini adalah


a. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Discovery Learning dapat
meningkatkan prestasi belajar Aqidah Akhlaq siswa Kelas IX-A MTs Negeri 6
Kerinci pada semester gasal tahun pelajaran 2020/2021.
b. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Discovery Learning dapat
meningkatkan keaktifan siswa Kelas IX-A MTs Negeri 6 Kerinci pada semester
gasal tahun pelajaran 2020/2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :


a. Guru
1) Mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan kelas untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2) Menambah alternatif pendidikan pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami konsep dan menyelesaikan soal.
b. Siswa
1) Menumbuhkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah melalui
penyingkapan yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
2) Meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran.
3) Menumbuhkan kebiasaan bekerjasama dan berkomunikasi dengan teman dan
kelompoknya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan aktifitas yang dilakukan seseorang atau peserta didik secara
pribadi dan sepihak.Sementara pembelajaran itu melibatkan dua pihak, yaitu guru dan
pesertadidik, yang di dalamnya mengandung dua unsure sekaligus, yaitu mengajar dan
belajar (teaching and learning).Jadi pembelajaran telah mencakup belajar. Istilah
pembelajaran merupakan istilah yang sebelumnya dikenal dengan istilah proses belajar
mengajar (PBM) atau kegiatan belajar mengajar (KBM).
Belajar menurut Morris (dalam Ismail, 2008:9) adalah perubahan yang menenap
dalam diri seseorang yang tidak dapat diwariskan secara genetis.Selanjutnya Morris
menyatakan bahwa perubahan itu terjadi pada pemahaman (insight), perilaku, persepsi,
motivasi, atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman
dalaam situasi-situasi tertentu.
Di samping pengertian tersebut, bila membahas tentang belajar setidaknya dakan
muncul beberapa dimensi dan indicator berikut:
1. Belajar ditandai oleh adanya perubahan pengetahuan, sikap, tingkah laku dan
ketrampilan yang realtif tetap dalam diri seseorang sesuai tujuan yang diharapkan;
2. Belajar terjadi melalui latihan dan pengalaman yang bersifat komulatif;
3. Belajar merupakan proses aktif konstruktif yang terjadi melalui mental proses. Mental
proses adalah serangkaian proses kognitif yang meliputi persepsi (perception),
perhatian (attention), mengingat (memori), berfikir (thinking, reasoning), memecahkan
masalah dan lain-lain.
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia
mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Tri Anni, 2004:2). Konsep
tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh beberapa pakar psikologi antara lain:
Gagne dalam buku The conditions of learning (1997) menyatakan bahwa “Belajar terjadi
apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian
rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke
waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”. Gestalt menyatakan “Belajar adalah suatu
proses rentetan penemuan dengan bantuan pengalaman-pengalaman yang sudah ada”.
Witherington dalam buku Educational Psychologi mengemukakan “Belajar adalah suatu
perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada
reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaaan, kepandaian, atau suatu pengertian”
(Purwanto, 1992:84).
Dari beberapa definisi di atas, dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang
penting yang mencirikan belajar yaitu bahwa: Belajar merupakan suatu perubahan yang
terjadi melalui latihan atau pengalaman (Perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan
atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar). Pertama, dalam belajar faktor
pemahaman atau pengertian (insight) merupakan faktor yang penting. Dengan belajar
dapat memahami/mengerti hubungan antara pengatahuan dan pengalaman. Kedua, dalam
belajar pribadi atau organisme memegang peranan yang paling sentral. Belajar dilakukan
secara sadar, bermotif, dan bertujuan. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena
belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis seperti:
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan ataupun sikap (Purwanto, 1992:85)

D. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran menurut Hamalik (dalam Ismail, 2008:9) adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsure-unsr manusiawi, internal material fasilitas perlengkapan dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.Sedangkan
menurut Mulyasa (dalam Islamil, 2008:10), pembelajaran pada hakekatnya adalah
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku
ke arah yang lebih baik.Dalam pembelajaran tersebut banyak sekali factor yang
mempengaruhinya, baik factor internal yang dating dari diri individu, maupun faktor
eksternalyang datang dari lingkungan individu tersebut.
Secara umum pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik.
Sedangkan pengertian pembelajaran secara khusus menurut: Behavioristik, Pembelajaran
adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan
lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respon (tingkah laku yang
diinginkan) perlu latihan dan setiap latihan yang berhasil harus diberi hadiah dan atau
reinforcement (penguatan). Kognitif, Pembelajaran adalah cara guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar dapat mengenal dan memehami apa yang
sedang dipelajari. Gestalt, Pembelajaran adalah usaha guru untuk memberikan materi
pembelajaran sedemikian rupa, sehingga siswa lebih mudah mengorganisasinya
(mengaturnya) menjadi suatu Gestalt (pola bermakna). Humanistik, Pembelajaran adalah
memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dengan cara
mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Jadi pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana belajar memperoleh dan memproses
pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar


Menurut Slameto (1991:54) faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan
menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
1. Faktor Internal
a. Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis umumnya sangat berpengaruh terhadap belajar seseorang. Ini
dapat dilihat dari keadaan jasmani, kandungan gizi dalam tubuh serta kondisi panca
indranya.
b. Kondisi Psikologis
1) Kecerdasan
Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar daripada
orang yang cerdas atau dapat dikatakan bahwa orang yang cerdas akan cepat
menguasai pelajaran dibandingkan orang yang kurang cerdas meskipun materi
pelajaran itu sama.
2) Bakat
Bakat pada bisang yang sesuai dengan bakat yang dimiliki akan memperbesar
kemungkinan berhasilnya usaha itu.
3) Minat
Kalau seseorang mempelajari sesuatu dengan penuh minat maka dapat
diharapkan bahwa hasilnya akan lebih baik. Sebaliknya kalau seseorang tidak
berminat untuk mempelajari sesuatu jangan diharapkan akan berhasil dengan baik
dalam mempelajari hal tersebut.
4) Motivasi
Merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu (belajar). Hal itu meliputi dua hal yaitu yang bersangkutan (intrinsik) dan
motivasi yang timbul karena dari luar (ekstrinsik).
5) Kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif disini adalah kemampuan menalar atau penalaran yang
dimiliki oleh siswa.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar siswa yang dapat mempengaruhi
prestasi belajar. Faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar antara lain :
a. Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap hasil belajar Lingkungan sosial
sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Selanjutnya, yang termasuk
lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman
sepermainan disekitar daerah siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak
mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
b. Instrumental
Instrumental input atau faktor-faktor yang sengaja dirancang dan dimanupulasikan
yaitu kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan
fasilitas, serta manajemen yang berlaku di sekolah yang bersangkutan. Di dalam
keseluruhan sistem maka instrumental input merupakan faktor yang sangat penting
pula dan paling menentukan dalam pencapaian hasil atau output yang dikehendaki,
karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajar-
mengajar itu akan terjadi di dalam diri siswa.

F. Hasil Belajar
Hasil Belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah
mengalami aktifitas belajar. Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut
tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa.
Bloom dalam Sudjana (2002:50) berpendapat bahwa tipe hasil belajar dapat dibagi
menjadi 3 yaitu :
1. Tipe Hasil Belajar Kognitif
Tipe hasil belajar ini berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam
aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi.
a. Tipe Hasil Belajar Pengetahuan
(knowledge)
Pengetahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan kata “knowledge” dari
Bloom. Tipe hasil belajar ini termasuk tipe hasil belajar tingkat rendah jika
dibandingkan tipe hasil belajar yang lain.
b. Tipe hasil belajar pemahaman
(comprehensif)
Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar
pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna atau
arti dari suatu konsep.
c. Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstraksi suatu konsep, ide
rumus, hukum dan situasi baru.
d. Tipe hasil belajar analisis
Analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks, yang memanfaatkan tipe hasil
belajar sebelumnya yakni pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.

e. Tipe hasil belajar sintesis


Sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian menjadi satu integritas
sintesis memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi dan analisis.
f. Tipe hasil belajar evaluasi
Tipe hasil belajar ini dikategorikan yang paling tinggi dan terkandung semua tipe
hasil belajar yang telah dijelaskan sebelumnya.
2. Tipe Hasil Belajar Afektif
Tipe hasil belajar ini berkenaan dengan sikap. Ada beberapa tingkat bidang afektif dan
tipe hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai dari tingkat dasar sampai tingkat yang
kompleks.
a. Receving/Attending yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar yang datang pada sisa baik dalam bentuk, masalah situasi atau
gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus.
Kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.
b. Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap
stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan,
kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang pada dirinya.
c. Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap
gejala atau stimulasi tadi. Dalam evaluasi ini termasuk didalamnya kesediaan
menerima nilai latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai dan
kesepakatan terhadap nilai tersebut.
d. Organisasi yakni pengembangan nilai kedalam satu sistem organisasi termasuk
menentukan hubungan satu sama lain dengan nilai yang lain erta kemantapan dan
prioritas nilai yang dimiliki.
e. Karakteristik nilai internalisasi nilai yakni keterpaduan dari semua sistem nilai
dimiliki seseorang yang mempengaruhi kepribadian dan tingkah laku.

3. Tipe Hasil Belajar Psikomotorik


Tipe hasil belajar psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak individu.
Ada 6 tingkatan keterampilan, yaitu :
a. Gerakan reflek (pada gerakan yang tidak sadar)
b. Keterampilan pada gerakan sadar.
c. Keteramplan perseptual termasuk didalamnya
membedakan visual, membedakan auditif motorik, dan lain-lain.
d. Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan,
keharmonisan dan ketetapan.
e. Gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan
sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.
f. Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-
decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.
Ketiga tipe hasil belajar tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Di antara ketiga
tipe hasil belajar itu tipe hasil belajar kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para
guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan pengajaran.
B. Penelitian Yang Relevan

Penggunaan metode Discovery Learning untuk meningkatkan hasil belajar


siswa telah dilakukan pada tahun… oleh… dengan kesimpulan penelitian…..

Di samping itu, … telah pula meneliti metode…untuk meningkatkan hasil


belajar siswa… dan menyimpulkan bahwa metode…dapat….dst

C. Kerangka Berpikir

A. Pengembangan Model Pembelajaran


Pendekatan saintifik merupakan struktur umum dari keseluruhan proses
pembelajaran yang menjadi standar proses pada kurikulum 2013. Adapun dalam
pengembangannya, guru dapat mengisinya dengan beberapa model pembelajaran. Ada tiga
jenis model pembelajaran yang disarankan kurikulum 2013, yakni model pembelajaran
penyingkapan (Discovery Learning), model pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning), dan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning).
Ketiga model pembelajaran tersebut tetap dijalankan dalam kerangka pendekatan
saintifik, yakni diawali dengan pengamatan terhadap suatu objek atau sumber
pembelajaran dan diakhiri dengan kegiatan mengomunikasikan/mengkreasikan. Adapun
perbedaan dari ketiganya terletak pada tujuannya.
1. Model pembelajaran penyingkapan (Discovery Learning) bertujuan untuk menemukan
pengertian, ciri-ciri, perbedaan, persamaan suatu benda, konsep, ataupun objek-objek
pembelajaran lainnya.
2. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) bertujuan untuk
memecahkan suatu masalah yang dihadapi siswa terkait dengan komptensi dasar
tertentu.
3. Model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning)bertujuan untuk
mengerjakan karya atau kegiatan tertentu berkenaan dengan kompetensi dasar tertentu.

B. Model Pembelajaran Penyingkapan (Discovery Learning)


1. Pengertian
Model pembelajaran penyingkapan (Discovery Learning) merupakan nama lain
dari pembelajaran penemuan. Sesuai dengan namanya, model ini mengarahkan siswa
untuk dapat menemukan sesuatu melalui proses pembelajaran yang dilakoninya. Siswa
dilatih untuk terbiasa menjadi seorang saintis (ilmuwan). Mereka tidak hanya sebagai
konsumen, tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai pelaku dri
pencipta ilmu pengetahuan.
Model Discovery Learning  didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang
terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi
diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery
Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not
presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him
self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Ide dasar Bruner ialah pendapat dari
Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
Model ini memberrikan kesempatan kepada siswa untuk menyingkap atau
mencari tahu tentang suatu permasalahan atu sesuatu yang sebenarnya ada namun
belum mengemuka dan menemukan solusinya berdasarkan hasil pengolahan informasi
yang cicari dan dikumpulkannya sendiri, sehingga siswa memiliki pengetahuan baru
yang dapat digunakannya dalam memcahkan persoalan yang relevan dalam kehidupan
sehari-hari (Direktorat Pembinaan SMA, 2017:11).
Model Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui
proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43).
Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui
observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut
disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of
assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik,
2001:219).
Pembelajaran penemuan model ini merupakan bagian dari kerangka pendekatan
saintifik. Siswa tidak hanya disodori oleh sejumlah teori (pendekatan deduktif), tetapi
mereka pun berhadapan dengan sejulah fakta (pendekatan induktif).Dari teori dan fakta
itulah, mareka diharapkan dapat merumuskan sejumlah penemuan.
Bentuk penemuan yang dimaksud tidak selalu indentik dengan suatu teori
ataupun benda sebagaimana yang biasa dilakukan kalangan ilmuwan dan professional
dalam pengertian yang sebenarnya.Penemuan yang dimaksud berarti pula sesuatu yang
sederhan, namun memiliki makna dengan kehidupan para siswa itu sendiri.Penemuan
itu tetap berkerangka pada kompetensi-kompetensi dasar (KD) yang ada pada
kurikulum.
Hampir sejalan dengan model pembelajaran diskcoveri, dikenal pula
pembelajaran inquiri (inquiry learning).Keduanya sama-sama merupakan model
pemelajaran yang berbasis penemuan.Bedanya pembelajaran diskoveri adalah
menekankan pada penemuan jawaban atas maslah yang direkayasa oleh guru.Adapun
pada pembelajaran inquiri masalahnya bukan hasil rekayasa.Masalah itu lahir dari
siswa itu sendiri berdasarkan pengalaman mreka sehari-hari.
Baik pembelajaran diskoveri maupun inquiri mendorong siswa untuk berperan
kreatif dan kritis.Adapun peranan guru tidak lagi sebagai penyuplai ilmu
pengetahuan.Guru lebih memerhatikan pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan
kreativitas siswa. Dala hal inilah peran guru sebagai motivator, fasilitator, manajer
pembelajaran sangat diharapkan. Proses pembelajaran semacam inilah yang sering
diesbut sebagai student-centered dengan tujuan pembelajaran mengembangkan
kompeensi siswa dan membantu siswa mengembangkan self-concept-nya.
a. Motivator, yakni mendorong siswa untuk mau berpikir dan bekerja keras untuk bisa
belajar dengan baik. Mereka tampil percaya diri bahwa mereka pun mampu
menemukan sesuatu yang penting dan bermanfaat.
b. Fasilitator, yakni penyedia sumber belajar yang diperlukan para siswa di dalam
mewujudkan penemuan-penemuannya. Sumber-sumber belajar yang dimaksud dapt
berupa berbagai bahan referensi ataupun lingkungan belajar yang sesuai dengan
konteks pembelajaran.
c. Manajer pembelajaran, yakni menata hubungan antar siswa dan rencana
pembelajaran yang akan mereka lakoni, misalnya denan berpasang-pasangan,
diskusi kelompok, dan mengunjungi tempat-tempat tertentu sehingga kegiatan
mereka berlangsung efektif.
Selain itu guru berperan sebagai pembimbing denan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar secara aktif.Kegiatan belajar mengajar berlangsung dari
teacher-oriented menjadi student-oriented.Dalam hal ini siswa melakukan berbagai
kegiatan menghimpun informasi., membandingkan, mengategorikan, menganalisis,
mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan, serta membuat kesimpulan sebagai
produk dari penemuan-penemuannya.
Penemuan yang dimaksud dapat berupa teori, rumus, pengertian, ciri-ciri,
perbedaan, persamaan, contoh, dan materi-materi lainnya bersifat baru dan merupakan
sesuatu yang berguna bagi para siswa.Bentuk-bentuk penemuan itu pun bergantung
pula dengan KD yang sedang dikembangkan guru.Dengan melihat rumusan KD-nya,
guru harus bisa menentukan bentuk penemuan yang harus dilakukan para siswa.
Berikut contohnya.
Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Bentuk Penemuan
Bahasa Memahami struktur dan Menemukan struktur
Indonesia kaidah teks anekdot baik dan kaidah teks anekdot
melalui lisan maupun tulisn
Matematika Mendiskripsikan dan Menemukan konsep
menganalisis konsep nilai nilai mtlak dalam
mutlak dalam persamaan dan persamaan dan
pertidaksamaan serta pertidaksamaan
menerapkannya dalam
pemecahan masalah nyata
Sejarah Menganalisis berbagai teori Menemukan teori
tentang proses masuk dan tentang proses masuk
berkembangnya agama dan dan berkembangnya
kebudayaan Hindu-Buddha di agama/kebudayaan
Indonesia Hindu dan Buddha di
Indonesia
Bahasa Inggris Menganalisis fungsi sosial, Menemukan fungsi
struktur teks dan unsur sosial, struktur teks,
kebahasaan untuk dan unsur kebahasaan
menyatakan dan menanyakan dalam suatu teks
tentang pendapat dan pikiran,
sesuai dengan konteks
penggunaannya
Penjasorkes Menganalisis dan Menemukan kategori
mengategorikan keterampilan keterampilan gerak
gerak salah satu permainan salam dalam suatu
bola kecil serta menyusun permainan bola kecil
rencana perbaikan

2. Langkah-langkah Pembelajaran Penemuan


Model pembelajaran penemuan tidak cukup dengan berupa perintah pada siswa
untuk menemukan sesuatu.Misalnya, dengan kalimat “Coba kalian temukan kata yang
salah dalam bacaanini!” atau “Menemukan apa saja dari kegiatan yang kamu lakukan di
depan sekoah tadi?”
Pembelajaran discoveri memiliki langkah-langkah yang sistematis, yakni sebagai
berikut;
a. Perencanaan
1) Menentukan KD dan mengembangkannya ke dalam tujuan pembelajaran beserta
indikator-indikatornya.
2) Melakukan identifikasi masalah yang layak ditemukan jawabannya oleh para
siswa. Dalam hal ini harus diperhatikan tingkat kesulitan (kompleksitas)
permasalahannya sehingga siswa bisa menyelesaikannya dengan baik.
3) Menyusun kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan siswa terkait kegiatan
penemuan itu beserta perangkat-perangkat pebelalajaran yang dibutuhkan.
a) Kegiatan pemelajaran, misalnya dengan perorangan, diskusi kelompok,
pengamatan lapangan, atau kunjungan ke perpustakaan.
b) Perangkat pembelajaran, misalnya, buku-buku referensi, media pembelajaran,
instrumen-instrumen penulisan.
b. Pelaksanaan
Kegiatan inti untuk model penemuan adalah sebagai berikut.
1) Merumuskan masalah
Guru menyampaikan suatu permasalahan untuk yang menggugah dan
menimbulkan kepenasaran-kepenasaran tentang fenimena tertentu. Masalah itu
mendorong siswa untuk mau melakukan suatu rangkaian pengamatan mendalam.
Contoh.
a) Apa yang menandai bahwa teks berjudul “Si Kabayan Naik Panggung”
tergolong ke dalam teks anekdot?
b) Faktor apa yang mempengaruhi seorang atlet bola voli pada pertandingan
kemarin bisa memenangi pertandingannya?
c) Agama manakah yang lebih cepat perkembangannya di wilayah timur
Indonesia?
Dalam hal ini harus diperhatikan pula akan kemungkinan munculnya
pertanyaan-pertanyaan yang tidak diskoveri; artinya pertanyaan-pertanyaan yang
jawabannya cukup dengan membaca buku. Berikut conothnya.
a) Apa yang dimaksud dengan anekdot?
b) Siapakah atlet bola voli yang memenangi pertandingan kemarin?
c) Agama Hindu berasal dari negeri mana?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu tidak mendorong untuk melakukan
serangkaian pengamatan/penelitian mendalam. Dengan membaca buku atau
bertanya pada seseorang pun, pertanyaan tersebut dapat diperoleh jawabannya.
Pertanyaan Diskoveris Pertanyaan Non diskoveris
(a) Apa yang membedakan (a) Siapa penulis teks berjudul
struktur teks “Lebayung di “Lebayung di Kaki Bukit”
Kaki Bukit” dengang teks dengang teks “Badai di
“Badai di Tengah Tengah Kampung”?
Kampung”?
(b Bagaimana karakteristik (b) Siapa wali kota Medan
) masyarakat Medan ketika periode sekarang?
menerima budaya baru di
tengah-tengah
kehidupannya?
(c) Apa yang akan terjadi (c) Apa saja benda yang
apabila gerak suatu benda tergolong ke dalam benda
berpermukaan kasa berpermukaan kasar dan
dihambat oleh benda lain berpermukaan halus?
yang permukaananya halus?

2) Membuat jawaban sementara (hipotesis)


Siswa diajak melakukan identifikasi masalah yang kemudian diharapkan
bisa bermuara pada perumusan jawaban sementara. Misalnya, ketika para siswa
dihadapkanpada pertanyaan “Bagaimana karakteristik masyarakat Medan ketika
berhadapan dengan budaya baru di tengah-tengah kehidupannya?”, mereka
melakukan identifiksi sebagai berikut.
a) Masyarakat Medan sangat majemuk. Oleh karena itu, mereka sudah terbiasa
dengan perbedaan-perbedaan.
b) Masyarakat Medan sangat toleran. Oleh karena itu, mereka sangat menghargai
perbedaan.
Dengan adanya tahap identifikasi seperti itu, mudah pula bagi siswa ketika
harus merumuskan hipotesis.Misalnya sebagai berikut.
“Ketika berhadapan dengan budaya baru di tengaah-tengah kehidupannya,
masyarakat Medan begitu mudah menerimanya”.
Berikut contoh lainnya.
Rumusan masalah:
Faktor apa yang mempengaruhi atlet bola voli pada pertandingan
kemarin bisa memenangi pertandingannya?
Identifikasi masalah Hipotesis
Para atlet bola voli kemarin Kemenangan atlet bola voli dalam
melakukan persiapan yang suatu pertandingan sangat
matang. Latihan para atlet bola dipengaruhi oleh faktor persiapan
voli kemarin dilatih oleh dan sistem pelatihan oleh
instruktur profesional instruktur yang profesional

3) Mengumpulkan data
Hipotesis merupakan jawaban sementara. Oleh karena itu, perlu ada
pembuktian untuk merumuskan benar tidaknya. Caranya adalah dengan
serangkaian pengumpulan data, yakni dengan:
a) Membaca berbagai dokumen;
b) Melakukan pengamatan lapangan;
c) Penelitian laboratorium
d) Melakukan wawancara; dan
e) Menyebarkan angket.
Dengan cara-cara tersebut, diharapkan siswa dapat memperoleh data yang
benar-benar faktual, kuat, dan meyakinkan. Data itu pun dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya karena mereka sendiri yang
mengumpulkan. Diharapkan data itu pun dapat memberikan jawaban atas
permasalahan sebelumnya dan dibandingkan pula dengan hipotesis yang telah
mereka rumuskan.
Data-data itu mereka cata dalam instrumen yang telah mereka siapkan
sebelumnya, baik itu yang berupa jurnal, lembar observasi/pengamatan
laboratorium, dan sejenisnya. Adapun jenis sumber data yang dihubungi,
diobservasi, dan dikumpulkan hendaknya disesuaikan dengan ketersediaan waktu,
biaya, dan tenaga ygn tersedia. Jangan pula penentuan sumber-sumber daya itu
malah membebani para siswa. Misalnya, narasumber yang perlu mereka hubungi
cukuplah yang berada di sekitar lingkungan sekolah ataupun yang berada di
tempat tinggalnya, demikian halnya dengan sumber-sumber dta lainnya.
4) Perumusan kesimpulan (generaliszation).
Setelah data terkumpul dan dianalisis, kemudian dikoreksi dengan rumusan
masalah yang dirumuskan sebelumnya. Data-data tersebut digunakan untuk
menjawab permasalahan tersebut. Kesimpulan itulah yang dimaksud dengan
penemuan di dalam rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Penemuan

Mengomunikasian
Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan Data

Membuat jawaban sementara

Merumuskan
masalah

5) Mengomunikasikan
Temuan-temuan berharga para siswa jangan dibiarkan terhenti dalam
bentuk catatan-catatan berserakan. Hasil kegiatan mereka perlu ditindaklanjuti
dengan kegiatan mengomunikasikan. Temuan-temuan mereka perlu dihargai,
yakni dengan berupa kegiatan seminar. Masing-masing siswa, baik individu
ataupun kelompok, melaporkan hasil kegiatannya di depan forum diskusi untuk
ditanggapi oleh siswa lain. Dalam proses ini pun memungkinkan bagi para siswa
untuk saling memberikan masukan sehingga temuan yang mereka rumuskan
menjadi lebih penting dan bermanfaat.
c. Sistem penilaian
Kegiatan siswa selama dan setelah mengikuti kegiatan itu harus dinilai secara
komprehensif, yakni mencakup penilaian afektif, kognitif dan psikomotor. Aspek-
aspek yang dinilai disesuaikan dengan indikator yang dirumuskan sebelumnya oleh
guru. Bentuknya bisa lisan, tertulis ataupun melalui perbuatan.
Secara ringkas alur kegiatan pembelajaran penyingkapan (Discovery Learning)
adalah sebagai berikut:
1. Memberi stumulus (Stimulation): guru memberikan stimulus masalah untuk
diamati dan disimak siswa melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau
melihat gambit, dan lain-lain;
2. Mengidentifikasi masalah (Problem Statemen): siswa menemukan permasalah,
mencari informasi terkait permasalahan, dan merumuskan masalah;
3. Mengumpulkan data (Data Collecting): siswa mencari dan mengumpulkan
data/informasi yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah
yang dihadapi (mencari atau merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah,
terutama jika satu alternatif mengalami kegagalan);
4. Mengolah data (Data Processing): siswa mencoba dan mengeksplorasi
kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata
(melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif);
5. Memverifikasi (Verification): siswa mengecek kebenaran atau keabsahan hasil
pengolahan data melalui berbagai kegiatan, atau mencai sumber yang relevan baik
dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan;
6. Menyimpulkan (Generalization): siswa digiring untuk menggeneralisasikan hasil
berupa kesimpulan pada suatu kejadian atu permasalahan yang sedang dikaji
(Direktorat Pembinaan SMA: 2017:11).

D. Hipotesis Tindakan

Dari latar belakang masalah, rumusan masalah, dan pemecahan masalah yang telah
dipaparkan di atas maka hipotesis penelitian penelitian tindakan ini dapat dirumuskan
sebagai berikut,
Jika Model Discovery Learning diterpakan,maka:
1. ada pengingkatan prestasi belajar Aqidah Akhlak materi ”Iman kepada Hari Akhir”
siswa kelas IX-A MTs Negeri 6 Kerinci pada semester gasal tahun pelajaran
2020/2021.
2. ada peningkatan keaktifan kelas IX-A MTs Negeri 6 Kerinci pada semester gasal tahun
pelajaran 2020/2021.

E. Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan upaya perbaikan pembelajaran ditentukan dengan kriteria
sebagai berikut :
1. …
2. …
3. …
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rencana Penelitian

1. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MTsN 6 Kerinci kelas IX A


Pemilihan kelas tersebut didasarkan pada pertimbangan data awal bahwa
rerata nilai kelas ini paling rendah di antara kelas-kelas yang diampu oleh
peneliti (tampilkan tabel rerata nilai kelas yang diampu).

2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX A yang berjumlah 20 orang yang
terdiri dari 5 siswa putra dan 15 siswa putri. Kelas ini bersifat heterogen
karena terdiri dari siswa yang berkemampuan, berlatar belakang sosial, dan
berkarakter beragam.

3. Waktu Pelaksanaan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada semester Gasal tahun
pelajaran 2020/2021 dari bulan Juli sampai dengan bulan Oktober tahun
2020/2021

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada waktu tersebut di


atas berdasarkan pertimbangan bahwa pada saat tersebut materi Iman
Kepada Hai Akhir.

B. Sumber Data

Sumber data penelitian yang berasal dari siswa sebagai subjek


penelitian berupa data kuantitatif adalah nilai tes. Sedangkan data kualitatif
berupa hasil angket/kuesioner dan atau wawancara. Sumber data kuantitatif lain
berasal dari dokumen peneliti sendiri, dokumen sekolah, atau dokumen teman
sejawat. Data kulitatif berupa hasil observasi yang diisi oleh observer pada saat
mengamati proses pembelajaran.

C. Teknik dan Alat Pengumpul Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menjaring data yang diperlukan, peneliti menggunakan tiga teknik


pengumpulan data yaitu tes, observasi, dan wawancara. Tes dilaksanakan
untuk mendapat nilai siswa, observasi dilakukan dengan bantuan
observer untuk mendapat hasil pengamatan sebagai balikan untuk peneliti,
dan wawancara dilakukan untuk mendapat data kualitatif tentang hal yang
ingin digali.

2. Alat Pengumpul Data/ Instrumen

Untuk mendapat data hasil belajar dalam penelitian ini digunakan Butir
Soal Tes sebagaimana yang terlampir (lampiran ….halaman…. ). Sedangkan
untuk mendapat data kualitatif tentang kegiatan guru dalam proses
pelaksanaan pembelajaran digunakan instrumen berupa lembar observasi
kegiatan guru sebagai berikut: ( tampilkan formatnya di halaman ini dan
jelaskan cara mengolah/kriteria hasilnya).

Untuk mendapat data kualitatif tentang kegiatan siswa dalam proses


pelaksanaan pembelajaran digunakan instrumen berupa lembar observasi
kegiatan siswa sebagai berikut: ( tampilkan formatnya di halaman ini dan
jelaskan cara mengolah/kriteria hasilnya).

Upaya peneliti untuk mendapatkan data tentang … digunakan


angket/kuesioner sebagai berikut: (tampilkan angket disini)

Peneliti perlu mendapatkan data tambahan untuk dapat


mengetahui… dengan melakukan wawancara informal dengan siswa.

Panduan wawancara adalah sebagai berikut:

D. Analisis Data

Menggunakan analisis deskriptif :

HASIL BELAJAR dianalisis dengan analisis deskriptif komparatif yaitu


menghitung rerata nilai tes tiap pertemuan/siklus, dan membandingkan,
serta menghitung perubahan /kenaikannya dengan nilai tes antar siklus
maupun dengan indikator kinerja.

Observasi maupun wawancara dianalisis secara deskriptif kualitatif


berdasarkan hasil observasi dan refleksi. Tidak perlu menggunakan uji statistik.

Data kuantitatif yang diperoleh berupa nilai hasil tes siswa setiap pertemuan
dihitung reratanya, dianalisis jumlah siswa yang sudah tuntas dan yang belum
tuntas, nilai tertinggi maupun nilai terendah. Hasil-hasil analisis tersebut
direkapitulasi dan dihitung besar perubahan dan peningkatan yang terjadi dari
pertemuan ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus.

Data yang didapat dari siklus kedua dianalisis dengan cara yang sama, kemudian
dari hasil analisis akhir dari setiap siklus dihitung perubahan/ peningkatannya
dan diertai dengan deskripsi kritis tentang penyebab perubahan tersebut.
Data kualitatif berupa hasil observasi yang telah diisi oleh observer dalam setiap
pertemuan kemudian dianalisis secara deskriptif sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan pada instrumen. Hasil pengamatan tersebut juga dijadikan bahan
diskusi dan perbaikan pada tahap refleksi.

E. Indikator Kinerja

Merupakan kondisi akhir yang diharapkan yang didasarkan pada


pengalaman yang lalu. Jangan menetapkan indikator kinerja terlalu tinggi.
Dianjurkan menggunakan KKM KD yang diteliti. Penelitian tindakan kelas ini
yang merupakan upaya peneliti untuk meningkatkan hasil belajar… terutama
pada materi KD… tentang…dengan menggunakan metode… Penelitian tindakan
kelas ini dinyatakan berhasil bila hasil analisis data akhir sama atau lebih besar
dari kriteria ketuntasan minimal dari KD… materi …

sebesar…..

F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis PenelitianTindakan Kelas
yang terdiri dari …. Siklus (jangan lupa sebuah PTK minimal dilaksanakan
dalam dua (2) siklus)

PTK ini mengacu pada desain penelitian menurut Kemmis ( adaptasi dari Mc
Niff,1988:27) seperti berikut ini:
Menurut desain diatas, setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini, setiap siklus
terdiri dari tiga kali (3X) pertemuan dan setiap pertemuan terdiri dari
pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pelaksanaan penelitian disusun
sebagaimana tabel di bawah ini. (Buat tabel yang memuat secara rinci siklus
I pertemuan 1 dilakukan pada hari, tanggal, bulan, tahun dan jam pelajaran
keberapa serta membahas materi apa dst).

DAFTAR PUSTAKA

(Yang dicantumkan rujukan yang dipakai untuk membahas permasalahan)


LAMPIRAN

Berisi foto kegiatan, surat menyurat dan lain-lain (Dokumen yang sekiranya
penting) sebagai bukti nyata tulisan hasil sendiri

Anda mungkin juga menyukai