Anda di halaman 1dari 11

TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 8

MODUL 2
MATERIAL
Capaian Pembelajaran :
- Mahasiswa memahami baja sebagai bahan bangunan
- Mahasiswa memahami bentuk profil baja
- Mahasiswa memahami sifat mekanis baja
- Mahasiswa memahami perilaku tegangan regangan baja
- Mahasiswa memahami pengaruh temperatur terhadap baja

A. Kelebihan Baja Sebagai Bahan Bangunan


a. Kekuatan tinggi
Dewasa ini baja bisa diproduksi dengan berbagai kekuatan yang bisa dinyatakan dengan
kekuatan tegangan lelehnya (fy) atau oleh tegangan tarik batas (fu). Bahan baja walaupun
dari jenis yang paling rendah kekuatannya, tetap mempunyai perbandingan kekuatan per
volume lebih tinggi dibandingkan dengan bahan-bahan bangunan lainnya yang umum
dipakai. Hal ini memungkinkan perencana sebuah konstruksi baja bisa mempunyai beban
mati yang lebih kecil untuk bentang yang lebih besar, sehingga memberikan kelebihan
ruangan dan volume yang dapat dimanfaatkan akibat langsingnya profil-profil yang dipakai.
b. Kemudahan pemasangan
Semua bagian-bagian dari konstruksi baja bisa dipersiapkan di workshop, sehingga satu-
satunya kegiatan yang dilakukan di lapangan ialah erection structure
c. Keseragaman
Sifat-sifat dari baja, baik sebagai bahan bangunan maupun dalan bentuk struktur terkendali
dengan baik, sehingga para perencana dapat mengharapkan elemen-elemen dari konstruksi
baja bisa bersifat sesuai dengan yang diduga dalam perencanaan.
d. Daktilitas
Sifat dari baja yang dapat mengalami deformasi yang besar dibawah pengaruh tegangan
tarik yang tinggi tanpa hancur atau putus disebut sifat duktilitas. Sifat ini membuat baja
mampu mencegah terjadinya keruntuhan bangunan secara tiba-tiba.
e. Dapat/mudah di las
Dalam keadaan panas (leleh) dapat digabungkan satu dengan yang lain.
f. Komponen-komponen strukturnya bisa digunakan lagi untuk keperluan lainnya

STRUKTUR BAJA I
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 9

g. Komponen-komponen yang sudah tidak dapat digunakan masih mempunyai nilai


ekonomis sebagai besi tua
h. Struktur yang dihasilkan bersifat permanen dengan cara pemeliharaan yang tidak terlalu
sukar
i. Kekerasan
B. Kekurangan Baja Sebagai Bahan Bangunan
 Mudah berkarat
 Ketahanan kebakaran rendah
 Struktur yang langsing berbahaya terhadap tekuk
 Kelelahan / fatique
C. Bentuk Profil Baja

Gambar 2.1 Bentuk profil baja tipe Hot dan Cold Rolled Sections

D. Jenis-Jenis Baja
 Baja merupakan campuran dari beberapa unsur :
- Besi (Fe) : + 98 %
- Karbon (C) : max 1,7 % (tegangan naik, regangan kurang)
- Manganese (Mn) : max 1,65 % (kekuatan)
- Silikon (Si) : max 0,6 % (mengurangi gas)
STRUKTUR BAJA I
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 10

- Tembaga (Cu) : max 0,6 % (ketahanan terhadap karat)


- Phosfor (P) dan belerang (S) (kurang keuletan)
 Sifat baja bergantung kepada kadar carbon, semakin bertambah kadar carbonnya
maka tegangannya akan naik tetapi regangannya semakin menurun sehingga baja
bersifat keras tetapi getas.
 Adanya phospor (P) dan belerang (S) juga menyebabkan berkurangnya keuletan
(getas)
 Tembaga (Cu) mempunyai pengaruh baik terhadap ketahanan korosi
 Silikon (Si) digunakan untuk mengurangi gas pada leburan logam
 Manganese (Mn) juga menambah kekuatan baja
E. Klasifikasi Baja
1. Menurut komposisi kimianya:
a. Baja Karbon (fy = 210∼250 MPa) dibagi menjadi tiga yaitu;
 Baja karbon rendah (∼ 0,15%)
Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Penggunaannya:
- 0,05 % - 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes,
chains, rivets, screws, nails.
- 0,20 % - 0,30 % C : gears, shafts, bolts, forgings, bridges, buildings.
 Baja karbon sedang (0,15 ∼ 0,29%)
- umum untuk struktur bangunan (misalnya BJ 37)
- Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah
- Sifatnya sulit untuk dibengkokkan, dilas, dipotong.
Penggunaannya :
- 0,30 % - 0,40 % C : connecting rods, crank pins, axles
- 0,40 % - 0,50 % C : car axles, crankshafts, rails, boilers, auger bits,
screwdrivers.
- 0,50 % - 0,60 % C : hammers dan sledges.
Baja karbon memiliki titik peralihan leleh yang tegas; peningkatan kadar karbon akan
meningkatkan kuat leleh tapi mengurangi daktilitas dan menyulitkan proses pengelasan.
b. Baja mutu tinggi (fy = 275 ∼ 480 MPa)
o Menunjukkan titik peralihan leleh yang tegas.

STRUKTUR BAJA I
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 11

o Didapat dengan menambahkan unsur aloi (chromium, nickel, vanadium, dan lain-
lain) ke dalam baja karbon untuk mendapatkan bentuk mikrostruktur yang lebih
halus.
c. Baja Aloi (fy = 550 ∼ 760 MPa)
o Tidak menunjukkan titik peralihan leleh yang tegas.
o Titik peralihan leleh ditentukan menggunakan metode tangens 2‰ atau metode
regangan 5‰.
Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:
1. Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan tarik dan sebagainya)
2. Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah
3. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi dan reduksi)
Untuk membuat sifat-sifat spesial
Baja paduan yang diklasifikasikan menurut kadar karbonnya dibagi menjadi:
1. Low alloy steel, jika elemen paduannya ≤ 2,5 %
2. Medium alloy steel, jika elemen paduannya 2,5 – 10 %
3. High alloy steel, jika elemen paduannya > 10 %
Selain itu baja paduan dibagi menjadi dua golongan yaitu baja campuran khusus (special
alloy steel) dan high speed steel.
 Baja Paduan Khusus (special alloy steel)
Baja jenis ini mengandung satu atau lebih logam-logam seperti nikel, chromium,
manganese, molybdenum, tungsten dan vanadium. Dengan menambahkan logam tersebut ke
dalam baja maka baja paduan tersebut akan merubah sifat-sifat mekanik dan kimianya seperti
menjadi lebih keras, kuat dan ulet bila dibandingkan terhadap baja karbon (carbon steel).
 High Speed Steel (HSS)  Self Hardening Steel
Kandungan karbon : 0,70 % - 1,50 %. Penggunaan membuat alat-alat potong seperti
drills, reamers, countersinks, lathe tool bits dan milling cutters. Disebut High Speed Steel
karena alat potong yang dibuat dengan material tersebut dapat dioperasikan dua kali lebih
cepat dibanding dengan carbon steel. Sedangkan harga dari HSS besarnya dua sampai empat
kali daripada carbon steel.
2. High Strength Low Alloy Steel (HSLS)
Sifat dari HSLA adalah memiliki tensile strength yang tinggi, anti bocor, tahan
terhadap abrasi, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, ulet, sifat mampu mesin yang baik
dan sifat mampu las yang tinggi (weldability). Untuk mendapatkan sifat-sifat di atas maka

STRUKTUR BAJA I
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 12

baja ini diproses secara khusus dengan menambahkan unsur-unsur seperti: tembaga (Cu),
nikel (Ni), Chromium (Cr), Molybdenum (Mo), Vanadium (Va) dan Columbium.
3. Baja Perkakas (Tool Steel)
Sifat-sifat yang harus dimiliki oleh baja perkakas adalah tahan pakai, tajam atau
mudah diasah, tahan panas, kuat dan ulet.
Kelompok dari tool steel berdasarkan unsur paduan dan proses pengerjaan panas yang
diberikan antara lain:
a. Later hardening atau carbon tool steel (ditandai dengan tipe W oleh AISI), Shock
resisting (Tipe S), memiliki sifat kuat dan ulet dan tahan terhadap beban kejut dan
repeat loading. Banyak dipakai untuk pahat, palu dan pisau.
b. Cool work tool steel, diperoleh dengan proses hardening dengan pendinginan yang
berbeda-beda. Tipe O dijelaskan dengan mendinginkan pada minyak sedangkan tipe
A dan D didinginkan di udara.
c. Hot Work Steel (tipe H), mula-mula dipanaskan hingga (300 – 500) ºC dan
didinginkan perlahan-lahan, karena baja ini banyak mengandung tungsten dan
molybdenum sehingga sifatnya keras.
d. High speed steel (tipe T dan M), merupakan hasil paduan baja dengan tungsten dan
molybdenum tanpa dilunakkan. Dengan sifatnya yang tidak mudah tumpul dan tahan
panas tetapi tidak tahan kejut.
e. Campuran carbon-tungsten (tipe F), sifatnya adalah keras tapi tidak tahan aus dan
tidak cocok untuk beban dinamis serta untuk pemakaian pada temperatur tinggi.

F. Sifat-Sifat Mekanis Baja

Menurut SNI 03-1729-2002, sifat mekanis baja struktural adalah :


Tabel 2.1 Sifat mekanis baja struktural

Hubungan Tegangan – Regangan Tipikal

STRUKTUR BAJA I
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 13

Sifat – sifat mekanis lain baja struktural untuk maksud perencanaan ditetapkan sebagai
berikut :
a. Modulus Elastisitas : E = 200.000 Mpa
b. Modulus Geser : G = 80.000 Mpa
c. Poisson Ratio : μ = 0.3
d. Nisbah poisson untuk daerah plastis = 0,5

F.1 Tegangan - regangan


Kurva tegangan-regangan tipikal yang diperoleh dari hasil penelitian menggunakan
spesimen baja IWF yang dibebani tekan uniaksial, seperti yang diperlihatkan pada Gambar
2.2. Sumbu vertikal merupakan nilai tegangan dan sumbu horisontal merupakan nilai
regangan. Pada pembebanan awal, kurva berbentuk garisk lurus OA. Terdapat hubungan
linier antara tegangan dan regangan. Pada bentang garis OA, struktur baja akan berperilaku
sebagai material elastis, dimana deformasi yang terjadi akan berbanding lurus dengan
penambahan beban yang bekerja. Ketika beban tersebut dihilangkan maka elemen akan
kembali ke keadaan seperti semula tanpa mengalami perubahan bentuk deformasi Ketika
tegangan yang terjadi mencapai titik A (tegangan leleh), maka deformasi yang besar akan
terjadi walaupun hanya bekerja penambahan beban yang relatif kecil.
Zona dimana kurva tegangan-regangan adalah datar (AB) dikenal dengan zona plastis
dimana struktur akan berperilaku sebagai material plastis. Daerah plastis yang dibatasi oleh
regangan antara 2% hingga 1,2-1,5%, pada bagian ini dapat menunjukkan pula tingkat
daktilitas dari material baja tersebut. Pada baja mutu tinggi terdapat pula daerah plastis,
namun pada daerah ini tegangan masih mengalami kenaikan. Karena itu baja jenis ini tidak
mempunyai daerah plastis yang benar-benar datar sehingga tak dapat dipakai dalam analisa
plastis. Daerah penguatan regangan (strain-hardening) antara B dan C, untuk regangan lebih
besar dari 15 hingga 20 kali regangan elastis maksimum, tegangan kembali mengalami
kenaikan namun dengan kemiringan yang lebih kecil daripada kemiringan daerah elastis.
Daerah ini dinamakan daerah penguatan regangan (strain-hardening), yang berlanjut hingga
mencapai tegangan putus.
Kurva tegangan – regangan berbagai jenis baja :

STRUKTUR BAJA I
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 14

80 Kuat tarik, fu
0 Baja aloi
70 Kuat leleh
0 minimum fy =
60
700 MPa Baja mutu
0
Tegangan

50 tinggi
0
, MPa

40
0
30 fy = 350 MPa
Baja
0 karbon;
20 fy = 240 MPa
BJ 37
0
10
0

5 10 15Regangan
20 25 30 35

(‰)
Gambar 2.2 Hubungan Tegangan – Regangan berbagai jenis baja

8
5% regangan, fy (
0 2%=tangens, fy =
7 700 MPa c
0 700Typical
MPa untuk fy
0
6 )
0 > 450 MPa
0
5
Tegangan,

0
0 2% (
4 tangen
Typical untuk fy b
0
0 s < 450 MPa ) (
MPa

3
0 a
0
2 Est )
0 Kuat
0
1 leleh
Daerah Penguatan
Hingga
0
0 plastis regangan
regangan kuat
0 E tarik
1 st 1 2 2
5 Regangan
0 5 0 5
(‰)

Gambar 2.3 Hubungan Tegangan – Regangan pada daerah lebih rinci

F.2 Perilaku baja pada suhu tinggi


 Bila suhu mencapai 900C, hubungan tegangan-regangan baja menjadi tidak lagi
proporsional dan peralihan kuat leleh menjadi tidak tegas.
 Modulus elastisitas, E, kuat leleh, fy, dan kuat tarik, fu, tereduksi dengan sangat nyata.
 Reduksi tersebut sangat besar pada rentang suhu 4300C ~ 5400C.
 Pada suhu sekitar 260 ~ 3200C, baja memperlihat-kan sifat rangkak.

STRUKTUR BAJA I
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 15

F.3 Pengerjaan dingin dan penguatan regangan


•  Pengerjaan dingin terhadap baja akan menghasilkan regangan permanen.
• Terjadinya regangan permanen akan mengurangi daktilitas baja.
Daktilitas baja, μ, didefinisikan sebagai perbandingan antara regangan fraktur, ef, terhadap
regangan leleh, ey, atau daktilitas
εf
μ=
εy

F.4 Pengaruh peregangan di luar daerah elastis


Kuat
tarik
Hubungan
tegangan – Kuat
C E
regangan Elastis fraktur
– plastis.
A Peningkatan
kuat leleh,
Kemiri karena
ngan penguatan
elastis regangan

B D F Reganga
Daerah Penguatan
plastis regangan
n
Daerah
elastis
Rega
perm
ngan
anen
Gambar 2.3 Hubungan Tegangan – Regangan pada daerah diluar elastis

F.5 Strain aging


• Bila baja dibebani hingga mencapai daerah penguatan regangan dan kemudian
dibebas-bebankan untuk beberapa lama, maka baja tersebut akan menunjukkan
hubungan tegangan-regangan yang sama sekali berbeda dari aslinya dan disebut telah
mengalami strain aging.
• Baja yang telah mengalami strain aging akan memperlihatkan kuat leleh yang lebih
tinggi, daerah tegangan konstan plastis yang lebih tinggi, kuat tarik dan kuat fraktur
yang lebih besar, namun daktilitasnya lebih kecil.
F.6 Keruntuhan getas

STRUKTUR BAJA I
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 16

•  Meskipun umumnya keruntuhan baja bersifat daktail, namun dalam beberapa kondisi
baja dapat mengalami keruntuhan secara getas.
• Keruntuhan getas adalah jenis keruntuhan yang terjadi tanpa didahului oleh
deformasi plastis dan terjadi dalam waktu yang sangat singkat.
• Keruntuhan getas dipengaruhi oleh suhu, kecepatan pembebanan, tingkat tegangan,
tebal pelat, dan geometri detailing.
• Pada suhu normal, keruntuhan getas berpotensi untuk terjadi bila keadaan tegangan
cenderung bersifat multiaksial.
• Karena perubahan geometri yang tiba-tiba sering menimbulkan keadaan tegangan
multiaksial, konfigurasi dan perubahan penampang harus dibuat sehalus mungkin
untuk menghindari terjadinya keruntuhan getas.
Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan dalam mengantisipasi keruntuhan getas:
1. Temperatur rendah meningkatkan resiko keruntuhan getas;
2. Keruntuhan getas terjadi karena tegangan tarik;
3. Pelat baja tebal meningkatkan resiko;
4. Geometri tiga dimensi meningkatkan resiko;
5. Adanya cacat baja meningkatkan resiko;
6. Kecepatan pembebanan yang tinggi meningkatkan resiko;
7. Sambungan las menimbulkan resiko.
F.7 Sobekan lamelar
• Sebagai akibat proses gilas baja panas, profil baja memiliki sifat yang berbeda- beda
dalam arah gilas, transversal, dan ketebalan.
• Pada daerah elastis, sifat-sifat baja dalam arah gilas dan arah transversal hampir sama
(tahanan dalam arah transversal sedikit bebih kecil daripada tahanan dalam arah
gilas).
• Namun, daktilitas dalam arah ketebalan jauh lebih kecil daripada dalam arah gilas.
• Bila proses pembebanan adalah demikian sehingga diperlukan redistribusi, maka
daktilitas yang terbatas tidak dapat mengakomodasi redistribusi yang diperlukan;
Bahkan yang terjadi dapat berupa sobekan lamelar.
F.8 Keruntuhan lelah
• Gejala tersebut dinamakan keruntuhan lelah, dan terjadi akibat tegangan tarik yang
bersifat siklis.

STRUKTUR BAJA I
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 17

• Keruntuhan atau keretakan yang terjadi bersifat progresif hingga mencapai keadaan
instabilitas.
• Keruntuhan lelah dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Jumlah siklus pembebanan
2. Taraf tegangan tarik yang terjadi (dibandingkan dengan kuat leleh)
Tegangan tarik yang bersifat siklis dapat menyebabkan keruntuhan meskipun
kuat leleh baja tidak pernah tercapai.
3. Ukuran cacat-cacat dalam material baja
 Dalam hal keruntuhan lelah, tegangan yang terjadi pada saat layan merupakan
pertimbangan utama, sedangkan mutu baja tidak memegang peranan penting.
 Pengaruh beban mati juga tidak cukup sensitif.
 Namun, geometri penampang dan kehalusan penyelesaian detailing memberikan
pengaruh yang dominan.

STRUKTUR BAJA I
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT
TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS 18

G. DAFTAR PUSTAKA
a) Agus Setiawan,”Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD (Berdasarkan SNI 03-
1729-2002)”, Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 2008.
b) AISC Presentation.
c) Boris B., T.Y.Lin, John B.Scalzi,”Design of Steel Structures”, 2nd Edition, John Wiley
and Sons, Inc., 1968.
d) Bridge Inspector’s Reference Manual, U.S. Department of Transportation, Publication No.
FHWA NHI 03-001, October, 2002, Revised December, 2006.
e) Charles G. Salmon, Jhon E. Johnson,”STRUKTUR BAJA, Design dan Perilaku”, Jilid 1,
Penerbit AIRLANGGA, Jakarta, 1990.
f) “PERATURAN PERENCANAAN BANGUNAN BAJA (PPBBI)”, Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan, 1984.
g) SNI 03 - 1729 – 2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung.

STRUKTUR BAJA I
SURYANTI RAPANG TONAPA, ST., MT

Anda mungkin juga menyukai