Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya
penyusunan Laporan Pratikum dengan Topik Menyusun Program Inovatif dalam
Kesehatan Masyarakat dapat diselesaikan. Shalawat beserta salam penulis
sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan
pengikutnya yang setia. Penulisan laporan ini berjudul “BUNTING”.
Dalam penulisan laporan ini penulis dibimbing dan dibantu oleh berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya terutama kepada dr. Fury Maulina, MPH selaku dosen
pembimbing pratikum.
Semoga dengan bantuan, bimbingan dan motivasi yang telah diberikan
bernilai ibadah dan mendapat balasan yang berlimpah dari Allah SWT. Penulis
juga menyadari segala keterbatasan yang dimiliki. Akhir kata, penulis berharap
semoga laporan ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Lhokseumawe, 03 Januari 2020


Penulis
RANGKUMAN EKSEKUTIF
“BUNTING” (Buku monitoring cegah stunting) sebagai percontohan
dilaksanakan di Lhokseumawe yang mncakup 4 kecamatan. Bunting merupakan
program yang diselenggarakan khusus kepada ibu hamil dengan kegiatan
memberikan buku monitoring cegah stunting dengan metode self monitoring.
Program BUNTING dilaksanakan dalam 2 periode, mulai dari awal kehamilan
sampai dengan 1000 hari kehidupan.
BUNTING mencakup 10 cara intervensi stunting dan sanitasi dalam
mendukung pencegahan stunting. Program ini dijalankan di setiap kecataman di
kota Lhokseumawe yang di setiap kecamatannya telah ada kader yang bertugas
memberikan buku saku monitoring cegah stunting dan dievalusi sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendek (stunting) adalah perbandingan antara tinggi seorang anak dengan
standar tinggi anak pada populasi yang normal sesuai dengan usia dan jenis
kelamin yang sama. Anak dikatakan pendek (stunting) jika tingginya berada
dibawah -2 SD dari standar WHO (1).
Pada tahun 2017, 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami
stunting, lebih dari setengah balita stunting di dunia berasal dari Asia (55%) dan
sepertiganya (39%) di Afrika. Dari 83,6 juta balita stunting di Asia, proporsi
terbanyak berasal dari Asia Selatan (58,7%) dan proporsi paling sedikit di Asia
Tengah (0,9%). Data Prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health
Organization (WHO) menunjukkan bahwa Indonesia termasuk ke dalam negara
ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia
Regional (SEAR). Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-
2017 adalah 36,4% (2). Data Riskesdas 2018, provinsi Aceh menempati urutan
ketiga tertinggi setelah Nusat Tenggara Timur dan Sulawesi Barat dalam hal
status gizi sangat pendek dan pendek pada balita. Berbeda dengan proporsi status
gizi sangat pendek dan pendek pada baduta di tahun 2018, Aceh menempati
urutan pertama tertinggi(3).
Stunting disebabkan oleh banyak faktor. Faktor penyebab utama dari
stunting diketahui karena kekurangan gizi pada anak usia di bawah lima tahun.
Beberapa faktor lain yang menjadi penyebab stunting adalah kurangnya akses
rumah tangga atau keluarga untuk mendapatkan makanan bergizi dan kurangnya
akses ke air bersih dan sanitasi(4). Semua penyebab diatas dapat disebabkan
karena asuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai
kesehatan dan gizi sebelum masa kehamilan, pada masa kehamilan, dan setelah
ibu melahirkan, kemudian dapat disebabkan juga oleh layanan kesehatan yang
terbatas termasuk layanan Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilan) dan Post Natal Care serta pembelajaran dini dan
kesadaran pada ibu yang masih kurang berkualitas (5).
Masalah stunting memiliki dampak yang cukup serius; antara lain, jangka
pendek terkait dengan morbiditas dan mortalitas pada bayi atau balita(6), jangka
menengah terkait dengan intelektualitas dan kemampuan kognitif yang rendah,
dan jangka panjang terkait dengan kualitas sumberdaya manusia dan masalah
penyakit degeneratif di usia dewasa(7). Hal ini merupakan tragedi yang
tersembunyi, sehingga stunting yang terjadi akibat kekurangan gizi kronis selama
1.000 hari pertama kehidupan anak bisa menyebabkan kerusakan pada
perkembangan anak yang bersifat irreversible (tidak bisa diubah), sehingga anak
tersebut akan sulit mempelajari atau kurang menangkap hal yang diajarkan (8).
Saat ini, pemerintah telah mencanangkan program intervensi pencegahan
stunting terintegrasi yang melibatkan lintas kementerian dan lembaga. Pada tahun
2018, ditetapkan 100 kabupaten di 34 provinsi sebagai lokasi penurunan stunting.
Dengan adanya kerjasama lintas sektor ini diharapkan dapat menekan angka
stunting di Indonesia sehingga dapat tercapai target Suistainable Development
Goals (SDGs) pada tahun 2025 yaitu penurunan angka stunting hingga 40% (9).
Implementasi kebijakan penurunan masalah gizi secara global tidaklah
mudah. (10). Dalam usaha untuk mendukung upaya pemerintah dalam
menurunkan angka stunting di Indonesia, disusunlah suatu upaya inovatif yang
dirancang oleh mahasiswa yaitu “BUNTING”. Program ini merupakan suatu
program inovatif yang diharapkan mampu menurunkan angka stunting di
Indonesia. Selain mengikutsertakan peran layanan primer yang memiliki fungsi
promotif dan monitoring secara tidak langsung terhadap perilaku ibu dan ibu
hamil dalam upaya pencegahan dini untuk menghindari kejadian stunting,
program ini juga berupaya untuk meningkatkan kemandirian ibu dan ibu hamil
untuk dapat melakukan self monitoring menggunakan buku yang telah dirancang,
sehingga tercapainya peningkatan kesadaran pentingnya mencegah stunting.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dipecahkan melalui program ini pada dasar
nya tidak lepas dari ruang lingkup permasalahan di atas, yaitu:
1. Bagaimana cara meningkatkan pengetahuan ibu hamil dalam upaya
pencegahan dini untuk menghindari kejadian stunting?
2. Bagaimana cara mengoptimalkan kemandirian ibu dalam self monitoring
pencegahan stunting?
3. Bagaimana cara menurunkan angka kejadian stunting di Indonesia
khususnya Lhokseumawe provinsi Aceh?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari program yang akan kami rencanakan terbagi menjadi
dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum


Adapun tujuan umum dari program yang kami rencanakan yaitu untuk
menurunkan angka kejadian stunting di Indonesia khususnya Lhokseumawe
provinsi Aceh.

1.3.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan khusus dari program yang kami rencanakan yaitu:
1. Meningkatkan pengetahuan ibu hamil dalam upaya pencegahan dini untuk
menghindari kejadian stunting.
2. Mengoptimalkan kemandirian ibu dalam self monitoring pencegahan
stunting.
3. Menurunkan angka kejadian stunting di Indonesia khususnya
Lhokseumawe provinsi Aceh.
BAB 2
PELAKSANAAN PROGRAM

2.1 Gambaran Program

2.2 Deskripsi Program

2.2.1 Nama dan tema program

Nama dan tema dari program yang direncanakan antara lain:

Nama program : BUNTING (Buku Monitoring Cegah Stunting)

Tema program : “Self monitoring untuk mencegah stunting”

2.2.2 Bentuk program


Bentuk program BUNTING adalah membantu dan memudahkan ibu
dalam upaya mencegah terjadinya stunting. Prinsip program ini adalah dengan
mengoptimalkan kemandiriin ibu dalam self monitoring sehingga tercapainya
peningkatan kesadaran ibu terhadap pentingnya pencegahan stunting. Upaya ini
dilakukan dengan cara memberikan agenda yang berisi panduan pencegahan
stunting, kemudian agenda akan diisi oleh seorang ibu dan membawanya setiap
jadwal yang sudah ditentukan untuk dievaluasi dan kemudian diperbaiki. Program
ini. Program ini juga mendukung Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dalam upaya menurunkan
angka stunting di Indonesia.

2.2.3 Lokasi pelaksanaan program


Program dilaksanakan pada setiap pelayanan kesehatan yang melayani
kesehatan ibu hamil dan tempat pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat (Puskesmas dan Posyandu)

2.2.4 Jadwal pelaksanaan program

Program BUNTING akan dilaksanakan mulai Januari 2020. Jadwal terbagi


dalam dua periode. Periode 1 pada masa kehamilan dan periode 2 masa setelah
lahir hingga anak berusia 2 tahun. Pada masa kehamilan agenda akan diberikan
dan dimonitor sebanyak 4 kali dan pada masa setelah kelahiran sebanyak 3 kali.
Pemberian agenda mengharapkan kerjasama dari para tenaga kesehatan dan kader
yang terkait serta dilaksanakan setelah mendapatkan izin pelaksanaan dari Kepala
Dinas Kabupaten Aceh Utara. Jadwal secara rinci dijelaskan dalam bagan sebagai
berikut:

Tabel 2.1 Jadwal Pelaksanaan Program


Periode Kegiatan Jadwal Keterangan
1. Masa Pemberian agenda 1 Kunjungan ANC 1 Penjelasan self-
kehamilan monitor cara
pengisian agenda.
Pemberian agenda 2 Kunjungan ANC 2 Evaluasi agenda 1
Pemberian saran
Pemberian agenda 3 Kunjungan ANC 3 Evaluasi agenda 2
Pemberian saran
Pemberian agenda 4 Kunjungan ANC 4 Evaluasi agenda 3
Pemberian saran
Monev 1 Kelahiran Evaluasi agenda 4
dan kesimpulan
secara keseluruhan
periode 1 (masa
kehamilan)
2. Masa Pemberian agenda 1 Kelahiran – usia Penjelasan self-
kelahiran anak 6 bulan monitor dan cara
pengisian agenda
Pemberian agenda 2 Usia anak 6 bulan Evaluasi agenda 1
- 1 tahun Pemberian saran
Pemberian agenda 3 1 tahun – 2 tahun Evaluasi agenda 2
Pemberian saran
Monev 2 Setelah 2 tahun Evaluasi agenda 3
dan kesimpulan
kesuluruhan
periode 2 (masa
kelahiran)
3. Monev Evaluasi keseluruhan Akhir kedua Mendapatkan
akhir 2 periode periode angka stunting

2.2.5 Metode pelaksanaan program

Metode pengembangan yang akan dilaksanakan merupakan sebuah


rangkaian tahapan yang disusun secara sistematis dengan menggunakan
pendekatan POACE (Planning, Organizing, Actuating, Controlling, Evaluating).
Berikut adalah penjabaran mengenai metode pelaksanan program BUNTING
dengan pendekatan POACE.

1. Planning

Pada tahap ini, disusun beberapa perencanaan sebagai persiapan awal


untuk melaksanakan program BUNTING. Adapun perencanaan tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Menyusun program BUNTING dengan metode Self monitoring


2. Menentukan target, sasaran, output dan indikator keberhasilan
program BUNTING
3. Menyusun materi program BUNTING melalui pendekatan Self-
monitoring
4. Menyusun buku panduan pencegahan stunting
5. Menentukan jadwal sosialisasi program BUNTING kepada ibu dan
ibu hamil.
6. Melakukan pendekatan dan aksi terhadap program program
BUNTING dengan memberikan buku monitoring cegah stunting
kepada ibu dan ibu hamil.
7. Melakukan penerapan wajib berbasis Self monitoring terhadap
masyarakat wilayah Lhokseumawe khusus ibu dan ibu hamil.
8. Evaluasi hasil penerepan program BUNTING.
9. Melakukan pengecekan perhitungan angka stunting kembali.
10. Menilai perbedaan angka stunting sebelum dan sesudah.
11. Evaluasi program BUNTING melalui pendekatan Self monitoring
apakah efektif terhadap penurunan angka stunting atau tidak.
2. Organizing

Pada tahap ini, dibentuk susunan organisasi program BUNTING di mulai


dari Ketua Program, Wakil Ketua Program, Sekretaris, Bendahara, Ketua Bidang
Self monitoring yang terdiri dari ketua bidang dan perangkat penunjang lainnya.

Pada tahap ini pula, materi program BUNTING yang telah disiapkan pada
tahap sebelumnya disampaikan kepada masyarakat melalui sosialisasi program di
Puskesmas. Semua nama yang telah ditetapkan beserta jabatannya disusun ke
dalam sebuah bagan organisasi program, di bawah ini adalah hasil dari
penyusunan bagan organisasi program BUNTING

Ketua Program
Lisna Agiara

Wakil Ketua

Ketua Bidang Self-


Sekretaris
Bendahara monitoring Humas
Cut Tasya
Della Vega Yenza Fahera Rinawati
Miranda
Kader 1 Kader 2 Kader 3
Kecamatan Kecamatan Kecamata Kader 4
Kecamatan
Banda Sakti Blang n Muara Muara Satu
Mangat Dua

Gambar 2. 1 Struktur Pelaksana Program

Setelah penyusunan organisasi program, kemudian ditetapkan tugas dan


wewenang pada masing-masing jabatan tersebut. Adapun rincian tugas dan
wewenang di tiap jabatan adalah sebagai berikut:

a. Ketua Program
Ketua Program bertugas untuk mengawasi, mengevaluasi, dan
memonitoring secara umum pelaksanaan program BUNTING.
Ketua program berwenang untuk memberikan arahan, menerima
laporan, dan memutuskan keputusan terkait pelaksanaan program
BUNTING
b. Wakil Ketua Program
Wakil Ketua Program bertugas untuk membantu tugas Ketua
Program dan berwenang untuk menggantikan posisi Ketua Program
dalam kondisi tertentu, misal berhalangan hadir atau meninggal
dunia.
c. Sekretaris Program
Sekretaris bertugas dalam segala urusan kesekretariatan, dalam hal
ini mengenai surat menyurat ataupun pengarsipan. Sekretaris
berwenang untuk menyimpan data program selama program
dilaksanakan.
d. Bendahara
Bendahara bertugas dalam segala kegiatan terkait keuangan, dalam
hal ini bendahara mempertanggungjawabkan keuangan baik dana
yang terkumpul, dana yang terpakai serta pertanggungjawaban atas
setiap permasalahan terkait dana.
e. Ketua Bidang
Kabid bertanggung jawab atas kegiatan sosialisasi, edukasi,
peningkatan pemahaman akan masalah stunting dan
penatalaksanaannya dan mngawasi kader.
f. Humas
Humas bertugas dalam segala hal baik eksternal maupun internal
terkait perizinan
g. Kader
Kader bertugas memberikan buku monitoring cegah stunting yang
berisi panduan pencegahan stunting, kemudian diisi oleh seorang
ibu (dari awal kehamilan sampai dengan 1000 hari kehidupan ) dan
membawanya setiap jadwal yang sudah ditentukan untuk
dievaluasi kembali oleh kader.
3. Actuating
Tahap ini adalah tahap inti dari program BUNTING, yaitu tahap
pelaksanaan program ini di lokasi program. Adapun tahapan dalam pelaksanaan
program BUNTING adalah sebagai berikut:

1. Ketua/Wakil Ketua Program memberikan arahan kepada Ketua


Korlap untuk melaksanakan program BUNTING
2. Sekretaris dan Bendahara bertanggung jawab atas pelaksanaan
masing-masing tugas.
3. Ketua Bidang Self monitoring bertanggung jawab atas kegiatan
sosialisasi, edukasi, peningkatan pemahaman akan masalah
stunting dan penatalaksanaannya.
4. Melakukan evaluasi pada setiap jadwal yang telah ditentukan.
5. Melakukan perbandingan angka stunting di wilayah kerja tiap
Kecamatan di Lhokseumawe.
4. Controlling

Tahap ini bertujuan untuk mengawasi jalannya program agar sesuai


dengan perencanaan agar bisa mencapai hasil yang diinginkan. Pengontrolan
program BUNTING dilakukan setiap jadwal yang telah ditentukan dengan cara
koordinasi antar jabatan. Laporan yang dikirim oleh Kader masing-masing
kecamatan merupakan salah satu cara untuk mengontrol program BUNTING .
Melalui laporan tersebut, dapat diketahui apakah program telah dijalankan atau
belum. Jadwal pelaporan oleh Kader akan disesuaikan dengan jadwal pelaksanaan
kegiatan. Setelah laporan pun akan dilakukan evaluasi setiap jadwal yang telah
ditentukan untuk melihat dan menilai apakah program berjalan dengan baik dan
semestinya, dan apakah berdampak baik pada penurunan angka stunting.

5. Evaluating

Tahap ini merupakan tahap akhir dari pelaksanaan program BUNTING.


Secara umum, evaluasi program BUNTING dilakukan melalui rapat evaluasi pada
akhir periode yang diikuti oleh semua panitia program. Rapat ini ditujukan untuk
menilai tingkat pencapaian hasil, kemajuan, dan kendala yang dihadapi masing-
masing jabatan dalam pelaksanaan program selama sebulan ke belakang, untuk
selanjutnya dijadikan masukan dalam perbaikan pelaksanaan program ke
depannya.

Secara spesifik, evaluasi program dibagi ke dalam 3 tahapan:

1. Evaluasi Periode selama masa kehamilan


a. Evaluasi setiap kunjungan ANC
Evaluasi setiap kunjungan ANC dilakukan oleh Ketua Program
beserta Wakil, Sekretaris dan Bendahara, serta Kabid dari program
“ Self-monitoring” apakah program berjalan dengan baik dan
dilaksanakan secara baik oleh ibu yang telah menerima edukasi
tentang program kerja BUNTING. Pemantauan dilakukan guna
mendukung berjalannya program dengan baik agar penurunan
angka stunting dapat terjadi. Evaluasi tahap ini untuk menilai
pencapaian program dengan hitungan per kunjungan ANC, mulai
dari ANC pertama sampai keempat.
2. Evaluasi Periode selama masa kelahiram
b. Evaluasi per 6 bulanan dan 1 tahun
Evaluasi per 6 bulanan dilakukan dengan cara pengawasan apakah
program kegiatan masih berjalan dan apakah ada kendala dalam
pelaksanaan. Evaluasi juga dilakukan untuk solusi penyelesaian
masalah yang terjadi di lapangan. Evaluasi terhadap berat badan
dan tumbuh kembang bayi dan melakukan evaluasi data terkait
penurunan maupun peningkatan angka stunting. Evaluasi per 6
bulanan dan 1 tahun ini dilakukan hingga 1000 hari kehidupan.
3. Evaluasi Akhir
Evaluasi dilakukan melalui data yang telah dikumpulkan diakhir kedua
periode. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah angka stunting
mengalami penurunan dan apakah program BUNTING efektif dan
berjalan sesuai dengan tujuan program atau tidak.
2.2.7 Rincian biaya
Kebutuhan Jumlah Harga satuan Total Biaya
Buku monitoring 7 buku @10.000 70.000/ibu
cegah stunting
Kegiatan monitoring 1 kali pertemuan @250.000 250.000
evaluasi terakhir

2.2.8 Sumber dana dan sponsorship


Sumber dana yang diharapkan berasal dari pemerintah kota lhokseumawe
dan sponsor dari berbagai pihak yang memenuhi persyaratan.

2.3 Sasaran, Target, Output, dan Indikator Keberasilan


Sasaran Ibu hamil dan ibu dengan anak usia 0-2 tahun
Target Angka stunting di kota lhokseumawe mengalami
penurunan,
Output 1. Ibu dan ibu hamil memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang bagus tentang pentingnya
pencegahan terhadap stunting.
2. mengoptimalkan kemandirian ibu dalam self-
monitor sehingga tercapainya peningkatan
kesadaran ibu terhadap pentingnya pencegahan
stunting.
Indikator keberhasilan Terjadinya penurunan angka stunting di di kota
lhokseumawe setelah program dilaksanakan selama
2 tahun
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan kami mengenai penerapan program BUNTING yaitu:

1. Tingginya angka stunting di Indonesia, termasuk di Aceh dimana masalah


tersebut memiliki dampak yang serius pada anak. Implementasi kebijakan
yang dibuat pemerintah dalam menangani stunting sudah menunjukkan
hasil yang baik tetapi masih jauh dari target yang telah ditetapkan.
2. Program BUNTING merupakan program inovatif yang dirancang oleh
mahasiswa untuk menurunkan angka stunting yang bekerjasama dengan
lintas sektor.
3. Prinsip program ini adalah dengan mengoptimalkan kemandirian ibu
dalam self monitoring sehingga tercapainya kesadaran ibu pentingnya
pencegahan stunting selama kehamilan dan 1000 hari periode
pertumbuhan.
4. Program BUNTING dalam penerapannya melibatkan pihak puskesmas
sebagai penyedia sarana dan prasarana yang menunjang program,
pemerintah kota sebagai penyedia dana program serta kader BUNTING
yang berperan aktif dalam promosi dan monitoring program dilapangan.

Demikian program ini kami buat, mudah-mudahan dapat memberikan


manfaat bagi pihak yang membutuhkannya dan juga menambah kepedulian
terhadap pentingnya pencegahan dini untuk menghindari kejadian stunting pada
anak.
3.2 Saran

Adapun saran kami mengenai penerapan BUNTING yaitu:

1. Agar program ini benar-benar dilaksanakan dengan baik maka dibutuhkan


dukung oleh semua pihak yang terkait terutama pihak pemerintah kota
lhokseumawe dalam hal pengadaan sarana dan prasarana dan dana yang
dibutuhkan untuk program ini supaya tujuan dan penerapan program
BUNTING dapat tercapai dengan maksimal.
2. Panitia pelaksana program BUNTING yang terlibat dalam program ini
diharapkan dapat berperan aktif dalam melakukan tugasnya, promosi dan
pengawasan terhadap pelaksanaan program di lapangan.
3. Agar melakukan monitoring serta evaluasi secara berkala terhadap
program yang telah direncanakan, Serta melakukan perbaikan terhadap
berbagai permasalahan yang mungkin ditemukan dalam penerapan
program untuk tercapainya tujuan dari program.
DAFTAR PUSTAKA
1. Organization W health. The World Health Report 2005 Make every mother
and child count The World Health Report 2005. switzerland; 2005.
2. Kesehatan buletin jendela data dan informasi. Topik Utama Situasi Balita
Pendek (Stunting) di Indonesia. 1st ed. Sakti eka satriani, editor. Jakarta:
pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI; 2018. 1-56 p.
3. Kesehatan RI K. Hasil Utama Riskesdas 2018. Indonesia; 2018.
4. Torlesse H, Cronin AA, Sebayang SK, Nandy R. Determinants of stunting
in Indonesian children: Evidence from a cross-sectional survey indicate a
prominent role for the water, sanitation and hygiene sector in stunting
reduction. BMC Public Health. 2016;
5. Ramadhan R, Ramadhan N. Determinasi Penyebab Stunting di Provinsi
Aceh. SEL J Penelit Kesehat. 2018;5(2):71–9.
6. Lppm M, Hang S, Pekanbaru T. Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan
Intervensi untuk Mencegah Terjadinya Stunting (Suatu Kajian
Kepustakaan) Stunting Problems and Interventions to Prevent Stunting (A
Literature Review). J Kesehat Komunitas. 2015;
7. Aryastami NK. Kajian Kebijakan dan Penanggulangan Masalah Gizi
Stunting diIndonesia. Buletin Penelitian Kesehatan. Bull Heal Res.
2017;45(4):233–40.
8. Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH, Irawati A, Utami NH, Tejayanti T, et
al. Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. 1st ed. Sudomo
M, editor. Jakarta: Lembaga Penerbit Balitbangkes; 2015. 1-218 p.
9. Saputri RA, Tumangger J. Hulu-Hilir Penanggulangan Stunting di
Indonesia. J Polit issues. 2019;1:1–9.
10. Morris SS, Cogill B, Uauy R, Undernutrition C, Group S. Maternal and
Child Undernutrition 5 Eff ective international action against
undernutrition : why has it proven so diffi cult and what can be done to
accelerate progress ? Lancet. 2008;371:608–21.

Anda mungkin juga menyukai