Anda di halaman 1dari 62

SKRIPSI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS DENGAN


KEJADIAN POST PARTUM BLUESDI KLINIK
BERSALIN BROMO MEDAN
TAHUN 2018

Nova Rianti
P07524517085

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-IV
TAHUN 2018

1
2

SKRIPSI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS


DENGANKEJADIAN POST PARTUM BLUESDI KLINIK
BERSALIN BROMO MEDAN
TAHUN 2018

SebagaiSyaratMenyelesaikanPendidikan Program Studi


Diploma IV

Nova Rianti
P07524517085

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-IV
TAHUN 2018
3
4
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
PROGRAM STUDI D-lV KEBIDANAN ALIH JENJANG
SKRIPSI, Agustus 2018

NOVA RIANTI
Hubungan Karakteristik Ibu Nifas Dengan Kejadian Post Partum Blues Di
Klinik Bersalin Bromo Medan Tahun 2018

Vii + 35halaman + 8tabel + 1 skema + 7lampiran

Abstrak

Post partum blues merupakan salah satu bentuk gangguan perasaan


akibat penyesuaian terhadap kelahiran bayi yang muncul pada hari pertama
sampai hari ke empat belas setelah proses persalinan, dengan gejala memuncak
pada hari kelima. Angka kejadian post partum blues di Asia bervariasi antara 26-
85%. Di Indonesia antara 50-70%. Asia mencapai 26-85%. Di provinsi Aceh 7
dari 10 ibu melahirkan mengalami post partum blues. Di Amerika serikat ibu yang
mengalami post partum blues berkisar 75-80%. Di Jerman 55,2%. India 8,9%.
Melayu3,0%. Dari hasil penelitian Setyowati di RS Dr. Soetomo Surabaya, 31 ibu
post partum ada sebanyak 17 ibu yang mengalami post partum blues (54,84%).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Karakteristik Ibu Nifas
Dengan Kejadian Post Partum Blues Diklinik Bersalin Bromo Medan Tahun 2018.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
yang pernah post partum di Klinik Bersalin Bromo Medan. Sampel dalam
penelitian ini sebanyak 30 orang. Teknik pengambilan sampel ini dilakukan
dengan menggunakan teknik accidental sampling. Analisis yang dilaksanakan
secara univariat, bivariat dan multivariat. Rumus dalam penelitian ini
menggunakan rumus Chi Square
Hasil penelitian hubungan antara umur dengan kejadian post partum
blues (0,001 < 0,05), pendidikan dengan kejadian post partum blues (p 0,112 >
0,05), paritas dengan kejadian post partum blues (0,584 > 0,05). Dari hasil
penelitian, umur memiliki hubungan dengan kejadian post partum blues,
sedangkan pendidikan dan paritas tidak memiliki hubungan dengan kejadian post
partum blues.
Diharapkan bagi bidan/pegawai klinik bromo lebih aktif dalam
memberikan penyuluhan mengenai bahayanya menikah umur < 20 tahun. Bagi
ibu untuk meningkatkan pengetahuan mengenai post partum blues dengan aktif
mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan lebih terbuka
untuk menanyakan sesuatu.

Kata kunci : Nifas, Post Partum Blues


Daftar bacaan : 9 Buku (2013-2016), 11 Website

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat dan
rahmatNya sehingga dapat terselesaikannya skripsi yang berjudul “Hubungan
Karakteristik Ibu Nifas Dengan Kejadian Post Partum Blues Di Klinik Bersalin
Bromo Medan Tahun 2018” sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
Sarjana Sains Terapan Kebidanan pada program Studi D-IV Kebidanan Medan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Medan. Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan Skripsi ini
sehingga dapat dimanfaatkan oleh semua pihak. Dalam hal ini, penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan.
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan Medan
4. Melva Simatupang, SST, M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan Medan
periode 2014-2018.
5. Suswati, SST, M.Kes sebagai Pembimbing Skripsi yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis.
6. Idau Ginting, SST, M.Kes selaku Ketua Penguji dari Skripsi yang telah
memberikan masukan berupa kritik dan saran kepada peneliti.
7. Ardiana Batubara, SST, M.Keb selaku Penguji ll dari Skripsi yang telah
memberikan masukan berupa kritik dan saran kepada peneliti.
8. Yulina S.kp. M.Bio.Med, selaku dosen Pembimbing Akademik (PA) yang
telah memberikan bimbingan sehingga Skripsi ini terselesaikan.
9. Nova Am.Keb selaku ibu pemilik klinik dan terima kasih banyak yang telah
memberi kesempatan lepada penulis untuk melakukan penelitian di Klinik
Besalin Bromo Medan Tahun 2018.
10. Seluruh dosen dan staff pengajar yang telah memberikan ilmu kepada
penulis selama kuliah di Jurusan Kebidanan Poltekkes kemenkes RI Medan.
11. Hormat dan sembah sujud penulis yang tidak terhingga kepada kedua
orangtua tercinta. Ayahanda M. Harun Ismail dan ibunda Muslihati yang telah
memberikan cinta dan kasih sayang berupa doa, materi dan dukungan.

iii
12. Teruntuk adik-adik penulis, Agustinur, Marhaban, Khairul Anwar, yang telah
memberikan doa, cinta dan semangat kepada penulis.
13. Kepada seluruh mahasiswa kebidanan khususnya D-IV Alih Jenjang
Angkatan 2017/2018 yang telah membagi suka dan duka bersama sama baik
diluar dan di dalam proses pembelajaran.

Medan, Agustus2018
Penulis

Nova Rianti

iv
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................ 5
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
1.4.1 Manfaat Teoritis ........................................................................ 5
1.4.2 Manfaat Praktis......................................................................... 6
1.5 Keaslian Penelitian ................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Masa Nifas .............................................................................................. 7
2.1.1 Pengertian Masa Nifas .................................................................. 7
2.1.2 Tujuan Masa Nifas ........................................................................ 7
2.1.3 Tahapan Masa Nifas ..................................................................... 7
2.1.4 Perubahan Masa Nifas.................................................................. 8
2.1.5 Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas ................. 8
2.1.6 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas ...................................... 9
2.1.7 Isu Terbaru Perawatan Masa Nifas ............................................... 10
2.1.8 Adaptasi Psikologis Masa Nifas .................................................... 11
2.2 Post Partum Blues .................................................................................. 12
2.2.1 Pengertian Post Partum Blues ...................................................... 12
2.2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Post Partum Blues ................ 13
2.2.3 Gejala-Gejala Yang Tampak Sebagai Post Partum Blues ............. 15
2.2.4 Cara Untuk Mengatasi Post Partum Blues .................................... 15
2.2.5 Hal-Hal Yang Dapat Dilakukan Seorang Bidan ............................. 16
2.3 Depresi Post Partum ............................................................................... 16
2.3.1 Tanda-Tanda Depresi Post Partum ............................................... 17
2.3.2 Factor-Faktor Yang Dapat Menyebabkan Depresi Post Partum .... 17
2.3.3 Bidan Dapat Membanti Dengan Cara ............................................ 17
2.4 Post Partum Psikologis ........................................................................... 18
2.4.1 Faktor Penyebab Post Partum Psikologis ..................................... 18
2.4.2 Gejala Post Partum Psikologis ...................................................... 18
2.4.3 Penatalaksanaan Post Partum Psikologis ..................................... 18
2.5 Kesedihan Dan Duka Cita ....................................................................... 18
2.5.1 Tahap-Tahap Berduka .................................................................. 19

v
2.6 Kerangka Konsep ................................................................................... 20
2.7 Definisi Operasional ................................................................................ 20

BAB III METODELOGI PENELITIAN


3.1 Jenis Dan Desain Penelitian ................................................................... 21
3.2 Lokasi Dan Waktu ................................................................................... 21
1. Lokasi Penelitian ............................................................................... 21
2. Waktu Penelitian ............................................................................... 21
3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian ............................................................. 21
1. Populasi ............................................................................................ 21
2. Sampel .............................................................................................. 21
3.4 Jenis Dan Cara Pengumpulan Data ........................................................ 22
1. Jenis Pengumpulan Data .................................................................. 23
2. Cara Pengumpulan Data ................................................................... 23
3.5 AlatUkur / Instrument Dan Bahan Penelitian .......................................... 23
3.6 Uji Validitas Dan Reabilitas .................................................................... 23
3.7 Pengolahan Data Dan Analisis Data ...................................................... 23
1. Pengolahan Data............................................................................... 23
2. Analisis Data ..................................................................................... 24
3.8 Etika Penelitian ...................................................................................... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil penelitian ....................................................................................... 26
1. Analisis Univariat ............................................................................... 27
2. Analisis Bivariat.................................................................................. 28
4.2 Pembahasan........................................................................................... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 32
5.2 Saran ...................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Definisi Operasional ...................................................................... 20

Tabel3.1 Waktu Penelitian ............................................................................ 21

Tabel4.1 Distribusi Frekuensi Hubungan Karakteristik Ibu Nifas Dengan


Kejadian Post Partum Blues ......................................................... 26

Tabel4.2 Tabulasi Silang Antara Umur Ibu NifasDengan Kejadian Post


Partum Blues ................................................................................ 27

Tabel 4.3 Tabulasi Silang Antara Pendidikan Ibu Nifas Dengan Kejadian
Post Partum Blues ........................................................................ 27

Tabel 4.4 Tabulasi Silang Antara Paritas Ibu Nifas Dengan Kejadian Post
Partum Blues ................................................................................ 28

vii
DAFTAR GAMBAR

Tabel 2.1 KerangkaKonsep .......................................................................... 20

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Permohonan Izin Survey Awal Penelitian


2. Surat Balasan Penerimaan Survey Awal Penelitian
3. Surat Penelitian
4. Surat Balasan Penelitian
5. Lembar Penjelasan Penelitian
6. Lembar Inform Consen
7. Lembar SPSS
8. Daftar Konsultasi Proposal Skripsi

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Data World Health Organization (WHO) tahun 2013 memperkirakan 585.000
perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan, proses
kelahiran dan aborsi yang tidak aman akibat kehamilan yang tidak
diinginkan.Diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di Negara-negara
berkembang (Badan Pusat Statistik, 2013).
Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) menunjukkan angka yang tertinggi
dibandingkan dengan AKI di negara-negara ASEAN lainnya.Target AKI di
Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran
hidup.Survey Demokrasi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
melaporkan, AKI yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target
yang harus dicapai pada tahun 2015. AKI di Yogyakarta paling rendah yaitu 104
per 100.000 kelahiran hidup dibandingkan propinsi lain di Indonesia (Badan
Pusat Statistik, 2013).
AKI di Sumatera Utara sebesar 328/100.000 kelahiran hidup namun,
masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka nasional hasil sensus
penduduk 2010 yaitu sebesar 259/100.000 kelahiran hidup, (Profil Kesehatan
Propinsi Sumut, 2014).
Suistainable Development Goals (SDGs), berkomitmen unruk
menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). SDGs
mempunyai 17 tujuan dan 169 target, tujuan pertama, kedua dan ketiga
berhubungan dengan kesehatan. Sedangkan tujuan yang berhubungan dengan
penurunan AKI adalah tujuan yang ketiga yaitu dengan target penurunan AKI
sebesar 70 per 100.000 kelahiran hidup (KH), AKB 12 per 1.000 KH
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari
derajat kesehatan perempuan. AKI di Indonesia tahun 2012 mengalami kenaikan
dibandingkan pada tahun 2007 yaitu dari 228 per 100.000 ibu kelahiran hidup
menjadi 359 per 100.000 ibu kelahiran hidup di tahun 2012. Melonjaknya AKI

1
2

tersebut memperlihatkan lemahnya sistem kesehatan ibu dan reproduksi pada


tahun 2015 yaitu 102 per 100.000 ibu kelahiran hidup.
Angka Kematian Ibu di Provinsi DKI Yogyakarta sebesar 87,3 per
100.000 kelahiran hidup yang tersebar di beberapa kabupaten, salah satunya di
Kabupaten Bantul yaitu sebanyak 13 kasus. Kematian ibu tersebut masih
didominasi oleh perdarahan (32%), hipertensi dalam kehamilan (25%), infeksi
(5%), dan abortus (1%) (Kemenkes, 2013).
Angka kejadian postpartum blues di Asia cukup tinggi dan bervariasi
antara 26-85%, Diluar negeri Angka kejadian post partum blues cukup tinggi
mencapai 26-85%. Di belanda tahun 2013 diperkirakan 2-10% ibu melahirkan
mengidap gangguan dini, diperkirakan 50-70% ibu melahirkan menunjukkan
gejala-gejala awal kemunculan post partum blues.
Sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50%, dari
kematian ibu pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama paska persalinan, hal
itu disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Dari kantor BKKBN provinsi
aceh di temukan data bahwa 7 dari 10 ibu yang melahirkan di Provinsi Aceh
pada tahun 2012 mengalami depresi berat setelah melahirkan, gejala depresi
seperti tidak nafsu makan dan susah tidur merupakan keluhan yang paling
sering diutarakan para ibu pasca melahirkan. Hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian dari Tatik, dan Weni yang dikutip oleh Toni pada tahun (2015), yaitu
didapatkan hasil bahwa usia remaja tengah (15-18 tahun) lebih rentan 1,5%
terkena post partum blues dibandingkan dengan usia dewasa madya (35-60
tahun). Usia mempunyai pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan ibu, usia
yang kemungkinan tidak berisiko tinggi pada saat kehamilan dan persalinan yaitu
usia 20-35 tahun, karena pada saat tersebut rahim sudah siap menerima
kehamilan, mental sudah matang dan sudah mampu merawat bayi dan dirinya.
Jika seorang wanita memutuskan untuk hamil diluar rentang usia tersebut maka
akan rentan untuk mengalami kehamilan yang berisiko tinggi (Toni, 2013).
Berdasarkan penelitian oleh Dian (2015), yang dilakukan di Amerika
Serikat, ibu post partum yang mengalami post partum blues berkisar antara 75-
80%, hasil prevalensi post partum blues tertinggi di Tanzania 83% dan terendah
8% dalam study di Jepang, prevalensi post partum blues di Yunani sekitar
71,3%, di Jerman 55,2%, dan di Negeria adalah 31,3% (Dian, 2015).
3

Hasil penelitian Setyowati dan Riska pada tahun 2012 di RS Dr.


Soetomo Surabaya, mengidentifikasi bahwa dari 31 ibu post partum, ada
sebanyak 17 (54,84%) ibu yang mengalami post partum blues, angka kejadian
post partum blues di luar negeri cukup tinggi pada ibu-ibu yang baru melahirkan
sekitar 75–80%.
Prevalensi kejadian post partum bluesdari berbagai penelitian berbeda di
tiap negara, berkisar antara 10-34. Penelitian di Negara barat menunjukkan
kejadian lebih tinggi dibandingkan dengan yang pernah dilaporkan dari Asia.
Pada penelitian yang dilakukan terhadap 154 wanita pasca persalinan di
Malaysia pada tahun 1995 dilaporkan angka kejadian 3,9% terbanyak dari ras
India (8,9%), Melayu (3,0%), dan tidak adanya kasus pada ras Cina. Penelitian di
Singapura dilaporkan angka kejadiannya sebesar 1%.Di Indonesia perhatian
terhadap masalah postpartum bluesmasih kurang, dari 37 ibu primipara, 14%
mengalami post partum blues tingkat berat, sedangkan dari 65 ibu multipara,
12% mengalami post partum blues tingkat berat (Reni, 2015).
Angka kejadian baby blues atau postpartum blues di Asia cukup tinggi
dan bervariasi antara 26-85%, sedangkan di Indonesia angka kejadian baby
blues atau postpartum blues antara 50-70% dari wanita pasca persalinan.
(Ratna, 2013). Di Indonesia, angka kejadian postpartum blues antara 50-70%
wanita pasca persalinan semula diperkirakan angka kejadiannya rendah
dibandingkan negara-negara lain, hal ini disebabkan oleh budaya dan sifat orang
Indonesia yang cenderung lebih sabar dan dapat menerima apa yang
dialaminya, baik itu peristiwa yang menyenangkan maupun menyedihkan.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Panembahan Senopati
Bantul didapatkan jumlah persalinan pada tahun 2014 berjumlah 1.219
persalinan. Kemungkinan dari jumlah total persalinan tersebut terdapat beberapa
ibu yang mengalami post partum blues. Setelah dilakukan studi pendahuluan
pada tanggal 21 April 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul dengan
metode observasi dan wawancara dari 7 ibu didapatkan 2 ibu post partum hari ke
4 dengan rentang usia 20-35 tahun terlihat murung dan cemas ketika dilakukan
observasi dan dilakukan wawancara ibu menutup diri dan tidak kooperatif.
Perubahan yang terjadi pada ibu post partum tidak hanya perubahan
fisiologis, namun juga terjadi perubahan psikologi. Psikologis merupakan aspek
penting sebagai dasar persiapan ibu hamil untuk melaksanakan peran barunya
4

setelah melahirkan. Masalah psikologis pada ibu post partum terjadi apabila tidak
mampu dalam penyesuaikan perubahan peran (Dian, 2015).
Ada tiga jenis gangguan efek atau mood pada wanita yang baru
melahirkan, yaitu post partum blues, post partum depression, dan post partum
psikologis. Post partum blues adalah periode pendek kelabilan emosi sementara
yang ditandai dengan perubahan sikap ibu seperti, mudah menangis, rasa letih,
mudah marah, cemas, dan sedih.
Post partum depression adalah gangguan emosional pada wanita pasca
persalinan dan bisa terjadi selama beberapa bulan bahkan tahun. Gejala yang
dialami oleh wanita post partum depression lebih lama dibandingkan dengan
postpartum blues. Post partu psikologisadalah psikis psikiatri paling parah dan
gejalanya dapat bermula dari post partu blues atau post partum depression(Dian,
2015).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan di berbagai tempat di Indonesia
antara lain : di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya pada tahun 2001-2013
ternyata angka kejadian mencolok tinggi yakni sebesar 11%-30% dibandingkan
dengan kejadian di negara lain yang ada di Asia. Dan penelitian lain didapatkan
angka postpartum bluesyang lebih tinggi yaitu 23,4%-36,7% (Fitriyani, 2015).
Depresi pasca melahirkan bisa menyerang siapa saja tanpa memandang
usia, jenis pekerjaan, tingkat sosial ekonomi, jenjang pendidikan. Berarti semua
ibu yang baru melahirkan bisa terserang gangguan ini.Depresi ini bisa
berlangsung sebentar (singkat), bahkan ada yang hingga bertahun-tahun. Jika
ada yang mengalami kasus semacam ini, peran suami dan anggota keluarga lain
sangat dibutuhkan. Tindakan lanjutan pun perlu dipertimbangkan yaitu menemui
dokter atau psikolog (Fitriyani, 2015).
Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2015),
menjelaskan bahwa kemungkinan terjadinya post partum blues disebabkan oleh
beberapa karakteristik yaitu : rentang umur antara 20-35tahun yang memiliki
persentase lebih tinggi dibanding umur <20thn atau >35thn yaitu (79%), tingkat
pendidikan dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rentan
seseorang mengalami stress yang tinggi (dalam tingkat SMU dan PT), yaitu
61,25%, ibu rumah tangga yang tidak bekerja yaitu 62,5%, ibu primipara (65%),
ibu yang tidak mendapat dukungan sosial termasuk dari suami dan keluarga
5

(60%). Sehingga hasil dalam penelitian sebagian besar responden mengalami


post partum blues yaitu sebanyak 54 orang (67,5%), (Herawati, 2015).
Berdasarkan uraian diatas, meskipun postpartum blues merupakan
gangguan psikologi yang ringan namun apabila tidak tertangani dengan baik
dapat berkembang menjadi gangguan psikologi yang lebih berat (Devi, 2014).
Berdasarkan hasil survei peneliti yang dilakukan Di Klinik Bersalin Bromo
periode November - maret 2018 adalah sebanyak 51 ibu post partum, dan
kebanyakan dari ibu post partum mengalami kesedihan dan kemurungan setelah
melahirkan, dikarenakan kurangnya dukungan suami, pengalaman yang kurang
dalam merawat bayinya, ketidak terimaan terhadap bayinya atau bayinya cacat,
tanda-tanda diatas biasa disebut dengan post partum blues. Dari data-data
tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan
Karakteristik Ibu Nifas Dengan Kejadian Post Partum Blues Di Klinik Bersalin
Bromo Tahun 2018”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan Karakteristik Ibu Nifas Dengan
Kejadian Post Partum Blues Di Klinik Bersalin Bromo Tahun 2018”.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Karakteristik Ibu
Nifas Dengan Kejadian Post Partum Blues Di Klinik Bersalin Bromo Tahun 2018”.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi ibu yang mengalami post partum blues di
Klinik Bersalin Bromo.
2. Untuk mengetahui umur ibu nifas di Klinik Bersalin Bromo.
3. Untuk mengetahuiparitas ibunifas di Klinik Bersalin Bromo.
4. Untuk mengetahui pendidikan ibu nifas di Klinik Bersalin Bromo.
5. Untuk mengetahui hubungan umur ibu nifas dengan kejadian post
partum blues Klinik Bersalin Bromo.
6. Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu nifas dengan kejadian
post partum blues di Klinik Bersalin Bromo.
7. Untuk mengetahui hubungan paritas ibu nifas dengan kejadian post
partum blues di Klinik Bersalin Bromo.
6

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memberikan informasi yang dapat digunakan sebagai
masukan pada ilmu pengetahuan dan dikembangkan dalam ilmu praktik
kebidanan khususnya mengenai hubungan karakteristik ibu nifas dengan
kejadianpost partum blues.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Ibu Post Partum di Klinik Bersalin Bromo
Ibu dapat memahami kejadian post partum blues sehingga kejadian post
partum blues dapat diminimalisasi.
b. Bagi Klinik Bersalin Bromo
Sebagai sumber informasi kepada petugas kesehatan agar lebih
memerhatikan ibu post partum sehingga dapat mengurangi kejadian post
partum blues berhubungan dengan usia ibu.
c. Bagi Poltekkes Kemenkes Medan
Untuk menambah referensi penelitian yang akan dilakukan di Klinik
Bersalin Bromo sehingga dapat mengembangkan ilmu kebidanan terkait
dengan kejadian post partum blues.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan salah satu informasi serta untuk menambah ilmu dan
pengetahuan dalam hal ini mengenai kejadian post partum blues pada ibu
nifas.
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Devi Kurniasari dan Yetti Amir Astuti (2014).
Dengan judul Hubungan Antara Karakteristik Ibu Dan Dukungan Sosial Suami
Dengan Postpartum Blues Pada Ibu Dengan Persalinan Sc Di Rumah Sakit
Umum Ahmad Yani Metro Tahun 2014.DenganJenis penelitian kuantitatif dengan
pendekatan Cross sectional.Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30.Dilakukan
di RSU Ahmad Yani Metro pada bulan Juni – juli 2014.Data diambil dengan
lembarkuesioner.Uji statistik dilakukan dengan Chi Square.
Persamaan dengan peneliti adalah jenis penelitian yaitu kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional, data diambil dengan lembar kuesioner dan uji
statistik dilakukan dengan Chi Square.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKAAN
2.1 Masa Nifas
2.1.1 PengertianMasa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah lahirnya pasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya pasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari)
setelah itu. Sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama post partum
sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada
masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Vivian, 2016).
2.1.2 Tujuan Masa Nifas
Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas yaitu :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2. Melaksanakan skrining secara komprehansif, deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan ukesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
5. Mendapatkan kesehatan emosi (Damai, 2014).

2.1.3 Tahapan Masa Nifas


Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
1. Puerperium Dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdir dan
berjalan-jalan.
2. Puerperium Intermedial
Suatu masa dimana kepulihan organ-organ reproduksi selama kurang
lebih enam minggu.
3. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi (Reni, 2017).

7
8

2.1.4 Perubahan Masa Nifas


Pada masa nifas terjadi beberapa perubahan, antara lain :
1. Perubahan Uterus
Involusi uteri adalah proses uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.
Uterus biasanya berrada di organ pelvik pada hari ke-10 setelah
persalinan.Involusi uterus lebih lambat pada multipara.
2. Pengeluaran Lokea
Lokhea adalah cairan yang keluar dari liang vagina/senggama pada masa
nifas. Cairan ini dapat berupa darah atau sisa lapisan krahim.
Urutan pengeluaran lokea :
1–3 Rubra/Krueta merah kehitaman.
3–7 Sanguinolenta putih bercampur darah.
7 – 14 Serosa kekuniangan.
>14 Alba putih (Damai, 2017).
Jumlah total lokhea yang diproduksi 150-450 ml dengan jumlaqh rata-rata
225 ml. Selama 2 – 3 hari pertama setelah melahirkan.
3. Payudara/Laktasi
ASI dihasilkan oleh kerja gabungan antara hormone dan refleks. Kelenjar
hipofise didasar otak menghasilkan hormon prolactin akan membuat sel
kelenjar payudara menghasilkan ASI. Prolaktin adalah hormone pertama
yang bertanggung jawab dalam proses laktasi. Dengan rangsangan hisap
bayi yang mengeluarkan prolaktin dari adeni hipofise dan oksitosin dari
neurohipofise. Pada saat yang sama akan menstimulasi saraf melalui
tulang belakang ke hypothalamus untuk menekan pengeluaran faktor
terhambat terhadap laktasi.
4. Perubahan Lain
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih 37,5 ºC sesudah partus dapat naik
0,5 ºC dari keadaan normal tetapi tidak melebihi 38 ºC, sesudah 12 jam
pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila
suhu badan >38 ºC mungkin ada infeksi.

2.1.5 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas


Bidan memiliki peran yang sangat penting dalam pembarian asuhan post
partum. Adapun peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nisas antara lain :
9

1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas


sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psokologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunyaq rujukan.
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpukan data,
menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi, dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
8. Memberikan asuhan secara professional (Reni, 2017).

2.1.6 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali
kunjungan yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir
serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang
terjadi antara lain :
1. 6-8 jam setelah persalinan
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
10

Catatan : Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal


dengan ibu dan bayi baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran
atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2. 6 hari setelah persalinan
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan tali
pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
3. 2 minggu setelah persalinan
Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan meraba
bagian Rahim.
4. 6 minggu setelah persalinan
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi
alami.
b. Memberikan konseling untuk KB secara dini (Reni, 2017).

2.1.7 Isu Terbaru Perawatan Masa Nifas


Beberapa isu terbaru mengenai perawatan masa nifas adalah sebagai
berikut :
1. Mobilisasi dini
Senam nifas bertujuan untuk mengurangi bendungan lokhea dalam
rahim, memperlancar peredaran darah sekitar alat kelamin, dan
mempercepat normalisasi alat kelamin.
2. Rooming in (perawatan ibu dan anak dalam 1 ruang/kamar)
Meningkatkan pemberian ASI, bounding attachment, mengajari ibu cara
perawatan bayi terutama pada ibu primipara, dimulai dengan penerapan
inisiasi menyusu dini.
11

3. Pemberian ASI
Untuk meningkatkan volume ASI pada masa nifas, ibu dapat memberikan
terapi pijat bayi (Vivian, 2016).

2.1.8 Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas


Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh ibu dalam menghadapi aktivitas
dan peran barunya sebaggai seorang ibu.Sebagian wanita berhasil
menyesuaikan diri dengan baik, tapi sebagian lainnya tidak berhasil
menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan
berbagai gejala atau syndrom.
Banyak faktor yang diduga berperan dalam syndrom ini, salah satu yang
penting adalah kecukupan dukungan social dari lingkungan (terutama suami).
Kurangnya dukungan sosial dari kelurga dan teman khususnya dukungan suami
selama periode pasca-salin (nifas) diduga kuat merupakan faktor penting dalam
terjadinya post partum blues. Ada banyak perubahan yang telah terjadi dimasa 9
bulan yang lalu dan bahkan lebih yang terjadi sekarang, bahkan seorang ibu
nifas mungkin merasa sedikit ditinggalkan atau dipisahkan dari lingkungannya.
Banyak hal menambah beban hingga membuat seorang wanita merasa
Down.Banyak ibu yang merasa tertekan pada saat setelah melahirkan,
sebenarnya hal tersebut adalah wajar.Perubahan peran seorang ibu memerlukan
adaptasi yang harus dijalani.Tanggung jawab menjadi seorang ibu semakin
besar dengan lahirnya seorang bayi.Dorongan dan perhatian seluruh anggota
keluarga lainnya merupakan dukungan yang positif bagi ibu (Vivian, 2016).
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-
fase sebagai berikut :
1. Fase Taking In (1-2 hari post partum)
Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung dan berfokus pada dirinya.
Mengulang-ulang menceritakan pengalaman proses bersalin yang dialaminya.
Wanita baru melahirkan ini perlu istirahat atau tidur untuk mencegah gejala
kurang tidur dengan gejala lelah, cepat tersinggung, campur baur dengan proses
pemulihan.
2. Fase Taking Hold (2-4 hari post partum)
Ibu khawatir akan kemampuannya untuk merawat bayinya dan khawatir
tidak mampu bertanggung jawab untuk merawat bayinya. Wanita post partum ini
12

berpusat pada kemampuannya dalam mengontrol diri, fungsi tubuh. Berusaha


untuk menguasai kemampuan untuk merawat bayinya, cara menggendong dan
menyusui, memberi minum, mengganti popok. Wanita pada masa ini sangat
sensitive akan ketidak mampuannya, cepat tersinggung dan cenderung
menganggap pemberitahuan bidan atau perawat sebagai teguran, maka hati-hati
dalam berkomunikasi dengan wanita ini dan perlu memberi support.
3. Fase Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya.Keinginan untuk merawat diri dan bayinya
meningkat pada fase ini. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih
mandiri dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan
keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih
diperlukan ibu untuk menjaga kondisi bayinya.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut :
a. Fisik : Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih.
b. Psikologi : Dukungan dari keluarga sangat diperlukan.
c. Sosial : Perhatian, rasa kasih sayang (Yetti, 2016).

2.2 Post Partum Blues


2.2.1 Pengertian Post Partum Blues
Post partum blues merupakan salah satu bentuk gangguan
perasaan akibat peyesuaian terhadap kelahiran bayi, yang muncul pada hari
pertama sampai hari ke empat belas setelah proses persalinan, dengan gejala
memuncak pada hari ke lima. Post partum blues menunjukkan gejala-gejala
depresi ringan yang dialami oleh ibu seperti mudah menangis, perasaan-
perasaan kehilangan dan dipenuhi dengan tanggung jawab, kelelahan,
perubahan suasana hati yang tidak stabil, dan lemah nya konsentrasi, selain itu
ibu menjadi mudah tersinggung, dapat mengalami gangguan pola makan dan
tidur (Diah, 2015).
Menurut WHO (Wold Healt Operation), angka kejadian postpartum
bluescukup tinggi dan bervariasi antara 26-85%. Angka kejadian post partum
blus diluar negeri cukup tinggi mencapai 26-85%. Post partum blues juga dapat
dipengaruhi berdasarkan umur, didapatkan bahwa dari 37 ibu primipara (14%)
13

mengalami post partum blues tingkat ringan, sedangkan dari 65 ibu multipara
(12%) mengalami post partum blues tingkat berat (Reni, 2015).
Di indonesia dengan menggunakan EPDS (Edinburg Postnatal
Depression Scale) tahun 1993 menunjukkan 73% wanita mengalami post partum
blues. Prevalensi kejadian post partum blues dari berbagai negara, berkisar
antara 10-34% dari seluruh persalinan. Post partum blues atau sering juga
disebut maternity blues atau sindrom ibu baru, dimengerti sebagai suatu sindrom
gangguan efek ringan pad minggu pertama. Post partum blues dialami hingga
50-80% ibu yang baru melahirkan. Hal ini disebabkan perubahan hormonal pada
pertengahn masa post partum (Yetti, 2016).
Kemurungan masa nifas umumnya terjdi pada ibu baru. Hal ini
disebabkan oleh perubahan dalam tubuh seorang wanita selama kehamilannya
serta perubahan-perubahan irama atau cara hidupnya sesudah bayinya terlahir.
Yang beresiko mengalami kemurungan pasca bersalin adalah wanita muda,
kesulitan menyusui bayinya. Berbagai perubahan yang terjadi dalam tubuh -
wanita selama kehamilan dan perubahan cara hidupnya sesudah mempunyai
bayi, perubahan hormonal, adanya perasaan kehilangan secara fisik sesudah
melahirkan yang menjurus pada suatu perasaan sedih (Reni, 2017).
Melahirkan merupakan salah satu hal yang paling penting dari peristiwa
peristiwa paling bahagia dalam hidup seorang wanita, akan tetapi sebagian
wanita merasa sedih dengan kelairan bayinya. Sebanyak 80% dari perempuan
mengalami gangguan suasana hati setelah melairkan, mereka merasa kecewa,
sendirian, takut, atau tidak mencintai bayi mereka dan merasa bersalah karena
perasaan ini (Dewi, 2016).

2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Post Partum Blues


A. Umur
Bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik
dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat
kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-
ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru.Perubahan ini terjadi karena pematangan
fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang
menjadi semakin matang dan dewasa, aktor usia perempuan yang bersangkutan
14

saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental


perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
B. Paritas
Wanita yang baru pertama kali melahirkan lebih umum menderita depresi
karena setelah melahirkan wanita tersebut berada dalam proses adaptasi, kalau
dulu hanya memikirkan diri sendiri, begitu bayi lahir jika ibu 17 tidak paham peran
barunya, dia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
Sedangkan ibu yang sudah pernah beberapa kali melahirkan secara psikologis
lebih siap menghadapi kelahiran bayinya dibandingkan dengan ibu yang baru
pertama kali.Sesudah melahirkan biasanya wanita mengalami keadaan lemah
fisik dan mental. Bersamaan dengan keadaan tersebut terjadi perubahan-
perubahan yang dramatis mengenai masalah fisiologis, psikologis dan
perubahan lingkungannya, yang dapat merupakan faktor penyebab untuk
terjadinya post partum blues.Wanita yang tidak berhasil menyesuaikan diri
dengan peran dan aktivitas barunya tersebut dapat mengalami gangguan-
gangguan psikologis atau post partum blues (Fatma, 2012).
Untuk itu perlu diberikan pendidikan kesehatan tentang cara-cara perawatan
bayi agar ibu dapat beradaptasi dengan peran barunya, tingkatan paritas terdiri
dari primipara (1 anak), skundipara (2 anak), multipara (3-5 anak) dan grande
multipara (>5 anak) (Reni, 2015).
C. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain
agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan
pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak. Sebaliknya,
jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah, maka akan menghambat
perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-
nilai yang baru diperkenalkan.Semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka
akan mudah dalam menerima informasi yang bermanfaat bagi dirinya dan
berwawasan luas.
Menurut penelitian Arliana, dkk (2013), bahwa adanya hubungan antara
pendidikan dengan post partum blues, dari tingkatan pendidikan tersebut, akan
diklasifikasikan menjadi kategori yaitu :
1. Pendidikan rendah (SD dan SMP).
15

2. Pendidikan menengah (SMA sederajat)


3. Pendidikan tinggi (Diploma, Sarjana, Magister, Spesialis, dan Doktor).
D. Dukungan Suami
Dukungan dari suami dalam persalinan sangat dibutuhkan oleh seorang
istri, mulai istri hamil sampai seorang istri melahirkan. Peran suami saat
menemai istrinya melahirkan utamanya adalah untuk memberikan dukungan
emosional dan fisik kepada sang istri, begitu juga dalam merawat bayinya, istri
juga butuh dukungan dari suami dan merawat bayinya bersama, dan suami ikut
membantu istri melakukan tugasnya dengan baik.

2.2.3 Gejala-Gejala Yang Tampak Sebagai Post Partum Blues


1. Cemas tanpa sebab.
2. Menangis tanpa sebab.
3. Tidak sabar.
4. Tidak percaya diri.
5. Sensitive.
6. Mudah tersinggung.
7. Merasa kurang menyayangi bayinya.
8. Persaan negative terhadap bayi.
9. Sulit tidur.
10. Perubahan dramatis berat badan.
11. Lelah dan lesu.
12. Ada perasaan membenci diri sendiri, perasaan bersalah, individu merasa
dirinya tidak berguna.
13. Tidak bisa berkonsentrasi.
14. Menarik diri dari lingkungan, kehilangan terhadap minat social.
15. Mudah marah, mudah terhasut dan kegelisahan secara mendalam.
16. Kehilangan gairah terhadap sesuatu hal (aktivitas).

2.2.4 Cara Untuk Mengatasi Post Partum Blues


Ada beberapa cara untuk mengatasi post partum blues, antara lain :
1. Persiapan diri yang baik selama kehamilan untuk menghadapi masa
nifas.
2. Komunikasi segala permasalahan atau hal yang ingin disampaikan.
16

3. Selalu membicarakan rasa cemas yang dialami.


4. Bersikap tulus serta ikhlas terhadap apa yang dialami dan berusaha
melakukan perab barunya sebagai seorang ibu dengan baik.
5. Cukup istirahat.
6. Menghindari perubahan hidup yang drastic.
7. Berolah raga ringan.
8. Berikan dukungan dari semua keluarga, suami atau saudara.
9. Konsultasikan pada tenaga kesehatan atau orang yang profesional agar
dapat memfasilitasi factor resiko lainnya selama masa nifas dan
membantu dalam melakukan upaya pengawasan.

2.2.5 Hal-hal Yang Dapat Dilakukan Seorang Bidan


1. Menciptakan ikatan antara bayi dan ibu sedini mungkin.
2. Memberikan penjelasan pada ibu, suami dan kelurga bahwa hal ini
merupkan suatu hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua
minggu setelah melahirkan.
3. Simpati, memberikan bantuan dalam merawat bayi dan dorongan pada
ibu agar tumbuh rasa percaya diri.
4. Memberikan bantuan dalam merawat bayi.
5. Menganjurkan agar beristirahat yang cukup dan makan makan yang
bergizi.
Post partum blues ini apabila tidak ditangani secara tepat dapat menjadi
lebih buruk atau lebih berat, post partum yang lebih berat disebut post partum
depresi (PPD) yang melanda sekitar 10% ibu baru (Reni, 2017).

2.3 Depresi Post Partum


Banyak ibu merasa “let down” sebelum melahirkan, sehingga dengan
pengalaman partus kalau kurang berkenan dan keraguan akan kemampuan
untuk merawat bayinya akan memperberat depresi ini. Khusus depresi ringan
sampai dengan depresi sedang mulai hari 2-3 post partum dan teratasi dala 1-2
minggu. Ibu dapat merasa sedih dan tampa tahu sebab pasti. Depresi yang relatif
ringan jarang berkembang psikosis partum atau kondisi yang patologis. Depresi
post partum adalah bentuk depresi yang lebih serius. Bedanya pada post partum
17

dan baby blues adalah pada frekuensi, pintensitas, dan lamanya gejala (Yetti,
2016).
2.3.1 Tanda-tanda depresi post partum :
1. Tidak mampu berkonsentrasi dan rasa ada dalam kabut
2. Hilang tujuan sebelumnya dan rasa kekosongan
3. Rasa sendiri, tidak ada yang memahami dia
4. Rasa tidak aman, dia sendiri perlu perhatian
5. Terobsesi dirinya menjadi ibu yang jelek
6. Kurang rasa positif, rasa dirinya seperti robot
7. Rasa takut, hilang control yang biasanya tidak demikian
8. Hilang kontrol pada emosi sendiri
9. Cemas, rasa dirinya hamper gila, tidak waras
10. Rasa bersalah, takut dirinya melukai / mencelakakan bayinya
Ingin mati untuk mengakhiri ini semua (Yetti, 2016).

2.3.2 Faktor-faktor yang menyebabkan depresi post partum, yaitu :


1. Perubahan hormonalLingkungan melahirkan
2. Kurangnya dukungan keluarga dirumah
3. Sejarah depresi dimasa lalu
4. Usia ibu saat melahirkan
5. Jumlah anak
6. Hubungan seksual yang kurang menyenangkan setelah melahirkan (Yetti,
2016).

2.3.3 Bidan dapat membantu dengan cara :


1. Sensitive pada reaksi ibu
2. Terlibat denga terjadinya bulan-bulan awal setelah melahirkan
3. Olah raga
4. Istirahat untuk mencegah dan mengurangi perubahan perasaan
5. Mintalah bantuan keluarga, tetangga, teman, atau pembantu
untukmenjaga bayi sementara saat tidur
6. Rekreasi
7. Rencana acara keluarga bersama bayi, berdua bersama dengan suami
(Yetti, 2016).
18

2.4 Post Partum Psikosis


Insiden psikosis post partum sekitar 1-2 per 1000 kelahiran. Rekurensi
dalam masa kehamilan 20-30 persen. Gejala psikosis posr partum muncul
beberapa hari sampai 4-6 minggu post partum.

2.4.1 Faktor penyebab post partum psikosis antara lain :


1. Riwayat keluarga penderita psikiatri.
2. Riwayat ibu penderita psikiatri.
3. Masalah keluarga dan perkawinan.

2.4.2 Gejala post partum psikosis sebagai berikut :


1. Gaya bicara keras.
2. Menarik diri dari pergaulan.
3. Cepat marah.
4. Gangguan tidur.

2.4.3 Penatalaksanaan post partumpsikosisadalah :


1. Pemberian anti depresi.
2. Berhenti menyusui.
3. Perawatan dirumah saki (Damai, 2014).

2.5 Kesedihan Dan Duka Cita


Penelitian menunjukkan 10% ibu mengalami depresi setelah melahirkan dan
10%-nya saja yang tidak mengalami perubahan emosi.Keadaan ini berlangsung
antara 3-6 bulan bahkan pada beberapa kasus terjadi selama 1 tahun pertama
kehidupan bayi.Penyebab depresi terjadi karena reaksi terhadap rasa sakit yang
muncul saat melahirkan dan karena sebab-sebab yang komplek lainnya (Dewi,
2016).
Beberapa gejala depresi berat adalah sebagai berikut :
a. Perubahan pada mood
b. Gangguan pada pola tidur dan makan
c. Perubahan mental dan libido
d. Dapat pula muncul fobia, serta ketakutan akan menyakiti diri sendiri dan
bayinya.
19

Depresi berat akan terjadi biasanya pada wanita atau keluarga yang pernah
mempunyai riwayat kelainan psiatrik.
Berikut ini adalah pelaksanaan depresi berat :
a. Dukungan keluarga dan lingkungan sekitar.
b. Terapi psikologis dan psikiater.
c. Kolaborasi dengan dokter untuk memberikan anti depresi (perlu
diperhatikan pemberian anti depresan pada wanita hamil dan menyusui).
d. Jangan ditinggal sendirian dirumah.
e. Jika diperlukan lakukan perawatan dirumah sakit.
f. Tidak dianjurkan rawat gabung (rooming in) dengan bayinya pada
penderita depresi berat.

2.5.1 Tahap-tahap berduka


1. Syok
Merupakan respon awal individu terhadap kehilangan. Manifestasi
perilaku dan perasaan meliputi : penyangkalan, ketidak percayaan, putus asa,
ketakutan, ansietas, rasa bersalah, kekosongan, kesendirian, kesepian, isolasi,
mati rasa, intoversi (memikirkan diri sendiri) tidak rasional, bermusuhan,
kebencian, kegetiran, kewaspadaan akut, kurang inisiatif, tindakan mekanis,
mengasingkan diri, berkhianat, frustasi, memberontak dan kurang konsentrasi.
2. Berduka
Ada penderitaan, fase ralitas.Penerimaan terhadap fakta kehilangan dan
upaya terhadap realita yang harus ibu lakukan terjadi selama periode ini.Nyeri
karena kehilangan dirasakan secara menyeluruh dalam realitas yang memanjang
dan dalam ingatan setiap hari, setiap saat dan peristiwa yang mengingatkan.
Ekspresi emosi yang penuh penting untuk resolusi yang sehat.Menangis adalah
salah satu bentuk pelepasan yang umum, selain masa ini, kehidupan orang yang
berduka terus berlanjut. Saat individu terus melanjutkan tugas berduka,
dominasi kehilangan secara bertahap menjadi insietas terhadap masa depan.
3. Resolusi
Fase menentukan hubungan baru yang bermaksa.Selama periode ini
seseorang yang berduka menerima kehilangan, penyesuaian telah komplit dan
individu kepada fungsinya secara penuh. Kemajuan ini berasal dari penanaman
kembali emosi seseorang pada hubungan lain yang bermakna (Damai, 2014).
20

2.6 Kerangka Konsep


Kerangka konsep yaitu suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu
terhadap konsep lain dari masalah yang ingin diteliti.

Variabel Independen Variabel Dependen


Karakteristik Ibu :
- Umur Kejadian Post Partum
- Paritas Blues
- Pendidikan

Bagan 2.6 Kerangka Konsep

2.7 Definisi Operasional


N Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala
o
Independen
1. Umur Lamanya hidup Kuesioner - ≤20 tahun Ordinal
responden dalam - 20-35 tahun
hitungan waktu. - ≥35 tahun
2. Pendidikan Proses belajar Kuesioner - Pendidikan Ordinal
formal menurut Rendah
system pendidikan - Pendidikan
nasional yang Menengah
terakhir ditempuh - Pendidikan
responden. Tinggi
3. Paritas Keadaan responden Kuesioner - ≤ 2 anak Ordinal
yang berkaitan - 3-5 anak
dengan jumlah anak - ≥ 5 anak
yang dilahirkan.
Dependen
4. Post Kemurungan/kesedi Kuesioner - Ya Ordinal
Partum han masa nifas, - Tidak
Blues mudah menangis,
mudah tersinggung.

2.8 Hipotesis
1. Ada hubungan umur dengan kejadian post partum blues
2. Ada hubungan pendidikan dengan kejadian post partum blues
3. Ada hubungan paritas dengan kejadian post partum blues
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analitikkarena
hanya ingin mengetahui Hubungan Karakteristik Ibu Nifas Dengan Kejadian Post
Partum Blues Diklinik Bersalin Bromo Tahun 2018.Metode pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan Cross sectional yaitu pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat, artinya subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukungan dilakukan terhadap variable subjek pada saat pemeriksaan.

B. Lokasi dan Waktu


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Klinik Bersalin Bromo Medan Tahun
2018. Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini adalah karena kebanyakan
yang melahirkan di Klinik Bersalin Bromo rata-rata usia ≤ 20 tahun, sehingga
besar kemungkinan mereka tidak mengetahui akan terjadinya post partum blues.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari pengajuan judul yaitu bulan Februari
sampai dengan ujian akhir skripsi pada bulanAgustus 2018.Peneliti ini dilakukan
di Klinik Bersalin Bromo Medan tahun 2018.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi penelitian adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang
diteliti (Notoatmodjo, 2010).Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post
partum yang bersalin di Klinik Bersalin Bromo periode Februari – April dengan
jumlah survey awal sebanyak 51 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah accidental sampling, yaitu dengan cara mengambil kasus
responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai dengan
konteks. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 orang. Kriteria dalam
pengambilan sampel adalah sebagai berikut :

21
22

a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh
setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel.Kriteria
Isklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Ibu post partum yang datang ke klinik bersalin bromo.
2. Ibu yang sehat jasmani dan rohani.
3. Ibu yang bersedia menjadi responden.
b. Kriteria Esklusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subyek yang tidak
memenuhi kriteria inklusi dari study karena berbagai sebab (Notoatmodjo,
2012). Kriteria Esklusi dalam penelitian ini adalah :
1. Ibu post partumyang tidak berada di klinik bromo.
2. Ibu yang tidak sehat jasmani dan rohani.
3. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.

D. Jenis Dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Pengumpulan Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data primer
dan data skunder.
a. Data primer diperoleh secara langsung dari responden dengan
menggunakan lembar kuesioner. Peneliti menjelaskan sebelumnya tentang
konseling Hubungan Karakteristik Ibu Nifas Dengan Kejadian Post Partum
Blues.
b. Data sekunder diperoleh dari Klinik Bersalin Bromo periode Februari – April
tahun 2018.
2. Cara Pengumpulan Data
Pada tahap penelitian ini peneliti menyerahkan surat permohonan izin untuk
melakukan penelitian kepada Bidan Klinik Bersalin Bromo Medan. Setelah
mendapatkan izin, peneliti selanjutnya meminta bantuan kepada Bidan untuk
pemberian kuesioner terlebih dahulu kepada ibu post partum yang datang ke
klinik bersalin bromo.
3. Uji Validitas dan Reabilitas
Kuesiner ini tidak dilakukan uji validitas, karena sudah dilakukan uji validitas
oleh peneliti sebelumnya Kurnia Sari dan Astuti (2014).
23

E. Alat Ukur / Instrumen dan Bahan Penelitian


Instrumen adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan
data.Instrumen penelitian ini berupa kuesioner (daftar pertanyaan), yang disusun
secara terstektur berdasarkan teori dan berisikan pertanyaan yang harus dijawab
responden.Instrumen ini terdiri dari empat pertanyaan identitas yang harus
dijawab responden, yang terdiri darinama responden, umur, pendidikan, paritas.
F. Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. Pengeditan (Editing)
Editing adalah proses yang dilakukan untuk menilai kelengkapan data.
Peneliti mengecek kuesioner yang telah diisi oleh responden dan melihat
kelengkapan, kejelasan jawaban dengan pertanyaan.Apabila terdapat
pertanyaan yang belum terisi atau jawaban yang kurang jelas, peneliti
kembali menanyakan langsung kepada responden. Proses ini dilakukan
ditempat pengumpulan data (Notoatmodjo, 2012).
b. Pengkodean (Coding)
Coding adalah kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Setelah data diperoleh, penulis
melakukan pengkodean untuk mempermudah analisis data (Notoatmodjo,
2012).
c. Pemasukan Data (Entering)
Pemasukan data merupakan data kedalam program pengolahan data
untuk dilakukan analisis menggunakan program statistic dengan
computer. Setelah dilakukan pengkodean, peneliti memasukkan data
untuk dilakukan proses pengolahan data (Notoatmodjo, 2012).
d. Pembersihan (Cleaning)
Merupakan pembersihan seluruh data supaya terhindar dari kesalahan
sebelum dilakukan proses analisis data. Peneliti memeriksa kembali
seluruh proses mulai dari pengkodean serta memastikan bahwa data
yang diimput tidak terdapat kesalahan sehingga analisis dapat dilakukan
dengan benar. (Notoatmodjo, 2012).
24

e. Tabulasi
Yakni menbuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau
yang diinginkan peneliti (Notoatmodjo, 2012).

2. Analisis Data
Analisa yang dilakukan dengan program computer, salah stu paket program
yang digunakan adalah SPSS for Window.
Setelah dilakukan pentabulasian maka dilakukan analisis data dengan
menggunakan program yang disesuaikan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik
masing-masing variabel penelitian dengan menyajikan distribusu
frekuensi.tabel distribusu frekuensi ini menggambarkan jumlah dan
presentasi dari sikap variabel yang ada.
b. Analisa Bivariat
Analisa data bivariate ini digunakan untuk mengetahui karakteristik ibu
tentang post partum blues menggunakan uji statisti Chi square (α=0,05)
dengan rumus :

Keterangan : = Chi Square


0 = Nilai hasil observasi
E = Nilai yang diharapkan
Hasil statistik yang diuji Chi Square (α=0,05) dibandingkan nilai p pada
tingkat signifikan tertentu sesuai dengan derajat kebebasan yang diperoleh
dengan rumus : Df= (R – 1 (C – 1)
Keterangan :
R = Row (jumlah baris)
C = Colon (jumlah colom)
Apabila nilai p < dari α=0,05 maka ada hubungan atau perbedaan antara
dua variabel tersebut. Apabila nilai p >dari α=0,05 maka tidak ada hubungan atau
perbedaan antara dua variabel tersebut (Notoatmodjo, 2012).
25

G. Etika Penelitian
Memperhatikan hubungan baik peneliti atau pewawancara dengan
responden atau sumber informasi bukan semata-mata untuk kepentingan etika
peneliti saja, melainkan untuk terjaminya kualitas data atau informasi yang
diperoleh.Dalam penelitian, terutama dengan menggunakan metode wawancara
atau angket dalam pengumpulan data, kualitas informasi atau dara sangat
tergantung dengan sumber informasi yakni responden atau informan.Sedangkan
informasi yang diberikan oleh sumbernya atau informannya sangat dipengaruhi
oleh “suasana hati” dari orang sebagai informan. Apabila suasana hati informan
sangan “kondisif” tentu akan mengeluarkan informasi yang jujur, lengkap dan
jelas. Tetapi kalau suasana hati informannya sedang kurang baik, sudah tentu
informasinya tidak akurat, mungkin asala menjawab dan tidak dengan
serius.Suasana hati informan ini sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan
pewawancara atau peneliti (Notoatmodjo, 2012).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian


4.1.1. Analisis Univariat
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Hubungan Karakteristik Ibu
Nifas Dengan Kejadian Post Partum Blues Di Klinikbersalin Bromo MedanTahun
2018”, diperolehdata distribusi frekuensi responden berdasarkan data yang diteliti
(Umur,Pendidikan, Paritas), sebagai berikut :

Tabel 4.1.1
Distribusi Frekuensi Hubungan Karakteristik Ibu Nifas
Dengan Kejadian Post Partum Blues di Klinik
Bromo Medan Tahun 2018
No Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)
Post Partum Blues
1 Ya 9 30
Tidak 21 70
Total 30 100
Umur
≥35 tahun 1 3
2
20-35 tahun 20 66,7
≤20 tahun 9 30
Total 30 100
Pendidikan
Tinggi 2 6,7
3
Menengah 19 63,3
Rendah 9 30
Total 30 100
Paritas
≥5 anak 2 6,7
4
3-5 anak 7 23,3
≤2 anak 21 70
Total 30 100

Berdasarkan data dari tabel 4.1.1diatas diketahui bahwa dari 30 sampel


yang diteliti, mayoritas umurmenunjukkan bahwa, responden lebih banyak pada
kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 20 orang (66,7%). Pada tingkat
pendidikan,responden mayoritas berpendidikan menengah yaitu sebanyak 19
orang (63,3%). Untuk Paritas, ibumayoritas memiliki paritas ≤2 anaksebanyak 21

26
27

orang (70%). Untuk ibu yang mengalami post partum blues mayoritas dengan
jawaban tidak sebanyak 21 orang (70%).

4.1.2. Analisis Bivariat


1. Hubungan Karakteristik Ibu Nifas Dengan Kejadian Post Partum Blues

Tabel 4.1.2
Tabulasi Silang Antara UmurIbu Nifas DenganKejadian
Post Partum Blues di Klinik Bromo
Medan Tahun 2018
Umur Post Partum Blues p
Ya Tidak Total
N (%) N (%) N (%)
≥35 tahun 0 0 1 100 1 100 0,001
20-35 tahun 2 10 18 90 20 100
≤20 tahun 7 77,8 2 22,2 9 100

Tabulasi silang antara umur ibu nifas dengankejadian post partum blues
dapat dilihat pada tabel 4.1.2 dari hasil penelitian didapatkan dari 20 orang
responden yang berumur 20-35 tahun mayoritastidak mengalami post partum
blues sebanyak 18 orang (90%), responden yang berumur ≤20 tahun mayoritas
mengalami post partum blues sebanyak 7 orang (77,8%), dan responden yang
berumur ≥35 mayoritas tidak mengalami post partum blues sebanyak 1 orang
(100%).
Uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p adalah 0,001berarti nilai p Value
<0,05 menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara umur ibu nifas
dengan kejadian post partum blues.

2. HubunganAntara Pendidikan Ibu Nifas DenganKejadianPost Partum


Blues
Tabel 4.1.3
Tabulasi Silang Antara Pendidikan Ibu Nifas Dengan
Kejadian Post Partum Blues di Klinik
Bromo Medan Tahun 2018
Pendidikan Post Partum Blues p
Ya Tidak Total
N (%) N (%) N (%)
Tinggi 0 0 2 100 2 100 0,112
Menengah 6 31,6 13 68,4 19 100
Rendah 0 0 9 100 9 100
28

Tabulasi silang antara umur ibu nifas dengan kejadian post partum blues
dapat dilihat pada tabel 4.1.3 dari hasil penelitian didapatkan mayoritas
responden dengan pendidikan menengah tidak mengalami post partum blues
sebesar 13 orang (68,4%), responden yang berpendidikan tinggi mayoritas tidak
mengalami post partum blues sebanyak 2 orang (100%), dan respoonden yang
berpendidikan rendah mayoritas tidak mengalami post partum blues sebanyak 9
orang (100%).
Uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p adalah 0,112 berarti nilai p Value >
0,05 menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu
nifas dengan kejadian post partum blues.

3. Hubungan Antara Paritas Ibu Nifas Dengan Kejadian Post Partum


Blues

Tabel 4.1.4
Tabulasi Silang Antara Paritas Ibu Nifas Dengan
Kejadian Post Partum Blues di Klinik
Bromo Medan Tahun 2018
Paritas Post Partum Blues P
Ya Tidak Total
N (%) N (%) N (%)
≥5 anak 0 0 2 100 2 100 0,584
3-5 anak 1 14,3 6 85,7 7 100
≤2 anak 8 38,1 13 61,9 21 100

Tabulasi silang antara paritas ibu nifas dengan kejadian post partum blues
dapat dilihat pada tabel 4.4. dari hasil penelitian didapatkan mayoritas responden
dengan ibu yang paritasnya ≤2 anak tidak mengalami post partum blues sebesar
13 orang (61,9%), responden dengan ibu yang paritas 3-5 anak mayoritas tidak
mengalami post partum blues sebesar 6 orang (85,7%), dan responden dengan
ibu yang paritasnya ≥5 anak mayoritas tidak mengalami post partum blues
sebanyak 13 orang (61,9%).
Uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p adalah 0,584 berarti nilai p Value >
0,05 menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara paritas ibu
nifas dengan kejadian post partum blues

4.2. Pembahasan
29

1. Hubungan Umur dengan terjadinya Post Partum Blues


Berdasarkan hasil analisis bivariat didapat hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p adalah 0,001 berarti nilai p Value<0,05 menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna antara umur ibu nifas dengankejadian post partum
blues.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Kurniasari dan Astuti (2014), uji
statistik diperoleh p-value = 0,04 yang berarti p<α = 0,05 (Ho ditolak dan Ha
diterima), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
umur yang beresiko dengan kejadian post partumblues.
Kehamilan dan persalinan pada remaja menjadi salah satu faktor
pendukung terjadinya postpartum blues. Hal ini dikaitkan dengan kesiapan
remaja dalam perubahan perannya sebagai ibu, antara lain kesiapan fisik,
mental, finansial dan sosial
Bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik
dan psikologis (mental).Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir
seseorang menjadi semakin matang dan dewasa, aktor usia perempuan yang
bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan
kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu.
Faktor usia perempuan yang bersangkutan saatkehamilan dan persalinan
seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi
seorang ibu. Karakteristik ibu dihubungkan dengan kejadian Postpartum blues,
dari umur ibu jika ibu terlalu muda berhubungan kesiapan peran menjadi seorang
ibu sehingga merupakan umur yang beresiko jika ibu berumur < 20 tahun dan
jika umur ibu lebih dari 35 tahun yang membuat menjadi resiko adalah faktor
kelelahan dan keadaan anatomi tubuh yang sudah tidak baik lagi untuk hamil dan
bersalin (Rukiyah, 2014).
Menurut asumsi peneliti, berdasarkan teori sudah benar pada aspek
psikologis atau mental, semakin bertambah umur seseorang maka taraf berpikir
seseorang akan menjadi matang. Selain itu, umur berkaitan dengan kejadian
post partum blues, karena umur mempengaruhi dari kondisi keadaan rahim.
Pada usia yang kurang dari 20 tahun, masih sangat rawan untuk merawat anak
sehingga mengalami kesulitan sendiri dalam beradaptasi, dibutuhkan
pertolongan dari petugas kesehtaan yang ada, dalam mendampingi ibu melewati
masa nifas selama perawatan di rumah sakit. Pada usia tua, yang terkadang
30

sudah memiliki anak, membuat beban tersendiri bagi ibu, sehingga membawa
masalah dalam masa nifasnya.

2. Hubungan Pendidikan Dengan Terjadinya Post Partum Blues


Berdasarkan hasil analisis bivariat didapat hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p adalah 0,112 berarti nilai p Value > 0,05 menunjukkan tidak
adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu nifas dengan kejadian
post partum blues.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil Kurniasari dan Astuti (2014),
hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,005 yangberarti p<α = 0,05 (Ho ditolak dan
Ha diterima), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermaknaantara pendidikan dengan kejadian post partum blues.
Semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin baik pengetahuan ibu karena
akan banyak informasi yang didapat. Dengan pendidikan formal menghasilkan
perilaku yang diadopsi oleh individu, namun pada sebagian orang pendidikan
tidak mempengaruhi sikap hal tersebut lebih besar berasal dari lingkungan yang
diterima oleh individu (Dian, 2015).
Namun menurut asumsi peneliti, post partum blues tidak berpengaruh pada
tingkat pendidikan seseorang tetapi dari kesiapan mental responden tersebut.
Jadi, baik pendidikan tinggi maupun pendidikan rendah berpeluang untuk
mengalami post partum blues, tergantung bagaimana individu tersebut
mengantisipasi masalah yang terjadi melalui kesiapan mental untuk menjadi
seorang ibu dan menerima kelahiran bayinya.

3. Hubungan Paritas Dengan Terjadinya Post Partum Blues


Berdasarkan hasil analisis bivariat didapat hasil uji statistik Chi-Square
diperoleh nilai p adalah 0,584 berarti nilai p Value > 0,05 menunjukkan tidak
adanya hubungan yang bermakna antara paritas ibu nifas dengan kejadian post
partum blues.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil Kurniasari dan Astuti (2014),
hasil uji statistik diperoleh p-value = 0,048 yang berarti p<α = 0,05 (Ho ditolak
dan Ha diterima), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara paritas dengan kejadian post partum blues.
31

Kehamilan secara tradisional dipandang sebagai krisis emosi oleh


beberapa ahli psikologi. Kondisi yang dialami wanita pada saat pertamakali
mengalami kehamilan merupakan kondisi yang baru yang dihadapi sehingga
tidak jarang menimbulkan stres baginya.Sebagian wanita menyebutkan
kehamilan dengan suatu perasaan bahagia namun tidak menutup kemungkinan
kecemasan muncul.Perubahan yang terjadi selama kehamilan khususnya
peningkatan hormone dapat menimbulkan tingkat kecemasan yang semakin
berarti.
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat
obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada
komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak
pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena
setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu
hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia
akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat (Fitriyani, 2014).
Namun menurut asumsi peneliti, paritas tidak mempengaruhi post partum
blues karena itu tergantung dari kesiapan emosi dan mental dari ibu itu sendiripra
dan pasca partus. Selain itu dukungan dari lingkungan sekitar juga
mempengaruhi perkembangan mental seseorang.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan dapat diambil kesimpulan
mengenai hubungan umur, pendidikan, dan paritas dengan kejadian post partum
blues di Klinik Bersalin Bromo Medan Tahun 2018 adalah sebagai beriku :
1. Kejadian ibu nifas yang mengalami post partum blues di klinik bersalin
bromo yaitu mayoritas tidak mengalami post partum blues sebanyak 21
orang (70%).
2. Umur ibu nifas di klinik bersalin bromo mayoritas berumur 20-35 tahun
sebanyak 20 orang (66,7%).
3. Pendidikan ibu nifas di klinik bersalin bromo mayoritas berpendidikan
menengah sebanyak 19 orang (63,3).
4. Paritas ibu nifas di klinik bersalin bromo mayoritas paritas ≤2 anak
sebanyak 21 orang (70%).
5. Hubungan umur ibu nifas dengan kejadian post partum blues yaitu ada
hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian post partum
blues di Klinik Bersalin Bromo Medan Tahun 2018.
6. Hubungan pendidikan ibu nifas dengan kejadian post partum blues yaitu
tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan
kejadian post partum blues di Klinik Bersalin Bromo Medan Tahun 2018.
7. Hubungan paritas ibu nifas dengan kejadian post partum blues yaitu tidak
ada hubungan yang signifikan antara paritas ibu dengan kejadian post
partum blues di Klinik Bersalin Bromo Medan Tahun 2018.

5.2. Saran
1. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan bagi tenaga kesehatan, baik bidan ataupun pegawai klinik
bersalin bromo untuk lebih aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan tentang
bahayanya pernikahan dini, karena post partum blues banyak dialami oleh ibu
yang umurnya dibawah 20 tahun.

32
33

2. Bagi Ibu
Diharapkan lebih meningkatkan pengetahuannya mengenai post partum
blues dengan aktif mengikuti penyuluhan yang diberikan oleh tenaga kesehatan,
lebih terbuka untuk menanyakan sesuatu yang tidak diketahui dan sebagai
bahan penunjang untuk aktif dalam menggali informasi kesehatan dari media
massase pertisosial media tentang kesehatan.
3. Bagi Lahan Penelitian
Diharapkan bagi tenaga kesehatan di Klinik Bromo agar lebih aktif
memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam hal memberikan pelayanan
kesehatan dan pendidikan kesehatan terutama kepada ibu pra dan pasca nifas.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Agar mampu menggali variabel-variabel lain yang mempunyai hubungan
terhadap post partum blues agar dapat menurunkan angka kematian ibu dan
bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Arliana, dkk. 2013. Hubungan Antara Pendidikan Dengan Kejadian Post


Partum Blues.

Badan Pusat Statistik, 2013. Profil Kesehatan Propinsi Daerah Istimewa


Yogyakarta.Yogyakarta : Dinkes Propinsi D.I. Yogyakarta.

Dian, dkk. 2015. Hubungan Bounding Attachment Dengan ResikoTerjadinyaPost


Partum Blues Pada Ibu Post Partum Dengan Sectio Caesaria Di Rumah
Sakit Ibu Dan Anak.

Diah, dkk. 2015. Hubungan Umur Ibu Dengan Kejadian Post Partum Blues Pada
Ibu Post Partum.

Devi, dkk. 2014. Hubungan Antara Karakteristik Ibu, Kondisi Bayi Dan Dukungan
Sosial Suami Dengan Post partum Blues Pada Ibu Dengan Persalinan Sc.

Dewi, dkk.2016.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika.

Damai, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Refika Aditama.

Fatma, dkk. 2012. Hubungan Paritas Dengan Kejadian Post Partum Blues.

Fitriyani, dkk. 2015. Hubungan Pengetahuan Ibu Post Partum Dengan Syndrome
Baby Blues Pada Hari 1-7 Post Partum.

Herawati, dkk. 2015. Hubungan Usia Ibu Dengan Kejadian Post Partum Blues.

Kurnia sari, dkk. 2014. Post partum Blues Pada Persalinan Di Bawah Usia Dua
Puluh Tahun

Kemenkes RI. 2013. Buku Kesehatan Ibu dan Anak.

___________. 2014. Profil Kesehatan Indonesia.

___________. RI.2016. Profil Kesehatan Provinsi Sumut.

Notoatmodjo, 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Rukiyah, 2014. Post partum Blues Pada Persalinan Di Bawah Usia Dua Puluh
Tahun.

Reni, dkk. (2015). Hubungan Pengatahuan Ibu Post Partum (0-3 hari) Dengan
Syndrome Baby Blues.

_________, 2017. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Dan Menyusui, Jakarta : TIM.

Toni, dkk. 2105. Hubungan Antara Usia Ibu Dengan Kejadian Post Partum Blues.

34
35

Vivian,dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Salemba Medika.

Yetti, dkk. 2016. Gambaran Kejadian Post Partum Blues Pada Ibu Nifas
Berdasarkan Karakteristik.
36
37

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS DENGAN KEJADIAN POST


PARTUM BLUES DI KLINIK BERSALIN BROMO TAHUN 2018

Saya adalah mahasiswa program D-IV kebidanan Poltekkes Kemenkes


RI Medan. Penelitian ini dianjurkan sebagai salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di program studi D-IV Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan, tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi “Hubungan
Katakteristik Ibu Nifas Dengan Kejadian Post Partum Blues Di Klinik Bersalin
Bromo MedanTahun 2018 “.
Saya mengharapkan tanggapan yang diberikan tanpa dipengaruhi oleh
orang lain. Informasi yang diberikan ibu hanya akan digunakan untuk
pengembangan ilmu kebidanan dan tidak akan dipergunakan untuk bermaksud
lain. Partisipasi dari saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, saudara
bebas menjawab semua pernyataan tanpa sanksi apapun. Jika saudara bersedia
menjadi peserta penelitian ini silahkan saudara menandatangani surat
persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan di bawah ini sebagai bukti
sukarela saudara.

Responden Medan, Mei 2018


Peneliti

( ) ( Nova Rianti)
38

KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU NIFAS DENGAN KEJADIAN POST
PARTUM BLUES DI KLINIK BERSALIN BROMO MEDAN
TAHUN 2018

Tanggal :
Kode Responden :

I. Identitas Responden
Isilah identitas anda di bawah ini dengan dengan memberi tanda checklist (√)
a. Umur :
b. Pendidikan :
c. Pekerjaan :
d. Paritas :

1. Apakah ibu mengerti tentang post partum blues ?


a. Ya
b. Tidak

2. Menurut ibu, apakah gangguan fisik ibu yang mengalami perubahan setelah
melahirkan merupakan post partum blues ?
a. Ya
b. Tidak

3. Menurut ibu, apakah gangguan ekonomi karena biaya habis setelah


melahirkan merupakan ciri dari post partum blues ?
a. Ya
b. Tidak

4. Setelah melahirkan, apakah ibu mengalami cemas, sedih, mudah


tersinggung, gangguan tidur dan nafsu makan ?
a. Ya
b. Tidak

5. Setelah melahirkan, apakah ibu mengalami gangguan emosional ?


a. Ya
b. Tidak
39

6. Setelah melahirkan, apakah ibu mengalami kelelahan pasca melahirkan dan


menyusui bayi ibu ?
a. Ya
b. Tidak

7. Setelah melahirkan, apakah suami ibu sering menemani ibu untuk mengurus
bayinya dalam hal kecil sekalipun ?
a. Ya
b. Tidak

8. Menurutibu, apakahsetelahmelahirkanibumembutuhkanistirahat yang cukup,


asupangizi, danlingkungan yang bersih ?
a. Ya
b. Tidak

9. Menurut ibu, apakah post partum blues lebih banyak menyerang ibu yang
baru pertama kali melahirkan ?
a. Ya
b. Tidak

10. Menurut ibu, ketika seorang ibu nifas / setelah melahirkan menjadi tidak
tertarik dengan bayinya dan lebih fokus terhadap diri sendiri, apakah itu
merupakan salah satu ciri ibu terkena post partum blues ?
a. ya
b. Tidak

11. Menurut ibu, jika seorang ibu yg baru melahirkan kurang dukungan suami
dan keluarga, apakah benar ibu tersebut akan merasa bahagia karena bisa
menjaga bayinya seorang diri ?
a. Ya
b. Tidak
40

No Nama Umur Pendidikan Paritas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Jumlah


1 Nazma srg 20 SMA 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 16
2 Wulandari 24 SMA 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 13
3 Afifah 19 SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 18
4 Novi 20 SMP 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17
5 Lilis 23 SMA 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 12
6 Agustina Gajah 22 SMP 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 13
7 Andriza Ulfa 30 D3 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 10
8 Junkha Simanjuntak 33 SMA 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 5
9 Fitriyani 26 SMA 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 11
10 Salmiah Nst 38 SMA 5 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3
11 Mery 33 SMA 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 14
12 Diah 19 SMP 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 12
13 Yulinda Aprilia 23 SMP 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 11
14 Melda Sari 21 SMP 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 17
15 Rahma Pohan 18 SMP 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 17
16 Sindy Saputri 20 SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 16
17 Widia Ginting 19 SMA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 17
18 Desi Ariani Koto 23 SMA 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 13
19 Desi Susanti Lim 21 SMP 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 16
20 Hanny 29 SMA 2 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 8
21 Firza 20 SMA 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 16
22 Ega 30 SMA 2 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 5
23 Siti Raemah 22 D3 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 13
24 Ayu S 32 SMA 3 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6
25 Anna 19 SMP 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 17
26 Larissal 29 SMA 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 9
27 Yesi Kartika Indriyani 23 SMA 2 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 8
28 Dewi Lubis 23 SMA 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 12
29 Amalya Asyfa 35 SMP 5 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 6
30 Inggit Puspita 27 SMA 3 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 7
41
42
43
44
45
46
47
48
49

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi
Nama : Nova Rianti
NIM : P07524517085
Tempat/Tgl Lahir : Alue Ie Tarek
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak Ke : 1 Dari 3 Bersaudara
Alamat : Alue Ie Tarek

II. Data Orang Tua


Nama Ayah : M. Harun
Pekerjaan : Petani
Nama Ibu : Muslihati
Pekerjaan : IRT
Alamat : Alue Ie Tarek

III. Riwayat Pendidikan


Tahun2003 - 2008 : SD Negeri 14 Baktiya
Tahun 2008 - 2011 : SMP Negeri 1 Baktiya
Tahun 2011 - 2013 : SMA Negeri 1 Baktiya
Tahun 2013 –2016 : PENDIDIKAN D-III AKADEMI KEBIDANANHAFSYAH
MEDAN
Tahun 2017 - 2018 : PENDIDIKAN D-IVKEBIDANAN ALIH JENJANG
POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

Anda mungkin juga menyukai