Makalah Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik
Terjemah Bahasa Asing
Dosen Pembimbing : H. Zulyadain, MA
Disusun oleh :
1. YUZI ROYANTO : 170601047
2. AHMAD FATONI : 170601033
Sebagai umat Islam, kita dituntut untuk bisa mengkaji dan mempelajari Al- Qur’an dan
Sunnah, Sebagai dua sumber utama ajaran agama Islam yang harus kita pegang teguh.
Tentunya, kita tidak mungkin memahami kedua sumber itu kecuali setelah kita
mengetahui kaidah- kaidah bahasa Arab, khususnya Ilmu Nahwu dan Ilmu sharaf. Karena
keduanya merupakan kunci dalam mempelajari Al- Qur’an dan Sunnah.
Dan pada kesempatan ini, kami akan sedikit membahas tentang beberapa kaidah yang
ada di dalam kaidah bahasa Arab. Yaitu isim zhahir dan isim Dhomir.
BAB 2
PEMBAHASAN
B. Isim Dhomir
· DHAMIR RAFA' (Kata Ganti Subjek) Semua Dhamir dapat dikelompokkan menjadi
tiga macam:
Dhamir Nashab adalah turunan (bentuk lain) dari Dhamir Rafa' yang terdiri dari:
Dhamir Nashab berfungsi sebagai objek dan tidak dapat berdiri sendiri; ia terikat dengan kata
lain dalam suatu kalimat, baik itu dengan Isim, Fi'il ataupun Harf.
Dhomir secara sederhana terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Al-Bariz, yaitu Dhomir yang mempunyai bentuk dan tampak dalam lafazh. Seperti huruf
Taa’ pada kata kerja ت َُّ ( قُ ْمAku telah berdiri ).
2. Al-Mustatir, yaitu Dhomir yang tidak mungkin tampak dalam lafazh akan tetapi bisa
diperkirakan apa yang dimaksud. Seperti Dhomir ت ََّ ( أَ ْنKamu ) dalam kata ( قُ َّْمBerdirilah!)
yang meskipun tidak nampak dalam lafazh namun kita bisa perkirakan bahwa Dhomir yang
dimaksud adalah تََّ أ َ ْنkarena kata perintah pasti ditujukan untuk orang kedua.
c. Al-Munfashil, yaitu Dhomir yang tidak bersambung dengan lafazh apapun sehingga
bisa digunakan untuk mengawali ucapan dan bisa diletakkan setelah harf Contoh: َ أَنَّا
(Saya) yang bisa digunakan untuk mengawali ucapan seperti: ( ُمؤْ ِمنَّ أَنَاSaya seorang
ََّ َ( أَنَا ِإالَّ قTidak ada yang
mu’min) atau bisa juga diletakkan setelah harf, seperti: ام َما
berdiri kecuali saya).
Penggunaan Dhomir di dalam kata kerja. Fi'il atau Kata Kerja dibagi atas tiga
golongan besar menurut waktu terjadinya:
1. FI'IL MADHY ( اضي ِف ْعل
ِ ) َمatau Kata Kerja Lampau.
2. FI'IL MUDHARI' ( ارع ِف ْعل
ِ ضَ ) ُمatau Kata Kerja sekarang.
Baik Fi'il Madhy maupun Fi'il Mudhari', senantiasa mengalami perubahan bentuk
sesuai dengan jenis Dhamir dari Fa'il ( ) فَا ِعلatau Pelaku pekerjaan itu. Untuk Fi'il Madhy,
perubahan bentuk tersebut terjadi di akhir kata, sedangkan untuk Fi'il Mudhari', perubahan
bentuknya terjadi di awal kata dan di akhir kata.
ْ ْ ) اatau kata kerja perintah.
3. FI’IL AMR (ألمر فِ ْعل
Fi'il Amar atau Kata Kerja Perintah adalah fi'il yang berisi pekerjaan yang dikehendaki
oleh Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah agar dilakukan oleh Mukhathab
(lawan bicara) sebagai orang yang diperintah.
Perlu diingat bahwa yang menjadi Fa'il (Pelaku) dari Fi'il Amar (Kata Kerja Perintah)
adalah Dhamir Mukhathab (lawan bicara) atau "orang kedua" sebagai orang yang diperintah
untuk melakukan pekerjaan tersebut. Dhamir Mukhathab terdiri dari: َّ أ َ ْنتُن- أَ ْنت ُ َّْم- أ َ ْنت ُ َما- ت
َِّ أَ ْن- ت
ََّ أَ ْن.
Contoh:
· Mutakallim : ( أَنَاSaya) dan َّ ( نَحْ ُنKami).
· Mukhotob ََّ ( أ َ ْنKamu ) dan َّ ( أَ ْنت ُ ْمKalian ).
:ت
· Ghaib : ( ه ََُّوDia) dan َّ ( ُه ْمMereka ).
1) Al-Bariz, yaitu Dhomir yang mempunyai bentuk dan tampak dalam lafazh. Seperti
َُّ ( قُ ْمAku telah berdiri ).
huruf Taa’ pada kata kerja ت
2) Al-Mustatir, yaitu Dhomir yang tidak mungkin tampak dalam lafazh akan tetapi bisa
diperkirakan apa yang dimaksud. Seperti Dhomir ت ََّ ( أَ ْنKamu ) dalam kata ( قُ َّْمBerdirilah!)
yang meskipun tidak nampak dalam lafazh namun kita bisa perkirakan bahwa Dhomir
yang dimaksud adalah تََّ أ َ ْنkarena kata perintah pasti ditujukan untuk orang kedua.
Adapun penggunaan Dhomir dalam kata kerja, menyesuaikan dengan bentuk kata
kerja itu sendiri. Apakah kata kerja lampau, sekarang, atau perintah.
B. Saran
Alhamdulillahirabbil’aalamiin, sebagai manusia yang hidup di dunia ini, hendaklah
kita selalu mempunyai angan untuk selalu haus akan ilmu pengetahuan, dari ilmu kita bisa
melakukan hidup ini dengan sebaik- baiknya. Adapun dengan selesainya penulisan
makalah ini, semoga bisa bermanfaat untuk pembelajaran bahasa Arab nantinya. Aamiin.
DAFTAR PUSTAKA
Zakaria Ahmad. 2004. Ilmu Nahwu Praktis, al- kalimah, Ibnu Azka press. Tarogong, Garut.
المنجد.األشرفية,بيروت.2007 ش رالمشرق دا.م.م