Pertama-tama kami mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
bahwa Laporan Pendahuluan ini telah dapat kami selesaikan.
Laporan ini pada dasarnya berisikan metoda pelaksanaan pekerjaan yang akan
dilaksanakan oleh konsultan serta rencana kerja tim Konsultan.
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
II. STRUKTUR ORAGANISASI KONSULTAN
III. METODOLOGI PELAKSANAAN
IV. PENUTUP
LAMPIRAN - LAMPIRAN
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 PENJELASAN UMUM
I.5.2 TUJUAN
Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini dimaksudkan untuk memberi arahan
pada Pelaksana yang memuat azas, kriteria dan proses yang harus
dipenuhi dan diperhatikan dan di interpretasikan ke dalam pelaksanaan
tugas pengawasan Konsultan Supervisi Pembangunan Pasar
Kecamatan di Daerah Tertinggal.
BAB II
STRUKTUR ORAGANISASI
KONSULTAN
II.1 STRUKTUR ORAGANISASI KONSULTAN
STRUKTUR ORGANISASI
II - 3
JANGKA
NO. JUMLAH
JABATAN WAKTU
TENAGA AHLI
TENAGA TEKNIS
1. Inspector 8 4 Bulan
TENAGA PENDUKUNG
1. Administrasi 1 4 Bulan
TENAGA AHLI
a. Team Leader
Tenaga ahli ini minimal berderajat Akademik S1 Teknik Sipil lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah
terakreditasi atau telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri
yang telah terakreditasi dengan pengalaman kerja professional minimal 7
(tujuh) tahun pada bidang pengawasan pembangunan gedung dan memiliki
Sertifikat Tenaga Ahli (SKA) yang dikeluarkan oleh LPJK.
b. Ahli Gedung
Ahli Gedung ini minimal berderajat Akademik S1 Teknik Sipil lulusan
universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta yang telah
terakreditasi atau telah lulus ujian negara atau perguruan tinggi luar negeri
II - 4
TENAGA TEKNIS
a. Inspector
Inspector ini minimal berderajat S1 Teknik Sipil dengan pengalaman kerja
professional minimal 1 (satu) tahun pada bidang pengawasan pembangunan
gedung.
TENAGA PENDUKUNG
a. Administrasi
Administrasi ini minimal berderajad SMA dengan pengalaman kerja
professional minimal 2 (dua) tahun pada bidang pengawasan pembangunan
gedung.
b. Operator Komputer/CAD
Operator Komputer/CAD ini minimal berderajad SMA dengan pengalaman
kerja professional minimal 2 (dua) tahun pada bidang pengawasan
pembangunan gedung.
II.3 KELUARAN
III.3.1 Laporan Pendahuluan
Paling lambat 10 hari setelah konsultan menerima SPMK (Surat Perintah
Mulai Kerja), konsultan harus sudah menyerahkan Laporan
Pendahuluan kepada Direksi Pekerjaan sebanyak 1 (satu) rangkap asli
dan 4 (empat) rangkap foto copy, dimana Laporan Pendahuluan harus
mencakup :
II - 5
BAB III
METODOLOGI PELAKSANAAN
III.1 UMUM
1) Fungsi Administratif
1. Membantu Pengguna Jasa dalam memahami dan melaksanakan
ketentuan-ketentuan hukum yang tercantum dalam dokumen
kontrak, terutama sehubungan dengan penentuan kewajiban dan
tugas Penyedia Jasa Pemborongan.
2. Mengadakan komunikasi dan surat-menyurat, membuat
memorandum atas pekerjaan konstruksi saluran saluran dan koker
untuk jenis penanganan (peningkatan pemeliharaan/perbaikan,
pembangunan baru).
3. Membuat dokumentasi hasil-hasil test pelaksanaan pekerjaan
berupa, foto-foto yang dibuat sebelum pekerjaan berlangsung
(mulai), sedang berjalan dan pekerjaan selesai, serta kejadian di
lapangan lainnya.
III - 2
➢ Pengendalian teknis;
➢ Pengendalian atas proses koordinasi terkait;
➢ Pengendalian administrasi kegiatan;
➢ Evaluasi rencana kegiatan;
➢ Value engineering; dan
➢ Pelaporan.
1. Pengendalian Teknis
Bertindak untuk dan atas nama Pengguna Jasa mengendalikan
pelaksanaan fisik pembangunan yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
Pemborongan pada saat pre-audit, monitoring dan post-audit, meliputi:
- Aspek mutu hasil pekerjaan;
- Aspek volume pekerjaan;
- Aspek waktu penyelesaian pekerjaan;
- Aspek biaya keseluruhan pekerjaan.
Segala sesuatunya harus merujuk kepada ketentuan dan syarat-syarat
yang tercantum dalam kontrak pemborongan.
a) Rentang kendali pre-audit
Kegiatan konsultan dalam rangka pengendalian teknis dalam rentang
“pre-audit” adalah seluruh kegiatan konsultan sebelum melakukan
pengawasan, yang terdiri dari :
- Pengumpulan dan analisa terhadap data;
- Pengecekan hasil perencanaan dengan membandingkan terhadap
kondisi lapangan;
- Pemeriksaan terhadap kesiapan Penyedia Jasa Pemborongan,
yang meliputi material, peralatan, tenaga dan jadwal pelaksanaan.
III - 4
2) Cara mengontrol
Dibedakan 3 cara mengontrol, sebagai berikut :
- Untuk sebuah aktivitas yang akan dimulai;
- Untuk menguji pekerjaan yang seharusnya sudah dimulai;
- Uji pekerjaan yang seharusnya sudah selesai.
7. Test Lapangan
- Buku direksi;
- Time schedule;
- MC 0 (Mutual Check Awal);
- Request dan shop drawing;
- Laporan mingguan;
- Record cuaca;
- Photo dokumentasi;
- Change order;
- Addendum;
- Monthly certificate (MC);
- PHO (Provisional Hand Over);
- Dan lain-lain disesuaikan dengan kebutuhan pekerjaan.
III - 13
yang terkecil. Dari alat tersebut dihitung produksi nyata per jam,
kemudian produksi terkecil yang digunakan untuk evaluasi pengendalian
waktu.
Untuk rencana sekian jam kerja per hari, apakah mampu alat tersebut
menghasilkan produk sesuai volume yang ditargetkan ? Bila tidak
tercapai, perlu diambil tindakan-tindakan, antara lain : menambah jumlah
alat atau menambah jam kerja/over time, sedemikian rupa sehingga
volume pekerjaan yang direncanakan bisa diselesaikan dalam waktu
yang ditentukan.
Bila pekerjaan ini berada di lokasi atau menimbulkan volume lalu lintas
yang cukup padat, diperlukan pengaturan lalu lintas dan metoda
pelaksanaan yang lebih khusus dan teliti, baik pada saat pelaksanaan
pekerjaan survey maupun pada saat pelaksanaan pekerjaan
konstruksinya, agar lalu lintas yang ada tetap terjaga kelancarannya dan
pemakai jalanpun merasa aman melewatinya. Manfaat yang didapatkan
pada pemeliharaan lalu-lintas yang baik selama pelaksanaan
memberikan keselamatan dan kenyamanan lalu lintas yang lebih baik
pula.
Tanah yang dimuat di atas Dump Truck harus diberi penutup agar tidak
tercecer di atas permukaan jalan yang ada, sebab bila turun hujan akan
menjadi licin dan dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas yang pada
gilirannya menghambat arus lalu lintas yang ada. Dalam pelaksanaan
“Traffic Management” untuk pekerjaan ini kriteria penanganan dibagi
menjadi 2 (dua) bagian:
- Astek
- dan lain-lain.
Pada tahap pelaksanaan, yang mana banyak aktivitas jenis
pekerjaan yang ditangani dan melibatkan banyak tenaga
yang bekerja, maka keselamatan kerja dari pada semua
eksponen terkait menjadi faktor utama dari kelancaran
progres yang hendak dicapai.
Gambaran pencapaian keselamatan kerja dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Perambuan darurat
Seperti pada tahap perencanaan, maka perambunan pada
tahap pelaksanaanpun mempunyai andil besar dalam
keselamatan kerja yang memberikan rasa aman dalam
melaksanakan pekerjaan bagi para pekerja yang berada
pada daerah perambunan. Rambu-rambu darurat yang
diperlukan pada tahap pelaksanaan misalnya rambu
peringatan, rambu perintah dan larangan serta rambu
petunjuk, juga rubber cone serta lighting yang pengaturan
letak penempatan serta jaraknya, seperti ditunjukan pada
keperluan “rambu darurat”.
Di samping itu, diperlukan pagar pembatas antara daerah
kerja dan lajur yang beroperasi yang diletakkan sepanjang
daerah kerja. Pagar pembatas dicat dengan warna crossing
“kuning-biru” dan pada setiap jarak tertentu diberi tanda “spot
light” atau cat berpendar yang bisa terlihat bila kena sorot
lampu pada malam hari. Bisa juga dengan lampu-lampu
sebagai pengganti spot light.
2. Sistim transportasi pada lokasi pekerjaan
Pengaturan transportasi, adalah sebagai berikut :
a. Pintu keluar/masuk kendaraan pekerjaan pada daerah
kerja ditentukan, rute perjalanan pembuangan dibuat
searah dengan arus lalu lintas, pada prinsipnya tidak
boleh ada arah “crossing” sehingga tidak ada konflik.
Dump Truck yang menunggu giliran pengangkutan, antri
III - 22
Aspek lain yang sangat mempengaruhi mutu akhir pekerjaan sipil ialah
kecermatan rancangan. Rancangan yang dibuat berdasarkan dana yang
tersedia dan/atau berdasarkan survey yang tidak akurat cenderung
mendapatkan lebih banyak masalah mutu dibandingkan dengan
rancangan yang secara akurat mewakili kebutuhan-kebutuhan di
lapangan.
bukanlah praktek yang mudah dan cepat. Pola kerja dan prosedur yang
sudah terbentuk harus dibuang; praktek dan prosedur baru harus
diambil tetapi input-input seperti pengauditan teknis, evaluasi yang
dilakukan Penyedia Jasa Pemborongan dan lain-lain cenderung
mempunyai dampak pada pendekatan masalah ini. Pertama-tama perlu
untuk memberi jalan pada publik luas dalam pemerintah untuk melihat
hasil perhitungan teknis. Yang kedua, alternatif untuk format kontrak dan
prosedur supervisi saat ini perlu ditentukan, ditest dan dibentuk.
Value engineering adalah suatu teknik manajemen yang telah teruji yang
menggunakan pendekatan sistematis dan suatu upaya yang diatur
sedemikian rupa untuk menganalisa fungsi suatu item/masalah atau
sistem dengan tujuan untuk memperoleh fungsi yang diminta dengan
biaya kepemilikan total yang paling kecil, tentu saja disesuaikan dengan
persyaratan permintaan penampilan, rahabilitasi, kualitas, teknis, dan
kemudahan untuk pemeliharaan suatu pekerjaan. Program value
engineering, mencari kemampuan manajemen seseorang untuk
mengadakan perubahan yang berarti dengan cara agar dapat
menemukan biaya yang tidak berguna dan menghilangkannya.
- Informasi (investigasi)
Periksa pekerjaan : Pekerjaan apakah itu ? Apa masalahnya ?
Berapa biayanya ? Apa saja yang telah dilaksanakan ? Apa saja
yang harus dilaksanakan ?
Analisa fungsi dan biaya : Apa basic fungsinya ? Apa fungsi
keduanya ? Berapa biayanya?
III - 26
- Spekulasi
Spekulasi atas alternatif : Apa guna fungsi yang lainnya ? Dimana
saja yang ada ? Bagaimana fungsi akan tampil ?
- Evaluasi
Evaluasi alternatif : Apakah tiap ide dapat berjalan ? Berapa
biayanya ? Apakah tiap ide memenuhi fungsi dasar ? Alternatif
mana yang terbaik ?
3) Pendekatan kondisi kerja
Hari dan jam kerja yang direncanakan untuk pelaksanaan konstruksi
berdasarkan kondisi sebagai berikut :
- Hari minggu dan hari libur resmi nasional tidak ada jam kerja,
kecuali mengejar target penyelesaian atau memindahkan alat ke
lokasi lain atau kondisi khusus.
- Setiap bulan tidak ada hari kerja selama 2 hari untuk maintenance
peralatan.
- Jam kerja normal per hari = 7 jam, dan dapat lebih bila diperlukan
over time.
4) Analisa waktu penyelesaian
Total volume pekerjaan = V (ton)
Site output terkecil kombinasi peralatan = Q (ton/jam)
Waktu yang diperlukan : T = V/Q (jam, konversikan ke bulan)
5) Pola dan kerangka pemikiran manajemen operasi alat berat
Analisis efesiensi alat berat pekerjaan pengaspalan pekerjaan jalan
berdasar kerangka pemikiran sebagai berikut :
- Analisis sisem pengoperasian alat berat sangat penting
pengaruhnya dalam rangka efisiensi pelaksanaan pekerjaan.
- Jarak kerja akan mempengaruhi produksi alat, jumlah dump truck
yang digunakan, dan biaya alat.
- Analisis tersebut menghasilkan : jangka waktu pelaksanaan
pembangunan, jenis alat, kapasitas alat, jumlah alat, pengaturan
dan penempatan alat berat, bahkan dapat menghasilkan
penghematan biaya operasi alat.
III - 27
- Tahapan Studi;
- Tahapan Perencanaan;
- Tahapan Pelaksanaan;
- Tahapan Operasi dan Pemeliharaan.
- Tahapan Persiapan;
- Tahapan Koordinasi;
- Tahapan Pengawasan Lapangan;
- Tahapan Penyerahan Hasil.
III - 29
b. Ruang Lingkup
c. Metodologi
Jadwal ini juga mengacu kepada jadwal yang dimiliki oleh Penyedia
Jasa Pemborongan pelaksana di lapangan. Dari sini nantinya akan
dilihat perkembangan dan kecenderungan kebutuhan tenaga kerja
yang digunakan dalam pelaksanaan.
III - 35
1. Output;
2. Diagram jaringan (network diagram);
3. Laporan harian, mingguan dan bulanan pelaksanaan konstruksi
aktual;
4. Laporan harian, mingguan dan bulanan kedatangan bahan
bangunan;
5. Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan tenaga kerja;
6. Laporan harian, mingguan dan bulanan penggunaan peralatan.
a) Portland cement :
- Semen yang digunakan harus semen Portland jenis I atau II atau
V yang memenuhi Standard Semen Indonesia (NI-8-1964) dan
ASTM C-150.
- Umur semen yang akan digunakan tidak boleh lebih dan 2 bulan.
- Semen yang telah menggumpal tidak boleh digunakan.
- Kadar alkali maksimum 0,40%.
b) Agregat :
- Agregat beton dapat berupa agregat hasil desintegrasi alami atau
buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu, tetapi
agregat tersebut harus memenuhi test, standard laboratorium dan
mempunyai gradasi yang memenuhi persyaratan ASTM 0-33.
Agregat kasar harus mempunyai susunan gradasi yang baik,
cukup syarat kekerasannya dan padat (tidak porous). Selain itu,
agregat beton yang digunakan haruslah bersih, uncoated, keras
dan terbebas dan lumpur, garam, partikel pipih dan material-
material merusak lainnya seperti alkali, organik dan bahan-bahan
lunak & ekspansif.
- Sumber-sumber pengambilan agregat terlebih dahulu harus
mendapat persetujuan Konsultan Pengawas. Kontraktor harus
menyediakan sample agregat seberat 25 kg untuk setiap ukuran
dari sumber pengambilan agregat yang akan digunakan untuk
disetujui pengawas. Jika pengawas memandang perlu untuk
mengadakan pemeriksaan di laboratorium, maka pemeriksaan
tersebut sudah harus diperhitungkan di dalam penawaran.
- Dimensi maksimum dari agregat kasar tidak lebih dari 20 mm dan
sesuai dengan ASTM Grade Size #67 (19,0 sampai 4,75 mm).
- Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dari bebas dan
bahan-bahan organik, tanah lempung dan sebagainya.
c) Air :
- Air yang digunakan harus air tawar yang bersih, segar dan tidak
mengandung minyak, asam, alkali, garam, dan bahan organik
atau bahan lain yang dapat menurunkan mutu pekerjaan dan
sesuai dengan pasal 3.6 P81 1971 dan pasal 9 PUBI – 1982.
III - 41
Papan nama proyek dibuat dari kayu dengan mutu yang baik, terbuat
dari papan dengan ukuran tebal 3 cm, lurus dan diserut rata. Papan
nama proyek dipasang tegak (tidak miring), tinggi sisi atas papan nama
proyek harus sama satu dengan lainnya.
3. Pengukuran Kembali
a) Persyaratan
Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor diharuskan untuk
mengadakan pengukuran dan penggambaran kembali lokasi
pembangunan dengan dilengkapi keterangan-keterangan mengenai
peil ketinggian tanah, letak pohon, letak batas-batas tanah dengan
alat-alat yang sudah ditera kepresisiannya.
Tugu patokan dasar dibuat permanen, tidak bisa diubah, diberi tanda
yang jelas dan dijaga keutuhannya sampai ada instruksi tertulis dari
Direksi Pengawas untuk membongkarnya.
Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya,
kecuali dikehendaki lain oleh Direksi Pengawas.
2. Pabrikasi
Kontraktor harus mengajukan terlebih dahulu gambar-gambar yang
jelas untuk mendapatkan persetujuan dari Pemilik Proyek/Pengawas
Lapangan sebelum pekerjaan fabrikasi dimulai, baik untuk pekerjaan
yang perlu difabrikasi di luar area proyek maupun di dalam area proyek.
Hasil pekerjaan fabrikasi tersebut, akan diperiksa oleh Pemilik
Proyek/Pengawas Lapangan untuk mendapat persetujuan sebelum
dikirim ke lokasi/pemasangan.
3. Pengelasan
Kontraktor diwajibkan menyerahkan prosedur pengelasan untuk
disetujui oleh pihak proyek sama dengan yang ada didalam gambar.
Ukuran dan tipe las yang dibutuhkan harus diperlihatkan dalam gambar
kontraktor.
Kawat las yang digunakan harus mengacu pada JIS Z 3211 atau 3212,
Low hidrogen type covering atau yang setara. Kawat las tahan karat
(stainless) yang digunakan pada bagian di dalam air untuk pelindung
atau penyambungan harus menggunakan chromium nickel. Tipe,
komposisi kimia dan JIS atau acuan standar untuk kawar las yang akan
digunakan harus mendapat persetujuan dari pihak proyek.
III - 49
4. Pengecatan
Pemilihan cat dan warna yang akan digunakan harus di setujui oleh
proyek dan kontraktor harus mengusulkan merk cat dan warna, dengan
menyerahkan contoh warna termasuk spesifikasi cat untuk setiap
lapisan sampai dengan lapisan cat terakhir.
III - 50
Agar tujuan dan sasaran pekerjaan dapat dicapai sebagaimana yang diharapkan,
maka program kerja akan disusun secara sistematis dan dilaksanakan
berdasarkan urutan pekerjaan efektif dan waktu pelaksanaannya. Untuk
mendapatkan efektivitas yang tinggi atas input konsultan, dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia secara efisien, dibutuhkan suatu perencanaan dan
pelaksanaan sistem layanan konsultansi yang ketat. Hanya dengan cara ini
kualitas maupun kuantitas pekerjaan dapat dikontrol, seraya menghindari beban
pekerjaan puncak yang cukup besar. Beban puncak dalam pekerjaan
memerlukan mobilisasi staf tambahan dan pengenalan terhadap pekerjaan.
Aktivitas yang mengakibatkan berkurangnya kualitas pekerjaan diupayakan
untuk dihindari.
III.4.1 Koordinasi
1. Persiapan awal
Setelah konsultan mengadakan mobilisasi, dimana Team Leader telah
dimobilisasi, kemudian disusul dengan mobilisasi personil yang lain
sesuai Manning Schedule dan kebutuhan aktivitas pekerjaan, team
konsultan segera mengadakan persiapan awal untuk pekerjaan ini,
yang kegiatannya antara lain meliputi :
➢ Menata/penyiapan kantor, furniture, perlengkapan kantor, dan lain-
lain.
➢ Mengadakan rapat koordinasi awal seluruh team konsultan.
➢ Mengadakan kunjungan/koordinasi awal dengan instansi-instansi
dan pihak-pihak terkait.
➢ Penyiapan format/form-form standar yang akan
diperlukan/digunakan selama periode pekerjaan.
➢ Pengumpulan data yang tersedia.
➢ Studi/analisa data yang tersedia.
➢ Field reconnaisance/site visit.
➢ Mempelajari kembali design dan scope pekerjaan fisik.
2. Studi terdahulu
Semua data yang akan dijadikan dasar/pegangan pelaksanaan
pengawasan konstruksi adalah berupa gambar-gambar rencana dan
spesifikasi-spesifikasi, baik teknis maupun umum yang akan
dikumpulkan/dicari konsultan pengawas untuk dipelajari dan kemudian
dilaksanakan. Data tersebut umumnya dapat diperoleh dari Pengguna
Jasa.
2. Unsur Pekerjaan
Selama waktu pelaksanaan, akan diadakan “Monthly Project Meeting”
antara Konsultan, Penyedia Jasa Pemborongan dan Pemimpin
Pekerjaan, di sini bisa dievaluasi, dimonitor dan dibahas hal-hal antara
lain :
Membahas pekerjaan yang akan dikerjakan, agar tidak terjadi keragu-
raguan atau kesalahan dalam pelaksanaan.
- Management/pengaturan/penempatan alat berat oleh Penyedia Jasa
Pemborongan.
- Kemajuan pekerjaan.
- Informasi-informasi yang perlu disampaikan kepada Penyedia Jasa
Pemborongan dan atau sebaliknya.
- Masalah-masalah di lapangan dan pemecahannya.
- Rencana kerja Penyedia Jasa Pemborongan untuk bulan berikutnya.
Bila terjadi hal-hal khusus misal kelambatan pekerjaan, pekerjaan yang
perlu dilaksanakan dengan “crash-program” dan lain-lain, dalam hal ini
perlu diadakan pertemuan khusus.
Project meeting antara Konsultan dan Penyedia Jasa Pemborongan
dilakukan secara periodik (mingguan), untuk kondisi khusus dapat
dilakukan dalam rentang 2 - 3 harian.
3. Instansi Terkait
Dalam rangka melaksanakan tugas pengawasan teknik, konsultan
perlu melakukan koordinasi dengan instansi dan konsultan lain terkait
yang berhubungan dengan scope pekerjaan.
4. Intern Konsultan
Dalam melaksanakan tugas, team konsultan selain akan melaksanakan
tugasnya sesuai dengan job description, juga perlu ada koordinasi
antara Team Leader dengan stafnya, seperti antara lain dan tidak
terbatas pada :
a) Rapat bulanan antara Team Leader dan staff, membahas :
- Laporan bulanan;
III - 53
III.4.4 Pelaporan
TENAGA TEKNIS
1. Inspector (8 Orang)
- Bertanggung jawab kepada Ahli Struktur, Ahli Quantity & Team
Leader;
- Mengawasi dan memeriksa hasil pekerjaan yang di Jasa
Pemborongan;
III - 63
TENAGA PENDUKUNG
1. Administrasi
- Melakukan seleksi atau perekrutan pekerja diproyek untuk pegawai
bulanan sampai dengan pekerja harian dengan spesialisai keahlian
masing-masing sesuai posisi organisasi proyek yang dibutuhkan;
- Pembuatan laporan keuangan atau laporan kas bank proyek,
laporan pergudangan, laporan bobot prestasi proyek, daftar hutang
dan lain-lain;
- Membuat dan melakukan verifikasi bukti-bukti pekerjaan yang akan
dibayar oleh owner sebagai pemilik proyek;
- Melayani tamu – tamu intern perusahaan maupun ekstern dan
melakukan tugas umum. Mengisi data-data kepegawaian,
pelaksanaan, asuransi tenaga kerja, menyimpan data-data
kepegawaian karyawan dan pembayaran gaji serta tunjangan
karyawan;
III - 64
2. Operator Komputer/CAD
- Membantu Tugas Arsitek dalam menyiapkan gambar rancangan dan
gambar kerja.
- Membuat gambar rancangan dan gambar kerja arsitektur sesuai
dengan persyaratan dan spesifikasi teknis.
- Melakukan Penggambaran Secara Manual dan Komputer.
- Mendiagnosa Gambar Sketsa/Draft :
• Mempelajari Gambar Skesa/Draft;
• Menyesuaikan Dengan Spesifikasi Teknis;
• Mengedintifikasikan Keterangan Sketsa yang tidak jelas;
• Memperbaiki Gambar;
- Mengedintifikasi Bahan Dan alat Yang diperlukan :
III - 65
BAB IV
PENUTUP
IV.1 KESIMPULAN
Dari hasil kajian dan observasi yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
IV.2 SARAN
a. Sebelum pengerjaan proyek dimulai hendaknya persiapan – persiapan yang
berhubungan dengan pengerjaan perlu dipersiapkan, seperti peralatan
maupun bahan yang akan dipergunakan.
IV - 2
Kami atas nama CV. Nusantara Cipta Konsultan mengucapkan banyak terima kasih
atas diterimanya laporan ini.
BAMBANG TAIDI, ST
Team Leader