Anda di halaman 1dari 6

1

Tamponade Jantung
Akibat Ruptur Spontan Aorta

Bambang Widhiatmoko, Ahmad Yudianto

Dept./Inst. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Unair – RSUD Dr. Soetomo Surabaya

Abstrak

Penyebab kematian mendadak paling sering adalah kelainan kardiovakuler. Kelainan


kardiovaskulerpun bermacam-macam jenisnya, dan dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi
pula.
Ruptur aorta spontan bukanlah sebuah kelainan yang berdiri sendiri, namun hanyalah salah
satu komplikasi dari kelainan kardiovaskuler, khususnya pembuluh aorta, yang kemudian berakibat
pada kematian secara cepat. Ruptur aorta tidak memberikan tanda-tanda sebelumnya kecuali gejala
dari penyakit utamanya.
Tamponade jantung akut adalah salah satu penyebab kematian yang sangat cepat, sehingga
disebut kematian mendadak. Tamponade jantung disebabkan penumpukan gas atau cairan efusi atau
darah(hemoperikard). Akibat tamponade terjadi pembendungan aliran darah dari paru, dan organ
lain, termasuk otak. Selain itu jantung juga tidak dapat memompa darah ke oragan-organ sehingga
sirkulasi oksigen terganggu. Kematian cepat terjadi karena anoksia pada otak.
Seorang laki-laki, berusia 56 tahun, ditemukan dalam keadaan meninggal, di dalam kamar
sebuah hotel di Surabaya, beberapa saat setelah “check in” bersama seorang wanita yang bukan
istrinya. Dari pemeriksaan ditemukan robekan pembuluh aorta, pada bagian yang ada bercak
aterosklerosis. Ditemukan penumpukan darah pada kantung jantung. Ditemukan luka memar dan
robek pada dahi, tidak ditemukan kelainan pada tulang tengkorak dan jaringan otak.
Kematian disebabkan oleh robeknya pembuluh aorta, terjadi perdarahan dalam jumlah banyak
ke dalam kantung jantung, sehingga jantung tidak dapat memompa darah.

Kata kunci : kematian mendadak, ruptur aorta, tamponade jantung.

Pendahuluan kematian mendadak, 79% terkait dengan masalah


Penyebab kematian mendadak paling sering cardiovaskuler.
adalah kelainan kardiovakuler. Kelainan Pada contoh kasus diatas, dari hasil otopsi
kardiovaskulerpun bermacam-macam jenisnya, dapat secara mudah ditemukan penyebab
dan dapat menimbulkan berbagai macam kematiannya, yaitu adanya penumpukan darah
komplikasi pula. dalam jumlah besar pada kavum perikard, yang
Data yang ada di Instalasi / Departemen dapat mengakibatkan tamponade jantung. Dari
Forensik-Medikolegal RSUD Dr. Soetomo eksplorasi lebih lanjut didapatkan rupture pada
menunjukkan bahwa kasus rupture aorta sangat aorta ascendens yang merupakan sumber dari
jarang ditemukan, dalam 10 tahun terakhir hanya perdarahan hebat itu.
dua kasus ditemukan saat otopsi. Pada tahun Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan
2010, instalasi/departemen forensic dan patofisiologi kematian mendadak yang
medikolegal RSUD dr. Soetomo Surabaya disebabkan tamponade jantung akibat ruptur pada
menerima dan melakukan pemeriksaan terhadap aorta ascendens.
1062 jenazah, yang patut diduga meninggal
dengan cara tidak wajar. Kasus kematian Laporan Kasus
mendadak tercatat sebanyak 210 jenazah, dan Seorang laki-laki, berusia 56 tahun,
hanya 25% (52 jenazah) saja yang dapat diotopsi. ditemukan dalam keadaan meninggal, di dalam
Pada satu jenazah ditemukan rupture aorta. kamar sebuah hotel di Surabaya, beberapa saat
Dalam sebuah penelitian post mortem, yang setelah “check in” bersama seorang wanita yang
dilakukan di Commonly Hospital Dublin Jerman, bukan istrinya. Posisi saat ditemukan terbaring
antara Januari 1987 hingga Desember 2001, dilantai kamar, tampak luka berdarah di dahinya
ditemukan bahwa penyebab terbanyak dari dan darah yang berceceran di lantai. Keadaan
kamar cukup rapi. Menurut keterangan dari

Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia, Vol. 14 No. 3, Juli – September 2012


2

wanita ini, belum sempat terjadi aktivitas seksual 4. Rongga perut dan isinya dalam batas normal.
antara mereka, hingga suatu ketika laki-laki 5. Leher: Pada pembuluh darah karotis tampak
tersebut mendadak mengeluh dan terjatuh ke ada bekuan darah pada lapisan antara otot
lantai, tak lama kemudian lemas, lalu meninggal. pembuluh karotis dan selaput luarnya.

Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan tambahan


Pemeriksaan Luar 1. Toksikologi: Pada lambung, darah dan urinen
1. Laki-laki dewasa, berkulit sawo matang, berat tidak ditemukan alkohol, dan narkoba.
badan 65 kg, panjang badan 163 cm. rambut 2. Pathologi anatomi ditemukan jaringan
hitam beruban panjang rata-rata 3 cm ikal, aterosklerosis pada sediaan aorta. ditemukan
2. Kaku mayat lengkap, lebam mayat pada eritrosit di antara sel otot aorta. Terdapat
bagian belakang tubuh, tidak ada tanda bagaian aorta yang terbelah.
pembusukan.
3. Pada kepala tidak ditemukan luka memar dan
robek didahi sebelah kanan berukuran dua
sentimeter kali tiga sentimeter, bibir cyanosis,
tampak ptechiae pada konjungtiva. Kulit
wajah dan leher tampak sembab.
4. Leher, dada, perut dan punggung: tidak ada
tad akekerasan..
5. Anggota gerak atas dan bawah tidak
ditemukakan tanda kekerasan, kuku-kuku
cyanotic
Pemeriksaan dalam
Gambar 1: disection aorta
1. Rongga kepala: Terdapat resapan darah pada
jaringan di bawah luka. Tulang tengkorak
dalam batas normal. Selaput tebal otak, Kesimpulan pada VeR
selaput laba-laba otak, jaringan otak dalam Dari pemeriksaanditemukan robekan
batas normal. tidak ada perdarahan dalam pembuluh aorta, pada bagian yang ada bercak
rongga otak. aterosklerosis. Ditemukan penumpukan darah
2. Rongga dada: Jaringan bawah kulit dada tidak pada kantung jantung. Ditemukan luka memear
ditemukan kelainan. Tulang-tulang tidak dan robek pada dahi, tidak ditemukan kelainan
ditemukan kelainan. Rongga dada kanan dan pada tulang tengkorak dan jaringan otak.
kiri tidak ditemukan cairan bebas dan Kematian disebabkan oleh robeknya
perlekatan Rongga jantung ditemukan bekuan pembuluh aorta, terjadi perdarahan dalam jumlah
darah dan darah cair sebanyak 820 cc. banyak ke dalam kantung jantung, sehingga
a. Ditemukan bekuan darah di antara lapisan jantung tidak dapat memompa darah.
otot pembuluh darah dan lapisan luar .
pembuluh darah dari aorta ascendens, Diskusi
arcus aorta, bagian atas aorta descendens, Tamponade jantung adalah suatu keadaan
arteri carotis kiri dan kanan hingga dimana jantung tidakmampu melaksanakan
setinggi pertengahan leher. fungsinya sebagai pemompa dalam sistem
b. Jantung aterosklerosis pada arteri koroner sirkulasi darah, dikarenakan adanya penumpukan
kiri cabang anterodescendens. cairan atau gas dalam kavum perikard, dalam
c. Ditemukan ruptur pada awal lengkung jumlah yang cukup. Adanya cairan atau gas
aorta bagian belakang. dalam kavum perikard disebabkan oleh berbagai
d. Ditemukan banyak bercak aterosklerosis hal antara lain trauma dan proses penyakit, yang
dengan berbagai ukuran pada permukaan mengenai jantung, lapisan perikard dan atau
dalam aorta. Lubang aorta membesar. pembuluh darah. Secara teoritis, perikard dapat
beradaptasi sehingga dalam kavum perikard dapat
3. Paru-paru kanan dan kiri tidak dtemukan terisi cairan sampai sekitar satu liter atau 1000
proses sakit. Berat paru kanan dan kiri 635 mililiter, bila efusi cairan ini berjalan secara
gram.

Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia, Vol. 14 No. 3, Juli – September 2012


3

lambat (kronis). Tetapi bila pengisian kavum


perikard ini terjadi secara cepat, misalnya pada
kasus trauma, maka peningkatan sebanyak 90 –
100 cc dapat menyebakan kematian.
Pada kasus ini, terdapat penumpukan darah
dan bekuan darah sebanyak kurang lebih 800
mililiter pada kavum perikard. Adanya clot
menunjukkan bahwa peristiwa penumpkan darah
ini berjalan cukup cepat. Dengan jumlah
sebanyak itu dapat dipastikan terjadinya
tamponade jantung. Tamponade ini tidak
mendapatkan pertolongan sehingga menyebabkan
kematian.
Akibat darah menumpuk dalam kavum
perikard adalah peningkatan tekanan pada otot
jantung. Semakin lama darah yang menumpuk
semakin banyak maka tekanan pada otot jantung
juga semakin besar. Akibatnya terjadi
pembendungan dan congesti. Congesti juga samai
ke otak maka pada otak terjadi kongesti dan
oedem. Diwaktu yang sama, jantung juga tidak Gambar 2: Skematik dissection aorta
mampu membuka dan memompa darah.
Akibatnya hipoksi dan anoksi otak juga terjadi Penyebab awal terjadinya robekan pada
karena faktor ini. lapisan intima dinding aorta belum diketahui
Pada pemeriksaan luar yang ditemukan dengan benar. Aortic dissection cenderung terjadi
adalah tanda-tanda tidak khas dari aspiksia, yaitu paling umum pada pria-pria yang berumur
wajah tampak sembab, cyanotic pada bibir dan diantara 50 dan 70 tahun. Kebanyakan kasus-
kuku, ptechiae pada sub konjungtiva. JVP kasus (lebih dari 70%) dihubungkan dengan
meningkat karena venous return terganggu. Hal tekanan darah tinggi (hipertensi). Aorta harus
ini semua sangat relative tergantung kondisinya. menahan tekanan yang kuat pada setiap detak
Pada kasus ini tanda-tanda itu dapat ditemukan jantung, mungkin saja suatu saat akan terjadi
semua. Adanya luka pada dahi akibat pelemahan pada salah satu area dari intima.
persentuhan dengan benda tumpul itu dapat Pada kasus ini, kita dapatkan laki-laki
karena jatuh dan terbentur saat korban mengalami dewasa, menurut data dari hasil anamnesis
sinkop atau pingsan. berumur 56 tahun dengan riwayat penyakit
Pada kasus ini, penumpukan darah hipertensi, kolesterol dan diabetes melitus.
(hemoperikard) berasal dari lubang pada epikard Terdapat keterangan bahwa laki-laki ini perokok
pada pars ascenden dari aorta. Darah yang keluar tetapi tidak ada yang menyatakan tentang
langsung mengisi ke dalam perikard. Lubang ini kebiasaan mengkonsumsi alcohol. Bila
tejadi secara spontan, bukan karena suatu trauma. diperhatikan letak ruptur pada kasus ini adalah
Dissection aorta adalah kondisi dimana tepat pada lapisan intima yang ada bercak
terjadi suatu robekan kecil pada tunica intima. aterosklerotiknya yang keras kasar dan kaku yang
Darah memasuki robekan ini dan menyebabkan juga lebih rapuh daari jaringan sekitarnaya.
lapisan intima terkupas dari lapisan media, efek Terdapat beberapa klasifikasi dari disection
lebih lanjut darah dapat membelah lapisan-lapisan aorta thorakalis tetapi ada 2 (dua) klasifikasi yang
otot dinding aorta dan membentuk kanal atau paling sering digunakan, yaitu :
lumen palsu. Kanal ini mungkin pendek atau 1. Klasifikasi menurut Stanford (Stanford
mungkin meluas keseluruh panjang dari aorta. classification), yaitu :
Ujung distal kanal palsu tersebut dapat robek ke a. Type A : dissections melibatkan aorta dan
arah lapisan intima dan darah mengalir masuk, busur (arch) yang naik.
kembali ke lumen yang benar dari aorta. b. Type B : dissections melibatkan aorta
yang turun.

Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia, Vol. 14 No. 3, Juli – September 2012


4

Seorang pasien dapat mempunyai kombinasi daerah basis crania, yaitu Aneurisma Berry pada
dari keduanya. Sirkulus Willisi. Pada aorta thorakalis, aneurisma
terjadi 25% pada pars ascendens, 25 % pada
2. Klasifikasi menurut DeBakey (The DeBakey arcus, dan 50% pada pars descendens.
sistem) : Aneurisma dapat terjadi sebagai kelainan
a. Type I – tearing pada ascending aorta, congenital atau akusita. Penyebab pastinya
disection masuk ke archus dan dapat lebih belum diketahui. Proses terjadinya aneurisma
jauh lagi ke distal. seringkali berlangsung lama dan tanpa
b. Type II – tearing pada ascending aorta, menimbulkan gejala yang dapat dirasakan
disection terlokalisir pada ascending aorta . penderitanya. Aneurisma diduga kuat disebabkan
c. Type III – tearing pada descending aorta, oleh atherosclerosis, dugaan lain karena genetik
disection cenderung ke distal misalnya pada Marfan’s Syndrom. Faktor resiko
untuk aneurisma antara lain ; hipertensi,
Klasifikasi menurut De Bakey mengacu hiperkolesterol, diabetes mellitus, obesitas,
pada letak anatomis dari disection, sedangkan perokok sigaret, alkoholisme, imsomnia, genetik,
klasifikasi Stanford lebih banyak dgunakan untuk post trauma, keradangan.
penanganan secara klisnis. Frekwensi terjadinya False/pseudo aneurisma merupakan
disection pada aorta ascenden lebih sering kerusakan pembuluh darah, pembuluh darah
daripada pada aorta descedens. mengalami ruptur, biasanya akibat suatu trauma,
Pada keadaan yang lain, darah yang darah yang keluar tertahan oleh lapisan adventia
membelah dinding aorta tersebut justru menembus atau oleh sheat dan jaringan lain yang
ke arah luar, ke lapisan adventia, sehingga terjadi menyelimuti pembuluh darah, sehingga terkumpul
kebocoran. Hal ini disebut ruptur aorta, dan darah di sekitar pembuluh darah. Pada false aneurisma
dapat mengalir keluar, menuju ke ruang-ruang suatu arteri dapat teraba pulsasi.
kosong disekitar aorta.
Pada jenazah yang kami periksa,
didapatkan ruptur pada lapisan dalam arcus aorta,
darah yang keluar melalui lubang ruptur tersebut
menerobos sela-sela antara jaringan otot dan
selaput luar dari otot sehingga tampak adanya
bekuan darah pada aorta ascendens, arcus dan
bagian atas aorta descendens, juga arteri carotis
kiri dan kanan. Selain itu kuatnya tekanan dari
dalam aorta akhirnya menyebabkan ruptur keluar
yang secara kebetulan mengarah ke dalam cavum
perikardium. Bila diklasifikasikan menurut de
Gambar 3: Skematik aneurisma A : aneurisma.
Bakley termasuk klasifikasi II, yang termasuk fusiform, B : aneurisma. sakular, C : pseudoaneurisma
jarang, hanya 10-15 % dari seluruh kasus.
Sedangkan menurut Stanford termasuk klasifikasi Baik true maupun false aneurisma sama-
A. sama mempunyai potensi mengalami ruptur, dan
Aneurisma adalah dilatasi abnormal dari komplikasi lain yang berakibat fatal. bekuan darah
pembuluh darah / aorta. Terjadi suatu perubahan dari dalam aneurisma dapat lepas ke dalam aliran
pada dinding aorta, elastin dan otot polos darah menjadi suatu emboli. Aneurisma dapat
mengalami suatu proses dan menjadi jaringan pecah secara tiba-tiba, sering terjadi orang
ikat, akibatnya dinding menjadi lemah lalu meninggal mendadak karena ruptur ini dengan
menggembung. Penggembungan yang terjadi tanpa didahului gejala apa pun.
adalah local dan dapat mencapai lebih dari 50% Pada kasus yang kami otopsi ini, diameter
diameter normal. Aneurisma dapat berbentuk aorta terukur lebih besar ukuran rata-rata. Ini
fusiformis ataupun seperti kantong (sakular). menunjukkan bahwa laki-laki ini juga mengalami
Bentuk Fusiform paling umum ditemukan. aneurisma aorta dan ini karena ada proses
Beberapa tempat yang sering terjadi aneurisma penyakit yang melemahkan aortanya. Bentuk
antara lain aorta, arteri iliaka, arteri femoralis, dan aneurisma pada orang ini sesuai dengan skema
arteri politea. Pada kepala sering terjadi pada

Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia, Vol. 14 No. 3, Juli – September 2012


5

jenis fusiform (A) , dan sesuai penjelasan di atas menjadikan arteri seperti saluran kaku sekeras
aorta pada orang ini tentunya juga memiliki tulang. Pada tempat penonjolan plak ke dalam
kemungkinan kerapuhan sehingga dapat terjadi aliran darah, permukaan plak yang kasar dapat
ruptur spontan. menyebabkan terbentuknya bekuan darah, dengan
Aterosklerosis adalah suatu penyakit akibat pembentukan thrombus atau embolus,
keradangan yang mengenai arteri besar dan sehingga dapat menyumbat semua aliran darah di
sedang. Hal ini disebabkan oleh penumpukan plak dalam arteri dengan tiba-tiba.1 Arteri kemudian
ateromatus pada permukaan dalam (intima) kehilangan sebagian besar distensibilitasnya, dan
dinding arteri. Banyak teori mengenai karena daerah di dinding pembuluhnya
Aterogenesis, tetapi secara umum merupakan berdegenerasi, pembuluh menjadi lemah hingga
sebuah proses peradangan yang terjadi pada memungkinkan terjadi suatu aneurisma, atau
dinding pembuluh darah, yang terjadi dengan rapuh dan mudah robek / ruptur.
beberapa fasa dan tahap. Telah disinggung diatas bahwa pada laki-
Pada fasa awal, aterosklerosis dimulai laki ini mengalami ruptur pada bagaian aorta yang
dengan adanya disfungsi endotelial. Hal ini terdapat bercak aterom. Pada permukaan dalam
selanjutnya meningkatkan paparan molekul adhesi (lapisan intima orang ini jelas sekali banyak
pada sel endotel dan menurunkan kemampuan bercak-bercak aterosklerotik dengan berbagai
endotel tersebut untuk melepaskan nitric oxide bentuk dan ukuran. Pada umumnya berwarna utih
dan zat lain yang membantu mencegah perlekatan kekuningan. Pada pemeriksaan PA jelas adanya
makromolekul, trombosit, dan monosit pada gambaran kalsifikasi dalam lapisa-lapisan
endotel. Setelah kerusakan endotel vaskular pembuluh aorta nya.
terjadi, monosit dan lipid (kebanyakan berupa
lipoprotein berdensitas rendah) yang beredar, Kesimpulan
mulai menumpuk di tempat yang mengalami Tamponade jantung akut adalah salah satu
kerusakan dengan degradasi ikatan dan struktur penyebab kematian yang sangat cepat, sehingga
mosaik, sehingga memungkinkan senyawa yang disebut kematian mendadak. Tamponade jantung
terdapat di dalam plasma darah seperti LDL untuk disebabkan penumpukan gas atau cairan efusi atau
menerobos dan mengendap pada ruang sub- darah(hemoperikard). Akibat tamponade terjadi
endotelial akibat peningkatan permeabilitas. pembendungan aliran darah dari paru, dan organ
Monosit melalui endotel, memasuki lapisan lain, termasuk otak. Selain itu jantung juga tidak
intima dinding pembuluh, dan berdiferensiasi dapat memompa darah ke oragan-organ sehingga
menjadi makrofag, yang selanjutnya mencerna sirkulasi oksigen terganggu. Kematian cepat
dan mengoksidasi tumpukan lipoprotein, sehingga terjadi karena anoksia pada otak.
penampilan makrofag menyerupai busa. Sel busa Pada kasus ini tamponade terjadi karena
makrofag ini kemudian bersatu pada pembuluh hemoperikard berasal dari ruptur aorta pars
darah dan membentuk fatty streak yang dapat ascendens. Ruptur terjadi berawal dari kelainan
dilihat. Dengan berjalannya waktu, fatty streak pada aorta (aneurisma) akibat adanya
menjadi lebih besar dan bersatu, dan jaringan otot aterosklerosis pada aorta tersebut. Aorta menjadi
polos serta jaringan fibrosa di sekitarnya rapuh, karena suatu hal, intima dari aorta yang
berproliferasi untuk membentuk plak yang makin kebetulan terdapat plak aterom mengalami
lama makin besar. Makrofag juga melepaskan zat robekan dan berlubang menyebabkan darah
yang menimbulkan inflamasi dan proliferasi lebih masuk kesela-sela lapisan pembuluh darah
lanjut dari jaringan fibrosa dan otot polos pada (dissection aorta). tampak aorta hingga arteri
permukaan dalam dinding arteri. Penimbunan karotis yang merah karena dalam lapisan
lipid ditambah proliferasi sel dapat menjadi sangat penyusun pembuluh darah itu terbelah dan terisi
besar sehingga plak menonjol ke dalam lumen darah. Tekanan darah yang kuat, menyebabkan
arteri dan sangat mengurangi aliran darah, bahkan dissection ini tidak kuat dan setiap saat bisa
dapat menyumbat seluruh pembuluh darah. pecah. Pada kasus ini memang terjadi hal
Terjadi pula sklerosis akibat penimbunan demikian dan kebetulan tempat pecahnya adalah
sejumlah besar jaringan ikat padat sehingga arteri pada bagian aorta ascendens yang masih berada
menjadi kaku dan tidak lentur. Garam kalsium dalam cavum perikard, sehingga perdarahan
juga seringkali mengendap bersama kolesterol dan hanya ada pada perikard. Adanya aterosklerosis
lipid lain dari plak, yang menimbulkan kalsifikasi dan aneurisma menunjukkan bahwa pada laki-laki

Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia, Vol. 14 No. 3, Juli – September 2012


6

ini terdapat proses sakit dan meninggal karena Teguh Santoso, IMA, Ilmu Penyakit Dalam jilid I
komplikasi dari penyakitnya itu. hal 255 editor Suparman, ed 2, Balai
Penerbit FKUI Jakarta 1987.
Daftar Pustaka http://id.wikipedia.org/wiki/Aterosklerosis diakses
Barbara C. Long, Cardiology of Human, 4th ed. tanggal 6 Oktober 2011 pkl. 15.23 WIB.
Lippincott Williams & Wilkins, http://health.kompas.com/read/2011/09/15/14583
Philadelphia USA, 568 : 1996. 80/Cegah.Sakit.Jantung.Awali.dari.Keluarg
Gradwohl’s, Legal Medicine, 3th ed, Francis E a. diakses tanggal 1 Oktober 2011 pkl 22.03
Camps, Bristol : John Wright & Sons LTD, WIB.
1976. http://id.shvoong.com/medicine-and-
Philipp R. Rezek and Max Millard, Authopsy health/2107090-patofisiologi-akut-miokard-
Pathology, Charles C. Thomas, Springfield infark/#ixzz1Z59tVNGU diakses tanggal 1
Illionis USA, 1963. Oktober 2011 pkl 22.14 WIB.
Rubin Emanuel, Essential Pathologi, 3th ed. http://en.wikipedia.org/wiki/Myocardial_rupture,
Lippincott Williams & Wilkins, diakses tanggal 1 Oktober 2011 pkl 23.23
Philadelphia USA, 2001. WIB.
Mutahal, Hariadi Apuranto, Buku ajar IKF-M. http://en.wikipedia.org/wiki/Human_anatomy
Kematian Mendadak. Departemen Ilmu diakses tanggal 1 Oktober 2011 pkl 23.41
Kedokteran Forensik dan Medikolegal WIB.
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Surabaya, 2009.

Jurnal Kedokteran Forensik Indonesia, Vol. 14 No. 3, Juli – September 2012

Anda mungkin juga menyukai